NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Razia Pak Polisi

Part 1

Ceisya Aliyana Raquel. Gadis berusia 19 tahun. Seorang mahasiswi semester 6 jurusan kedokteran gigi di salah satu Universitas ternama di daerahnya.

Tumbuh dengan didikan keluarga baik membuatnya menjadi gadis yang mandiri. Tapi, jangan salah apabila berada di dekat kedua orang tuanya dia akan berubah menjadi gadis yang manja. Memiliki adik laki-laki yang saat ini sedang duduk di bangku SMA. Bukan hal yang baru lagi ketika melihat sepasang adik kakak itu bertengkar dan saling menjahili satu sama lain.

Otaknya yang encer membuatnya menempuh pendidikan dalam waktu yang singkat. Tidak pernah terbayang di benaknya untuk menjalin kasih bersama para lelaki. Polos tentunya. Di masa yang sekarang banyak para gadis asik bersenang-senang menikmati masa-masa sebelum mereka berumah tangga atau mengejar cita-cita. Sedangkan Ceisya? Dia tidak termasuk salah satunya. Malah gadis itu termasuk golongan yang bodoamat tentang percintaan dan menikmati masa-masa muda. Hanya belajar, belajar, dan belajar.

Fokusnya adalah mengejar cita-citanya menjadi seorang Dokter spesialis gigi yang dapat membantu anak-anak untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya. Anak-anak, tentunya sudah sangat melekat dengan makanan yang dapat merusak kualitas gigi mereka. Contohnya ada dua yaitu coklat dan permen. Orang dewasa juga akan tergoda apalagi anak-anak?

Mimpinya supaya cepat dapat bekerja dengan profesinya. Makanya dia sangat fokus dengan pendidikannya.

Sayang sekali dia harus tinggal terpisah bersama kedua orang tuanya. Kalau bukan jarak pasti dia sudah asik bercanda ria dengan orang tuanya. Ya, jarak. Jarak antara rumahnya dan Universitas lumayan jauh. Satu-satunya alternatif adalah menyewa kosan.

Ini adalah tahun keduanya menempuh pendidikan di Universitas dan sebentar lagi akan memasuki tahun ketiga.

Drttt drttt

Suara panggilan video masuk tepat saat gadis berusia 19 tahun itu memasuki kamarnya karena baru saja selesai mandi dan bersiap untuk berangkat ke kampus.

"Assalamu'alaikum, Bunda."

"Wa'alaikumsalam, Sayang."

"Ada apa nelfon pagi-pagi, Bun?"

"Oh itu, tidak apa-apa kok. Kamu sudah mau berangkat ke kampus?"

"Iya,Bun. Ini baru selesai mandi."

"Sarapan?"

"Udah kok, Bun."

"*Oh ya? Sarapan apa?"

"Cuma masak nasi goreng aja, Bun. Hehe*..."

"*Ya sudah, kalau begitu Bunda tutup dulu telfonnya ya? Nanti hati-hati berangkatnya!"

"Iya, Bunda. Love you, Bun."

Ceisya melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Segera dia bersiap-siap untuk berangkat karena kelas akan dimulai pukul setengah sepuluh.

Setelah memastikan dirinya rapi dan kosan terkunci aman, Ceisya langsung melesat pergi bersama motor kesayangannya.

Ditengah perjalanan Ceisya mengingat-ingat apakah ada yang tertinggal. Hmmm...seperti ada yang kurang.

Sesaat kemudian dia langsung meringis kala mengingat dirinya tidak memakai helm. Semoga tidak ada razia di jalan. Ceisya berdo'a itu.

Namun, do'anya sepertinya tidak mujarab. Buktinya sekarang. Sudah terlihat jalanan yang cukup padat di jam segini. Dan di depan sana terlihat banyaknya kendaraan yang diberhentikan oleh petugas.

Woahh, nasib yang baik bukan?

Nasi sudah menjadi bubur. Mau putar balik pasti waktunya mepet karena dirinya sudah cukup dekat dengan kampus. Mau lanjut pasti akan dirazia.

Yang hanya bisa dilakukan Ceisya adalah berdo'a supaya Allah berada di pihaknya.

"Ett ettt etttt. Berhenti dulu, Bu!"

Astaga!

Ibu!

Seketika Ceisya naik pitam. Apakah wajahnya terlalu boros ataukah mata petugas itu katarak. Kalau iya? Ceisya akan langsung pindah jurusan menjadi Dokter bedah. Agar dia bisa mencongkel mata petugas tersebut.

Nafasnya sudah memburu. Tapi, itulah konsekuensi yang harus dia terima.

"Anda tau kesalahan anda? Dan dimana letak kesalahannya? Berikan alasannya!"

Ceisya hanya memutar bola matanya jengah.

Apakah dia harus membalasnya juga. Sepertinya iya.

"Tau...Om."

"O-om?"

Woww! Benar. Pembalasan Ceisya berhasil.

"Ekhem...bisa tolong turun sebentar!?"

Ceisya melihat jam di pergelangan tangannya. Dia menggeleng. "No! Saya harus berangkat sekarang." tolaknya dengan santai.

Tampak petugas yang masih muda tersebut tercengang. Berani-beraninya gadis ini menolak perintahnya.

Ceisya gusar saat melihat jam di tangannya.

"Om, bisa gak ini di skip dulu?"

"Di s-skip?"

Ceisya menganggukkan kepalanya.

'Oh, astaga! Siap-siap berhadapan dengan Buk Dosen killer seantero kampus!

"Tidak bisa! Sekarang turun atau hukuman?"

Ceisya menggelengkan kepalanya. "Om, jangan berbelit-belit deh! Saya tuh mau ke kampus. Lihat nih jam berapa!"

"Itu urusan anda bukan urusan saya." jawabnya santai.

Ceisya menarik nafasnya dalam. "Gini ya, Om. Izinin saya pergi nanti pulang dari kampus saya ke sini lagi. Ya?"

"Tidak ada acara negoisasi!"

"Sekarang turun atau-"

"Iya, Om, iya. Nih turun. Sabar kenapa sih!"

Dengan terpaksa Ceisya turun dari motornya.

"Nih, baca!" ujarnya menyodorkan secarik kertas.

Ceisya mengambilnya dan membacanya. Seketika matanya terbelalak melihat isi tulisan di kertas itu.

"OM!" teriak Ceisya frustasi.

"Ya. Ada apa?"

Berulang kali Ceisya menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar. "Yakali saya di suruh nyapu jalanan!" ucap Ceisya setengah sabar.

"Ya. Memang."

"Hiksss...Om tega banget!"

Ceisya menangis tersedu-sedu sampai-sampai datang seorang pemuda yang memakai seragam sama mendekati mereka. Penasaran tentu saja.

"Hei, bro. Kau apakan gadis itu?" tanya Daniel sambil menepuk bahu sahabatnya. Melihat itu senyuman smirk muncul di bibir mungil Ceisya.

Petugas yang menangani Ceisya tadi hanya menghela nafasnya panjang. "Ini cewek gak mematu-"

Belum sempat dia melanjutkan perkataannya, Ceisya langsung menangis kencang.

"Ehh, ehh. Kenapa?"

"Om itu jahat, Pak!" adu Ceisya dengan lelehan air matanya membasahi pipi chubby-nya.

"Astaga! Aku masih muda di panggil Bapak." keluh Daniel sambil memasang ekspresi kaget.

"Om ini?" tunjuk Daniel ke arah sahabatnya sambil menepuk bahunya. Ingin tertawa karena sahabatnya di panggil Om. Tapi, dia urungkan karena melihat ekspresi tidak bersahabat yang ditunjukkan sahabatnya. "Dia lakuin apa sama kamu?" tanya Daniel.

"Hiksss...dia...dia jahat! Aku diputusin, Pak. Pria cabul!"

Mereka yang mendengarnya langsung terbelalak.

"Zaf?" Daniel memandang tidak percaya ke arah sahabatnya.

"Cih! Mana ada!"

"Bohong! Dia bohong, Pak. Hikss...tega-teganya." masih dengan dramanya Ceisya bertahan.

"Wahh, wahh! Aku masih tidak percaya kau seperti itu, Zaf. Sungguh mengejutkan. Ckck!"

Melihat waktu yang semakin sedikit, Ceisya langsung mengeluarkan jurusnya agar dia bisa kabur. "Masa aku di suruh nyapu jalanan, Pak! Tega sekali! Udah dandan cantik-cantik mau buat kejutan ehh malah aku yang terkejut. Pria tidak bermoral. Aku benci!"

Daniel terperangah memandang Ceisya.

"Buang-buang waktu saja!"

Pukkk

Masih sempat-sempatnya Ceisya memukul lengannya kemudian kabur secepat mungkin.

Motor yang dikendarai Ceisya melesat begitu saja meninggalkan dua orang yang masih memandangnya kaget.

Sesampainya di kampus

Benar saja. Kelas sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu. Ceisya menelan ludahnya kasar melihat wajah garang sang Dosen yang terkenal seantero kampus.

'Mampus

Ceisya meringis saat sang Dosen melihat keberadaannya.

"CEISYA!" suaranya menggelegar di dalam ruangan fakultas kedokteran.

'Astaga! Astaga! Astaga!

Baru kali ini seorang Ceisya Aliyana Raquel terlambat mengikuti kelasnya. Hemmm...riwayat sejarah terbaru sepanjang hidupnya. Dan semua itu gara-gara Polisi sinting itu!

"S-saya, B-buk." seketika nyali dan jiwa psikopat Ceisya langsung melebur secara bersamaan.

"Masuk kamu!" Ceisya yang berada di ambang pintu langsung berlari terbirit-birit mendekati meja sang Dosen.

Siapa pun yang terlambat pastinya tidak akan berani langsung duduk di bangkunya. Harus berhadapan dengan seorang harimau dulu. Tidak tahu nasib kedepannya bagaimana. Apakah selamat atau tamat.

"Kamu tahu kan kalau saya tidak suka ada mahasiswa atau mahasiswi yang terlambat di jam saya?"

Ceisya langsung mengangguk cepat.

"Apakah ada alasan yang begitu kuat sehingga kamu terlambat?"

Bola mata Ceisya bergerak gelisah. "I-itu, B-buk...tadi ad-"

Brakk

Mendengar gebrakan meja langsung membuat Ceisya menjawab dengan spontan, cepat, dan tentunya dengan sekali tarikan nafas. "Tadi di jalan ada razia, Buk. Jadi, saya terjebak macet." jawab Ceisya berbicara tanpa spasi.

"Begitu?"

"Iya, Buk." jawab Ceisya dengan cepat sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali.

"Baiklah. Hari ini kamu saya bebaskan. Tapi, ingat! Jangan diulangi lagi! Ini juga untuk pelajaran bagi semuanya. Mengerti!"

"Mengerti, Buk."

"Yasudah. Silahkan kamu duduk!"

Lega. Tentu saja. Ceisya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia langsung berlari menuju bangkunya.

"Huft! Aman, aman."

Ceisya lolos di ujian babak senam jantung di pagi hari menjelang siang itu.

Seketika ruangan menjadi sunyi. Tidak ada yang berani mengobrol apalagi berbisik. Hal itu pasti akan cepat diketahui oleh sang Dosen. Telinganya sungguh tajam dan matanya yang jeli membuat mahasiswa atau mahasiswi tidak berkutik dibuatnya.

'Dasar Dosen terkutuk

...…...

kencangkan sabung pengamannya 🤣

Happy reading yah! Semoga suka 🤗🤗🤗

Jangan lupa jejaknya ditinggalkan yah 🤗

🐼LIKE

🐼KOMEN

🐼FAVORIT

Gift sama votenya juga boleh 😁ga maksa lho ya 😹

Part 2

Setelah mendapat arahan dari sang komandan. Mereka langsung bergegas menuju lokasi yang akan menjadi tempat mereka merazia pengendara yang tidak mematuhi aturan lalu lintas.

Rupanya banyak sekali yang terjaring razia. Entah itu orang tua, atau anak-anak muda. Terkhususnya anak-anak sekolah yang bandel.

"Ini kapan selesainya. Ya ampun!" keluh Daniel.

"Cih! Dasar lembek!"

"Hei! Kau mengejekku!" amuk Daniel.

"Tidak ada yang mengejekmu. Kalau merasa yasudah. Itu deritamu!" dengan kejam Zafran berkata begitu.

"Dasar jahat!" Zafran mengulum senyumnya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Jangan lalai. Di sini bagianku. Sana! Pergi ke tempatmu!" usir Zafran dengan tak lazim.

"Astaga!" Daniel langsung berpindah tempat agar tidak terkena amukan Zafran apalagi sang komandan kalau dia berleha-leha.

Matanya sangat tajam. Dia memberhentikan para pengendara untuk memeriksa kelengkapan berkendara seperti SIM, STNK. Terutama helm. Setelah diperiksa dan hasilnya memuaskan Zafran meloloskannya.

Matanya terhenti melihat seorang gadis yang berkendara tanpa memakai helm. Jiwa pemimpinnya langsung menyeruak. Dengan cepat dia memberhentikan pengendara itu.

"Ett ettt etttt. Berhenti dulu, Bu!" ujar Zafran menahan motor gadis itu. Dan perkataannya. Zafran baru menyadarinya karena itu fast respon. Lagi pula Zafran tidak memperdulikan itu.

Rupanya Zafran melihat gadis yang baru saja dia berhentikan menahan amarah. Tebakannya salah kalau gadis tersebut tidak mendengar panggilannya yang memanggil 'Ibu.

Zafran terlihat bodoamat melihatnya. Salah siapa tidak memakai pengaman kepala. Itu konsekuensinya.

"Anda tau kesalahan anda? Dan dimana letak kesalahannya? Berikan alasannya!" ucapnya dengan suara tegas.

"Tau...Om."

'Astaga!

Sepertinya Zafran baru saja terkena serangan mental. Ingin marah. Tapi, yasudah lah.

"O-om?"

'Om. Kata-kata yang sungguh ambigu. Sepertinya Zafran harus menanyakan kepada Daniel tentang ketampanannya apakah memudar atau wajahnya yang terlalu boros.

Zafran berdehem untuk menormalkan jantungnya yang sepertinya terkena serangan jantung. "Ekhem...bisa tolong turun sebentar!?"

Bahkan perintahnya saja berani ditolak.

Tampak Daniel berjalan ke arahnya. Bagus! Sepertinya Zafran akan meminta tolong kepada sahabatnya itu untuk menangani gadis ini.

"Om, bisa gak ini di skip dulu?"

"Pertanyan macam apa itu!?"

Zafran sepertinya harus pergi menemui komandannya untuk menanyakan celetukan gadis ini. Bisa-bisanya orang yang sedang terjerat razia meminta untuk men-skip itu?

"Di s-skip?"

Gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Tidak bisa! Sekarang turun atau hukuman?" ancam Zafran.

Gadis itu menggelengkan kepalanya lagi. "Om, jangan berbelit-belit deh! Saya tuh mau ke kampus. Lihat nih jam berapa!"

"Itu urusan anda bukan urusan saya." jawab Zafran santai.

"Gini ya, Om. Izinin saya pergi nanti pulang dari kampus saya ke sini lagi. Ya?"

"Tidak ada acara negoisasi!" tolak Zafran. Bisa-bisa dia!

"Sekarang turun atau-"

Bahkan perkataan Zafran saja belum selesai. Tapi, sudah diserobot gadis di depannya.

"Iya, Om, iya. Nih turun. Sabar kenapa sih!"

Zafran menuliskan sesuatu di selembar kertas dan memberikannya. "Nih, baca!" ujarnya menyodorkan secarik kertas.

Kita tunggu reaksinya. Dan...

"OM!"

"Ya. Ada apa?" tanya Zafran dengan sebelah alis terangkat.

"Yakali saya di suruh nyapu jalanan!" jawabnya memprotes.

"Ya. Memang."

"Hiksss...Om tega banget!"

"Astaga! Dia menangis?"

"Hei, bro. Kau apakan gadis itu?" tanya Daniel sambil menepuk bahu Zafran. Tanpa mereka ketahui senyuman smirk muncul di bibir mungil gadis itu.

Zafran hanya menghela nafasnya panjang. "Ini cewek gak mematu-"

Belum sempat Zafran melanjutkan perkataannya, tangisan kencang sudah terdengar di telinga mereka. Apa-apaan gadis ini!

"Ehh, ehh. Kenapa?" tanya Daniel kelabakan.

"Om itu jahat, Pak!"

'Jahat? Astaga! Cewek ini rabun? Ck! Menyusahkan. Batin Zafran.

"Astaga! Aku masih muda di panggil Bapak." keluh Daniel sambil memasang ekspresi kaget.

"Om ini?" tunjuk Daniel ke arah Zafran yang sudah melotot ke arahnya. Daniel menepuk pelan bahu Zafran. Ingin tertawa karena sahabatnya di panggil Om. Tapi, dia urungkan karena melihat ekspresi tidak bersahabat yang ditunjukkan Zafran. "Dia lakuin apa sama kamu?" tanya Daniel.

"Hiksss...dia...dia jahat! Aku diputusin, Pak. Pria cabul!"

Zafran dan Daniel langsung terbelalak. Yang paling tersakiti di sini adalah Zafran. Dituduh sebagai pria cabul.

'Cabul dari mananya? Astaga! Akan aku tunjukkan apa yang dimaksud dengan pria cabul!

"Zaf?" Daniel memandang tidak percaya ke arah sahabatnya.

"Cih! Mana ada!" jawab Zafran kesal.

"Bohong! Dia bohong, Pak. Hikss...tega-teganya."

'Hemmm...pintar sekali dirimu mendrama gadis cantik.

Cantik? Wahh! Mulut Zafran lepas rem.

"Wahh, wahh! Aku masih tidak percaya kau seperti itu, Zaf. Sungguh mengejutkan. Ckck!"

"Masa aku di suruh nyapu jalanan, Pak! Tega sekali! Udah dandan cantik-cantik mau buat kejutan ehh malah aku yang terkejut. Pria tidak bermoral. Aku benci!"

Daniel terperangah memandangnya. Kata-kata yang sungguh mengenakkan.

"Buang-buang waktu saja!"

Pukk

Masih sempat-sempatnya gadis itu memukul lengan Zafran menggunakan tas miliknya. Sungguh! Gadis yang pemberani.

Dan dia...lolos.

Plakkk

Zafran menggeplak kepala Daniel.

"Stttt...kenapa sih, Zaf? Main mukul orang saja!" keluh Daniel sambil mengusap belakang kepalanya. Sungguh! Definisi sahabat lak nat.

"Kau meloloskan gadis itu, Niel!" tatapan sengit Zafran tunjukkan.

"Ups, sorry, bung. Aku mana tahu. Gadis licik! Awas saja!" ujar Daniel menyesal telah termakan omongon gadis cantik itu.

"Cih! Menyusahkan kau, Niel."

"Ya, maaf."

"Maaf maaf saja yang bisa kau ucapkan."

"Apa aku harus mentraktirmu minum kopi?" tawar Daniel.

"Cih! Tidak berselera."

"Oh, ayolah, Zaf. Sungguh! Aku tidak tahu menahu tentang rencana gadis licik itu. Mulutnya asal ngomong saja! Enak saja aku dipanggil Bapak. Emang aku menikahi Ibunya!?"

"Dan kau...dipanggil Om." Daniel menggigit bibir bawahnya agar tawanya tidak terlepas. Bisa bahaya.

"Tertawalah selagi halal, brother. Akan ku pastikan suatu saat kau menderita lebih parah dariku!"

"Hahahahaa...ini menggelikan, Zaf. Astaga! Perutku sakit. Hahahaha..." akhirnya tawa Daniel lepas begitu saja.

"Gadis menarik bukan?" tanpa sadar Zafran menganggukkan kepalanya.

Sesaat kemudian Zafran menggelengkan kepalanya dan kembali memasang wajah datarnya.

"Jika diberi kesempatan kedua aku ingin membalasnya. Hih! Menyebalkan!"

"Ya ya ya. Semoga kalian dipertemukan. Dan aku rasa itu cocok." Daniel mengusap-usap dagunya.

"Ups. Sorry, bung. Oke-oke. Aku diam!" ujar Daniel ketika mendapatkan tatapan tajam dan menusuk.

"Oh, iya. Bukankah minggu depan kau akan mengantarkan kakakmu Noemi pulang bukan?" tanya Daniel membuka percakapan saat jalanan sepi dengan pengendara. Jadi, waktu tersebut mereka gunakan untuk mengobrol walau sebentar saja.

"Ya. Cih! Menyusahkan sekali. Sangat-sangat merepotkan."

"Hahahaha...begitulah menjadi seorang istri, Zaf. Akan sangat susah berpisah dengan suaminya."

"Coba saja kalau dia tidak merengek meminta untuk ikut suaminya ke sini."

"Maklum lah, Zaf. Kakak iparmu kan seorang pembisnis. Jadi, wajar saja kalau dia tidak menetap di rumah kalian. Salahkan saja kakakmu itu kenapa memaksa untuk ikut suaminya. Padahal kan hanya sebentar. Aku jadi takut kalau nanti punya istri seperti kakakmu itu. Mengerikan!" ujar Daniel bergidik membayangkan bagaimana nantinya dia akan mempunyai istri yang akan mengikutinya kemana saja saat apabila dia ditugaskan di luar kota.

"Jangan menikah saja sekalian!" canda Zafran.

"Mana boleh. Nanti aku diamuk oleh orang tuaku. Pasti mereka merengek ingin meminta cucu. Kau tau kan aku anak satu-satunya. Huft!"

"Ya ya ya. Kabulkan saja. Bila perlu sekarang."

"Sayangnya calonnya belum ada. Hahaha..."

Mereka pun larut dalam pembicaraan unfaedah tersebut hingga pembicaraan mereka terhenti saat melihat ada pengendara yang tidak mematuhi peraturan.

...…...

jempolnya gesss ☺🙂

Part 3

"Baiklah, anak-anak. Sampai di sini pertemuan kita hari ini. Selamat siang!"

"Siang, Buk."

Terdengar suara helaan nafas lega dari dalam ruangan tersebut. Lega karena Dosen killer itu sudah beranjak keluar.

Sesaat setelah Dosen killer itu keluar, ruangan menjadi sepi karena sebagian sudah ada yang keluar.

Ceisya membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.

Di dalam kelasnya tidak ada satupun teman yang akrab dengan Ceisya. Entah mengapa gadis itu tidak mau terlalu akrab dengan teman-temannya kecuali kalau membahas tugas.

Dan yang Ceisya lakukan saat ini adalah keluar dari kelasnya dan pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku. Banyak materi yang harus dia pelajari mengingat sebentar lagi ujian praktek.

Ceisya berkeliling di dalam perpustakaan sambil mencari buku tentang pembahasan materi.

Setelah mendapatkannya Ceisya langsung keluar dari dalam perpustakaan dan berniat untuk bersantai di taman.

Buku-buku tebal itu terbuka kala jari-jari lentik Ceisya membuka halaman per halaman.

Rambut panjangnya bahkan melayang-layang saat tertiup angin. Sungguh definisi gadis mempesona.

"Ceisya."

Ceisya mendongakkan kepalanya merasa ada yang memanggil namanya. Dan benar saja, seorang pria berpenampilan rapi tengah menatapnya.

"Mengganggu?"

"Sedikit." jawab Ceisya jujur.

"Boleh aku duduk?"

Ceisya menganggukkan kepalanya. "Ada apa, Ga?" tanya Ceisya sambil menatap ke arah depan.

"Eummm...itu. Aku mau pinjam buku tugas karena minggu lalu aku tidak hadir. Boleh?" tanya Rangga teman sekelas Ceisya.

"Iya. Boleh. Tapi, bukunya di kosan. Mau sekarang atau besok? Kalau sekarang biar aku ambil di kosan."

"Sekarang." jawab Rangga dengan wajah berbinar.

Ceisya membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas lalu dia bangkit dari duduknya.

"Mau kemana, Sya?" tanya Rangga.

"Katanya mau minjam buku?"

"Yuk!"

Ceisya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rangga. Bukan hal asing lagi bagi Ceisya kalau melihat Rangga yang selalu berusaha untuk mengobrol dengannya.

Tidak tahu dia kalau itu adalah akal-akalan bulus Rangga agar bisa berdekatan dengan Ceisya.

Sesampai mereka di parkiran, Ceisya langsung mengeluarkan motornya dan langsung tancap gas dengan Rangga berada di belakang mengikutinya.

"Tunggu sebentar!" ujar Ceisya lalu masuk ke kosannya sedangkan Rangga duduk di luar. Bisa bahaya kalau dia masuk, akan jadi fitnah para netizen yang subhanallah sekali.

Tidak lama datanglah Ceisya sambil membawa bukunya. "Nih!" Ceisya menyodorkan bukunya.

"Terima kasih, Sya."

"Sama-sama."

"Oh iya. Kamu sudah makan siang?"

Ceisya menggelengkan kepalanya. Memangnya dia sempat makan siang sedangkan tadi saja dia berada di taman.

"Sebagai tanda terima kasih aku mau mentraktir kamu makan siang. Mau?"

Ceisya menimbang-nimbang tawaran Rangga. Hemmm...gratis. Kapan lagi coba.

"Boleh. Tapi, di warung makan biasa aja ya?" nego Ceisya yang memang malas untuk bepergian jauh.

"No problem." balas Rangga tak masalah. "Mau bareng atau sendiri-sendiri?"

"Sendiri aja."

"Baiklah."

Rangga melajukan motornya untuk mencari warung makan terdekat dari kosan Ceisya.

Rangga memberhentikan motornya saat menemukan warung makan yang berada tidak jauh dari kosan Ceisya. Ceisya yang melihatnya juga berhenti.

Sambil menunggu pesanan Rangga berniat untuk membuka pembicaraan mereka. Rasanya canggung apabila berdiam saja. Apalagi Ceisya, jangan ditanya. Gadis itu asik menikmati orang-orang ramai yang sedang asik memakan bakso. Ya. Mereka berhenti di sebuah warung makan yang menyediakan menu bakso, mie ayam, dan masih banyak lagi.

"Eummm...Sya."

"Ya?"

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa?"

"Pacar kamu gak marah kalau lihat kita berduaan begini?" tanya Rangga hati-hati.

"Pacar?" tanya Ceisya pada dirinya sendiri sambil membayangkannya.

Melihat keterdiaman Ceisya, Rangga tahu bahwa pertanyaannya tersebut membuat Ceisya tidak nyaman.

"Sudah. Lupakan aja." ujar Rangga.

Tidak lama kemudian pesanan mereka tiba.

"Mau aku antar pulang?" tanya Rangga sambil mengelap mulutnya menggunakan tisu.

"Tidak usah. Langsung pulang aja." jawab Ceisya.

"Baiklah kalau begitu. Hati-hati pulangnya."

"Iya."

Malam harinya Ceisya berniat untuk mencari makanan untuk dia makan malam. Perutnya sudah keroncongan akibat menguras otak dan pikiran saat mengerjakan tugas.

Biasanya Ceisya memasak sendiri. Tapi, karena bahan makanannya sudah habis Ceisya harus terpaksa berkeliaran di malam hari untuk mencari makan.

Sebenarnya malas dan tentunya mager. Tapi perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Alhasil di sini lah Ceisya berada. Di warung makan tempat langganannya. Bukan warung makan tempat dia makan bersama Rangga tadi siang.

Ceisya mengeratkan jaket yang melekat di tubuhnya kala dingin menyapa.

"Sendiri aja, Neng?" tanya Siti pemilik warung makan sambil meletakkan piring berisikan soto di atas meja.

"Huft! Iya, Mbak." jawab Ceisya.

"Lha, temennya mana?" tanya Siti.

"Pulang kampung, Mbak. Katanya saudaranya nikah." balas Ceisya.

Teman yang dimaksudnya adalah Reva. Sahabat Ceisya yang berdekatan kosan dengannya. Biasanya mereka selalu berpergian berdua kemana-mana. Reva satu Universitas dengannya. Bedanya Reva mengambil jurusan psikologi.

Sudah dua hari ini Ceisya sendiri karena Reva masih berada di kampung halamannya.

"Oh, begitu. Yang sabar ya, Neng. Mbak pamit ke belakang dulu ya?"

"Iya, Mbak. Silahkan."

Tinggal lah Ceisya duduk lesehan sendirian. Malam-malam begini warung makan Mbak Siti selalu ramai akan pengunjungnya. Jadi, tidak heran kalau Mbak Siti sibuk di belakang. Biasanya kalau sepi pengunjung Mbak Siti selalu menemani Ceisya mengobrol.

Warung makan Mbak Siti sangatlah unik. Tidak ada kursi untuk duduk alias lesehan.

Ceisya meniup-niup nasi yang masih hangat sebelum masuk ke dalam mulutnya.

Rasa kuah soto ketika berbaur dengan nasi sungguh menggugah selera.

Suapan per suapan nasi telah masuk ke dalam ke perut Ceisya dan bersiap-siap untuk di eksekusi oleh pencernaan.

Sebelum beranjak pulang, Ceisya terlebih dahulu duduk lama di tempatnya agar proses pencernaannya lancar.

Ceisya menscroll layar ponselnya sambil sesekali melihat sekitarnya. Netra matanya terhenti ketika tidak sengaja melihat seorang remaja yang melamun sambil melihat ke meja pengunjung lain yang sedang asik bercengkrama bersama anaknya.

Sorot matanya begitu sendu. Entahlah, ketika Ceisya melihatnya menjadi tidak tega. Seperti ada sesuatu yang dipendam olehnya.

Berteman dengan Reva membuatnya tau lebih banyak tentang psikologis. Reva sering mengajaknya pergi menemui anak-anak yang mentalnya sedikit terganggu. Tidak banyak Reva mengajarinya ini itu.

Ceisya mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Beruntung saku celananya dalam seperti lautan samudera. Jika tidak, sudah di pastikan ponsel kesayangannya itu akan tercecer entah di mana.

Begitu Ceisya mendekat, gadis tersebut langsung berlari keluar. Sepertinya keberadaan Ceisya di sadari olehnya.

Melihat gadis remaja tersebut berlari, Ceisya berusaha mengejarnya. Namun, karena jalanan terlalu banyak kendaraan lewat jadi Ceisya kehilangan jejaknya.

Tidak diketahui bahwa gadis tersebut berlari dan bersembunyi di balik pepohonan besar yang berada tidak jauh dari warung makan tersebut.

Ceisya mengingatnya. Mengingat paras ayu dari gadis remaja tersebut.

Setelah beberapa menit Ceisya mencari dan tidak menemukannya akhirnya Ceisya menyerah. Ceisya memutuskan untuk pulang ke kosannya dan beristirahat setelah perutnya terisi.

Bayangan-bayangan masa lalunya langsung muncul di kepala Ceisya. Ketika dia remaja, Ceisya pernah mengalaminya. Kedua orang tuanya begitu sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Bundanya yang begitu sibuk mengurusi bisnis rangkaian bunganya dan Ayahnya yang selalu jarang di rumah kerena urusan bisnisnya yang membuat Ayahnya begitu jarang berada di rumah. Bahkan Ayahnya pulang hanya dua bulan sekali. Bukankah itu menyiksa? Ceisya maklum. Toh itu semua juga untuk kebahagiaannya. Ralat, bukan kebahagiaan seperti itu lah yang dia inginkan.

Sejak kejadian Ceisya yang pernah mengalami kecelakaan di usianya yang masih duduk di bangku SMP sejak itu lah orang tuanya berubah. Itu semua karena teguran keras dari Kakek dan Neneknya.

Bagaikan tamparan keras yang menyapa wajah kedua orang tuanya. Mereka baru menyadari perbuatan mereka yang hanya sibuk mengejar urusan duniawi. Lupa bahwa ada sepasang anak yang butuh akan kasih sayang dan perhatiannya.

Ceisya tidak pernah kekurangan apapun dalam hal materi. Tapi, yang dia butuhkan hanya kasih sayang.

Sekarang dunianya telah berubah. Sangat bahagia. Bahkan sekarang rasanya seperti mimpi.

Mengubah nasib bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Harus ada kejadian yang menyakitkan baru mereka akan sadar. Seseorang sukses juga bukanlah seperti memasak mie instan. Sakit, jatuh, bangun, bangkit. Banyak proses yang harus dilalui. Memasak mie instan saja harus penuh perjuangan.

Tersenyum ketika hati sedang tidak baik-baik saja. Berpura-pura bahagia dalam keadaan menderita. Hal itu wajar dan sudah tidak asing lagi. Namun, bagaimana cara menyikapinya. Apakah harus di sikapi dengan baik ataukah tidak. Tergantung manusianya. Apa yang kita tanam itu lah juga yang akan kita tuai.

...…...

Mari merapattt 🙈

jempolnya ges

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!