NovelToon NovelToon

Aku Padamu, Juragan Aris

quote awal.

~dari author~

*aku mencintai dalam setiap tadahan tangan dalam doaku, meski kita berbeda tapi senyum mu tawamu melalu jadi keinginan terbesarku.

bukan menduakan Tuhan, tapi rasa ini tak bisa tertahan lagi. aku selalu merasa bahagia jika berdekatan atau hanya melihat mu dari jauh.

Aku percaya jika tuhan pasti menjodohkan setiap insan, tapi apa boleh aku minta jodohku adalah kamu.

meski aku sadar cintamu dan keinginan mu mungkin juga bukan milikku*.

~ Ayu Maheswari Suryana~

*entahlah apa yang harus aku katakan, langit pun tau apa yang hanya ada dalam pandangan ku saat ini.

dalam setiap tasbih, dalam setiap tarikan nafas, hanya ada satu nama yang selalu aku bawa dalam hatiku.

mencintai dalam diam memang tak mudah terlebih saat melihat mu bersanding dengan wanita lain.

tapi aku ikut bahagia saat bisa melihat mu tersenyum bahagia bersama di atas pelaminan*.

~ Aris Munandar Ibrahim~

cinta? aku tak pernah percaya kata itu, aku percaya akan bakat, kemampuan dan kerja keras.

mengenal mu adalah kesalahan, bersamamu adalah kebodohan, tapi cintamu mengubah duniaku.

meski dunia sering menghinaku, kamu datang mengulurkan tangan untuk merangkul ku, terima kasih telah memperkenalkan ketulusan dan cinta tanpa pamrih untukku.

seorang pria sedang berdiri di sebuah gang yang penuh dengan puluhan tubuh yang berlumuran darah.

bahkan pria itu juga berlumuran darah di tubuhnya, tak terduga hujan turun dengan deras seakan membersihkan sisa-sisa dari pertarungan ini.

"Barney? apa kamu baik-baik saja? maaf aku baru datang karena pesan mu, ya Tuhan apa ini serius?" tanya Logan Lerman.

"kamu terlalu banyak bicara, sekarang lebih baik bereskan semuanya," perintah Barney memakai topinya kembali.

"baiklah bos," jawab logan Lerman.

Barney pun meninggalkan tempat itu, dia berjalan menyusuri jalan aspal yang begitu sepi itu.

langkahnya membawanya pergi, dia tak pernah seputus asa hari ini, karena sudah terlalu lama hidup dalam kubangan kotor ini.

ada rasa bidan yang di rasakan oleh Barbie, dia pun memilih duduk di sebuah halte bus yang tak terawat.

"apa tuan butuh sesuatu? anda terluka?" kata seseorang yang mengejutkan Barney.

pria itu menatap tajam kearah sumber suara itu, seorang gadis cantik yang mungkin masih SMA menyapa dirinya.

"tak butuh apapun!" jawab Barney dingin.

karena mendapatkan jawaban dingin, gadis itu pun pulang dengan payung tapi sebelum pergi dia menaruh roti, air dan juga obat untuk luka dan juga payung.

Barney melirik ke sampingnya, "dasar suka ikut campur," gumamnya mengambil roti itu dan memakannya.

entah berapa lama dia sudah tak makan bahkan dia jarang mengurus dirinya sendiri.

Barney pun menuju ke rumahnya, sebuah rumah lama yang sudah tak pernah di tinggali lagi setelah kasus pembunuhan yang terjadi.

"lihatlah putra kalian ini, menjadi pimpinan gangster paling di takuti, tapi aku merasa hampa dalam hidupku, kalian pergi dengan sangat cepat di saat aku bahkan belum bisa mengerti apa itu kematian," lirih Barney.

"tuan, silahkan mandi saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda," kata pak Mun yang selama ini menjadi penjaga dan yang merawat Barney.

"baiklah pak, dan besok tolong bagikan hasil panen, dan tolong ambil mobil milikku di parkiran SPBU Bandung santren, dan jangan sampai ada yang curiga," kata Barney melempar kunci mobil pada pria itu

matang cenderung busuk

seorang pria bangun saat mendengar suara adzan subuh berkumandang, dia pun meregangkan otot tubuhnya sebelum bangun dari ranjang.

pria berbadan tegap, memiliki tubuh begitu indah dengan kulit sawo matang ciri khas Indonesia, dan tak lupa ada tato yang menghiasi bagian lengan dan punggung.

dia pun memilih mencuci muka dan menggosok gigi, setelah itu mengambil kaos dan juga jam tangan khusus untuk berolahraga.

dia pun keluar dari kamarnya, ternyata pak Mun sudah datang sambil membawa sarapan untuknya.

"mas, mau sarapan sekarang atau nanti?" tanya pria sepuh itu dengan senyuman khasnya.

"nanti saja pak, oh ya kemarin saya minta bapak cari rewang untuk bersihin rumah apa sudah dapat?" tanya Aris.

"sudah mas, biar cucu saya saja yang bantu, karena tak mudah mencari orang yang jujur," jawab pak Mun.

"baiklah terserah pak Mun saja, saya ingin lari pagi dulu," katanya pergi.

Aris Munandar Ibrahim, seorang pria berusia tiga puluh lima tahun, seorang lajang dan belum pernah menikah karna baginya cinta itu hanya membuat sengsara.

pria dengan tinggi seratus tujuh puluh lima itu terkenal sebagai dermawan di desa sumber wangi.

pria yang di kenal sebagai juragan kolam ikan, dan pemilik berhektar-hektar sawah, belum lagi usahanya yang lain.

pria yang selalu memakai baju panjang dan celana panjang itu akan setiap pagi lari keliling desa beberapa putaran.

"pagi mas Aris," sapa ibu-ibu yang sedang belanja di tukang sayur.

"pagi Bu," jawab Aris dengan sopan sambil tersenyum kearah ibu-ibu itu.

Aris pun lanjut berlari, sedang para ibu di buat girang sendiri, "ya tuhan. kok ada pria seganteng mas Aris ya, seandainya aku belum nikah aku mau loh jadi istrinya," kata seorang ibu muda yang sedang hamil.

"aduh inget tuh perut udah besar gitu, tapi kalau iya sayangnya mas Aris yang gak mau, ya kalo juragan kaya raya mau sama buruh kayak kita ini, sudah ayo pulang jika tidak nanti telat," saut ibu yang lain.

mereka pun kembali tertawa, Aris selalu melewati rumah pak Mun yang begitu sederhana.

pria itu memilih tinggal hanya berdua dengan cucu perempuannya, yang sampai saat ini Aris sendiri tak pernah melihat atau bertemu sekalipun.

"hayo bos lagi ngapain?" sapa Eko yang batu pulang dari masjid terdekatnya.

"gembel, kaget aku, kamu ngapain sih kok ngagetin gitu," kata Aris yang melepaskan tangan orang kepercayaannya.

"habis bos serius amat lihatin rumah pak Mun, orangnya kan ada di rumah bos kalau mau cari, atau mau lihat bidadari desa ini, telat bos, dia udah pergi duluan dari masjid," kata Eko meledek.

"dih mulutnya, sudah aku mau lari lagi, sana jangan mengangguku," usir Aris.

Eko pun melihat kepergian juragan sukses itu, dia pun tersenyum sambil menggeleng lemah, "bos bos ... seandainya aku jadi kamu aku akan menikmati hidupku dengan menikahi setidaknya dua wanita, lah ini bos malah doyan sendiri, dasar ..." gumam Eko.

"coba kalau berani, mau di sunat lagi tu burung biar makin kecil," ketus Amba.

Eko kaget mendengar suara gadis pujaannya, "aduh aduh sayang jangan ngambek dong, nanti cantiknya aku hilang lagi, utu utu utu... tatinak tinak euy..." kata Eko menggoda kekasihnya itu.

"ya Allah malu aku!!" kata Amba yang langsung berlari pulang ke rumahnya.

"sayang ku tunggu," kata Eko mengejar Amba.

Aris pun berhenti di dan sungai, dia melihat hamparan sawah yang baru selesai panen kemarin.

dia tak menyangka sudah tinggal di sini cukup lama, bahkan dia sudah lupa dengan segalanya.

"mas Aris sudah di sawah saja, kok tumben?" tanya seorang sesepuh desa.

"selamat pagi Mbah Sun," sapa Aris mencium tangan pria sepuh itu.

"pagi mas, lagi nyari siapa? jodoh mas Aris belum datang sabar sebentar lagi kok," kata Mbah Sun tersenyum penuh arti.

"saya tidak memikirkan itu Mbah, saya hanya tak mengira bisa jatuh cinta dengan desa ini," jawab Aris duduk di samping Mbah Sun.

"mas Aris, luka itu memang Sakur, tapi pasti bisa sembuh seperti halnya luka mas Aris, tinggal tunggu gadis yang pantas untuk jadi pengobat kesepian mas Aris," kata Mbah Sun.

"aduh Mbah, saya tak berniat menikah, terlebih semua wanita itu sama," kata Aris sedikit kesal.

pasalnya pria tua ini selalu saja membicarakan jodoh saat bersamanya.

padahal Aris berkali-kali menolak dan tak menggubris pria itu tapi apa daya, pria itu seperti punya pemikirannya sendiri.

"ya wes, padahal buah yang sudah matang jika tak kunjung di petik dan di nikmati akan busuk, seperti halnya manusia, akan busuk saat umur sudah tak ada," kata Mbah Sun yang berdiri dan berjalan pergi.

Aris bingung dengan ucapan pria tua itu, "sudahlah lebih baik aku pulang, dan bertemu gadis yang di maksud pak Mun,"

Aris pun berlari menuju ke rumahnya, dan dia pun fokus pada jalanan di depannya.

tak butuh waktu lama, dia pun sampai dan sudah melihat rumahnya bersih dan cucian juga sudah di jemur.

pak Mun sedang menyiram tanaman di depan rumah, "pagi mas, sarapan sudah di siapkan, semua sudah di cuci, apa mas butuh sesuatu lagi?" tanya pak Mun.

"tidak pak, tapi mungkin nanti malam saya pergi bareng sama Eko, jadi tolong pakaian saya di setrika ya, nanti biar saya bawa ke ruang khusus," kata Aris.

"inggeh mas," jawab pak Mun sopan.

Aris pun masuk dan langsung sarapan karena aroma masakan itu sungguh menggugah selera.

setelah itu dia bersiap untuk ke sawah mengawasi semua pekerja di sana.

Aris berangkat dengan mengunakan motor trail miliknya, dan sesampainya di sawah ada semua sedang sarapan karena Eko sudah membawa sarapan.

terlebih dua tadi sedikit telat karena sempat memeriksa beberapa pembukuan terlebih dahulu.

"kamu pesan di mana? kok sepertinya nasinya bukan dari warung mbok Yem?" tanya Aris yang berdiri di samping Eko.

"alah si bos bikin kaget, ini beli di tempat lain, warung baru, bosen bos jika terus warung mbok Yem, lagi pula dia ini khusus pesanan sebenarnya he-he-he," kata Eko dengan mengaduk kepalanya.

"dasar kamu ini, tapi ya setidaknya aku yang lihat saja sedikit terhibur, karena kasihan kalau setiap hari nasi pecel Mulu yang jamu beli," kata Adis memukul lengan Eko hingga pria itu sedikit terhuyung.

"ya Allah bos, pelan-pelan bisa mental aku," protes pria itu.

Aris hanya tertawa dan mencoba mencicipi kopi yang tersedia di sana, dan rasanya cukup pas untuk nya.

"yang masak pinter nih, pasti punya tangan ajaib, sampai kopi saja bisa pas begini," puji arus yang langsung di balas senyuman oleh Eko dengan seribu arti.

Aris sang juragan

seorang gadis sudah selesai menyetrika semua baju dari juragan sang kakek.

dia adalah Ayu Maheswari Suryana, seorang gadis cantik berhijab dan sangat sopan, seorang yatim piatu dari kecil dan di besarkan oleh sang kakek yang seorang pembantu di rumah juragan terhormat di desa itu.

"sudah selesai nduk?" tanya pak Mun.

"iya Mbah, kalau begitu biar Ayu uang masak sekalian ya, kakek istirahat saja," kata gadis itu dengan lembut.

"sudah tak usah, cukup buatkan cemilan saja, karena nanti mas Aris akan berangkat kondangan," kata pak Mun pada cucunya itu.

"baiklah Mbah, kalau begitu Ayu pamit ya, karena ada panggilan tim rebana di nikahan di kampung sebelah," pamit Ayu pada sang kakek.

"baiklah nak, tapi bagaimana jika pulangnya kemalaman, nanti Mbah jemput ya," kata pak Mun.

"tidak perlu Mbah, nanti biar Ayu sama mbak Ambar saja, gak apa-apalah kan," izin Ayu pada sang kakek.

"baiklah, nanti hati-hati ya," kata pak Mun.

Ayu pun bergegas pamit dan segera berangkat ke tempat kumpul, tapi dia lupa seragam untuk tim rebana.

jadi terpaksa dia pulang lagi, dan segera bergegas untuk pergi karena waktunya hampir mepet.

sedang di sawah, terlihat Eko sedang terus memperhatikan ponselnya. karena kesal Aris pun mengambil ponsel anak buahnya itu.

"nanti jangan lupa Dateng tak," isi pesan itu.

"aduh bos, itu pesan dari doi ku, sudah kembalikan, nanti aku Carikan kekasih deh, biar bisa merasakan jadi aku," kata Eko semangat.

sebuah pukulan di terima Eko karena Aris kesal, "sudah ku katakan jangan berani ngomong begitu, asal kamu tau aku tak tertarik menikah, sudah ayo pulang, oh ya nanti berangkat jam berapa?" tanya Aris yang fokus pada pegawai yang masih menahan sawah.

"sekitar jam tujuh lah, soalnya nanti ada hiburan rebana dari kampung ini bos, oh ya nanti aku tunjukkan siapa cucu dari oak Mun, gadis yang masak dan membuat kopi tadi," kata Eko tertawa.

"tak tertarik, sudah lanjut kerja sana, atau uang faji mu ku potong lagi," ancam Aris.

"iya bos, jangan serem gitu Napa," kata Eko yang langsung menuju ke area sawah yang sedang tandur.

Aris memang penasaran dengan gadis itu, pasalnya sudah ikut bertahun-tahun pak Mun tak pernah menunjukkan cucu perempuannya.

padahal Aris sudah sering dengar tentang gadis yang jadi idaman dari semua orang di desa.

meski kadang ada gosip baik atau hal buruk yang di bicarakan, Aris pun menghilangkan pikiran tentang cucu dari orang yang sudah sangat di percaya itu.

pukul empat sore, Aris pulang ke rumah, dan terlihat pak Mun sedang menata taman.

"sore pak," sapa Aris yang baru datang.

"sore tuan, kalau begitu saya pamit pulang ya, makanan dan kopi tuan sudah di meja, dan semua baju sudah di setrika," kata pak Mun.

"iya pak, terima kasih ya," kata Aris yang langsung masuk kedalam rumah.

pak Mun pun pulang dengan mengendarai sepeda unta miliknya, pria sepuh itu selalu mudah bersyukur dengan segala yang dia miliki.

pak Mun ingat bagaimana Aris akhirnya memilih ikut bersamanya menetap di kampung yang jauh dari hinggar bingar ibu kota.

karena kematian dari putra dan menantunya, pak Mun gadis pulang kampung dan menetap untuk menjaga sang cucu yang mengalami gegar otak dan mengalami amnesia parah.

tapi seminggu kemudian Aris ikut pak Mun tinggal di desa karena tak bisa jauh dari pria itu.

karena bagi Aris pak Mun adalah satu-satunya keluarganya, meski begitu dia tetap tertutup pada semua orang.

Aris melihat pisang goreng dan kopi yang sudah cukup dingin, dia pun duduk dan menikmati kedua hal itu.

"raasanya sama, apa gadis ini benar-benar punya tangan ajaib, bahkan mungkin akan bahagia suaminya nanti jika bisa menjadi suaminya," kata Aris tersenyum.

setelah kenyang, dia pun membawa piring kotor ke wastafel, dan bergegas untuk bersiap.

dia kaget melihat baju yang sudah tertata rapi dan wangi, bahkan kamarnya juga sudah sangat bersih dan wangi.

"apa ini benar pekerjaan dari cucu pak Mun, wah... dia sepertinya benar-benar gadis yang rajin," kata Aris yang sangat menyukai hasil kerja Ayu.

rombongan Rebana sudah sampai di tempat pesta, Ayu sedang minum air madu bersama Amba.

ya keduanya adalah vokalis utama tim rebana modern pimpinan dari yayasan Rodhoutul Qur'an.

pukul tujuh malam acara pun di mulai Ayu dan Amba serta tim pun mulai melakukan tugas mereka.

dan tamu pun mulai berdatangan ke acara pernikahan itu, tak butuh waktu lama.

rombongan dari Eko dan Aris datang, keduanya sengaja datang membawa mobil karena akan tinggal cukup lama.

acara di akhiri pukul setengah sebelas malam, rombongan dari tim rebana pun pulang setelah membagi hasil.

Amba mengirimkan pesan pada Eko dan pria itu menghampiri kedua gadis itu.

"assalamualaikum calon makmu kesayangan, ayo kita pulang, bos ku sudah menunggu juga tuh," ajak Eko.

Ayu pun ikut bersama Amba, tapi saat melihat Aris yang menunggu di samping mobil.

"mas Eko, juragannya itu tuan Aris ya?" tanya Ayu lemah.

"iya, memang kenapa? bukankah dia juga juragan dari kakek mu Ayu?" tanya Eko.

"iya mas, tapi aku tak pernah bertemu secara langsung, dan hanya pernah melihat fotonya di rumah, karena kata Mbah aku harus jaga diri, karena Mbah takut jika tuan Aris akan marah," kata Ayu

"sudah tenang saja, itu tak mungkin terjadi, sudah ayo jika kita telat maka dia bisa esmosi," kata Eko yang berhasil mencairkan suasana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!