"Firlita......! Kau harus jujur.....! Katakan padaku, siapa laki - laki itu !" Teriak Hanaria memaksa sahabatnya. Sambil memegang test kehamilan yang bergaris dua ditangannya.
Firlita hanya bisa menangis sesenggukkan, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Hanaria mondar - mandir laksana seterika berjalan diruang tamu. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu nampak berpikir keras bagaimana cara membantu sahabatnya itu.
Sedangkan Firlita masih menangis sesenggukan disofa tamu tanpa tahu harus berbuat apa.
Hanaria lalu menghampiri Firlita, dan duduk disisi gadis itu dengan perasaan yang masih marah. Ia berusaha menenangkan dirinya.
Kenangan tiga tahun silam kembali terlintas dibenak Hanaria. Pertemuan pertamanya dengan Firlita, gadis belia yang bekerja sebagai SPG diusia enam belas tahun disalah satu pusat perbelanjaan, mencari kost dengan biaya murah. Karena merasa kasihan, Hanaria mengajaknya untuk tinggal bersamanya dengan gratis dikostnya.
Berjalan satu tahun kebersamaan mereka, Hanaria membeli rumah di komplek perumahan sangat sederhana dari bonus pekerjaannya sebagai seorang arsitek di perusahaan properti tempat ia berkerja.
Saat itu ia mengajak Firlita untuk pindah bersamanya, namun sahabat belianya itu menolak dengan alasan jauh dari tempat ia berkerja.
Dua tahun mereka tinggal terpisah, dan jarang bertemu karena kesibukan pekerjaan masing - masing.
Hingga akhirnya, hari ini Firlita datang kerumahnya sambil menangis karena telah hamil diluar nikah.
Hanaria mengusap punggung Firlita yang berguncang - guncang disebabkan sesenggukannya. Perasaan gadis yatim piatu itu pasti sangat hancur saat ini pikir Hanaria yang berusaha membuang rasa marahnya.
"Firlita......" Panggil Hanaria lembut.
Firlita yang menangis dengan menundukkan kepalanya, perlahan menegakkan kepalanya dan melihat kearah Hanaria yang memanggilnya sambil mengembangkan kedua belah tangannya untuk dirinya.
Tanpa aba - aba gadis belia yang baru berusia sembilan belas tahun itu langsung masuk kedalam pelukan Hanaria.
Dengan penuh kasih sayang Hanaria mendekap dan membelai Firlita yang sudah dianggapnya seperti adiknya sendiri itu.
"Maafkan aku Firlita.... karena telah berteriak padamu tadi.... aku begitu shock mendengarnya....." Ucap Hanaria sambil membelai punggung Firlita untuk menenangkan gadis itu.
"Aku akan mengantarkanmu pulang, besok pagi kita masing - masing masih harus berkerja. Bila kau sudah siap, kau bisa mengatakan siapa nama laki - laki yang sudah membuatmu seperti ini." Ucap Hanaria melonggarkan pelukannya.
Diusapnya air mata Firlita. Mata gadis itu terlihat begitu sembab.
Hanaria mengambil kunci kontak mobilnya lalu mengajak Firlita keluar dari rumahnya yang berukuran kecil itu.
Mobil yang dikemudikan Hanaria merayap perlahan, beberapa blok dalam perumahan itu ia lewati dengan kecepatan lambat. Hingga akhirnya mereka keluar melewati pos security perumahan itu.
Hanaria melajukan mobilnya dijalan raya dengan kecepatan sedang. Firlita yang duduk disebelahnya masih berdiam diri. Sesekali punggungnya masih terlihat berguncang akibat sisa - sisa tangisnya yang belum tuntas.
"Firlita......Kau sudah makan siang?" Tanya Hanaria saat melihat arloji ditangannya yang sudah menunjukan jam tiga sore.
Firlita menggelengkan kepalanya.
"Kita cari makan dulu yuk sebelum pulang kekostmu..." Ajak Hanaria menoleh sepintas pada Firlita yang duduk disebelahnya.
"Aku tidak lapar kak......" Kata Firlita tak bersemangat.
"Tapi aku yang lapar Fir....." Kata Hanaria sambil pokus pada jalan didepannya.
"Terserah kakak saja, aku ikut saja....." Kata Firlita masih tak bersemangat.
"Nah gitu dong....." Ucap Hanaria senang. Ia melambatkan mobilnya sambil melihat warung - warung pinggir jalan yang mereka lintasi.
Setelah melihat warung yang khusus menyajikan beragam kuliner berbahan ikan, Hanaria menepikan mobilnya dengan perlahan.
"Ayoo....." Hanaria mengajak Firlita turun dari mobilnya. Firlita hanya menurut dengan wajah lesu.
Pramusaji datang menhampiri Hanaria dan Firlita yang baru saja menempati salah satu meja kosong dan memberikan daftar menu.
"Kau mau makan apa Fir....." Tanya Hanaria sambil memilih daftar menu.
"Terserah kakak saja....." Ucap Firlita masih tak bersemangat.
Hanaria lalu menulis dikertas pesanan, setelah selesai ia menyerahkan pada petugas pramusaji.
"Firlita..... Kau tidak boleh mengabaikan kehamilanmu itu. Bayi yang telah tumbuh dirahimmu juga punya hak untuk hidup. Suka atau tidak suka kau harus menjaga kandunganmu itu dengan baik. Jadi, walaupun kau tidak merasa lapar, kau harus makan, jangan sampai tidak. Kau mengerti Fir.....?" Ujar Hanaria menasehati sahabat belianya itu yang lebih muda enam tahun darinya.
Firlita hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Tidak lama berselang, pesanan mereka akhirnya tiba. Pramusaji menyajikan makanan diatas meja. Hanaria yang belum makan siang terlihat begitu bersemangat untuk segera menyantap makanannya.
Sementara Firlita masih dengan wajah lesunya terlihat acuh pada makanan yang telah tersaji didepannya.
"Firlita..... Ayoo dimakan.... kok dianggurin aja.... ini sup ikan salmon....sangat baik untuk ibu hamil sepertimu dan bayi dalam kandunganmu. Ini sayuran brokoli dan kacanga - kacangan juga."
"Aku tidak selera makan kak, rasanya aku ingin muntah bila ada makanan yang masuk kemulutku." Ucapnya dengan wajah meringis.
"Tenang saja, tadi aku sudah meminta pramusajinya menghilangkan bau amisnya, kau pasti tidak memuntahkannya. Ayo dicoba, bagaimana kau tau rasanya kalau tidak mencobanya dulu." Hanaria memasukan sup ikan salmon kemangkuk lalu memberikannya pada Firlita.
Firlita menerimanya lalu menyendok sedikit kuahnya dan memasukannya kedalam mulutnya, lidahnya mengecap rasanya.
"Bagaimana.....?? Enak.....??" Tanya Hanaria penasaran sambil menatap lekat wajah Firlita.
"Iya..... enak... rasanya juga segar kak......" Kata Firlita mulai bersemangat.
"Kalau enak..... makanlah yang banyak...... buatmu, juga bayi diperutnu itu." Ucap Hanaria menunjuk perut Firlita dengan memonyongkan mulutnya.
Firlita hanya tersenyum melihat Hanaria yang bersikap seperti itu padanya, ia segera menyuap sup ikan salmon dari mangkuk yang ada ditangannya. Rasa sup ikan itu tidak membuatnya mual sama sekali. Hingga ia menambahnya berkali - kali.
Hanaria yang melihatnya merasa lega, diperhatikannya wajah polos itu, ada rasa sakit didadanya yang ia rasakan saat mengingat apa yang dialami gadis malang didepannya itu.
Hanaria menyantap makanan dihadapannya dengan lahap, rasa laparnya membuat ia menghabiskan makanannya dalam sekejap.
"Apakah kau sudah selesai Fir.....? Atau kau mau pesan untuk dibawa pulang." Tanya Hanaria.
"Sudah kak..... Cukup saja kak.....tidak usah memesan lagi, rasanya aku sangat lelah ingin segera istirahat dirumah." Kata Firlita dengan wajah yang memang terlihat lelah.
Hanaria segera menuju kasir untuk membayar tagihan. Setelahnya keduanya langsung meninggalkan tempat itu dengan mobil yang mereka kendarai.
Tak menunggu lama, mobil Hanaria sudah tiba didepan pagar kost Firlita tempat dirinya dahulu pernah kost pada dua tahun yang lalu.
"Disini saja kak..... Terima kasih banyak untuk semuanya hari ini ya kak....." Ucap Firlita menatap wajah Hanaria yang masih memegang kemudinya.
"Iya sama - sama Fir..... Ingat, apapun yang terjadi, kau harus tetap semangat. Jangan pernah menyerah. Beri kabar padaku bila terjadi sesuatu padamu. Jangan pernah malu, anggap aku ini kakakmu Fir...." Ucap Hanaria dengan pesan beruntunnya.
"Iya kak.... aku mengerti..... Sekali lagi terima kasih banyak untuk semuanya yang telah kakak lakukan untukku. Aku turun dulu ya kak....." Pamitnya. Lalu membuka pintu mobil dan segera turun.
Hanaria hanya menjawab dengan senyumannya sambil menganggukan kepalanya.
Firlita melambaikan tangannya pada Hanaria lalu masuk kedalam pagar. Hanaria pun membalas lambaian sahabat belianya itu lalu menjalankan kembali mobilnya.
Lalu lintas tidak terlalu ramai disore itu. Kota tempat Hanaria bekerja memang biasa sepi bila di hari minggu sore, para pegawai dan pekerja swasta lainnya biasanya menghabiskan waktu mereka bersama kelurga diluar kota.
Hanaria mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil menikmati suasana kota yang nampak lengang.
Krrrrriiiiiiikkkkkk....... Krrriiiiiiikkkkkk.....
Sebuah mobil sport merah menyala melaju begitu kencang dan sempat menyerempet mobil Hanaria saat melintas untuk mendahului.
Hanaria yang sempat terkejut segera menguasai dirinya. Dengan kecepatan penuh, dikejarnya mobil sport yang sudah menjauh didepannya itu.
Selang beberapa detik.... Hanaria sudah berada dibelakang mobil sport yang ia kejar.
Hanaria mulai memposisikan mobilnya melaju mendahului mobil sport merah menyala itu.
Mobil Hanaria dan mobil sport merah menyala itu melaju bersisian. Kedua mobil itu terlihat saling berusaha mendahului satu sama lainnya.
Ternyata tidaklah mudah bagi Hanaria menaklukkan pengemudi sport merah itu, terbukti beberapa kali ia sering hampir tertinggal dibelakangnya.
Hal itu terjadi beberapa menit lamanya, hingga akhirnya, Hanaria menginjak gasnya begitu dalam, jarum kecepatan menunjukkan angka maksimal, suara gesekan ban mobil dan aspal terdengar begitu mengerikan hingga mengeluarkan bau hangus.
Diwaktu yang tepat, saat mobil Hanaria berhasil mendahului mobil sport merah disisi jalan, Hanaria membanting setir kemudinya kekiri hingga membuat mobil sport merah itu terpaksa menginjak rem hingga suara gesekan ban dan aspal begitu memekakkan telinga.
Hanaria segera keluar dari mobilnya, dengan setengah berlari ia menghampiri mobil sport merah menyala itu.
"Dorrrr..... Doorrrr......" Hanaria menggedor pintu disebelah kemudi mobil sport merah menyala itu dengan tidak sabar.
Tak menunggu lama, pintu mobil sport merah menyala itu terbuka. Seorang pria keluar dari belakang kemudi. Hanaria sempat melihat seorang wanita cantik duduk disebelah pria yang mengemudikan mobil sport merah itu.
"Hai nona jangkung..... Senang sekali bisa balapan dengan anda sore ini. Ternyata anda hebat juga, mobil biasa milik anda bisa mendahului mobil sport milik saya." Ucap sang pria tanpa rasa bersalah.
"Dasar..... pria ugal - ugalan.....ini jalan raya milik negara, bukan milik nenek moyang anda. Apa anda tidak tahu peraturan lalu lintas, dilarang mengemudikan mobil diatas kecepatan yang telah ditentukan dijalan raya seperti ini. Sepertinya anda harus test ulang mengemudi untuk mendapatkan SIM yang baru !" Ucap Hanaria sarkas.
"Perkataan anda pedas juga nona jangkung....Tapi jangan khawatir.... saya maafkan, karena anda telah mengalahkan saya dalam balapan mobil hari ini..." Ucap pria itu dengan senyum mengejek.
"Sorry ya.... Saya tidak ada niatan balapan dengan anda, saya melakukan itu supaya anda mengganti kerugian saya akibat mobil mewah anda ini telah menyerempet mobil biasa saya, lihatlah mobil saya lecet." Ucap Hanaria sedikit meninggi.
Pria itu langsung tertawa lebar mendengar ucapan Hanaria yang jujur.
"Saya pikir anda tadi sungguh - sungguh uji nyali balapan dengan saya, ternyata hanya minta ganti rugi. Tenang saja, saya tidak akan lari dari tanggung jawab. Berapa biaya yang anda minta saya akan bayar...." Ucap pria itu semakin mengejek.
Hanaria mengepalkan kedua tangannya, ingin rasanya ia menghajar pria didepannya itu kalau tidak ingat ini negara hukum.
"Saya tidak butuh uang anda.... Saya hanya butuh mobil saya yang lecet ini segera diperbaiki kembali seperti semula. Sekarang ikut saya kebengkel...." Kata Hanaria dengan suara garangnya.
"Baiklah..... Anda duluan nona, saya akan mengikuti dari belakang....." Kata pria itu menyetujui.
"Awas....! Kalau masih melarikan diri seperti tadi, akan saya kejar sampai kantor polisi..... mengerti....!!" Ancam Hanaria disertai tatapan mata tajamnya.
"Iya.... iya..... tenang saja.....tidak usah galak seperti itu." Ucap pria itu yang sudah merasa sebal melihat tingkah Hanaria yang tidak tahu siapa dirinya.
Hanaria masuk kemobilnya lalu menghidupkan mesin mobilnya. Mobil Hanaria perlahan merangkak dan mulai melaju dengan kecepatan sedang dijalan raya yang masih lengang itu diikuti mobil sport merah menyala dibelakangnya.
Beberapa kilometer kemudian, Hanaria membelokkan mobilnya masuk kesalah satu bengkel mobil yang ada dipinggir jalan. Mobil sport merah menyala itupun ikut masuk ke area bengkel yang dimasuki Hanaria.
Pemilik bengkel segera menghampiri Hanaria yang baru keluar dari mobilnya.
"Ada yang bisa saya bantu nona...?" Tanya nya saat berdiri didekat Hanaria.
"Iya bang..... Bisa tolong perbaiki lecet pada mobil saya ini....." Ucap Hanaria sambil menunjukan lecet yang lumayan dalam dan panjang dibagian samping kanan mobilnya. Pemilik bengkel lalu memeriksanya sebentar.
"Bisa nona, tapi saya mohon maaf, tidak bisa selesai sore ini, karena saya perlu mencari cat dan bahan lainnya yang sesuai, saya perkirakan besok siang sudah selesai nona." Jelas sang pemilik bengkel.
Sementara itu pria pengemudi mobil sport merah dan teman wanitanya hanya berdiri dan mendengarkan dialog antara Hanaria dan pemilik bengkel.
"Biaya nya berapa bang?" Tanya Hanaria lagi.
"Sebentar ya nona saya hitung dulu." Pemilik bengkel itu mengambil kertas dan pulpen lalu menulis beberapa item yang diperlukan dalam memperbaiki kerusakan mobil Hanaria, setelah selesai ia memberikan catatan yang telah ia buat pada Hanaria.
Hanaria segera menerimanya lalu memberikannya pada pria pengemudi mobil sport merah yang berdiri didekatnya itu.
"Apa hanya segini biayanya?" Tanyanya saat catatan itu sudah ada ditangannya.
"Kau sombong sekali.... Apa itu terlalu murah bagimu?" Ucap Hanaria ketus.
"Bukan itu maksudku.... Apa tidak ada perubahan lagi, karena kalau lebih dari ini lagi biayanya, aku kasihan padamu nona jangkung, kau akan sulit mencariku untuk menambah biayanya." Jelas pria itu memberi pengertian pada Hanaria yang mudah marah itu.
"Iya tuan.... tidak ada perubahan lagi, biayanya sesuai catatan yang saya buat itu." Ucap pemilik bengkel menengahi.
"Tolong tulis nomor rekening anda dicatatan ini pak, saya akan mentransfer biayanya sekarang." Kata pria itu sambil memberikan kertas catatan pada pemilik bengkel.
Pemilik bengkel segera menulis nomor rekeningnya sesuai permintaan, lalu segera mengembalikannya lagi pada pria pemilik mobil sport itu.
Pria pengemudi mobil sport itu segera mengetik diponselnya. Tidak lama berselang terdengar nada notifikasi masuk keponsel sang pemilik bengkel.
"Sudah saya terima tuan." Kata sang pemilik bengkel saat membuka pesan di ponselnya.
"Bila sudah tidak ada lagi, kami permisi dulu." Kata pria pengemudi mobil sport itu.
"Iya tuan...." Sahut pemilik bengkel.
"Nona.....Mobil anda sedang diperbaiki dibengkel ini, bagaimana kalau kami mengantarkan anda pulang?" Kata wanita cantik teman dari pria pengemudi mobil sport itu.
"Terima kasih nona atas tawaran anda, saya bisa naik gojek saja." Sahut Hanaria sopan.
"Ayo kita pergi sekarang..... bukankah kita tadi ingin pergi kesuatu tempat." Kata pria itu menarik tangan teman wanitanya.
"Nona kami duluan, maafkan kami ya yang sudah menyusahkan anda." Kata Wanita itu sambil mengikuti pria pengemudi yang menarik tangannya sedikit memaksa.
Hanaria hanya menganggukkan kepalanya pada wanita cantik dengan rambut sebahu itu. Sedangkan ia masih merasa kesal pada pria pengemudi mobil sport yang tidak merasa bersalah pada apa yang telah ia lakukan.
Dilihat dari penampilan mereka, tentulah mereka adalah orang yang kaya, mungkin hal itulah yang membuat pria itu sombong, dan tidak mau meminta maaf dengan orang seperti dirinya, pikir Hanaria didalam hatinya.
Mobil sport merah menyala itu bergerak perlahan meninggalkan area bengkel, lalu kembali melaju kencang setelah berada dijalan raya.
Hanaria hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat perilaku pengemudi mobil sport merah menyala itu.
***
"Willy.......!!! Rosalia......!!!" Teriak wanita tua itu histeris, saat melihat cucu laki - lakinya tidur bersama seorang gadis dikamar apartemennya.
"Kenapa kalian tidur bersama dalam satu kamar.....,hahhh......!!!!" Teriaknya lagi sambil menjewer dua manusia berlawanan jenis itu dari dalam selimut mereka.
"Ampun..... ampun......ampun omaa.....sakiiitttt....." Kedua muda - mudi itu mengerang kesakitan saat telinga mereka dijewer.
"Lebih sakit lagi mata omaa.... melihat kalian berdua tidur bersama seperti orang yang sudah menikah saja." Omel wanita tua itu yang dikenal dengan nama nyonya Agatsa nenek dari pemuda yang bernama Willy Moranno Agatsa.
"Ini tidak seperti yang oma pikirkan, aku dan Rosalia tadi malam pulang jam tiga pagi dari acara reoni bersama teman - teman, jadi karena sudah sangat mengantuk jadi kami tertidur berdua disini. Lihat pakaian kami masih lengkap kok oma." Kilah Willy pada sang nenek sambil mengusap telinganya yang merah dan masih terasa sakit setelah dijewer neneknya.
"Iya oma, Willy benar, kami hanya tidur, tidak berbuat yang aneh - aneh oma." Kata Rosalia dengan mata yang masih sangat mengantuk, tangannya pun mengusap daun telungannya yang sakit.
"Oma tidak percaya, buka pakaian dalam kalian, oma mau lihat.....! " Perintah nyonya Agatsa.
"Oma ini ada - ada saja ahh..... Masa mau lihat pakaian dalam, nanti oma bisa mabok mencium aroma asem, manis, asin...... Gak mau.....!!" Protes Willy jengah.
"Ayo Willy....... Rosalia....... Cepet dibukaaaa.......!" Perintah nyonya Agatsa lagi tidak mau dibantah.
Willy dan Rosalia saling berpandangan, mereka bingung dengan permintaan nyonya Agatsa yang terlalu berlebihan menurut mereka.
"Ayooo........tunggu apaaa lagiiiii.......!!!" Teriak nyonya Agatsa tidak sabar melihat kedua muda - mudi itu tidak segera melakukan perintahnya.
"Omaaa......Masa aku dan Rosalia harus bugil didepan oma, malu dong omaa....." Kata Willy lagi memberi alasan.
"Ya ampun Willy..... pakai otakmu yang pintar itu, ya pake handuk atau selimut lah, masa mau main bugil - bugilan gitu aja.....! Udah, jangan banyak alasan, ambil selimut atau handuk dilemari pakaian, oma mau lihat kalian lepas pakaian dalam disini. Kalau dikamar mandi, pasti kalian akan kongkalikong sama oma......" Perintah nyonya Agatsa tak mau tahu.
Rosalia yang sejak tadi banyak terdiam bergegas menuju lemari pakaian Willy untuk mencari apa yang diperintahkan nyonya Agatsa nenek Willy. Setelah mendapatkannya ia lalu memberikan satu selimut pada Willy.
"Ayo cepet..... cepet.... oma mau lihat....." Perintah nyonya Agatsa lagi tidak sabaran dengan wajah kesal.
Rosalia dan Willy kembali berpandangan. Mau tak mau mereka menuruti perintah sang nenek supaya masalah itu segera selesai.
Willy segera melepaskan celana jeans nya, Rosalia dengan cepat membalikkan tubuhnya kearah lain sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.
"Oma lihat baik - baik...... Tidak ada yang aneh - aneh kan dicelana dalamku ini....." Kata Willy sambil melemparkan ****** ***** antiknya pada neneknya.
"Anak nakal..... tidak sopan...... melempar sembarangan celana bau terasi....." Omel nyonya Agatsa pada cucu laki - lakinya itu yang melemparkan ****** ******** begitu saja kearahnya.
Willy pura - pura tidak mendengar omelan sang nenek, ia berlalu begitu saja masuk kekamar mandi. Tak lama terdengar suara gemericik air didalam kamar mandi.
Nyonya Agatsa merasa lega saat ia tidak menemukan benda cair dicelana dalam cucunya. Matanya lalu kembali menatap tajam pada gadis yang masih menutup matanya dengan kedua tangannya itu.
"Rosalia..... Sekarang giliranmu......Buka celana dalammu......" Perintahnya pada gadis cantik berambut sebahu itu.
"Tapi oma..... Rosaaa......" Ucap Rosalia ragu melepas ****** ******** sambil menatap kearah nyonya Agatsa.
"Tidak ada tapi - tapian.... Cepat bukaaaa..... oma mau lihat...... jangan banyak alasan." Perintahnya lagi dengan mata melotot.
"Iya.... iya.... iyaa oma...... Rosa pasti bukaaa..... sabar ya omaa......" Ucap Rosalia lalu mulai berjongkok melepaskan ****** ******** dengan hati - hati dari balik dress yang ia kenakan.
"Ini oma......." Kata Rosalia sambil menyerahkan ****** ******** pada nyonya Agatsa dengan kedua tangannya.
"Apa ini Rosalia.... kauuu......." Mata nyonya Agatsa membelalak dan tiba - tiba perutnya langsung bergolak melihat ****** ***** milik Rosalia.
"Menjijikkannn....... dasaaarrrrr anak - anak nakkaaalll....!!" Teriak nyonya Agatsa setengah berlari menuju wastafel sambil melemparkan ****** ***** milik Rosalia ke sembarang tempat.
"Hhhuuueeekkkk....... Hhhuuuueèeekkkk......." Nyonya Agatsa memuntahkan isi perutnya beberapa kali.
Rosalia segera menghampiri nyonya Agatsa dan memijat tengkuknya. Setelah nyonya Agatsa tidak muntah lagi, Rosalia segera memberikan segelas air putih pada nyonya Agatsa.
"Oma baik - baik saja??" Tanya Rosalia nampak khawatir.
"Kenapa kau tidak bilang kalau kau sedang haid Rosalia.....Dan kenapa kau tidak segera mengganti pembalutmu yang sudah penuh meluber itu....." Ucap nyonha Agatsa yang masih merasa jijik saat mengingat kejadian barusan.
"Tadi Rosa pengen kasih tahu, tapi oma sudah memotong ucapan Rosa. Terus pembalut itu belum diganti karena Rosa tadi kan masih tidur saat oma datang teriak - teriak sambil jewer telinga Rosa sama Willy...." Kilahnya memberi alasan.
"Sudahlah...... Sekarang oma mau telepon papah - mamahmu, juga mommy - daddy Willy supaya mereka datang kemari." Ucap nyonya Agatsa lalu mengambil ponselnya.
"Aduhhh.... jangan dong oma, ini kan udah selesai oma, kami sudah terbukti tidak melakukan yang aneh - aneh. Nanti mamah - papah marah pada Rosa.... Please.... oma..... jangan ya oma...." Kata Rosalia memohon sambil sujud dikaki nyonya Agatsa.
"Kau kenapa Rosa?" Tanya Willy yang baru keluar dengan rambut basahnya.
"Willy..... tolong Willy..... Oma menelpon orang tua kita...." Kata Rosalia dengan panik sambil memegang lengan Willy.
"Biarkan saja..... Memang ada yang salah..... Mommy dan daddy juga sering kemari kok kalau pas aku ada disini....." Sahut Willy tanpa beban.
" Astagaaaa Willy..... Apa kau ingin kita dikawinkan..... !" Ucap Rosalia kesal karena Willy tidak mengerti maksudnya.
"Maksudmu....?" Tanya Willy masih tak mengerti.
"Susah memang ngejelasin padamu Willy..... Kalau papah - mamah, mommy dan daddy mu kemari mereka pasti menyangka kita berdua berbuat yang tidak - tidak karena sudah tidur berdua dalam satu kamar, ujung - ujungnya kita akan dikawinkan. Apakah kau sudah mengerti Willy?" Jelas Rosalia detail.
"Iya.... Aku mengerti....." Sahut Willy datar.
"Lalu..... apa tindakkan mu sekarang??" Kata Rosalia yang heran pada sikap datar Willy.
"Kita tunggu saja mereka datang, kan beres......" Sahut Willy enteng.
"Terus kalau orang tua kita mengawinkan kita bagaimana?" Tanya Rosalia sedikit khawatir.
"Yah.... tidak mungkin itu terjadi, orang tua kita tahu kalau kita ini bersahabat sejak kecil, jadi tidak mungkin bertindak aneh - aneh. Kau tidak perlu khawatir. Bersikaplah tenang...." Ucap Willy meyakinkan.
"Rosaa..... Apa itu dibetismu?" Tanya Willy yang melihat cairan merah turun dari balik dress Rosalia.
Rosalia melihat betisnya yang ditunjuk oleh Willy.
"Ini..... aku sedang haid.....apa kau lupa kalau aku sudah mengatakannya kemarin padamu saat kita akan pergi...." Sahut Rosalia terlihat malu saat Willy melihat hal yang seharusnya ia sembunyikan itu.
"Kenapa sampai bisa seperti itu, ayo cepat bersihkan nanti tidak enak dilihat yang lain." Kata Willy sambil melihat kearah nyonya Agatsa yang masih menelpon.
"Tolong ambilkan pembalut dan CDku di mobilmu ya, tadi malam aku lupa membawanya kemari, semuanya ada dalam tas belanjaan dijok belakang." Pinta Rosalia sambil berlalu menuju kamar mandi.
"Dasar Rosalia..... masa aku disuruh mengambil barang pribadinya....." Gumam Willy sedikit kesal, namun ia tetap pergi sesuai permintaan Rosalia.
"Mau kemana Willy.... Sebentar lagi orang tuamu dan orang tuanya Rosalia kemari....." Tanya nyonya Agatsa yang baru saja selesai menelpon.
"Ambil pembalut dan CD milik Rosalia dimobil....." Sahut Willy sambil berlalu.
"Bener - bener ya dua anak itu.... bikin pusing saja....." Ujar nyonya Agatsa pada dirinya sendiri.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!