NovelToon NovelToon

PRIA TARUHANKU (My Betman)

My Betman : Taruhan!

Tasya Falensia, seorang gadis cantik pemilik restoran sederhana di ibu kota. Ia lebih memilih untuk mendedikasikan hidupnya untuk bekerja daripada membuang-buang waktunya hanya demi cinta. Kisah-kisah cinta yang pernah ia dengar dan baca dari buku telah menghipnotis dirinya, bahwa cinta itu bukanlah sesuatu yang menarik.

Pengalaman yang dialami teman-temannya dalam meraungi kisah asmara juga tidak seindah itu, Tasya menjadi semakin yakin jika pilihannya untuk menjauh dari cinta adalah pilihan yang tepat agar hidupnya tetap tenang.

"Tas, sampai kapan kamu akan menyembunyikan identitasmu? Kamu adalah CEO dari perusahaan terbesar di ibukota!" Ujar salah seorang sahabat dekat Tasya bernama Kirana.

Kirana heran, Tasya adalah wanita mapan dengan segudang prestasi yang dimilikinya justru lebih memilih untuk hidup sederhana dengan menyembunyikan identitasnya dan meminta orang lain untuk menggantikan dirinya dalam acara-acara formal apapun.

"Karena aku tidak mau hidupku ribet dengan banyaknya media yang akan mencari tahu tentangku nantinya!" Sahutnya dengan santai masih menyantap menu makan siangnya.

"Sudahlah, Tasya kan memang aneh semenjak masih embrio! Dimana-mana wanita itu ingin terlihat mapan di hadapan publik, bukannya malah seperti dia yang justru ingin terlihat biasa saja!" Tutur Syerin sahabat Tasya yang lainnya.

"Iya juga sih!"

"Enak aja, aku aneh bukan sejak embrio! Tapi sejak pembuahan Daddy-ku sudah berpikiran aneh!"

"Hahaha..." Sontak perkataan Tasya membuat kedua temannya tertawa cekikikan. Tasya memang humoris bagi mereka yang mengenalnya, pembawaannya yang santai dan wajahnya yang baby face itu sungguh menggemaskan.

"Hy guys! Sorry aku terlambat ya, habis meeting barusan." Salah seorang wanita cantik datang langsung menyambar tempat duduk semeja dengan Tasya, Kirana dan Syerin.

"Mon Mon, kamu kapan pernah tepat waktu?" Syerin memutar mata jengah.

"Kita tuh sudah hafal, kalau kamu bilang otw, itu otw ke kamar mandi kan?" Imbuh Kirana dan sialnya Monica mengangguk membongkar aibnya sendiri.

"Sudah guys, jangan bully anak orang nanti nangis!"

Keempat gadis cantik dengan style modern itu tertawa bahagia. Tetapi tidak dengan Monica yang wajahnya nampak murung dengan sudut mata yang sedikit membengkak namun tertutupi oleh eyeshadow-nya.

"By the way, kamu kenapa Mon? Mata kamu bengkak tuh! Habis kena petasan banting ya?" Kata Tasya menilik mata Monica dari dekat.

"Hiks.. SiAl mutusin aku, dia campakin aku gitu aja tanpa mikirin perasaanku.." Monica kembali menangis sesegukan, ketiga temannya sudah tidak heran lagi. Monica memang begini jika sudah terlibat kasus asmara, inilah salah satu alasan Tasya tidak mau mengenal yang namanya cinta, Tasya bisa melihat dari pengalaman temannya yang satu ini.

"Kalau ngomong si-Al itu dikasih spasi, biar ga jadi sial! Emang kamu mau dikatain Pacar Sial? Engga kan?" Tasya mencoba mencairkan suasana dengan memberikan sedikit candaan pada temannya itu.

Bukannya tertawa, Monica justru mencak-mencak tidak jelas, "bukan pacar, tapi mantan!"

"Oh lupa, hehe!"

"Kan aku sudah bilang, Cinta itu pembawa sial! Aku bahkan bisa menaklukan pria manapun di muka bumi ini!" Tanpa basa-basi Tasya mengatakan hal yang membuat Monica kesal, bukannya berempati, Tasya justru menyombongkan dirinya.

"Kalau begitu, buktikan! Jika kamu bisa menaklukan hati seorang karyawan pria di perusahaanmu sendiri dan membuatnya jatuh cinta padamu, maka aku akan berikan 10% sahamku padamu!" Balas Monica tak kalah mencengangkan.

"Wah wah, Tas, kamu ditantangin sama si Montok."

"Monica Syerinnnn!"

"Ya maaf, typo!"

"Siapa takut?" Tasya tidak gentar sedikitpun. Jika ia menolak, sama saja dengan mempermalukan dirinya sendiri di depan teman-temannya, maka dengan segenap keyakinan Tasya mengiyakan permintaan Monica. Lagipula ia cantik, bodynya aduhai, pria mana yang bisa menolak pesonanya?

"Dengan syarat, jangan pria yang sudah beristri!!"

"Aku juga kurang suka bekas, jadi aku pilih second saja."

"APA BEDANYA TAS RANSEL!!!!" Teriak teman-temannya geram yang hanya dibalas kekehan pelan oleh Tasya.

"Ya, aku juga nggak doyan sama piaraan orang! Jadi aku pilih yang lajang saja."

"Piaraan? Kamu pikir hewan?" Sahut Syerin menimpali perkataan ceplas-ceplos Tasya.

"Kan burung emang piaraan?"

"Somplak kamu! Kebanyakan makan chicken sendiri!" Semua temannya serentak memukul pelan bahu Tasya. Mereka tak heran lagi, Tasya memang orang yang mengasyikkan dan membuat mood orang lain naik perlahan sampai ada yang emosi jiwa mendengar celotehan absurdnya.

"Jika aku kalah, maka aku akan memberikan saham 20% kepadamu!" Imbuhnya.

"Deal!" Keduanya berjabat tangan mengesahkan taruhan mereka kali ini.

"Udah-udah! Kita kesini mau makan bukan mau judi pake taruhan segala!" Kirana menengahi percakapan teman-temannya.

"Ini mah bukan main judi, tapi mainin saham. Uh, goyah mentalku, bisa apalah diriku ini yang hanya punya saham itupun milik Papiku." Ucap Kirana berakting seolah-olah tercampakkan.

"Ngga usah sok sedih, wajahmu makin jelek!"

"Masa iya? Anak seorang Supriadi tidak mungkin jelek." Kirana semain tebar pesona dan ketiga temannya hanya bisa memutar bola mata jengah melihat keanehan temannya itu yang semakin hari semakin menjadi.

Vote like and komennya sayy...

My Betman : Bintang Hadijaya?

"Hy guys! Mam, Dad, I'm coming!" Teriaknya penuh keceriaan memeluk Daddy dan Mami-nya yang tengah bersandar di sofa sembari melihat layar televisi yang menampakkan sebuah film.

"Jangan berisik ih! Lagi serius nontonnya." Sarkas Mami Lauren memarahi tingkah sang putri yang selalu bar-bar setiap saat, berbeda dengan Daddy-nya yang justru memilih untuk mengecup sayang kening putrinya. Wajar, Tasya memang sangat menempel pada sang Daddy.

"Ya elah, nonton apa sih Mam?"

"Azab melakukan taruhan!"

Deg!

Nih Film nyindir gue, baru pulang bukannya disuguhi teh, malah disuguhi azab!

"E..emang azabnya apaan Mam?"

"Belum juga ending, kamu mah buru-buru." Tutur Nyonya Lauren masih dengan memfokuskan pandangannya ke arah layar televisi yang menyala terang.

"Ya sudah, aku ke kamar dulu yah." Ucap Tasya seraya beranjak dari pelukan lengan kekar Daddy-nya menuju tangga ke kamarnya di lantai atas dan hanya diangguki oleh Mami Lauren.

"Makan dulu, tinggal hangatin di meja makan tuh!"

"Iya Mam, nanti aja."

"Bintang Hadijaya?" Tasya duduk berselonjor dengan punggung yang bersandar santai di headboard ranjangnya. Memegang gawai seraya mengamati pesan yang dikirim oleh Monica.

Targetmu adalah seorang pria matang yang masih joteng alias jomblo ganteng. Beberapa hari yang lalu aku sempat beradu argumen dengannya karena sebuah kesalahpahaman, aku benar-benar geram. Sekarang buat dia merasakan karma yang sesungguhnya, biodatanya sudah aku kirim!~Monica

"Usia 30 tahun, pekerjaan Asisten manager. Wah, si Monica kurang kerjaan banget, dia benar-benar menemukan salah seorang karyawanku!" Tasya berdecak kagum, sepertinya Monica memang memiliki dendam abadi pada orang yang bernama Bintang tersebut.

Tasya membuka satu persatu foto yang pria yang bernama Bintang tersebut yang telah dikirim oleh Monica. Pria berkulit putih dengan rahang tegas ditumbuhi rambut-rambut halus. Mata yang bersinar berwarna hazel dan bulu mata lentik yang indah dipandang. Garis hidung yang mancung dipadukan dengan bibirnya yang tidak begitu tebal, nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Bintang Hadijaya, pria matang yang misterius dengan wataknya yang pendiam dan sangat sulit untuk didekati walau pria itu tidak jarang tersenyum ramah pada siapapun.

"Bintang, tolong kamu cek data-data keuangan perusahaan. Saya masih ada urusan sebentar, setelah ini saya akan langsung kembali." Ujar Pak Sundoko yang merupakan manager Bintang di perusahaan milik Tasya itu.

Perusahaan yang bergerak di bidang kuliner, arsitektur, serta di bidang pangan. Memiliki beberapa gedung-gedung yang biasanya disewa sebagai tempat pernikahan atau bahkan pesta, memiliki beberapa restoran yang tersebar di berbagai pulau di Nusantara. Serta bergerak di bidang pangan sehat bagi orang-orang yang menyandang kelainan.

"Baik Pak." Tanpa banyak bicara, Bintang segera mengambil alih berkas-berkas yang dipegang Pak Sundoko. Kemudian pria itu mulai memasang kacamatanya dan membaca serta mengamati diagram yang tertera di layar laptopnya dengan saksama.

Drttt..drtt...

Handphone Bintang tiba-tiba saja bergetar, ia menghentikan pekerjaannya. Menoleh sejenak, ada nomor tertera tanpa nama tetapi Bintang lebih memilih untuk mengacuhkan karena baginya pekerjaan lebih penting. Ini bukan kali pertama ia mendapatkan panggilan dari nomor tidak dikenal dan banyak dari mereka adalah orang salah nomor.

.

Di seberang sana, Tasya tengah berdecak sebal karena pria yang merupakan targetnya itu sama sekali tidak mengangkat panggilannya walau ia sudah beberapa kali mencoba untuk menelfon.

"Pak Sundoko, pokonya saya minta posisi besok di perusahaan."

"Iya, saya memiliki misi penting yang harus saya selesaikan. Berikan saya posisi sebagai asisten Anda!"

"Baiklah, besok saya akan datang ke perusahaan! Tetap sembunyikan identitas saya, selamat siang." Tasya tersenyum kemenangan, dengan bekerja di perusahaanya sendiri sebagai asisten manager mungkin bisa mempermudahnya menjalankan misinya.

"Sus!" Ujar Tasya memanggil manager di restorannya yang tengah sibuk dengan pekerjaan di hadapan. Susi menoleh.

"Iya Nona?"

"Mulai besok restoran saya titipkan sama kamu. Karena saya ada misi penting."

"Siap Nona, ngomong-ngomong misi apa ya Nona?"

"Menaklukkan Joteng."

"Joteng apa, Nona?"

"Saya bayar kamu untuk jadi manager bukan jadi pewawancara!"

Susi cengengesan segera kembali ke tempatnya dan berkutat dengan pekerjaannya sedangkan Tasya jangan ditanya, wanita itu sudah melenggang pergi sejak beberapa detik yang lalu.

Vote like and komennya say....

My Betman : Supaya tidak terjadi fitnah.

Pagi hari tiba disuguhkan dengan pemandangan padatnya jalan raya Ibu kota, banyak kendaraan bermotor berlalu-lalang. Bintang yang tengah berada di ruangannya bersama Pak Sundoko, keduanya tengah disibukkan oleh pekerjaan masing-masing. Semakin hari, pekerjaan di kantor semakin banyak mendekati akhir tahun klien justru semakin bertambah.

"Bin, sebentar lagi akan ada seorang asisten baru yang akan membantu pekerjaan kamu." Ujar Pak Sundoko, sontak Bintang pun terheran. Ia merasa mampu mengerjakan semua pekerjaannya, lalu untuk apa asisten baru? Pikirnya keheranan.

Melihat alis Bintang yang terangkat dan dahinya yang berkerut, Pak Sundoko pun menjelaskan alasannya merekrut pekerja baru sebagai asisten keduanya yang akan membantu pekerjaannya dan Bintang.

"Tapi Pak, sepertinya kita tidak membutuhkan tenaga kerja baru untuk saat ini." Bintang melontarkan jawabannya.

"Jadi begini Bin, saya akan pindah sementara ke kantor cabang yang bermasalah di luar kota untuk beberapa bulan ke depan. Jadi posisi manager saya serahkan sama kamu dan akan ada pegawai baru yang nantinya akan menjadi asisten kamu." Ucap Pak Sundoko yang hanya diangguki oleh Bintang.

"Tetapi kenapa kabarnya mendadak, Pak?"

"Saya baru mendapat laporan dari CEO. Jadi tolong kamu buat pegawai baru kita itu senyaman mungkin ya, seperti saya yang selalu membuat kamu senyaman mungkin bekerja dengan saya." Pak Sundoko berdiri menghampiri Bintang seraya menepuk pelan bahu Bintang.

"Insyaallah, Pak." Sahutnya.

"Selamat pagi."

"Pagi." Bintang menoleh ke arah seseorang yang baru saja memasuki ruangannya yang ia ketahui sebagai pegawai baru itu. Seorang wanita cantik berpenampilan anggun, rok span selutut dipadukan dengan blazer berwarna krem dengan dalaman tangtop hitam yang menampakkan jelas tonjolan dadanya dan juga dada putih mulusnya.

Reflek Bintang tersenyum dan segera mengalihkan pandangannya dari pegawai baru itu.

"Ehm, apa benar ini dengan Bapak Bintang Hadijaya?" Tanya Tasya sengaja mendominasi suasana agar tidak canggung.

Lumayan sih, lebih ganteng dari fotonya. Aku pikir foto itu pake efek, ternyata pikiranku aja yang jelek.

"Ya benar, silahkan perkenalkan diri kamu." Bintang menyahuti tanpa mengarahkan pandangan matanya ke arah Tasya. Hingga wanita itupun heran, apa sebegitu jeleknya dirinya hingga Bintang tak mau menatapnya? Atau penampilannya kurang menarik? Ia sengaja berpenampilan semenarik mungkin pagi ini hanya demi menarik perhatian pria itu.

Bayangkan saja, Tasya bahkan rela merombak penampilan sehari-harinya. Entah setan apa yang merasukinya hingga hatinya begitu tergugah untuk merebut perhatian pria bernama Bintang itu.

"Saya Tasya, usia 25 tahun, hobi memasak, rumah saya.." Tasya berhenti berbicara karena Bintang izin untuk mengangkat telfon sebentar.

Kok gue ngerasa dia aneh ya? Masa GGA sih, ganteng-ganteng aneh? Daritadi gue ngomong ngga ditatap, apa dia sengaja acuh sama gue? Seumur-umur baru kali ini sih nemu spesies kaya dia. Semangat Tasya! Lo pasti bisa, jangan sampe diketawain sama Monica!

"Maaf ya, silahkan." Bintang kembali duduk di kursinya selepas mengangkat panggilan entah dari siapa.

"Nama Saya Tasya, usia 25 tahun."

"Baiklah, tempat kamu di sana silahkan kerjakan apa yang seharusnya." Tasya mengangguk segera menuju ke meja tepat berada di seberang meja Bintang, mungkin hanya berjarak tiga meter saja.

Bintang berdiri sejenak, melangkah menuju pintu. Dan Tasya terheran kala pria itu justru membiarkan pintu terbuka dan terlihat beberapa orang karyawan yang berlalu lalang.

"Maaf Pak, kok dibuka ya?" Tasya yang merasa kurang nyaman melihat pintu terbuka akhirnya memutuskan untuk bertanya.

"Biar tidak terjadi fitnah!"

Duar.

Fitnah? Emang Lo pikir gue mau ngapain Lo?

Setelahnya Bintang tidak lagi bersuara, sibuk berkutat dengan setumpuk berkas yang ada di mejanya. Berbeda dengan Tasya yang diam-diam justru mengamati gerak-gerik Bintang, seolah mencoba untuk memahami karakter seorang Bintang.

.

Beberapa menit telah berlalu, Tasya merasa bosan. Ia memutuskan untuk mencoba mengobrol dengan Bintang saat waktu istirahat telah tiba. Tasya mendekat membawa sebuah kotak makan bersamanya, Bintang terlihat masih tidak memperhatikan dirinya sama sekali.

"Ehm, Pak?"

"Pak?"

Budeg!

"Pak Bintang??" Kali ini Tasya meninggikan sedikit intonasi suaranya setelah dua kali memanggil tetapi tidak dihiraukan lelaki itu.

Ga manggil di telepon, manggil langsung juga dicuekin. Ini orang budeg apa sengaja sih? Untung gue manusia, kalau gue malaikat udah gue cabut nyawa nih orang! Ya masa dia nyuekin panggilan malaikat!

"Eh ya? Ada apa Tasya?"

"Bapak mau makan bareng sama saya." Tawar Tasya.

"Maaf ya, saya nggak bisa." Tolak Bintang secara sopan dengan tutur kata yang santun. Penolakan Bintang tak membuat Tasya menyerah, wanita itu kembali mencari akal agar Bintang mau makan bersamanya.

"Yahhh, saya terlanjur bawa banyak nih Pak. Sayang dong kalau nggak ada yang makan, saya mana sanggup makan segini banyak." Ujar Tasya kecewa, raut wajahnya meredup. Tetapi hal itu tidak membuat Bintang mengiyakan permintaan Tasya, pria itu masih kekeh menolak.

"Terimakasih ya Tasya, tapi maaf saya nggak bisa. Kamu bisa berbagi sama teman-teman yang lain."

Ditolak lagi? Wah udah turun berapa derajat nih harga diri gue?

"Saya buang aja deh Pak."

"Jangan, saya mau."

Yesss! Dasar jual mahal, udah enak ditawarin makan gratis juga! Gue kepret juga Lo ya?!

"Beneran nih Pak?"

"Iya, mubadzir buang makanan yang masih layak dimakan."

"Bentar ya Pak, saya ambil kursi dulu." Tanpa menghiraukan panggilan Bintang, Tasya segera mengacir mengambil kursinya dan memindahkan tepat di sebelah kursi bintang dengan sebuah meja lipat yang sengaja ia bawa.

.

.

Bintang memakan makanan yang telah Tasya siapkan di sebuah piring. Walau mereka makan di piring masing-masing tetapi setidaknya misi Tasya sudah ada sedikit kemajuan.

"Pak, maaf ya." Tasya menyentuh bibir Bintang dimana terdapat sebutir nasi yang masih nangkring di sana. Bintang mendelik segera menjauhkan kepalanya, ia tiba-tiba saja merasa canggung.

"Kamu bisa bilang, saya bisa mengelap sendiri."

"Eh iya Pak."

Emang Lo bisa ngelap sendiri, gue aja pengin modus. Modus sedikit nggak papa kan? Daripada gue spaneng ditolak terus daritadi.

"Lain kali jangan bawa terlalu banyak jika memang kamu tidak sanggup menghabiskan."

Bawa lagi maksud lo? Enak aja Lo, makan gratisan mulu dong! Kerja bukannya tajir malah tekor gue ngasih makan anak orang tiap hari!

Tasya kikuk hanya mengangguk saja, walaupun dirinya ditegur tetapi rasa senang itu membuncah kala Bintang mau berbicara dengan menatapnya walaupun hanya beberapa detik saja.

...Kerja tambah tajir ❌...

...Kerja tambah tekor✔️...

Vote like and komennya ya say...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!