Rachel Zweeta seorang mahasiswi di Universitas Stanford, California kehidupannya tidak terlalu mewah ia berasal dari keluarga yang ber kecukupan.
Orang tua Rachel berada di Pennsylvania sebenarnya keluarga Rachel tinggal di Califoria tetapi karena urusan pekerjaan sang ayah yang mengharuskan mereka pindah.
Rachel memilih untuk tetap tinggal karena ia seorang mahasiswa akan menyusahkan baginya jika harus berpindah-pindah karena universitasnya juga merupakan universitas yang bagus itu menguatkan Rachel untuk tetap berada di California saja.
Rachel juga berkerja part time di sebuah bar kecil Rachel mulai bekerja disana beberapa saat setelah kedua orang tuanya pindah ke Pennsylvania untuk menambah uang belanjanya dan untuk membayar sewa rumahnya karena rumah yang lama sudah di jual orang tuanya.
Malam yang sudah sangat larut dan gelap kini Rachel baru saja pulang dari tempatnya bekerja karena ia kuliah di pagi hari ia mengambil jam kerja mulai dari jam 5 sore hingga 12 malam.
Rachel sedari tadi saat memasuki kawasan perumahannya tampak sangat gelisah di karenakan ia merasa seperti sedang di ikuti oleh seseorang, tetapi setiap ia melihat ke belakang tidak ada seorangpun yang terlihat.
Rachel yang sangat ketakutan pun mempercepat langkahnya agar cepat sampai di rumahnya yang ia sewa selama orang tua berada di Pennysylvania. Rachel terus mempercepat langkahnya, bahkan sampai berlari ketika melihat bayangan di belakangnya semakin mendekat.
Setelah berlari cukup jauh Rachel pun menjadi sedikit tenang mengetahui bahwa tidak ada terlihat tanda-tanda bahwa ia masih di ikuti oleh bayangan tadi. Seketika tubuh Rachel membeku melihat seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam di depannya dan pria ter sebut juga terlihat menggenggam sebilah pisau sangat tajam di tangannya itu membuat Rachel menelan kasar salivanya.
Rachel tidak dapat melakukan apapun dia hanya berdiam diri sambil melihat ke arah pria itu dan tidak berkedip sedikitpun karena terkejut dengan pisau yang pria itu genggam.
"Si-siapa kau? Apa maumu?" ucap Rachel memberanikan diri padahal tubuhnya bergetar hebat mengingat maraknya terjadi kasus pembunuhan.
Pria tersebut menyeringai dan melangkah mendekati Rachel sontak hal itu membuat Rachel melangkah mundur menjauhi pria tersebut karena sangat ketakutan.
Pria itu melangkah lebih cepat dan mendorong tubuh Rachel ke dinding pagar rumah seseorang yang kebetulan rumah itu kosong tidak di tempati siapapun.
Rachel memejamkan matamya tak berani melihat pria di depannya ini dan tubuhnya bergetar hebat.
"Buka matamu." ucap pria itu suara berat penuh penekanan itu.
"Tolong jangan bunuh aku" gumam Rachel takut-takut
Rachel membuka perlahan matanya lalu pandangannya langsung mengarah pada pria yang berada di hadapannya ini.
"Tolong lepaskan aku, ku mohon" ucap Rachel lagi.
Pria di depannya ini malah menyeringai dan mengatakan hal yang membuat Rachel sempat kebingungan
"Apa yang akan kau berikan untukku sebagai gantinya?" ucap pria itu dengan suara dinginnya.
"Apapun asal jangan membunuhku" ucap Rachel tanpa pikir panjang.
Rachel tidak memiliki pemikiran sedikitpun jika pria yang ada dihadapannya saat ini adalah seorang pembunuh, yang ia pikirkan adalah pria didepannya ini seorang perampok yang hanya ingin mengambil uangnya dengan bermain pisau.
"Baiklah mulai hari ini kau adalah kekasihku" ucap pria itu membuat Rachel menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jika tidak maka pisau ini akan berada di tempatnya sekarang" ancam pria itu sambil memainkan pisau itu di depan wajah Rachel.
Mata Rachel membulat mendengar ucapan pria itu, ia sangat tidak mengerti dengan ucapan pria itu. untuk apa ia menjadi kekasihnya? Dan tepat setelahnya Rachel tidak mengingat kejadian apapun lagi karena ia telah kehilangan kesadaran dirinya.
Rachel terbangun dari tidurnya cahaya terang yang masuk melalui celah jendela menusuk mengganggu pemandangannya dan membuatnya perlahan membuka mata dan ia pun terbangun dari mimpi tidurnya.
Karena terlalu lelah aku sampai bermimpi buruk pikirnya Rachel memutar kembali ingatannya tetapi dia tidak bisa mengingat bagaimana ia bisa sampai ke rumah karena pikirannya sekarang hanya di penuhi dengan mimpi buruknya itu.
Rachel mengambil ponselnya berniat untuk menghubungi orang tuanya tetapi Rachel kaget saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 7.53 pagi karena hari ini hari pertamanya mengikuti kelas sebagai mahasiswi baru.
Rachel beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk siap-siap dengan tergesa-gesa. Ponsel yang di tangannya itu ia lempar begitu saja ke tempat tidur dan ia mengurungkan niatnya untuk menghubungi orang tuanya.
Tidak butuh waktu lama untuk Rachel bersiap kini ia telah pergi meninggalkan rumahnya tanpa sarapan terlebih dulu dan berjalan menuju kampus. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 8.15 untuk sampai ke kampus setidaknya membutuhkan waktu 15 menit jika berjalan kaki dari rumahnya mengingat jarak rumah dan universitasnya tidak terlalu jauh.
Kelas pertamanya dimulai pukul 8.45 karena tidak ingin terlambat dihari pertama Rachel pun memutuskan untuk berlari hingga kini dia sudah berada di kawasan kampus dan yang benar saja dia masih punya sisa waktu 15 menit.
Karena tadi belum sempat sarapan Rachel memutuskan untuk mampir ke kantin terlebih dulu membeli satu cup coffee dan sepotong roti selai setelah selesai dengan rotinya Rachel berlari menuju ruang kelasnya dengan terburu-buru tapi apa daya itu malah membuatnya terkena masalah.
Bruuk...
Rachel tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria yang baru keluar dari dalam ruangan dan sialnya Rachel tidak sengaja menumpahkan coffee yang sedang ia minum dan mengenai baju orang yang ia tabrak itu.
"Ah maafkan aku. Aku sedang terburu-buru. Tolong maafkan aku" ucap Rachel dengan pandangan terfokus pada baju pria itu yang kotor karenanya Rachel tidak berani menatap pria itu karena ia dapat merasakan bahwa pria itu sedang menatap tajam kearahnya.
"Sekali lagi maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf" ucap Rachel berlalu tanpa melihat ke arah pria itu.
"Its okay" jawab pria itu bersamaan dengan Rachel yang berlalu melewatinya.
Bukannya tidak merasa bersalah dan tidak ingin bertanggung jawab tapi saat ini ia sedang terburu-buru dan tidak bisa untuk berleha-leha disana karna ia tau jika tetap berada disana, ia akan menghabiskan waktu yang sangat lama meski dengan niat bertanggung jawab.
Saat sampai di depan ruang kelasnya Rachel melihat kearah kanannya Rachel menghela nafasnya bersyukur karena pria itu tidak mempermasalahkan hal tersebut karna tidak terlihat ada seseorang yang mengikutinya.
Sebelum melangkahkan kakinya masuk menuju ruang kelasnya Rachel tiba-tiba terhenti dan secara tiba-tiba di telinganya terngiang-ngiang suara pria yang ia tabrak tadi suara itu terdengar sangat familier walaupun sekilas tapi itu terasa sangat familier.
Rachel mengangkat bahunya tidak peduli dan berjalan ke tempat duduk yang sudah di tempati dua orang wanita mereka adalah sahabat Rachel dari SMA. Giska dan Vely di sini Rachel tidak akan kesepian karena kedua sahabatnya berada di kampus yang sama dengannya.
"Kau dari mana saja?" tanya Giska
"Aku kesiangan dan tadi terjadi insiden kecil di depan sana" ucap Rachel menghela nafasnya berat karna dihari yang baik ini, ia hampir mengacaukannya.
"Insiden? Kau kenapa apa yang terjadi? Tapi kau tidak apa-apakan?" tanya Vely dengan heboh sembari mengecek tubuh Rachel dengan teliti.
"Tolong jangan berisik!" ucap dosen yang tanpa mereka bertiga sadari sudah berada di mejanya.
Mereka tersenyum kecut ketika mendapat teguran dari dosen tersebut mereka tambah malu karena mahasiswa yang sedang mengikuti kelas itu juga menatap ke arah mereka.
Di kelas pertama mereka sudah mendapat teguran dan menjadi pusat perhatian teman-teman lainnya. Rachel, Giska dan Vely fokus pada materi yang di beri dosen itu mereka bertiga adalah murid pintar di kelasnya saat di SMA kini sudah satu jam mereka mengikuti pelajaran dan kelas sudah berakhir.
Kini Rachel tengah duduk di kursi taman kampus seorang diri kedua temannya kini berada di kantin Rachel juga pergi ke kantin tapi hanya membeli sebotol minuman lalu pamit ke temannya menuju taman, karna ia butuh tempat yang tidak terlalu berisik.
Rachel duduk di taman memainkan ponselnya memutuskan untuk menghubungi orang tuanya yang tadi pagi ia tidak sempat melakukannya, ia menceritakan paginya mulai dari kesiangan, insiden kopi hingga ia dan teman-temannya ditegur dosen.
Setelah mengakhiri panggilan tersebut Rachel menggunakan handsfree mendengarkan musik dan memakan makanannya, saat larut dengan kegiatannya Rachel di buat kaget dengan adanya seseorang yang tengah berdiri di hadapannya.
Rachel melepas handsfreenya saat berniat mengangkat kepalanya untuk menatap orang itu Rachel malah di buat kaget mendengar perkataan pria itu.
"Hai sayang" ucap pria itu
Mendengar hal itu membuat Rachel memutar malas bola matanya Rachel pikir itu hanya pria cabul yang mencoba menggodanya dan memilih untuk mengabaikan pria itu tapi saat Rachel ingin mengenakan handsfreenya kembali tangannya justru di tahan oleh pria itu.
"Apa-apaan ka" ucapan Rachel terhenti saat menatap pria itu.
Kaget itu adalah yang kini Rachel rasakan pria yang kini berdiri di depannya ini adalah pria yang sama di mimpinya bukan pria cabul seperti yang ia pikirkan tapi pria yang ingin melenyapkan nyawanya.
Hmm? Bukankah itu hanya mimpi tapi bagaimana mungkin ada pria yang terlihat sama persis di mimpinya dan berada di sini??
"Sayang ada apa denganmu? Tadi mengabaikanku kini hanya menatapku begitu tanpa mengatakan apapun, apa kau marah padaku? Padahal aku hanya ingin menyapa saja" ucap pria itu sambil mengelus lembut kepala Rachel
Sontak itu membuat Rachel dengan cepat menepis tangannya, pria itu menyeringai melihat Rachel menepis tangannya dan pergi meninggalkan Rachel yang masih dalam kebingungan begitu saja.
"Ini gila, bagaimana mungkin. arrrgh.." rutuk Rachel
Rachel berniat pergi meninggalkan tempat itu dan ia dibuat bingung dengan orang yang ada di sana karena semua pandangan mata mengarah padanya dan mereka menatap Rachel dengan sinis.
Rachel tetap melangkahkan kakinya pergi menjauh dari taman tersebut untuk kembali bersama temannya dan mengabaikan tatapan aneh itu dengan penuh tanda tanya dipikirannya, ada apa dengan tatapan itu? apa ada yang salah dengannya??.
Rachel menuju ruang kelasnya karena kini teman-temannya sudah berada di dalam kelas, setibanya di ruang kelas Rachel langsung bertanya kepada temannya tanpa menjelaskan apapun.
"Apa ada yang aneh denganku? Apa aku terlihat aneh?" tanya Rachel kebingungan.
Kini tidak hanya dirinya yang menjadi bingung bahkan kedua temannya itu ikut kebingungan dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu sambil memikirkan apa yang aneh dari Rachel.
"Orang-orang di taman melihatku sinis, apa ada yang aneh dengan penampilanku?" tanyanya lagi.
Felly dan Giska dengan kompak menggelengkan kepalanya karena ia tidak melihat hal aneh dari diri Rachel.
"Tidak ada yang aneh dengan penampilanmu" ucap Giska dan disetujui oleh Felly.
Mendengar itu Rachel memutuskan untuk melupakan dan mengabaikan hal itu, ia duduk di bangkunya dan siap mengikuti kelas berikutnya.
Kini jam kampus sudah selesai Rachel kini tengah berjalan di koridor ingin menuju gerbang untuk pulang tapi saat ingin pulang tiba-tiba Rachel kebelet dan pergi menuju toilet dengan terburu-buru tapi saat keluar dari toilet suara pria di belakang membuatnya kaget.
"Kau akan pulang sekarang sayang" pria itu berbisik tepat berada di belakangnya
"K-kau kenapa bisa ada di situ" Rachel kaget
Pria itu melangkah maju mendekati Rachel hingga mendorong cepat Rachel kembali masuk dalam toilet dan dorongan itu seperti deja vu bagi Rachel.
"Ja-jangan mendekat! ke-keluar ini toilet wa-wanita" ucap Rachel terbata-bata
"Lalu kenapa? Aku hanya ingin berdua denganmu saja itu bukan hal yang salah bagi sepasang kekasih" ucap pria itu dengan santainya.
"Kekasih? Si-siapa kekasihmu? Aku tidak kenal denganmu, i-ini pertama kalinya aku melihatmu" ucap Rachel.
"HAHAHA yang benar saja, kau melupakanku sayang?" ucap pria itu mengimpit Rachel yang tersandar di dinding.
"Ap-apa maksudmu?" tanya Rachel
"Sepertinya aku harus membuatmu mengingatku terlebih dulu" ucapnya sambil mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya.
Deg. Itu bukan mimpi hal itu benar-benar terjadi pria di depannya ini benar-benar pria psychopath yang ingin melenyapkan nyawanya tadi malam. Rachel sangat ketakutan tubuhnya bergetar saat pria itu bermain dengan pisau yang sama di hadapannya dengan gerakan seolah sedang menyayat sesuatu.
"Ma-maaf sepertinya A-anda salah orang, sa-saya tidak mengenali A-anda, permisi" ucap Rachel dengan suara yang bergetar mencoba kabur dari pria itu.
Belum sempat melangkahkan kakinya pria itu kembali mendorong kasar tubuh Rachel dan mencengkeram kuat bahunya itu membuat Rachel meringis kesakitan.
"Sepertinya kau tidak mengerti ucapanku ya. Kau itu adalah kekasihku! Jangan pernah berpura-pura tidak mengenaliku lagi" ucap pria itu dengan mengeraskan rahangnya.
"Aku akan membunuhmu jika kau seperti itu lagi walaupun kau kekasihku itu tidak akan membuat aku segan untuk menghabisimu. Mengerti!"
Tubuh Rachel melemas hingga membuatnya terduduk di lantai ingin rasanya ia menangis sekarang Rachel benar-benar tidak tahu harus berbuat apa di situasi seperti ini apa yang bisa di buat kalau ia mengatakan tidak ingin pria ini pasti membunuhnya sekarang ini juga, bahkan tidak memungkinkan baginya untuk menghubungi teman-temannya dan menyeret mereka untuk berurusan dengan pria gila ini.
"Apa kau mengerti?!" tanyanya dengan penuh penekanan
Rachel yang sudah sangat lemas hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanpa mengatakan hal apapun, ini semua salahnya kenapa malam itu ia mengatakan akan melakukan apa saja, lihatlah yang terjadi sekarang karna perkataan konyol itu bisa-bisanya ia bernegosiasi dengan seorang pria gila.
"Ah sepertinya aku membuat kau sangat ketakutan ya sayang? Ayo aku akan mengantarmu pulang" ajaknya sambil membantu Rachel berdiri dari duduknya.
Kini Rachel berada di dalam mobil pria itu, ia tidak ikut dengan patuh, ia sempat menolak ajakan pria itu namun ucapannya tidak didengar sama sekali oleh pria gila egois itu.
Hening hanya keheningan yang ada di mobil itu Rachel hanya berdiam diri menunduk tak mengatakan sepatah katapun bahkan nafasnya tidak terdengar bukan berarti ia tidak bernafas dan hingga akhirnya pria itu membuka suara mengajak Rachel berbicara.
"Kau tidak tahu namaku bukan?” tanyanya dan Rachel hanya memandangnya takut.
"Bryan. Bryan Kyne"
"Itu namaku, lalu kau" ucap Bryan sembari menunjuk Rachel "Apa kau bisa tidak menatapku seperti itu, itu sedikit mengganggu" ucapnya lagi karena ia merasa sedikit risi dengan tatapan yang di berikan Rachel padanya.
Hmm? Apa pria itu sedang meminta tolong padanya bukan memberinya perintah? Apa yang salah dengan pria ini, apa dia berkepribadian ganda??
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!