NovelToon NovelToon

Menggoda Om Om

Desahan Kenikmatan.

Selesai mengikuti mata kuliah di jam terakhirnya. Syafira membuka ponsel ada pesan dari seseorang yang paling penting dalam hidupnya yaitu Victor Erlangga. Seorang pria, berusia 32 tahun seorang duda yang merupakan pria yang paling peduli pada hidupnya.

[ Syafira datang ke apartemenku sore ini. Kamu harus mengambil uang bulananmu ]

Membaca pesan itu, Syafira merasa riang gembira. Satu hari dalam, satu bulan adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu. Di mana ia bisa bertemu dengan Viktor Erlangga. Ya, pria yang diam-diam ia kagumi, pria yang diam-diam ingin ia miliki, pria yang diam-diam mencuri hatinya.

"Yes!"

Teriakan Syafira mencuri perhatian Aleta yang merupakan teman sekaligus sahabat Syafira sejak SMA. Ia menoleh ke sumber suara.

"Ada apa? Kamu menang lotre atau mendapat tiket eksklusif konser BTS?" tanya Aleta, menutup layar ponselnya beralih melihat ke arah Syafira.

"Aku mau ketemu Om Viktor!" bisiknya di indra pendengar Aleta.

"Okay, sekarang?"

"Iya, hari ini." Syafira tidak ingin langsung ke apartemen Viktor. Tidak mungkin menemuinya di saat penampilannya lusuh sepulang kuliah.

"Aku akan mengantarmu!" usul Aleta, rumahnya satu arah dengan apartemen si Om.

"Tidak, aku mau mandi dulu, dandan, dan nanti baru ke apartemen Om Viktor!" ungkap Syafira ia tidak peduli dengan sepasang mata yang selama dua tahun belakangan ini menatapnya dengan tak biasa. Ada Arsyan, sosok sahabat dan teman laki-laki yang diam-diam mengagumi Syafira.

"Dasar genit!" canda Aleta menimpuk pundak sahabatnya dengan buku.

"Biar! Hanya dia yang membuatku seperti ini!" Syafira memejamkan mata menghadirkan Viktor dalam ingatannya.

Sejak SMA kelas XI banyak cowok yang menyukai Syafira. Dia cantik, pintar, wakil ketua osis, dan juga mudah bergaul. Hampir semua mata pelajaran ia kuasai. Banyak yang mengaguminya, mulai dari kakak kelas yang super keren, adik kelas yang imut, kapten tim basket, banyak yang berusaha mendapatkannya. Sampai saat ini saat ia kuliah, ia tetap menjadi primadona. Banyak yang menyukai dan ingin mendapatkan hatinya. Namun, hanya Viktor Erlangga-lah yang menjadi tambatan hatinya. Satu-satunya nama pria yang terpatri di dalam relung hatinya yang terdalam.

...****************...

Aleta pulang ke rumahnya, sementara Syafira berada di asrama mahasiswa yang letaknya tak jauh dari kampus. Semua mahasiswa dan mahasiswi semester awal, diberi kesempatan untuk tinggal di saba. Baru kemudian, di semester genap mereka bisa mencari tempat tinggal lain.

Seusai mandi Syafira mematut di depan cermin. Memperhatikan pantulan wajahnya tidak di sana. Memilih mengenakan celana jeans warna hitam dan sweater warna hijau lumut yang serasi. Mau bagaimana pun, sweater yang pemberian Viktor tiga tahun lalu di ulang tahunnya yabg ke-15 menjadi baju favoritnya. Sling bag warna putih dan sepatu flat warna senada, ia kenakan untuk menemui pujaan hatinya sore ini.

Terakhir sebelum melangkahkan kaki keluar dari asramanya, Syafira mengoleskan lip tint warna pink dan membiarkan rambutnya yang panjang terurai begitu saja.

Syafira memesan ojek online. Ia menunggu di depan asrama, untuk mengurangi rasa groginya yang sebentar lagi akan menemui Om Viktor. Gadis itu menyempatkan untuk membalas pesan dari pria pujaan hati. Sangking bahagianya, ia sampai lupa belum membalas pesan dari si Om.

[ Baik Om. Aku akan segera ke sana ]

Tak berapa lama ojek online yang Syafira pesan datang. Ia membonceng, lalu kendaraan roda dua itu mulai berjalan menuju ke tempat tujuan. Sebenarnya akan lebih efisien jika Om Victor mengirim uang bulanan untuk Syafira melalui ATM. Namun, ia tidak bisa protes Viktor selalu berdalih meski hanya sebulan sekali ia ingin bertemu dengan Syafira untuk mengetahui keadaannya. Menyempatkan bertemu meski hanya satu jam di tengah kesibukannya memimpin perusahaan.

Syafira tidak keberatan memang itu yang ia nantikan. Kalau Om Viktor memutuskan memberi uang sakunya hanya transfer lewat ATM, dia sudah tidak bisa menunggu satu hari dalam sebulan yang terpenting dalam hidupnya yaitu bertemu dengan si Om Tampan yang membuat hatinya bergetar.

Lima belas menit kemudian, sampailah Syafira di tempat tujuan. Apartemen mewah di Jakarta Barat. Shafira turun dari motor, lalu memberikan ongkos. Sebelum memasuki apartemen ia merapikan rambutnya. Lantas, berjalan masuk menuju lift.

Pintu lift terbuka, bersama dua orang lainnya ia masuk. Alat transportasi dalam gedung itu akan mengantarkannya sampai ke lantai 19, dimana unit apartemen Viktor berada. Tak lupa, ia membuka catatan di ponsel untuk mengingat sandi pintu tempat tinggal si Om. Bukan karena lupa, Syafira hanya memastikan.

Ting.

Pintu lift terbuka. Perlahan Syafira melangkahkan kakinya menuju unit apartemen milik Om Viktor. Kini ia berdiri di depan pintu, diam sejenak menenangkan hatinya yang berdebar. Setelah berhasil menguasainya. Gadis itu menekan sandi pintu apartemen.

Pintu terbuka, melepas alas kaki. Sejenak melirik sekilas ke rak sepatu, ada sepatu high heels milik wanita di sana. Mungkin itu milik Nyonya Hani, Mama dari Viktor yang kemungkinan sedang berkunjung.

Tanpa rasa ragu Syafira terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Ia semakin curiga jika pemilik sepatu hak tinggi, yang limited edition yang ia lihat tadi, bukanlah milik Nyonya Hani.

Ia melihat baju wanita dewasa yang teronggok sembarang, bukan hanya itu. Ada kemeja dan sepatu hitam milik Viktor yang juga terlempar sembarang. Ada underwear berwarna merah, menjuntai tepat berada di depan pintu.

Degh.

Syafira menghentikan langkah kakinya. Berdiri mematung melihat ke celah pintu kamar utama yang sedikit terbuka.

Jantungnya terpacu, semakin berdebar. Tak seharusnya ia berada di sini. Tak seharusnya ia berdiri di sini. Tak seharusnya ia melihat ini. Syafira datang di waktu yang tidak tepat.

Sayup-sayup dia mendengar suara seorang wanita mendesah. Bayangan dua orang yang sedang memadu kasih di kamar utama. Tidak jelas, wanita itu siapa karena lampu di matikan. Cahaya dari celah tirai pun tidak membantu penglihatan Syafira mencari tahu siapa wanita yang sedang berpacu kuda. Terdengar ******* panas dari dua orang yang bergumul penuh hasrat.

"Ahh, ahh," suara ******* wanita di dalam sana, semakin terdengar keras dan cepat membuat Syafira menutup mulut takut bersuara. Ia merasa tak menapakkan kaki. Ada luka, ada cemburu, ada rasa tidak terima melihat pria yang ia kagumi mendapat kepuasan dari wanita lain.

Dengan perlahan Syafira melangkah mundur. Diam dan gemetar, takut entah kenapa baru pertama menyaksikan sepasang pria dan wanita yang sedang bercinta. Lebih parahnya pria itu adalah Viktor Erlangga, pujaan hatinya. Disela-sela nafasnya yang tedengar keras, dan detikan jam yang terasa menggema Syafira memutuskan keluar dari unit apartemen.

Pintu lift menutup.

Syafira berdiri terpaku. Masih gemetar, ia tidak bisanmenelaah apa yang dirasakan hatinya saat ini.

Terluka?

Jelas!!

Memangnya ia berhak terluka?

Tidak!! Memangnya dia siapa!

...****************...

...Mohon beri dukungannya dengan Vote...

...Komen dan tap love....

...Terima kasih....

Memangnya Aku Berhak Cemburu?

Syafira menatap nanar ke arah layar ponsel miliknya. Kedua bola matanya mengamati wajah tampan Om Viktor yang terpapar di sana. Tak terasa bulir-bulir air mata menetes membasahi layar gawai canggih miliknya.

Memangnya dia siapa? Dia hanya seorang gadis yang hidup karena belas kasihan dari pria itu. Ia tumbuh dengan baik dan bisa kuliah sampai detik ini karena Victor mau membiayai hidupnya. Jangankan mengutarakan rasa cemburunya, menyukai pria itu pun Syafira tidak berhak.

***Bodoh!

Tolol***!

Untuk apa ia menangis. Air matanya yang berlinang membasahi itu sia-sia. Ia bahkan menangis hanya demi seorang pria yang tidak pernah melihatnya. Memangnya dari mana Viktor tahu kalau Syafira mengaguminya. Tidak, yang Viktor tahu, Syafira membutuhkan dukungan materi darinya. Ia tidak tahu jika gadis yang selama ini ia anggap sebagai adiknya sendiri menyimpan rasa kagum dan rasa cinta yang teramat besar untuknya.

Kenapa harus sesakit ini? Memangnya aku siapa berhak merasa cemburu dan sakit hati. Siapa pun yang tadi bercinta dengannya. Entah mantan istri atau wanita lain, ia tidak berhak marah! Harus menahan rasa ingin tahunya.

Drrrrtttt.

Drrrrtttt.

Ponsel milik Syafira bergetar. Ada panggilan dari pria yang sejak tadi menguasai pikirannya. Ya, Viktor Erlangga. Nama dan fotonya terpapar di layar ponsel.

Panggilan telefon terhubung.

"Halo," sapa Syafira mendekatkan benda pipih nan canggih miliknya ke telinga kanan.

"Tadi kamu datang ke apartemen?" tanya suara di seberang telefon, terdengar dalam seperti biasa. Jujur Syafira merindukan suara milik Om Viktor. Namun, dadanya masih terasa sesak mengingat kejadian sore tadi.

"Emm- iya, Om," jawab Syafira ragu.

"Ada apa?" tanya Viktor. "Astaga, aku lupa? Aku akan ke asramamu dan mengantar uang bulananmu."

"Lain kali saja, Om. Aku tidak mau merepotkan Om Viktor! Lagi pula ini sudah malam!" ucap Syafira menahan isakan. Ia menolak bukan karena mempunyai simpanan uang yang banyak. Ia hanya belum siap bertemimu dengan Viktor! Ya, masih belum bisa terima pria itu bercinta dengan wanita lain.

"Kamu terlambat Syafira, aku sedang berjalan ke asrama. Sebentae lagi aku tiba di deoan pintu kamarmu!" sahut Viktor.

"Tidak bisa Om, ketua asrama tidak memperbolehkan tamu dari luar masuk!" dalih Syafira. Memang begitu kenyataannya.

"Siapa bilang saat ini aku sudah berada di depan kamarmu!"

Klik.

Panggilan telefon berakhir.

***Tok.

Tok.

Tok***.

"Syafira!"

Suara berat milik Om Viktor yang yadi terdengar di seberang telefon. Kini terdengar jelas di depan pintu kamar Syafira.

"Syafira, kamu di dalam?"

"I- iya Om!" sahut Syafira. Ia mengusap pipinya yang masih basah. Lantas, segera beranjak dari duduknya.

Cklek.

Pintu kamar terbuka. Viktor Erlangga, sang duda tampan pujaan hati Syafira tengah berdiri di bibir pintu. Pria itu menyunggingkan senyum, memperlihatkan gigi putihnya yang berjejer rapi.

"Ayo kita keluar! Aku perlu mengambil uangnya di ATM!" ajak Viktor.

Hah! Om! Kenapa, enggak ambil uangnya tadi saja! Kenapa harus mengajakku.

"Sekarang?" tanya Syafira melongo.

"Ya!"

Syafira akan dianggap muka tembok yang tidak tahu malu jika tidak ikut mengambil uang di ATM untuk pengeluaran uang bulanannya. Sudah di kasih, dan enggak mau ambil sendiri.

Mereka berdua berjalan melewati lorong demi lorong asrama. Beberapa mahasiswi masih sibuk dengan aktivitasnya. Syafira melirik ke arah pergelangan tangan, angka di arlojinya menunjukkan jam delapan lebih lima menit.

Viktor mengulurkan tangan membuka pintu untuk Syafira. Kemudian, ia duduk di belakang kemudi.

"Kamu baik-baik saja kan?"

Pria itu memperhatikan gadis delapan belas tahun yang duduk di sampingnya. Matanya sembab dan sering terisak.

"Emm- iya, Om, aku baik-baik saja," sahut Syafira terbata. Sepertinya ada maksud lain. Tidak biasanya si Om Tampan, yang duduk di belakang kemudi itu mengajaknya naik mobil. Lagi pula, di depan gerbang utama asrama ada ATM segala jenis rekening Bank.

Untuk apa Viktor mengajaknya naik mobil. Lagi pula uang bulannanya juga tak seberapa, mungkinkah si Om tidak memiliki uang cash.

Oh iya aku hampir lupa kalau Om Viktor itu orang kaya.

"Pakai sabuk pengamannya!" titah Viktor.

Hening. Syafira yang masih sibuk dengan pikirannya tidak mendengar apa yang di ucapkan oleh pria yang duduk di sampingnya.

Refleks, Viktor meraih sabuk pengaman dan memasangnya untuk Syafira. Entah sengaja atau tidak, tangan si Om menyentuh area sensitif di dada Syafira.

Tubuh gadis itu menegang sebagai responsnya.

"Maaf." Viktor segera menyalakan mesin mobil tanpa menunggu jawaban dari Syafira yang masih terpaku karena sentuhannya.

Mobil mulai berjalan dengan kecepatan sedang. Syafira memilih diam, ada kecewa yang teramat besar yang memenuhi dadanya.

Beberapa kali Viktor berniat membuka percakapan, tetapi pria itu selalu mengurungkannya. Hingga, mobil pun berhenti di sebuah area parkir.

"Sebentar!" pamit Viktor.

Syafira mengangguk.

Pria itu turin dari mobil, mengambil uang di ATM. Tak sampai lima menit ia kembali dengan sejumlah uang.

"Ini, uang bulananmu!" Viktor mengulurkan sejumlah uang. "Ayo kita makan malam dulu!" ajaknya. Harus menanyakan perihal kejadian tadi sore pada Syafira.

"Tidak Om, aku sudah makan. Lagi pula ini sudah malam, asrama akan tutup jam sembilan, aku tidak mau dimarahi ketua asrama!" dalih Syafira mengarang bebas.

"Ah, iya." Viktor mengalah. Ia mengemudikan mobilnya kembali ke asrama.

Hampir sepanjang perjalanan, Syafira yang biasanya antusias dan bersemangat saat berjumpa dengan Om Viktor memilih diam. Berdebat dengan dirinya sendiri mengobati rasa kecewanya.

Mobil berhenti.

Viktor menarik jemari tangan gadis yang duduk di sebelahnya. "Tunggu!" cegahnya pada Syafira yang sudah bersiap turun dari mobil. "Syafira, ini mengenai kejadian tadi!" ungkap Viktor kemudian.

"Iya Om?" jawabnya singkat dengan pandangan tidak suka.

"Apa tadi kamu melihat dan mendengarnya?" tanya Viktor. Ia merasa bersalah karena tak seharusnya menunjukkan perilaku buruk di depan Syafira.

Syafira menganggukkan kepala pelan.

"Syafira, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menunjukkannya di depanmu, aku minta maaf! Tidak seharusnya aku mengajak wanita tidur di apartemenku saat kamu mau datang!" Viktor menunduk menunjukkan rasa penyesalannya.

Kenapa harus minta maaf! Om itu tidak salah! Yang salah itu aku!

"Om tidak perlu minta maaf, lagi pula aku yakin kalau tidak di apartemen Om juga bisa mengajaknya ke hotel atau ke villa, memang apa bedanya. Om pasti akan mengulanginya lagi!" Syafira menepis tangan Viktor. Kemudian, ia turun dari mobil.

"Tunggu Syafira! Aku bisa menjelaskan!" teriak Viktor.

Namun, Syafira acuh. Ia tetap berjalan ke asrama menuju kamarnya. Penjelasan dari Om Viktor, sama sekali tidak memberi kebaikan di dalam hatinya.

Siapa wanita itu Om? Aku akan mencari tahunya!

...****************...

...Jangan lupa....

...Vote....

...Koment....

...Tap Love....

Selalu ada Jalan.

Syafira terus menggeser layar ponselnya. Sibuk menjadi detektif dadakan mencari tahu siapa wanita yang berada satu ranjang dengan Om Viktor. Mantan istrinya atau wanita lain.

Aku harus bertanya ke siapa? Hah! Aku ingin tahu dia siapa? Dokter hebat seperti mantan istrinya? Atau wanita cantik lain, dengan profesi keren?

Sudah sekitar empat puluh lima menit Syafira, berkutat memeriksa satu persatu pengikut akun instagram milik Viktor, tetapi ia tidak mendapat satu pun informasi mengenai siapa wanita itu.

"Kamu lagi apa? Dari tadi pelototin ponsel terus!" ketus Aleta. Sejak tadi ia duduk di samping Syafira, tetapi gadis itu tak mengakui kehadirannya sama sekali.

Syafira menegakkan kepala. Membuat Aleta bisa menatap wajahnya.

"Astaga!" Apa semalam kamu tidak tidur?" Aleta terkejut melihat mata panda di kelopak mata sahabatnya. Matanya memerah dan wajahnya terlihat sayu. Fix, terjadi sesuatu pada Syafira. Karena tidak biasanya ia berangkat kuliah dengan penampilan yang tidak rapi seperti hari ini. Rambut panjangnnya tidak diikat rapi.

"Ya." Suara Syafira terdengar sangat lirih.

"Kamu sakit?" selidik Aleta menangkup wajah Syafira yang terlihat pucat.

"Iya aku sakit," sahut gadis itu seraya menganggukkan kepala pelan.

"Mana? Mana yang sakit?"

"Sini!" Syafira menepuk dadanya yang masih terasa sesak.

"Apa, apa Om Viktor menyakitimu? Katakan apa yang sebenarnya terjadi?" desak Aleta. Ia selalu peduli pada Syafira. Tahu jika Syafira tidak memiliki siapa pun untuk mencurahkan isi hatinya.

"Ada seorang wanita yang dekat dengan Om Viktor, tetapi aku tidak tahu dia siapa. Maukah kamu bertanya pada Kak Juna siapa wanita yang menjadi kekasih Om Viktor?" pinta Syafira putus asa. Kak Juna, merupakan kakak dari Aleta yang saat ini bekerja menjadi sekretaris pribadi Om Viktor. Mungkin saja pria itu mengetahui siapa wanita yang menjadi teman tidur pujaan hatinya.

"Tenang ya, nanti malam aku akan menanyakan semuanya pada Kak Juna, kamu santai saja! Paham! Aku akan membantumu! Sekarang kita pulang dan makan," ajak Aleta. Ia yakin jika Syafira melewatkan sarapannya tadi pagi.

"Tidak aku tidak lapar," Syafira menolak ajakan Aleta. "Aku akan pulang ke asrama ,sekarang kamu pulang saja. Nant,i kalau ada kabar dari Kak Juna kamu segera hubungi aku ya?" Seuntai senyum tersungging di bibir Syafira. Kak Juna menjadi satu-satunya harapan agar bisa mengetahui siapa wanita itu. Tidak mungkin bertanya pada Nyonya Hani, tidak mungkin pula bertanya langsung pada Om Viktor.

"Tapi Sya, beneran kamu enggak apa-apa?" tanya Aleta memastikam.

"Iya tenang saja, aku enggak apa-apa," tegasnya meyakinkan.

Mereka pun beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang kelas.

Seorang teman laki-laki mengikuti Syafira.

"Sya, mau aku antar pulang?" tawar Arsyan.

"Tidak, aku jalan saja ke asrama," tolak Syafira. Biasanya ia akan mengiyakan, tetapi kali ini ia menolak. Rasa sesak dalam hatinya tak kunjung berkurang rasanya ingin sendiri dari pada berpura-pura baik-baik saja di depan orang lain.

...****************...

Viktor Erlangga, 32 tahun. Pewaris tunggal jaringan pusat perbelanjaan terbesar di Indonesia, ARRA mall.

Pria itu adalah seorang duda dengan satu putra yang saat ini berusia empat tahun. Mantan istri pertamanya adalah seorang dokter dan ilmuwan yang lebih suka berkutat dengan makhluk kecil dan mikroskop sepanjang hari, dibandingkan mengurus rumah tangga menjadi ibu dan istri yang baik bagi anaknya.

Tepat dua tahun pernikahan, mereka memutuskan bercerai. Elena kini masih menetap di Africa. Selalu disibukkan dengan penelitian.

Sekarang, Viktor berbalik arah. Jika dulu ia sangat memuja wanita yang pintar di atas rata -rata, tidak demikian dengan saat ini. Meninggalkan kisah cinta pertamanya, Viktor tengah menjalin hubungan dengan super model Natasha Agnesia.

Hubungan itu lebih dari teman dekat, nyatanya keduanya saling tertarik satu sama lain. Sering menghabiskan malam berdua, meski belum ada ikatan pernikahan di antara keduanya. Bukan Viktor menundanya, Natasha masih ingin mengejar karirnya.

Sore ini, sebelum pulang Viktor menyempatkan untuk menghubungi sang kekasih.

"Halo," sapa Natasha di seberang telefon.

"Halo, Nat, kapan kamu pulang ke Jakarta? Apa perlu aku menjemputmu?" tawar Viktor. Dalam waktu dua bulan ke depan, sang kekasih akan berada di Indonesia. Ada beberapa kontrak kerja yang harus diselesaikan.

"Malam nanti aku baru tiba, tidak usah menjemputku!" tolak Natasha cukup pengertian. Ia tahu betul jika Viktor selalu sibuk dengan jadwal kerjanya sendiri.

"Baiklah, kalau begitu kapan kita bisa ketemu?" desak Viktor. Selama Natasha berada di Jakarta. Viktor akan berusaha keras agar mereka bisa lebih sering bertemu.

"Besok, jemput aku di AX studio, ada pemotretan di sana," sahutnya.

"Baiklah sampai bertemu besok, I miss you, baby."

"*I miss you too."

"See you*."

Viktor menutup layar ponselnya. Ada senyum tipis menghiasi wajahnya. Sepertinya ia tengah jatuh hati pada sang kekasih. Menjalin hubungan singkat dalam waktu enam bulan dan lebih sering LDR. Nyatanya tak membuat Viktor, membiarkan cintanya pindah ke lain hati.

"Juna," panggil Viktor pada sekretarisnya.

"Iya Tuan," sahut Juna yang baru lima tahun bekerja menjadi sekretaris Viktor, tetapi berhasil menjadi karyawan kepercayaan sang Boss.

"Kosongkan jadwalku untuk besok sore, aku akan menemui Natasha di AX studio," pintanya.

"Sebentar Tuan, jadi untuk pertemuan dengan pemilik king's Hotel, kita tunda atau batalkan saja?" tanya Juna melihat schedule sang boss untuk hari esok.

"Batalkan saja."

Viktor menatap ke arah ponselnya. Sungguh tidak sabar ingin bertemu lagi dengan wanita yang baru saja menelefonnya.

"Baik Tuan."

Juna bergerak cepat segera membatalkan pertemuan dengan pemilik king's hotel dan menjadwalkan lagi beberapa pertemuan dengan klien.

...****************...

"Kak Juna," panggil Aleta seraya berjalan mendekat menghampiri sang kaka. Ia baru saja pulang setengah jam yang lalu, dan kali ini tengah duduk di ruang keluarga dan masih sibuk dengan layar ponselnya.

"Ada apa Aleta?" ketus Juna. Selisih tujuh tahun dengan adik perempuannya membuat Juna menjaga jarak dengan Aleta. Selain usia, mereka juga tidak satu frekuensi.

"Kakak tahu siapa kekasih Tuan Viktor? Syafira bilang pacarnya jelek dan tidak sepadan!" pancing Aleta. Jika bertanya langsung, Juna pasti tidak akan menjawabnya.

"Jangan asal bicara, bocil!" Juna menimpuk belakang kepala si adik dengan remote TV yang ada di sebelah kirinya.

"Kamu tahu siapa namanya!" tunjuk Juna ke layar TV yang sedang memperlihatkan iklan baju dengan brand ternama.

"Natasha Agnesia!" seru Aleta. Untuknya yang sangat tertarik dengan Fashion dan barang branded. Aleta sangat mengenal siapa wanita yang wajahnya sering muncul di majalah Fashion.

"Itu pacar Tuan Viktor!" ujarnya dengan tatapan mata kembali ke layar laptop.

"Tukang bohong!" tuduh Aleta tidak percaya.

"Aku tidak bohong! Kalau tidak percaya besok kamu pergi ke AX studio. Tuan Viktor akan menjemputnya di sana!"

Juna beranjak dari duduknya dan segera meninggalkan adiknya. Berlalu begitu saja.

Meski belum yakin seratus persen. Aleta akan segera memberitahu Syafira. Jika memang Natasha Agnesia adalah kekasih Viktor, maka ia akan menyarankan Syafira untuk menyerah.

...****************...

...Jangan lupa....

...Vote....

...Koment....

...Tap Love....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!