NovelToon NovelToon

Dilema Cinta Natalia

Wanita Kampungan

Untuk Visual cek di IG Author ya.. bantu Follow Say..

.........

Kediaman megah dengan didominasi warna putih itu terlihat sangat mewah dengan lampu-lampu Neon yang menyala menerangi malam ini. para pekerjanya terlihat berjaga ketat menjaga Gerbang dan pintu dibagian belakang yang memang sangat rawan bagi para Pencuri di Lingkungan ini.

Telinga mereka menebal dengan kepala yang tertunduk hanya diam mendengar suara makian dan pecahan barang-barang dari dalam sana.

Hampir setiap malam mereka mendengar suara Tuan besar kediaman ini marah besar atas hal yang sebenarnya bukan patut dipermasalahkan.

"Kau tak punya rasa malu, ha?"

Seorang wanita dengan tubuh tinggi agak berisi dengan kulit putih itu hanya diam, wajahnya yang mulus tanpa polesan bedak itu terlihat sangat miskin tak terawat dengan tumpahan Jus itu menyatu dengan air mata yang lolos begitu saja.

Kedua tangannya mencengkram sisi Daster kumu yang selalu ia pakai dengan rambut panjang hitam disanggul sederhana dan sendal jepit yang sudah termakan usia. penampilannya sangat menyedihkan disempurnakan dengan kacamata berlensa membantu netra kaburnya untuk melihat semua orang.

"Kau membuat Pesta malam ini kacau Total Lia!!!!"

"P..Paa.. a..aku..aku minta maaf!"

Lirih Natalia seorang wanita muda yang diasingkan oleh keluarganya sendiri karna parasnya yang menyeramkan usang dan dekil. ia memiliki kelainan pada matanya yang sedari kecil rabun jauh, penyakitan dan memiliki kapasitas otak yang rendah, bisa dibilang ia tak bisa menulis tapi bisa membaca karna pelatihan penuh sabar dari Neneknya yang ada dikampung.

Wanita dengan nama Natalia Diajeng Pramudita itu sejak kecil diasingkan ke Kampung kecil di pelosok oleh Keluarganya karna takut jika semua orang mengetahui Keluarga Pramudita yang tersohor seperti mereka malah dihujat publik memiliki seorang Putri yang tak berguna dan sangat memalukan. tapi, karna ingin menyiksanya maka mereka kembali mmebawanya sebagai Babu bukan seorang putri.

Ia wanita yang kampungan tak tahu apapun hingga saat Pesta malam tadi ia memberanikan diri untuk mencegah seorang pria yang ingin melakukan pelecehan pada Saudarinya Talita Arsyifa Pramudita yang merupakan seorang Aktris kenamaan negara ini, Namun siapa sangka niat baiknya malah membuat Natalia dihina semua orang karna Talita hanya berciuman dengan pacarnya hingga mempermalukan dirinya sendiri.

"Kau tahu? karna kau Teo marah padaku!!!" Talita yang murka dengan wajah Full Make-upnya itu menatap membara sang adik yang hanya diam tertunduk lemah.

"A..Aku.. minta maaf dan .."

"Kau hanya bisa meminta maaf!"

Dengan kasar Talita menarik rambut panjang Natalia hingga wanita malang itu meringis memeggang lengan lembut Kakaknya.

"K..Kak hiks, s..sakitt!"

"Wanita kampungan!! kau memang tak berguna disini!!"

Brugh..

Natalia didorong ke lantai dengan keras membuat Tuan Besar Hartono hanya diam menatap Natalia dengan sangat jijik, entah mengapa ia bisa mendapatkan mahluk mengerikan seperti wanita ini dalam Keluarganya.

"Pa! aku tak ingin wanita kampungan ini menunjukan wajah monsternya itu didepan teman-temanku. aku malu, Pa!!"

"Kau tenang saja, hm? dia hanya ditugaskan di dapur. karna kau sudah membuat masalah besar, aku putuskan kau tak akan mendapatkan makanan malam ini."

Degg...

Natalia lansung menatap sendu Tuan Hartono yang sangat tega bicara seperti itu. ia sedari tadi sudah sangat keras bekerja menyiapkan pesta tapi tak diberi makan sedikit pun.

"P..Pa, L.Lia lapar dan.. dan .."

"Kau ingin makan?"

Talita menyeringai melihat Natalia mengangguk memeggangi perutnya yang memang sangat sakit, ia sudah tak bisa menahan itu lagi sampai wajahnya terlihat memucat.

"M..Makan!"

"Biiiik!"

Talita memanggil keras Bibik Mina yang datang dengan wajah prihatinnya menatap Natalia yang tergorok na'as diatas lantai dingin itu. Daster kumunya separuh basah karna di siram dengan segelas Jus mangga oleh Tuan Hartono barusan.

"I..Iya, Non!"

"Beri dia makanan sisa dari piring tamu tadi!"

Bibik Mina terkejut lalu menatap Natalia yang hanya diam mencengkram pinggir Dasternya kuat. rasanya sangat sakit diperlakukan seperti Binatang begini tapi apalah dayanya yang tak bisa apapun, tubuhnya lemah membutuhkan asupan itu.

"N..Non. t..tapi sisa makanan itu s..sudah di buang ke tong sampah."

"Itu lebih bagus, tak ada tempat untuk Hama Kampungan seperti dia!"

Talita menginjak kaki Natalia dengan Heelsnya sampai berdarah lalu pergi menggandeng Tuan Hartono meninggalkan semuanya dalam keheningan dan isak tangis Natalia yang pecah.

"M..Maa hiks!"

"Non!"

Bibik Mina berjongkok mendekati Natalia yang sangat diperlakukan tak adil semenjak kematian Mamanya. Tuan Hartono menyalahkan Natalia karna menjadi penyebab Istrinya meninggal akibat kecelakaan menyelamatkan Natalia dari tabrakan Mobil.

"B..Bik hiks, L..Lia..Lia tadi..tadi hanya menampar pria jahat itu. dia..dia ingin melecehkan T.alita, hiks!"

"Iya, Bibik Tahu! yang sabar, hm?"

Hanya kata itu yang bisa Bibik Mina katakan seraya merangkuh sosok rapuh ini kedalam pelukannya. tubuh Natalia bergetar menangis meluapkan segala ketidak adilan ini.

Ia tak pernah meminta terlahir dengan ketidak sempurnaan begini, jika ia bisa memohon sudah sedari lama Natalia tak ingin selamat dan lebih baik ia yang di Tabrak Mobil itu.

Lama Natalia menangis hingga perlahan ia merasakan sakit yang sangat di perutnya membuat Bibik Mina panik seketika.

" S..Sakitt!"

"N..Non, Nona kau.."

"B..Bik hiks, Sakitt!"

Bibik Mina lansung membantu Natalia berdiri tapi sangat susah karna rasa sakit itu menjalar kebagian uluh hatinya seakan menghisap membuat tangan Natalia tak berhenti meremas perutnya.

"B..Bik!"

"Ya Allah, Non!"

Bibik Mina bertambah panik melihat wajah Natalia pucat pasih dengan keringat dingin itu keluar hingga ia lansung sigap membantu Natalia kembali kekamar belakang khusus pelayan.

"Non. Bibik..Bibik ambil makanan dulu, ya?"

"S..Sakitt!"

Natalia masih meringis seraya terus menyeok kakinya yang gemetar lemah menuju kamar belakang hingga Bibik Mina membuka pintu kamar yang kecil dengan satu kasur tipis yang tak lagi ada kapas hingga seperti seulas kain yang dibentangkan sebagai alas tidur.

"Non! Nona tunggu Bibik sebentar, ya? Bibik ke dapur!"

"I..Iya, Bik!"

Natalia berbaring kaku seraya terus memeggangi perutnya dengan nafas yang tersendat. sumpah demi apapun rasanya sangat perih karna sedari pagi tak makan apapun dan sekarang sudah jam 10 malam, apalagi ia sangat bekerja keras tak ada istirahat sama sekali membuat asam lambungnya naik.

Disela helaan nafas beratnya. Natalia hanya bisa menelan ludahnya sebagai pereda itupun tak berdampak mengurangi rasa perih ini.

"M..Maa!"

Gumam Natalia menatap satu Foto kecil diatas tas kumunya yang koyak. Foto terakhir yang ia punya setelah kematian Mamanya, rasanya hidup didunia ini sangat menyakitkan untuk manusia kekurangan dan tak bisa apa-apa sepertinya.

"M..Ma hiks, L..Lia ingin ikut, Mama hiks! t..tolong Lia, Ma!!"

Vote and Like Sayang

Keadaan yang semangkin memburuk!

Bibik Mina bersicepat mengambil makanan yang bagus dan layak di dapur takut ketahuan Nona atau Tuan besar disini, ia terlihat melihat kekanan-kiri takut ada yang melihatnya dan akan menjadi masalah yang besar jika sampai ketahuan.

Namun, saat Bibik Mina selesai dan membawa nampannya kearah kamar belakang ternyata ada satu pelayan yang melihatnya dan lansung melapor ke kamar atas tempat Nonanya berada.

Bibik Mina yang tak mengetahui itu hanya bisa melanjutkan langkahnya kembali kekamar Pelayan yang pasti perasaannya khawatir pada Natalia.

Ceklek..

Pintu itu terbuka hingga mata Bibik Mina membulat melihat wanita malang itu sudah muntah dilantai dengan tubuh memucat terkapar diatas kasur tipisnya.

"Non!!!"

Natalia yang tengah diambang kesadarannya hanya bisa membisu seraya memeluk erat bingkai foto sang Mama. nafasnya terlihat sendat dengan mata yang sayu seakan tak mampu mengangkat kelopak mata bulatnya.

"Non! Non, bangun! ini Bibik membawa makanan!"

"M..Maa!"

Hanya lirihan kecil yang keluar dari bibir kering pecah dan pucat itu membuat Bibik Mina lansung panik berteriak meminta tolong pada yang lain.

"Tolong!!!!! Tolong, Nona Lia!!!!"

Bibik Mina berteriak seraya membantu Natalia berbaring dengan benar tapi sayangnya perut wanita itu sudah sangat sakit hingga tak mampu bergerak lagi.

"M..Ma!"

"Non, Non Lia dengarkan Bibik. minum ini dulu!"

Bibik Mina meminumkan segelas air putih itu ke mulut Natalia yang menyedunya lemah sampai terbatuk karna tak siap menerimanya tapi Bibik Mina memaksa agar ia tak dehidrasi.

"Non. Nona makan, ya? Bibik sudah bawakan ini!"

"B..Bik!"

"Iya, makan. ya? nanti asam lambung Nona akan semangkin parah. Dokter Andra bisa marah nanti!"

"Andra?"

Gumam Natalia dengan senyum kecil terukir dibibir berisinya, entahlah rasanya hanya nama itu yang mampu membuatnya sedikit bertenaga untuk melawan rasa sakit ini.

"Nona makan, ya?"

"I..Iya, Bik!"

Bibik Mina memposisikan tubuh Natalia dengan benar lalu mulai menyuapi wanita malang ini secara perlahan hingga lidah Natalia merasa kaku dan hambar mendecap rasa dari makanan enak yang tersaji, nafsu makannya hilang karna terlalu lama menahan rasa perih dilambung ini.

Hanya satu suapan yang Natalia kunyah dengan lama membuat Bibik mengembun, seandainya ia memiliki kuasa maka tak akan ia biarkan Wanita dengan semangat hidup yang kuat ini menderita fisik dan batin di Neraka mewah ini.

"Non, Nona pergi saja dari sini, ya? Bibik akan bantu Nona pergi atau tinggal di kampung Bibik!"

Natalia yang mendengar itu hanya memberi senyum hangatnya yang tak akan bisa dilawan dengan kerasnya batu dilaut sana, setiap masalah maka akan dihadapi dengan senyuman seakan-akan ia masih sanggup hidup seperti ini.

"B..Bagaimana d..dengan, Papa?"

"Non, Tuan besar tak perduli dengan Nona! dia hanya menyayangi, Nona Talita!"

"T..tapi aku sayang, Papa!"

Kalimat itu membuat bulir bening dimata Bibik Mina jatuh seketika, entah terbuat dari apa hati wanita ini hingga ia tak pernah menyimpan rasa benci pada sang ayah yang sudah jelas tak menganggapnya seorang anak.

"N..Non, Bibik tahu, tahu sekali kalau Nona sangat menyayangi mereka tapi.. tapi kesabaran itu juga ada batasnya dan.."

"Ss selagi aku bisa, Bik! aku tak tahu apa yang akan terjadi besok harinya, entah aku hidup atau mati dan aku.."

"Non. kau.."

"Dan aku tak mau menemui Mama sebagai anak Durhaka!"

Ucap Natalia begitu bahagia jika ia menyampaikan kabar gembira pada Mamanya karna ia sudah menjaga Papanya dengan baik, mengurus pria paruh baya itu penuh cinta walau tak secara lansung melakukannya.

"Tapi sampai kapan? Non! dia sudah memutuskan ikatan kalian dan kau.."

"Hubungan darah tak akan bisa diputus. biarkan Papa membenciku tapi aku sangat menyayanginya, seperti Mama mencintai Papa!"

Bibik Mina tak lagi dapat bicara hingga ia hanya menyuapi Natalia yang terlihat mulai semangkin merasakan sakit diperutnya karna memang begini kalau sudah terlambat makan.

"B..Bik!"

"N..Non!"

Bibik Mina terkejut saat Natalia meringis memeggangi perutnya hingga ia kembali panik mengeluarkan Ponsel jadulnnya menelfon seseorang.

"S..Sakitt!"

"Ya. Allah! Nona!!!"

Bibik Mina semangkin histeris saat Natalia lansung memuntahkan kembali makanan tadi hingga keadaan wanita ini semangkin lemah bahkan sudah sayu-sayu tak mampu lagi bergerak.

Hoeeekk...

"Bik!"

Suara pria diseberang telfon sana membuat Bibik Mina lansung berbicara panik.

"Tuan.. Tuan Dokter Nona.."

"Kenapa? ada apa dengan Lia?"

Suara yang panik itu mulai terdengar nyaring dengan suara barang-barang berjatuhan yang masih didengar.

"Nona kembali kambuh, Tuan Dokter! keadaannya sangat parah!"

"B..Bik, kau.. kau tolong beri dia pisang atau buah yang manis dulu. aku akan segera kesana."

"Baik, Tuan!"

Bibik Mina mematikan sambungan lalu menatap Natalia yang sudah pingsan tak sadarkan diri hingga ia sangat-sangat dilanda kekhawatiran dan takut ini semangkin parah.

"Non. Nona jangan begini, Bibik takut. Non!"

Bibik Mina yang menangis menepuk pipi Natalia yang sudah memejamkan matanya hingga membuat seorang wanita yang mendengar itu dari ambang pintu lansung tersenyum senang dan licik.

"Non! Nona Lia!!"

"Untuk apa kau perduli padanya, Pelayan?"

Degg..

Bibik Mina terkejut saat Talita wanita glamor dengan gestur angkuh itu telah berdiri diambang pintu menatapnya dengan tajam dan sangat marah.

"N..Nona Talita!"

"Kau berani melanggar perintahku hanya demi Babu tak berguna ini? Cihh, biarkan saja dia mati sekalian!"

Ketus Talita dengan kedua tangan berpangku dada. ia tersenyum penuh kemenangan melihat wajah pucat Natalia yang sudah tak sadarkan diri dan ia akan membuatnya lebih para dari ini.

"N..Non, Nona Lia sudah sering begini dan.."

"Aku tak perduli!!!!"

Bibik Mina lansung membisu menggenggam lengan Natalia dengan lembut takut wanita ini tak ditangani cepat.

"Dia itu hanya babu di Kediaman ini dan kauu.."

"I..Iya, Non!"

"Dan kau jangan lagi berani membantunya atau aku akan mengusirmu dari sini dan bahkan memecatmu selamanya!"

Bibik Mina yang tak berdaya hanya bisa mengangguk tak berani melawan hingga Talita melihat piring makanan itu masih banyak tersisa, kemungkinan Natalia hanya memakannya sedikit hingga terlanjur pingsan.

"Cih, mulai hari ini. dia hanya boleh memakan makanan Basi!"

"Itu sama sekali tak layak!"

Talita terperanjat mendengar suara geram itu hingga ia berbalik lansung terkejut melihat kedatangan seseorang yang juga telah dicuci otaknya oleh Wanita babu ini.

Pria Tampan dengan Jas putih dan kemeja formal itu terlihat mendekat membuat Bibik Mina berbinar akhirnya pria ini datang diwaktu yang tepat.

"Kau!!"

"Maaf, aku hanya menjalankan kewajibaanku sebagai seorang Dokter dan Manusia yang BERGUNA!"

Vote and Like Sayang

Tidak Cantik!

Kelopak mata bulat itu perlahan mengkerut karna cahaya dari Fentilasi yang sudah bergergerigi dengan serbu kayu hampir terbang ke wajahnya digeroggoti rayap yang selalu berpesta setiap waktu senggangnya.

Dahi wanita itu mengkerut membuka mata beratnya hingga pandangannya kabur tak melihat jelas apa yang ada disekitarnya. hanya beberapa tautan abu yang sangat samar di indranya.

"B..Bik!"

Lirih Natalia meraba tempat disebelahnya mencari kacamata yang biasa membantunya melihat kejamnya dunia ini. lama Natalia mencari dengan tergesa-gesa hingga ia menyentuh satu benda disamping gelas yang berdenting berbenturkan dengan lantai.

Setelah mendapatkannya. Natalia memakai kembali benda rongsokan itu hingga matanya kembali mengerijab dan akhirnya melihat keadaan disekelilingnya.

Ada senyum samar dibibir mengelupas Natalia melihat bungkusan obat disamping tempat tidur tipis ini.

"Tuan Dokter."

Gumam Natalia meraih Parasetamol dan beberapa tablet obat yang disediakan. ia merasa tubuh ini masih lemah tapi entah mengapa ia masih bisa tersenyum sampai saat ini.

"Tuan! kenapa kau sangat perduli pada ku?"

Natalia membayang menduga bagaimana pria itu selalu memberinya Vitamin dan selalu menemuinya ketika Pasar minggu. ia senang bahkan sangat senang mengingat bagaimana pria itu memperhatikannya.

Namun, Natalia tertegun saat matanya tak sengaja bersitatap dengan pantulan wajah di cermin yang ada disampingnya. kulit kusam, mata sembab bahkan tak ada yang bisa dibanggakan dari pahatan biasa ini.

Natalia beralih menatap telapak tangannya yang memang putih bersih tapi kulitnya mengelupas dan kasar karna sering melakukan pekerjaan yang berat.

"Non!"

Suara Bibik Mina dari arah pintu sana membuyarkan lamunan Natalia yang lansung memberi senyum hangat dari bibir pucat itu.

"Iya. Bik!"

"Alhamdulillah. Nona sudah baikan."

Natalia hanya diam bersandar ke dinding dengan warna mengelupas dibelakangnya. ia masih terlihat berusaha tegar menatap wajah segar Bibik Mina yang terkadang membuatnya jadi geli sendiri.

"Bibik terlihat lebih muda dariku!"

"Ha? yang benar saja. Non!" menjawab dengan kekehan malu-malu tapi terlihat sangat bahagia.

"Aku benar. Bik! kau cantik."

Bibik Mina tersenyum biasa duduk didekat Natalia yang memang tak segan untuk memuji. wanita ini sangatlah rendah hati dan sangat polos, ia tak tahu apapun selain urusan dapur di dunia ini.

"Nona juga cantik!"

Natalia lansung terkekeh pelan menepuk paha Bibik Minah berdahabat dekat.

"Apanya? yang ada orang-orang akan menganggapku monster betina."

"Non. Nona cantik, bahkan sangat cantik! tapi, Nona hanya tak punya waktu untuk merawat keindahan yang Nona punya."

Kalimat itu hanya dijawab senyuman dari Natalia yang menunjukan gingsul manis disela gigi putihnya. ia terlihat tak terbuai sama sekali bahkan rasanya semua itu hanya sekedar ucapan penenang bagi Natalia.

"Mama sangat cantik. itu karnanya Talita juga, cantik!"

"Apa gunanya cantik? kalau tak punya budi pekerti yang luhur begitu!" sinis Bibik Minah jengkel.

"Hust! jangan begitu, Bik. aku yakin Talita hanya belum sadar. dia masih belum Dewasa."

Bibik Mina hanya mengangguk ingin membereskan piring dan gelas air semalam tapi tangan Natalia dengan cepat mencengkalnya.

"Non!"

"Tidak usah,Bik! aku sudah sehat."

"Tapi.."

Natalia sudah mencoba berdiri walau ia terlihat masih lemah tapi ia tetap tak putus asah terus mencoba hingga bisa berdiri dengan sedikit sempoyongan.

"Non!"

"Sini piringnya!"

Dengan terpaksa Bibik Mina memberikannya ke tangan Natalia yang lansung mengambilnya. ia tak terbiasa jika sedang sakit harus berbaring lama di tempat tidur membuat tubuhnya semangkin lemah, ia lebih suka beraktifitas normal apapun yang terjadi.

"Nona. bisa?"

"Bisa, Bik! ayo kita keluar!"

Bibik Mina mengangguk mengiring langkah pelan Natalia keluar kamar kecil ini hingga lorong menuju Dapur lansung terlihat dari sini.

Para Pelayan yang melihat Natalia dari kejahuan menjadi prihatin ikut bersimpati tapi tidak dengan satu wanita muda yang terlihat menatap Natalia dengan benci.

"Enak sekali kau bangun sesiang ini!"

"Mentari!!"

Tegur Bibik Mina pada seruan sinis Mentari pada Natalia yang hanya diam tersenyum secerah Mentari tak seindah orang yang dihadapannya ini. Mentari adalah putri Bibik Mina yang berumur 17 tahun, ia bekerja paruh waktu disini seraya terus sekolah. tapi, ia sangat muak dengan Natalia yang mengambil perhatian Ibunya, wanita ini sangat pandai mencari simpati banyak orang.

"Apa yang masih belum dikerjaan?"

"Banyak!! Mencuci, menyapu, mengepel, memasak dan masih puluhan pekerjaan lagi!!"

"Hm, aku akan kerjaan!"

Jawab Natalia ringan tanpa beban. ia mencuci piring bekasnya semalam membuat Bibik Mina lansung menarik Mentari kuat ke sudut ruangan.

"Buu!"

"Kau memang benar-benar, ha?"

"Bu! sampai kapan kau mau membela wanita sialan itu!!"

Plakk..

Natalia terkejut mendengar suara tamparan itu hingga ia menoleh kearah Bibik Mina yang tampak sudah naik darah bahkan wajah wanita itu sudah merah padam begitu juga semua orang yang membatu.

"Jaga bicaramu!!"

"B..Bik! Bibik kenapa menamparnya?"

Natalia mendekati Mentari yang tampak menggeram dengan mata berkaca-kaca dan gertakan gigi terdengar nyaring.

"Anak tak tahu diri kau!!"

"Bik!"

Natalia memeggang bahu Bibik Mina lembut. wanita paruh baya itu tampak menangis menatap kecewa Mentari yang sangat tak memiliki budi pekerti sama sekali.

"Karna wanita sialan ini kau menamparku!!!"

"Bahkan, tak hanya menampar! aku bisa membakar mulutmu sekarang juga!!"

"Kauu!!"

"Sudah!"

Natalia melerai tapi Mentari lansung mengambil segelas air didekat meja dapur dan lansung mengguyur Natalia dengan benda itu membuat mereka semua terkejut.

"Non!!!"

Mereka menutup mulutnya tak percaya apa yang dilakukan Mentari pada Natalia yang terlihat bungkam menatap Mentari yang tampak sangat puas melihat pakain dan wajah Natalia basah.

"Kau bukan apa-apa disini!! bahkan Ayahmu saja tak mau menerima Putri tak berarti sepertimu!!"

"Mentari!!!"

Bentakan Bibik Mina menggelegar ingin mengejar Mentari tapi Natalia mencengkal lengannya dengan ringan tanpa beban.

"Bik!"

"Dia..N..Non. maaf! maafkan putriku."

Sesal Bibii Mina mengambil tisu membersihkan wajah Natalia yang basah dan Daster kumunya yang tampak kusut. tak terlihat wajah amarah dari raut Natalia menatap kepergian Mentari. bahkan, wanita ini hanya tersenyum lembut tak ingin mempermasalahkannya.

"Maafkan, Mentari. Non! dia..dia memang.."

"Sudahlah. disiram beginipun tak akan mengurangi wajahku. bahkan ini baik untukku, Bik! aku belum cuci muka tadi."

Kalimat jenaka Natalia membuat para Pelayan sana saling pandang lalu mendekat ingin membantu tapi Natalia menolak mengatakan, ia baik-baik saja, ini sama sekali tak ada artinya.

"Ya Sudah, aku mau mengepel di ruang makan! Bibik bisa lanjutkan Pekerjaan yang mau dilakukan."

"Tapi.."

"Selamat Bekerja!!"

Berucap ceria dengan wajah bersinar mengambil alat tempurnya berubah kain Pel dan ember yang manual. entahlah mungkin mereka sengaja tak menyiapkan peralatan canggih karna ingin mengiksa Nonanya.

Natalia melangkah ke Ruang Makan membersihkan lantai ini dengan cekatan. ia sama sekali tak mau melirik banyak hal selain fokus pada pekerjaannya.

Namun, kefokusannya teralihkan saat suara Heels seseorang mulai terdengar turun dari arah tangga utama membuat Natalia tertegun.

"Paaa!!!"

Suara lantang Talita yang seperti biasa tampil menawan dengan Dress cantik diatas lutut tanpa lengan itu. riasan wajahnya sangat pas membuat Natalia kagum dan sangat ingin mencobanya.

"Kak!"

Wajah Talita berubah 180° derajat melihat Natalia yang seperti biasa menyambutnya dengan senyuman manis, tapi ia tak suka wanita ini masih bisa tersenyum dihadapannya.

"Kenapa kau disini, ha??"

"Kak! aku mengepel, em. apa kau ingin makan?"

Tawar Natalia memberi senyum hangat seakan ia tak punya rasa kesal dan marah pada Talita yang selalu mempermalukannya dan bersikap kasar. terkadang Talita bingung terbuat dari apa hati wanita ini?

"Kau pikir aku berselera makan setelah melihatmu?"

Natalia tercekat dalam mendengarnya. padahal ia hanya ingin melayani dengan baik bukan bermaksud untuk menganggu sama sekali.

"Kak! aku hanya ingin membantu dan.."

"Membantu? kau masih punya otak, ha? lihat pakaianmu. wajahmu semuanya sangat menjijikan. lebih baik aku melihat anjing mengongong setiap hari dari pada memandangmu."

Hati Natalia lansung mencolos. apa ia seburuk itu? padahal ia tak bermaksud lain selain menjadi berguna disini.

"K..Kak. a..aku.."

"Pergi dari hadapanku!!!"

"Ada apa ini?"

Natalia yang menahan rasa sakit itu seketika melihat kearah sumber suara dimana Tuan Hartono sudah berdiri diatas tangga atas menatapnya dengan membara.

"Pa!"

"Sayang! ada apa?"

Tuan Hartono turun mendekati Talita yang lansung mengandeng tangan pria paruh baya itu dekat membuat cengkraman Natalia ke tangkai sapunya mengerat. kapan ia bisa sedekat itu dengan Papanya?

"Pa! wanita kampungan ini merusak moodku lagi."

"Apa???"

Tuan Hartono melotot tajam pada Natalia yang menunduk dengan air mata yang luruh sempurna. ia tak masalah dengan makian setiap orang yang tak suka padanya tapi ia memohon agar jangan Papanya yang melakukan itu.

"P..Pa.."

"Kau memang tak berguna!"

Tuan Hartono mendorong bahu Natalia dengan kasar hingga tubuh lemah wanita itu jatuh membentur lantai dengan ember yang tumpah membasahi pahanya.

.....

Vote and Like Sayang..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!