NovelToon NovelToon

Istri Kesayangan Rangga

Pernikahan

Laras duduk dikamar pengantin dengan gaun kebaya putih tulang. Kepalanya terus menunduk menetralisir perasaannya yang masih tidak karuan. Semenjak riasan akad, Laras memilih menutupi kepalanya dengan hijab. Terdengar sedikit isakan tangis dari bibirnya.

"Laras." Bisik Raya menemani wanita yang sebentar lagi akan jadi menantunya.

Raya mencoba menerima Laras sebagai anak dari masa lalu suaminya. Apalagi wanita alias almarhum ibunya Laras sudah hadir sebelum suaminya menikah dengan istri pertamanya.

Raya dan Ina menuntun Laras menuju tempat akad yang berlokasi pada sebuah cottage di kawasan Anyer.

Akad yang akan berlangsung sebentar lagi. Tiupan angin sore menerpa kulit mengiringi langkah kaki. Rona bahagia terpancar pada wajah salah satu mempelai tersebut. Rangga terkesiap melihat calon istrinya sangat rupawan. Bahkan Donal yang ada di depan matanya tak tampak.

Dua insan yang akan menempuh sebuah hidup yang baru. Debaran yang kuat karena sebentar lagi status mereka sudah berbeda. Sebentar lagi akad nikah akan segera dimulai. Donal hanya ingin menahan tawa melihat sikap Rangga yang masih fokus melihat calon istrinya.

"Ehmmm ..."

Siapa yang menyangka lelaki yang hanya dikagumi dalam diam sekarang duduk disampingnya. Baik Laras maupun Rangga masih belum percaya kalau mereka sebentar lagi jadi suami istri. Lama Rangga menatap gadis yang sedari tadi menunduk malu.

Awalnya Rangga memang menolak perjodohan ini. Berbagai pikiran negatif tentang Laras tertanam dipikirannya. Hingga saat melihat Laras begitu sayang pada ponakannya, Rangga melihat sisi keibuan pada gadis itu. Walaupun tetap saja di jejali promosi oleh mama dan Oma nya.

"Saya terima nikahnya Larasati binti Donal Pattimura dengan mas kawin tersebut tunai."

Laras menitikkan air matanya. Ada rasa haru yang menyelinap dihatinya. Rasanya dia mau bilang ke dunia kalau suaminya adalah cinta terpendamnya. Rasanya masih seperti mimpi kalau Rangga dan dirinya duduk bersanding di depan penghulu. Terdengar susutan suara dari hidung, jantungnya terus berdetak kencang.

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Aku tak percaya rasanya seperti mimpi. Sekarang statusku adalah nyonya. Nyonya Rangga Barata Yudha. Lelaki yang diam-diam ku kagumi dan kucintai sejak berteman dengan Ina.

Diam-diam aku mencuri pandang ke arah lelaki disampingku. Dia tampan sekali mengenakan jas pengantin. Sesaat dia menoleh kearahku sambil tersenyum. Buru-buru aku kembali menunduk karena malu.

Tak lama dia menyematkan cincin di jari manisku. Kecupan pertama mendarat dikeningku membuat jantung ini semakin berdetak kencang. Ya Allah jika ini mimpi tolong jangan bangunkan aku.

"Sekarang sambut pengantin baru kita Rangga dan Laras." Semua yang berada di cottage bertepuk tangan. Rangga dan Laras hanya melambaikan tangan pada semua pengunjung disana.

Selesai Akad

Laras duduk di depan meja riasnya. Seorang perias pun mulai melancarkan aksinya membersihkan wajah Laras dengan alat saktinya. Melepas atribut akad karena akan diganti dengan yang lebih simple. Wanita itu manut saja ketika wajahnya kembali diobrak abrik sama perias tersebut. Tak lama Rangga masuk dengan alasan mau mengganti pakaian jas nya.

Ketika Rangga membuka kancing bajunya, tiba-tiba laras meminta Rangga mengganti di kamar mandi. Dia takut mata mbak periasnya tercoreng dengan tubuh milik suaminya.

"Kak Rangga, gantinya dikamar mandi saja." Titah Laras.

"Kenapa harus di kamar mandi, sayang?"

"Nggak enak banyak orang disini." Jawab Laras.

"Oke istriku." Rangga mencubit pipi tirus Laras.

BLUSH

Wajah Laras memerah seketika ketika Rangga menyebutnya istriku. Terasa jantungnya berdetak kencang. Tangan Laras terus membolak-balik karena grogi, padahal akadnya sudah selesai.

"Mbak bisa tolong make up temen saya yang itu?" Laras menunjuk Ina yang sibuk bersama panitia memeriksa dekorasi.

"Boleh, mbak. Saya selesai mbak sama mas nya dulu." Jawab perias.

"By the way, mbak kenal sama mas ganteng dari mana?" Tanya mbak perias.

"Itu kakak sahabat saya, Mbak." Jawab Laras yang sedikit geli saat sapuan kuas mengenai lobang hidungnya.

Mbak perias tak lagi bertanya macam-macam. Hanya saja, si mbak perias hanya mendumel dalam hati.

Si mbak penganten ini nggak terlalu cantik dan sepertinya hanya gadis biasa. Kok bisa ya, sama mas Rangga. Sepanjang saya jadi langganan make up keluarga ini, mbak Lani lebih cetar dari mbak Laras.

"Nanti make up nya jangan terlalu tebal, ya." Kata Rangga yang sudah berganti pakaian. Mbak perias hanya mengangguk.

"Soalnya dia nggak pake make up saja sudah cantik."

"Terimakasih, kak." Jawab Laras.

"Panggil Mas saja." Titahnya pada wanita yang baru saja dinikahinya.

Laras hanya tersenyum kecil. Segampang inikah jodohnya? Beda dengan Ina yang masih mengarungi terjal dalam kisah cintanya. Mbak perias mengingatkan kalau Laras sudah selesai dirias dan ganti baju. Sementara itu Rangga hanya sedikit dikasih polesan wajah karena kulitnya sudah putih.

Laras berjalan menuju lokasi resepsi. Gaunnya yang panjang dibantu dengan para pendamping pengantin termasuk Ina dan Eva yang didaulat Laras. Sementara Alam dan Reza menjadi pendamping pengantin untuk Rangga.

Serangkaian acara resepsi pun berjalan dengan meriah. Dari acara pembukaan, pemotongan kue, hingga musik live pun ikut memeriahkan. Laras dan Rangga terlihat bahagia sekali. Walaupun terlihat lelah tapi mereka menikmatinya.

Acara pun hampir selesai. Akan ada acara pelemparan bunga buat yang jomblo. Setelah pesta usai, biasanya pengantin wanita akan membalikkan badan dan mulai melempar rangkaian bunga ke arah tamu undangan. Di saat seperti ini, para tamu wanita, utamanya yang belum menikah akan berlomba-lomba untuk mendapatkan rangkaian bunga tersebut.

Karena menurut mitos yang ada, wanita yang bisa menangkap rangkaian bunga tersebut akan segera melangsungkan pernikahan dengan lelaki idaman. Bagaimana dengan yang masih sendiri? Beberapa juga percaya, jika yang masih sendiri mendapatkan rangkaian bunga itu, mereka juga akan segera mendapatkan seorang kekasih dambaan hatinya, dan bahkan akan langsung menikahinya.

Euforia resepsi berlangsung meriah. Masih tidak percaya kalau dia harus bersanding lelaki yang disukainya sejak SMP. Lelaki yang membuatnya selalu iri dengan Karina yang baik hati memberinya pekerjaaan. Terkadang Laras malu. Dimatanya Ina terlalu baik, saking baiknya gadis itu mengirimkan uang lima juta untuk pengobatan ibunya.

"Ma, Laras mana?" Tanya Rangga.

"Di kamar kayaknya. Kelihatannya dia lelah sekali. Kalau dia belum siap jangan dipaksa." Sahut Raya sambil memasukkan barang ke mobil.

Sepulang Raya, Rangga berjalan menuju kamarnya. Diamati istrinya yang sudah terlelap indah. Tangan Rangga membelai gurat wajah Laras. Kecupan dari Rangga ternyata membangunkan Laras. Wajah mereka hanya berjarak 1 cm, Laras menelan salivanya ketika Rangga hendak mereguk bibirnya. Dengan cepat Laras menutup wajahnya dengan selimut.

"Kakak mau apa?" Ucap Laras yang masih gugup.

"Nggak papa. Aku cuma mengucapkan selamat tidur sama kamu. Ya, udah kamu lanjutin tidurnya, aku mau keluar cari angin dulu." Rangga meninggalkan Laras sendirian di kamar.

Laras takut sendirian dikamar keluar mengikuti suaminya "Kok sepi?" Laras celingak celinguk melihat kamar sudah kosong semua.

"Kak Rangga!" Panggil Laras pada suaminya.

"Panggil aku, Mas." Sahut Rangga.

"Ma..mas..." Ucap Laras duduk disamping suaminya.

"Kok nggak tidur?" Tanya Rangga.

"Takut, Kak eh Mas. Dulu biasanya aku tidur sama ibu. walaupun aku punya kamar sendiri. Di rumah juga aku tidur sama bibi. Sekarang aku ..."

"Kyaaaaaaa.... Kak eh Mas ...Turunin!" Pekik Laras ketika tubuhnya dibopong sama Rangga.

"Aku sudah ngantuk. Tidur yuk!" ajak Rangga.

Mampus aku! Jangan-jangan dia mau....

Gara Gara segugut

"Gimana? Masih segugut?" Laras mengangguk. Tubuhnya merasa lemas di hari pertama haid.

"Maaf, Ya, mas." Laras merasa tidak enak.

"Nggak, papa, sayang. Kan sudah sah, kapanpun kita bisa kok." Jawab Rangga mencoba berbesar hati.

Kemarin malam, Laras dan Rangga mencoba menunaikan kewajiban pertama sebagai sepasang suami istri. Namun, tiba-tiba Laras mengeluh nyeri di perutnya. Rangga mengira hanya alasan Laras yang belum siap dijamah. Tapi ternyata dugaannya salah. Laras pingsan setelah mencoba melawan rasa sakitnya.

Akhirnya Laras di bawa ke puskesmas yang letaknya jauh dari cottage. Dari keterangan dokter baru diketahui kalau Laras sedang menstruasi. Rangga yang tidak terlalu paham dengan penjelasan dokter hanya diam.

"Kalau perempuan sedang menstruasi apa bisa berhubungan." Tanya Rangga yang membuat Dokter cantik itu tak bisa menahan tawa.

"Sudah berapa lama kalian menikah?"

"Baru kemarin dok." jelas Rangga.

"Oh, begitu. Kalau saran saya, ya..anda harus bisa menahan diri sekitar satu minggu."

"Whaaat lama sekali." Kaget Rangga.

"Harus bersabar."

Dokter pun pergi meninggalkan Rangga.

Sekarang mereka masih berada di Anyer. Menikmati liburan setelah resepsi. Entah ini bisa dibilang bulan madu atau bukan. Pasalnya, Sejak haid pertama Laras tak bisa beraktivitas.

Rangga muncul membawa beberapa makanan. Tadi dia searching di internet tentang makanan untuk mengurangi nyeri haid istrinya.

Laras menatap Rangga yang menyuapinya. Ada rasa tidak enak karena di layani suaminya, dia merasa harusnya dirinya yang membaktikan pada suaminya.

"Maaf, ya, mas." ucap Laras merasa tidak enak.

"Soal?"

"Ya, soal tadi. Seharusnya sebagai istri aku yang melayanimu. Bukan mas yang melayaniku."

Rangga tersenyum mendengar ucapan istrinya. Dia tidak mempermasalahkan hal itu. Toh, mereka sudah sah, jadi mereka bisa melakukannya kapan saja.

"Nggak papa. Oh, ya tadi malam aku sudah bebasin Alam. Yah, ternyata tante Yulia rumit juga pemikirannya. Ina kan kabur sendiri, kok malah Alam yang dituduh bawa Ina lari." Cerita Rangga tentang urusannya semalam.

"Mas" Laras mencoba merubah posisi duduknya.

"Iya, sayang."

Blush

Wajah Laras memerah ketika memanggi dirinya dengan sebutan sayang.

"Kita pulang, yuk." Entah kenapa rasanya dia ingin pulang ke rumah.

"Jangan sekarang, Ras. Kamu istirahat dulu, liat muka kamu pucat."

"Aku mau ketemu Ina, mas. Dia pasti lagi down banget akibat ulah kakaknya. Kasihan Ina, mas sejak dulu nggak pernah bahagia hidupnya. Punya mama casanova, tunangannya casanova juga, dan sekarang disaat ada yang benar-benar mencintainya ada saja penghalang."

Tapi aku yang benar-benar pernah mencintainya. Batin Rangga.

Rangga duduk di depan flamboyan cottage. Lokasi yang langsung menghadap pantai membuatnya terbuai lepas. Tangannya memencet layar gawainya karena getarannya terasa kencang. Ada seuntai senyuman ketika mendengar pembicaraan lewat udara tersebut.

"Wah, om nekat banget sih. Tapi aku setuju sama Om. Mereka harus dipersatukan, kasihan Ina menderita terus. Masa tante Yulia nggak terbuka pikirannya setelah pengorbanan Alam waktu di Jepang kemarin"

"Oke, oke, Om Dul terimakasih infonya." Rangga langsung menutup sambungan teleponnya.

Rangga memasuki cottage melihat istrinya sudah bangkit dan sedang membereskan barang. Tangan Rangga melingkar di pinggang Laras. Membelai pucuk rambut istrinya dengan lembut.

"Ras, tadi om Dul menelepon. Katanya besok Ina mau ditunangkan dengan Gilang, Tapi om  Dul punya rencana beda. Katanya Ina akan ditunangkan dengan Alam secara sembunyi-sembunyi."

Laras tersenyum mendengar kabar tersebut.

"Nekat ya, mas. Aku nggak bisa ngebayangin reaksi tante Yulia. Kayaknya tante Yulia itu sangat keras orangnya. Aku saja pernah dimarahi sama dia karena membujuk Ina agar tidak pergi ke Jepang."

Keesokan harinya.

Cinta memang tak pernah disangka kehadirannya. Tak pernah disengajakan akan jatuh pada hati siapa. Mengalir begitu saja, tetapi saat kita merasakan jatuh cinta, sadarkah kita bahwa itu adalah salah satu kebesaran Allah SWT? Bersyukurkah kita pada-Nya atas keindahan cinta yang Allah selipkan pada hati kita? Sudahkah cinta membuat kita semakin dekat pada-Nya? Sudahkah kita memaknai dan menempatkan cinta dengan sebenar-benarnya?

Itu yang kini dirasakan Laras dan Rangga. Dua anak manusia yang ikatkan tali pernikahan, tanpa pacaran, tanpa saling mendalami karakter masing-masing. Laras dan Rangga mencoba menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya. Masih mencoba belajar tanpa harus saling melukai.

Jika ada yang bilang, ah mereka masih penganten baru, masih hangat-hangatnya. Nanti juga beberapa tahun kemudian pasti ada berantemnya. Mungkin iya karena efek pengantin baru. Namun, Laras yakin kalau Rangga bukan tipe lelaki kasar pada wanitanya. Hal itu bisa dia lihat bagaimana saat dulu Rangga memperlakukan Ina dengan baik, menganggap orang terdekat Ina adalah keluarga. Dari situ Laras mulai mengagumi sosok Rangga. Sikap Rangga mengingatkannya pada Fajar, kakaknya yang telah tiada. Laras ingat saat sang kakak gajian, selalu mengajak dua bestie nya Adul dan Eva. Padahal gajinya nggak seberapa, tapi Fajar selalu bilang "Berbagi itu wajib apapun keadaannya". Laras, Adul dan Eva saat itu tahunya senang saja. Tapi sekarang saat Laras tahu bahwa gaji kakaknya hanya 40 ribu sebulan. Ada rasa sedih menerpa. Karena hanya demi menyenangkan dirinya sang kakak rela menggadaikan gajinya.

"Aku rindu ibu, bapak dan kak Fajar." Batinnya sembari menyeka air mata.

Laras berjalan keluar aula acara.Hiruk pikuk suasana acara membuatnya pusing. Paling tidak dengan menghirup udara luar bisa memberinya sedikit ketenangan. Untung saja dia sudah memakai hijab, jadi tidak perlu takut rambutnya tersibak angin.

"Kamu disini?" Laras menoleh sosok yang menghampirinya.

"Bulan madu, ya? masa menantu orang kaya bulan madunya di Ancol." sahut sosok itu.

Laras hanya melemparkan senyuman kecil. Tak lama tangannya mencubit kumis lelaki itu dengan gemes.

Pekikan dari suara bariton itu membuat wanita 19 tahun tertawa lepas.

"Nggak dulu nggak sekarang suka bener mainin kumis orang."

"Iya kumis tukul." Sahut Laras.

Lelaki itu adalah Adul, Sahabat kecilnya Laras. Lelaki yang seusia Laras tersebut, muncul di hadapan wanita. Seragam putih hitamnya plus dengan pentungan wajibnya, membuat Adul sedikit menawan. Sedikit? karena kalau dia bilang sangat menawan akan ada yang tidak suka dengan pujiannya.

"Kamu kerja disini?"

Adul mengangguk "Aku keren kan kayak gini? mirip nggak sama yang film baywatch."

"Hahahaaha.. Baywatch itu cuma pake kolor bukan seragam lengkap kayak gini."

"Ras."

"Iya, dul."

"Kamu cantik pake hijab. Aku harap kamu istiqomah, ya. Jangan kayak Neng nindy, lepas hijab pas kerja dikota."

"Terimakasih."

Nindy adalah salah satu tetangga mereka yang melepas hijab karena kerja di perkotaan. Hanya saja setiap pulang ke rumah Nindy kembali menggunakan hijab.

"Insyaallah, Dul. Aku kedalam dulu, ya. Takutnya mas Rangga nyari." Pamit Laras.

Dul memandang Laras dari kejauhan.

"Andai saja aku sekolah sampai tamat bisa kuliah kayak kamu, Ras. Mungkin aku bisa mengkhitbahmu, tapi sekarang aku hanya bisa mendoakanmu agar bahagia dengan pilihanmu." Ucap Dul pelan.

"Sayang, kamu kemana saja." Panggil Rangga saat melihat istrinya yang dicari sejak tadi.

"Aku cari angin, mas. Sumpek didalam."

"Oh, kenapa nggak ngajak aku.Biar cari angin berdua."

"Ya, mas Rangga tadi asyik benar berbaur sama mereka. Aku minder, mas."

"Kenapa kamu minder? Kamu kan anak pengusaha juga?"

"Kalau hasil tes DNA menyatakan aku bukan anak om Donal? Apa mereka masih bersikap baik sama aku?"

"Kalau hasil tesnya negatif. Itu tanda kamu bukan adik tiriku, dan tetap menjadi nyonya Rangga Barata Yudha. Pokoknya kamu tenang saja, sayang. Apapun hasilnya kamu dan aku tetap suami istri.

Aku akan berusaha menjadi suami yang baik buat kamu. Ya, walaupun bukan dari pacaran. Lagian kamu bukannya belum pernah pacaran, ya?"

"Pasti Ina kan yang bilang. Ih, ember bener tuh anak, aku kan jadi malu."

"Malu kok sama suami sendiri. By the way, kamu masih lama haidnya?"

Aduh kok dia nanya gitu,ya? Apa dia masih menagih malam pertama kami. Ya Allah aku takut.

"Apakah acaranya masih lama?"

"Kenapa, Sayang?"

"Pulang, yuk. Mama Raya dan Oma Gladys pasti sudah menunggu kita."

"Nggak kok, aku sudah pesankan empat kamar. Kasihan Ina baru saja diusir kakaknya. Pasti dia masih bingung mau pulang kemana?"

"Mas".

"Iya, sayang."

"Kamu masih perhatian sama Ina. Apakah kamu masih cinta sama dia?Apakah..."  .

Laras melototi Rangga yang mencuri ciuman pertama. Rangga menuntun tangan Laras mengalung dilehernya. Entah kenapa dia tidak bisa berontak dan terkesan menikmati bibir suaminya.

"Maaaas"

"Enak kan sayang, mana halal pula."

"Iiih, kita lagi ditempat umum, mas." Wajah Laras memerah layaknya buah tomat.

Bandara

Apakah kita hanya liburan saja ke Jepang, mas?" Tanya Laras saat dalam perjalanan menuju ke bandara.

Rangga hanya tersenyum. Lelaki berusia 36 tahun tersebut tak langsung menjawab pertanyaan sang istri. Matanya mengalihkan ke gadis yang duduk di depannya. Tampak gadis itu hanya diam tanpa bersuara sejak berangkat tadi.

"Na, kamu daritadi diam saja. Nanti kalau kamu diam terus Jakarta malah tambah lebat hujannya." Goda Rangga.

"Mas, jangan di ganggu, Ina nya." Sahut Laras.

Laras paham kegundahan hati sahabatnya. Makanya dia membiarkan Ina merenungkan diri.

"Na, Semoga kamu nggak berpikir untuk tetap berangkat. Kamu juga nggak pamit sama Alam. Bukannya kamu cinta sama dia. Aku lihat dia banyak berjuang buat kamu,Na. Kalau kamu seperti ini, jadinya nggak setimpat dengan semua yang diperjuangkan Alam."

"Kalau dia berjuang untukku. Kenapa dia mengembalikan aku sama kak Lia? Itu artinya dia menyerah atas semua yang telah terjadi diantara kami."

"Itu karena dia sadar. Kamu masih punya keluarga, aku yakin dia nggak mau lihat kamu terpisah keluargamu. Pikirkan lagi,Na." Bujuk Laras.

"Aku sudah mantap,Ras. Aku akan menyelesaikan kuliah. Menjadi wanita karier yang sukses. Dan jika berjodoh suatu saat kami akan dipertemukan lagi apapun caranya." Sahut Ina dengan mantap.

"Terserah kamu, Na." Laras sudah malas melanjutkan pembicaraan.

Laras memandang jalanan menuju perjalanan ke bandara.Jujur ini pertamakali dia naik pesawat. Apalagi saat ini dia sudah punya suami yang sangat sayang padanya. Laras bersyukur kalau Tuhan memudahkan menemukan jodohnya. Laras merasa tangannya ada yang menggenggam, ukiran senyum terpahat di bibir lelaki disampingnya.

Bulan Februari telah masuk di tahun 2022. Dimana katanya ini adalah bulan penuh cinta. Ya, bulan penuh cinta karena dia sudah menemukan keluarga baru setelah ibunya meninggal. Bulan penuh cinta karena dia juga diberi suami yang sangat sayang padanya. Laras berharap selamanya rumah tangganya akan adem seperti ini.

Mobil memasuki area bandara. Ingatan Laras berputar ketika mengantar Ina berangkat ke Jepang untuk pertama kalinya. Sekarang dia kembali memasuki area bandara bukan untuk mengantar tapi juga ikut berangkat ke Jepang. Mobil pun berhenti di depan loket penerbangan luar negeri.

"Yuk, sayang." Rangga menuntun Laras turun dari mobil.

"Makasih, mas." Jawab Laras.

"Sama-sama sayang." Rangga mengedipkan mata.

"Duh, kalian ini pacaran mulu." Sahut Ina.

Setelah Laras dan Rangga menyelesaikan resepsi Satu minggu yang lalu, mereka pun akan berbulan madu layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Setidaknya mereka tidak dihadapkan dengan rumit sebuah pengenalan satu sama lain. Karena mereka memulai hubungan tanpa pacaran. Laras dan Rangga menikmati hubungan mereka dengan bahagia. Kedua saling membuka diri, menerima satu sama lain, dan mulai terbiasa dengan status pernikahan mereka. Rangga juga tidak menyangka status lajangnya dilepas bersama Laras bukan Ina. Setelah dia mencoba menguatkan hati, menerima Ina sebagai adik sepersusuannya. Walaupun rasa cintanya masih ada pada gadis itu.

Rencananya Rangga akan mengajak Laras ke Bali. Namun saat pihak perusahaan di Jepang mengabari ada trouble disana. Rangga memilih membawa istrinya ke Jepang. Walaupun yang mendesak mereka ke Jepang adalah Raya dan Gladys. Bagi Raya ini kesempatan Rangga membina rumah tangga mandiri tanpa meninggalkan pekerjaannya. Toh sebentar lagi valentine, rasanya akan romantis jika merayakan bulan kasih sayang di negeri sakura tersebut.

Tak lama terdengar pengumuman agar penumpang segera menaiki pesawat. Ina pun bangkit bersama sang kakak dan kakak iparnya berjalan menuju tangga penyambung. Helaan nafas pelan saat menginjakkan kaki di dalam pesawat. Rasanya dia masih bermimpi kalau dia benar-benar akan pergi ke Jepang.

Lainnya hal dengan Laras. Karena ini adalah pertama kalinya dia naik pesawat. Laras memilih duduk didekat jendela. Terdengar permintaan pramugari untuk memeriksa sabuk pengaman.

"Mas itu adeknya, ya. Bisa tolong benarkan sabuk pengaman adeknya." Ucap pramugari melihat Laras belum sempurna memakai sabuk pengamannya.

"Eh, iya mbak. Ini istri saya mbak." Sahut Rangga.

Rangga langsung membenarkan sabuk pengaman milik Laras. Wanita itu pun tak berontak saat Rangga mengecup pipi istrinya. Wajah Laras memerah bak buah tomat.

"Mama harap pulang dari Jepang kalian bawa oleh-oleh, Ya."

"Mama mau apa?"

"Mama mau cucu."

Tak berapa lama pesawat pun berjalan. Laras kaget saat pesawat mulai melandaskan tubuhnya keatas. Tangannya menggenggam erat lengan Rangga. Saking takutnya Laras memeluk pinggang Rangga dengan erat. "Mas kenapa jalannya seperti ini. Apa kita mau jatuh?"

Rangga hanya tersenyum melihat tingkah istrinya. Dia malah sengaja membiarkan ketakutan Laras agar pelukannya tidak lepas. Wajah Laras sedikit menyembul menatap kearah suaminya. Ada perasaan malu karena orang disamping Rangga melihatnya dengan tatapan penuh arti. Bisa jadi penumpang itu menertawakan atau mungkin mengejeknya.

"Duduklah, sayang. Jika kamu masih merasa ketakutan peganglah tanganku. Barusan pesawat melandas. Sekarang lihatlah ke kaca." Laras menaikkan kepalanya dan memandang kaca. Matanya takjud melihat langit dari atas awan, melihat hamparan laut yang luas.

"Maaf, mas. Aku .. aku ... belum pernah naik pesawat. Pasti aku malu-maluin, ya."

"Tenang, sayang. Aku maklum kok." Rangga mengelus pucuk rambut Laras.

Lagian dirinya emang baru pertama kali naik pesawat. Matanya kembali Fokus ke kaca menatap awan putih yang banyak membentuk. Laras menatap kagum ketika melihat pemandangan di bawahnya.

"Bu, ayah, kakak. Aku sekarang naik pesawat.Rasanya mimpi bisa jalan ke luar negeri." Batin Laras.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!