Saat kecil aku bisa dibilang cukup menderita tapi aku bersyukur karena memiliki orang baik yang selalu berada di dekatku.
Sejak lahir aku memiliki kekuatan esper yaitu bisa baca pikiran orang lain, agak menakutkan memang karena setiap orang yang melewatiku bisa aku rasakan dan dengarkan isi pikiran mereka.
Tidak jarang isi kepalaku yang penuh dengan suasana hati manusia, membuatku pusing dan ingin segera menjauh ketempat yang tenang.
Saat aku pertama kali sekolah di sekolah dasar aku selalu sendiri karena aku takut membaca pikiran orang yang sama sekali tidak ingin aku dengar, karena aku memiliki perilaku aneh semua orang jadi menjauh.
Aku ingat mereka pernah mengatakan ini di dalam hati nya.
“Rien itu sepertinya anak indigo, aku pernah lihat dia berbicara sendiri”
Ada juga yang bilang seperti ini.
“Dia seperti itu karena orang tuanya memperlakukan dia sangat buruk”
Aku hanya bisa diam karena bukan seperti itu, aku hanya ingin sendiri tidak mau dengan siapa-siapa.
Soal aku tidak punya orang tua, memang benar aku tidak pernah tau siapa orang tuaku.
Aku sangat benci sekolah.
“Rien-chan, kenapa kamu sedih begitu sayang?” ucap seorang wanita dengan suara lembutnya.
Aku hanya memasang wajah malas.
“Ayo lahh anak imuttt, jangan cemberut begitu dong kamu harus selalu tersenyum agar orang yang mendekatimu ikut senang juga” lalu dia memberiku pelukan gemasnya terhadapku.
Lalu dia melepaskan pelukanku dan berbicara serius.
“Apapun yang terjadi jangan pernah beri tahu soal kekuatanmu, oke”
Lalu bibi tersenyum kembali.
“Baiklah, kita beli eskrim saja gimana? ” ucapnya dan membuatku senang.
Dia adalah bibiku, dia satu-satunya orang yang kupunya saat ini, bisa dibilang dia menjadikan ku anak angkat tapi aku menganggap dia sebagai ibuku.
Kami hanya hidup berdua.
Kalian semua salah, aku tidak pernah kehabisan kasih sayang dari orang tua karena bibiku merupakan orang tua ku juga.
Setiap hari dia mengajarkan dan memberi solusi dengan kekuatanku ini.
Memberikanku kebahagiaan sudah pasti bibiku selalu melakukannya.
Setiap hari sebelum tidur dia selalu menceritakan kisah-kisah dan yang paling aku suka kisah iblis dan hunter bibiku tidak pernah bosan menceritakan kisah itu, meskipun aku tau jika kisah itu hanya mitos tapi aku sangat mengagumi sosok iblis Fukei yang selalu tertindas.
Aku juga diam-diam membaca pikiran bibiku tapi dia benar-benar wanita baik hati setiap aku membaca pikiran bibiku dia selalu berdoa agar kami bisa hidup bahagia selamanya dan juga tidak henti-hentinya memanggilku imut.
Walaupun ada perasaan sedih yang tidak bisa kupahami saat itu.
Waktu telah berlalu dan kekuatan esperku ini bisa aku kendalikan. Saat sekolah menengah pertama aku diajak pindah ke kota Akihabara karena ada pemindahan kerja bibiku.
Aku sekolah menengah pertama di Akihabara disana sama saja aku diintimidasi tapi aku tetap tegar demi bibiku, aku tidak boleh mengecewakan bibiku aku tidak boleh jadi anak manja juga.
Kini berakhir tragis, bibiku meninggal karena kecelakaan disaat bibiku ingin menemuiku di acara kelulusan SMP ku.
Tentu saja aku sangat sedih, menangis kencang karena dialah satu-satunya alasan aku masih hidup. Aku tidak memiliki siapapun lagi.
Keluarga? Aku tidak punya, kemungkinan aku harus hidup sendiri seperti seorang gelandangan atau aku harus kerja paruh waktu untuk bisa bertahan hidup.
Semua kenangan selama 15 tahun ini harus sampai disini.
Momen upacara penguburan bibiku dihadiri oleh banyak orang yang tidak ku kenal, aku sudah tidak peduli lagi dengan keramaian orang yang kini sangat menumpuk di dalam kepalaku.
“Sayang sekali ternyata Hideki-san memiliki anak yang sangat cantik sekali” ucap teman bibiku.
“Lalu ada pihak keluarga yang ingin mengurusnya? ”
Aku hanya berdiam diri.
“Aku ingat saat Hideki bilang bahwa dia memiliki anak cantik yang selalu tersenyum manis ternyata dia anaknya”
Saat orang itu mengatakan itu aku sempat terkejut dan mulai menangis lagi karena hanya itu yang bibiku inginkan, aku yang selalu tersenyum bukan aku yang cemberut.
Baiklah bibi, aku akan selalu tersenyum apapun keadaannya karena ini permintaan terakhirmu
Upacara pemakaman kini telah selesai, saat pulang keheningan pun menyelimutiku.
Suasana rumah yang tenang dengan keadaan rumah yang gelap tampak membuat suasana rumah ini menjadi suram.
Apa yang harus aku lakukan kali ini?
Apa aku harus ikut menyusul bibiku?
Tidak! bukan itu yang bibiku inginkan.
Hari pun berganti,
Tok... Tok... Tok...
Ada yang mengetuk rumahku.
Saat ku buka.
“Halo, namaku Asaemi Sasako kita kebetulan bertetangga, aku hanya ingin menyarankan kamu untuk bekerja ditoko ku jika kamu mau, mumpung hari ini adalah hari libur sekolah apalagi sebentar lagi kamu mau masuk SMA, jadi aku merekomendasikan kamu jika kamu berkeinginan memiliki uang kamu bisa bekerja ditoko kami, dengan senang hati kami memperlakukan mu sebaik mungkin yahh walau gaji menyesuaikan saja sih” ucap seorang wanita muda yang cantik dengan rambut pendek bewarna coklat itu yang tampak gugup saat bicara.
“Be-benarkah?” ucapku mendekatkan wajahku padanya.
“Ehh, i-iya” ucapnya.
Tentu saja tanpa pikir panjang aku langsung bekerja ditoko souvenir milik keluarganya itu.
Aku disambut baik disana. Ada ibunya Asaemi-san dan Ayahnya juga mengelola tempat itu.
Ternyata masih ada orang baik disini dan aku membaca pikirannya jika memang akhir-akhir ini aku pembawa keberuntungan karena tokonya jadi lumayan ramai.
Tidak terasa sudah seminggu aku bekerja disana.
“Anu, Meijima-san apakah kamu tidak mendaftar ke SMA? padahal sebentar lagi mau masuk SMA” ucap Asaemi-san.
“Astaga aku lupa, saking senangnya bekerja aku jadi lupa mau bersekolah” ucapku.
“Pendidikan itu sangat penting, jadi kamu harus segera mendaftarkan SMA pilihanmu” ucap Asaemi-san tulus.
“Baiklah akan aku coba mendaftar besok” ucapku.
Padahal aku tidak ingin niat buat sekolah lagi tapi aku juga tidak ingin menjadi anak bodoh karena aku hanya lulusan SMP.
Saat aku pulang kerumah, aku dikejutkan karena pintu rumah tidak terkunci.
”Perasaan pintu rumah ku kunci deh tadi”
Saat ku buka dan masuk ke dalam aku bisa merasakan ada seseorang dirumahku.
Aku bisa membaca pikirannya.
“Akhirnya datang juga”
Begitu kira nya isi dalam hatinya itu.
Aku sangat takut tapi aku beranikan diri masuk kedalam rumah ku.
Dan benar saja saat ku lihat ternyata seorang pria kira-kira berusia 25 tahunan tapi lumayan tampan.
Aku tidak merasakan aura buruk dari pria ini, tapi aku harus berhati-hati.
“Si-siapa kamu? kenapa berada di rumahku?! ” ucapku marah.
“Tenanglah, aku kesini karena ingin bertemu denganmu” ucapnya melihat ke arahku dengan tatapan lemasnya yang membuat wanita siapapun pasti akan luluh, tapi aku tidak akan tertipu olehnya.
“Salam kenal, namaku Tsukki Korime keluarga utama dari Korime tapi sekarang sudah bukan keluarga utama lagi sih, lebih tepatnya aku memisahkan diri dari keluarga itu” ucapnya yang membuat aku tidak mengerti tapi aku tidak merasakan dia berbohong dan ucapannya jujur karena itu aku ingin mendengarkan dia lebih banyak lagi.
“Aku kesini karena perintah” ucapnya lagi.
“Perintah siapa? ” ucapku dengan tegas.
“Ahahaha, jangan serius begitu dong Rien-chan” ucapnya tersenyum. “Dan juga jangan berusaha untuk membaca pikiranku terus” ucapnya yang tau kalau aku dari tadi sedang membaca pikirannya.
Dia membuatku takut
“Maaf jika kurang sopan, tapi jika tidak ada yang berkenan penting bisakah anda untuk pergi? ” ucapku serius.
“Sebenarnya aku disini ingin lebih lama lagi, karena ingin menawarkan kamu sesuatu” pria itu menatapku terus.
“Tidak perlu basa-basi cepat katakan saja” ucapku sebisa mungkin untuk tidak ngegas.
“Kamu dipercaya untuk mengawasi keluarga Korime” Lalu dia mendekatkan diri padaku, tapi entahlah tubuhku tidak mau menghindar dari dirinya, jadi aku diam saja.
“Mengawasi keluarga Korime? ” ucapku berkeringat dan masih bingung.
“Ahahaha, tenang saja semua fasilitas mulai dari tempat tinggal hingga sekolahmu kami yang membayar dan sebagai gantinya kamu harus menjadi pemandu kami” ucapnya mulai riang lagi.
“Dan jika semuanya sudah selesai, aku akan segera menikahimu” ucap pria itu dengan memegang dahuku yang membuat aku melihat sosoknya dengan jelas.
Pria ini bukanlah sembarang pria, dia adalalah pria misterius yang memiliki energi negatif, siapapun orang pasti wanita yang didekatnya akan luluh karena dia memiliki banyak sekali gairah.
“Me-menikah? ”
Aku makin bingung.
“Sudah jelas kan, bahwa aku bukanlah manusia. Kamu pasti akan tau satu persatu permasalahan kami, izinkanlah aku untuk membawamu pergi dari rumahku”
Aku masih belum bisa membca pikirannya.
“Tunggu dulu, aku kan belum jawab iya, aku juga punya banyak pertanyaan” ucapku kebingungan 100 persen.
“Sebenarnya kamu disuruh siapa? kenapa kamu tau kekuatan rahasiaku dan juga kamu bukan manusia? apa maksudnya coba? ”
“Ahahaha, kamu akan tau jika kamu ikut aku” ucapnya sambil tertawa lagi.
“Bagaimana aku harus percaya padamu? ”
“Ini milik bibimu kan? ” ucapnya dengan memperlihatkan gelang emas yang diukir dengan nama “Hideki Meijima”
Tentu saja aku kaget, dia ada hubungan dengan bibi ku ternyata.
“Kenapa kamu memilikinya? ” ucapku curiga.
“Sebenarnya aku adalah murid dari Meijima-san, karena aku anak teladan dia memberiku hadiah ini” ucapnya.
“Jadi bibiku yang menyuruhmu ya” Ucapku jadi tersenyum.
“Kamu sudah tau ya, sebenarnya kematian bibimu tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga kami dan itu murni kecelakaan. Sepertinya dia sudah tau bahwa hidupnya memang tidak akan lama lagi jadi dia meminta aku untuk mengurusmu juga, gadis cantik yang hidup sebatang kara memang agak meresahkan, jadi aku memutuskan untuk kamu tinggal ditempat kami sekaligus mengawasi anak-anak yang ada dirumahku juga sih” ucapnya.
“Anak-anak yang berada dirumahku itu agak lugu, mereka belum bisa beradaptasi didunia ini jadi aku meminta kamu untuk bisa berteman dengannya, lagipula ini pertama kalinya mereka bisa keluar dan melihat dunia yang fana ini”
“Bisakah kamu membantuku? Makanya aku menyuruh kamu ke sekolah yang sama dengan mereka juga” ucapnya dengan senyum tipis seperti menyembunyikan lukanya.
Korime-san ternyata sangat baik hati dibalik sifatnya yang terlihat sombong ternyata dia penyayang keluarga
Perlahan aku bisa merasakan auranya dan dengan sekilas aku bisa mendengarkan isi dalam hatinya, yaitu ;
Aku hanya ingin keluargaku aman
Aku mulai berubah pikiran karena ini wasiat dari bibiku makanya harus kutepati.
“Baiklah aku akan ikut denganmu Korime-san” Ucapku dengan tegas.
Korime-san pun tersenyum bahagia.
“Sudah kuduga kamu mau, tenang saja akan ku bayar tiap bulannya” ucapnya.
“Yaa soal uang juga aku tidak bisa nolak” ucapku.
“Mulai tanggal 5 nanti ada supir yang akan menjemputmu untuk langsung pergi ke sekolah, yahh sebenarnya aku tinggal di bukit yang sepi tanpa orang makanya aku menyuruh supir untuk mengantarmu”
“Tanggal 5 kan hari pertama sekolah” Ucapku yang tau jika tanggal itu memang hari pertama anak SMA masuk sekolah.
“Iyaa itu benar, jadi tanggal 5 pukul 1 malam kamu akan pergi dan langsung pergi ke sekolah” ucapnya yang tidak sadar bahwa itu sangatlah berat untuk dilakukan.
“Kenapa tidak besoknya saja aku pergi kerumahmu—” ucapanku dihentikan olehnya.
“Sstt, karena kami bukan manusia makanya kami ingin membuat pertemuan mendadak saat disekolah nanti, jika kamu bertemu mereka dirumah nanti nya kamu tidak akan betah dan malah tidak mau menjadi pengawas anak-anak brutal itu” ucapnya mengeluh.
Sesuai dengan kesepakatan aku pun menerima tawarannya, ya karena hidup didunia tidaklah mudah aku tidak boleh menyia-nyiakan tawaran manis ini.
...**************** END ****************...
“Tsuki-san, kenapa tiba-tiba kamu ingin berpatroli di hutan malam-malam begini?” Ucap Ryuusei Korime yang mengeluh.
“Tenanglah, aku ingin memastikan bahwa disini tidak ada hewan buas yang akan memangsa manusia” ucap Tsukki Korime yang tengah menyenter disekitar hutan.
“Lebih baik kita kembali, hewan buas disini tidak akan mengganggu jika kita tidak mengganggunya” ucap Ryuusei Korime.
Mereka berdua pun kembali kerumah yang ada di atas hutan itu.
Sebenarnya aku hanya memastikan jika hutan ini aman untuk Rien-chan yang akan datang kesini nantinya
Ucap Tsuki Korime didalam hati.
...****************...
Tanggal 5 Juni
Di kediaman Tsuki Korime terdapat 3 anak remaja yang bernama Ryuusei Korime, Fubuki Korime dan Kanaeru Korime. Mereka tinggal dirumah Tsuki Korime yang hanya dia seorang yang akan menjadi wali mereka untuk sementara.
Hari pertama sekolah mereka mungkin sangat berat dan canggung pasalnya ini pertama kalinya mereka sekolah diluar kekuasaan Korime jadi bahaya pasti akan mengintai mereka di manapun dan ketiga remaja ini siap untuk menghadapi nya tapi Tsuki Korime tau jika mereka kemungkinan tidak akan terbiasa dengan dunia luar makanya dia butuh pengawas yang bisa diandalkan, yaitu Rien Meijima.
...----------------...
Pukul 06.58
“Ahhh, akhirnya tepat waktu juga aku”
SMA Cahaya Mokito nama sekolah yang akan ku tempati ini, sekolah yang lumayan besar juga.
Aku mulai masuk dan melihat-lihat koridor kelas, ini memang bukan pertama kalinya aku sekolah di luar kota tapi rasanya sekolah ini cukup aneh.
“Heii kamu! ” tiba-tiba ada orang yang memanggilku.
Aku pun membalikan badan.
Sepertinya dia seorang guru.
“Kamu anak kelas 10 kan? kenapa malah ada disini, seharusnya kamu ada di ruang aula” ucap guru itu, dia sangat cantik sekali tapi sepertinya dia guru killer karena aku bisa membaca pikirannya yang daritadi mengumpat terus.
“Ma-maaf, aku akan pergi ke ruang aula sekarang” ucapku lalu pergi.
Disana banyak Orang-orang, aku tidak tau dimana teman sekelasku jadinya aku secara ngasal ikut barisan anak kelas yang tidak ku ketahui.
Aku bisa merasakan aura seperti Tsuki-san, iya betul ini pasti aura keluarga Korime aku harus segera menemuinya.
Tapi aku dihalangi oleh seorang guru.
“Anak kelas 10 sebaiknya kamu jangan keluar dari barisan, mohon untuk mendengarkan pidato dari kepala sekolah” ucap guru itu menegurku.
Baiklah, setelah selesai pidato ini aku akan menemuinya.
Aku jadi bisa merasakan aura itu di sembarang sekitar, sebenarnya anak yang dimaksud Tsuki-san itu ada berapa? kenapa banyak sekali yang bisa ku rasakan.
Akhirnya upacara penerimaan siswa baru selesai setelah 2 jam berlalu.
Aku harus mencari nya.
Tapi, setelah semua orang bubar aku tidak bisa merasakan aura itu lagi, aura itu hilang tiba-tiba seperti tenggelam dari kerumunan orang-orang.
Sekarang bagaimana?
Aku tidak bisa menemukan mereka.
Aku pun pergi ke koridor kelas lagi mencari namaku di mading untuk mengetahui kelas mana aku tempati dan setelah aku melihat ada 3 orang bermarga Korime di dalam kelasku aku pun segera berlari menuju kelas itu.
Aku pun membuka pintu dengan keras, tidak ada siapapun disana.
Sial!
Ternyata sangat sulit sekali.
Kenapa orang bodoh seperti aku mau menerima misi ini dari Tsuki-san, padahal aku tau pasti tidak akan sanggup melakukannya.
Aku pun pergi dari sekolah itu dan pergi menuju alamat yang Tsuki-san beri padaku.
“Perbukitan Miahera”
Iya aku harus pergi kesana.
Setelah 3 jam perjalanan aku tidak menemukan satu pun perbukitan atau apalah, dimana ini? apakah Tsuki-san mencoba menipuku?
Seharusnya aku tau mana mungkin ada orang tampan dan tinggi seperti Tsuki-san yang mau menerimaku apalagi tinggal dirumahnya.
Sungguh lelah.
Aku pun menanyakan perbukitan itu ke orang.
Ternyata tidak jauh dari lokasi ku sekarang, dan sekarang aku berlari kencang.
Tampaknya aku harus melewati ribuan anak tangga tentu saja ini kan bukit.
Dengan pantang menyerah aku menaiki anak tangga, belum setengahnya aku sudah capek.
Akhirnya aku memutuskan untuk diam sejenak di hutan.
Aku pun berbaring memikirkan apa yang terjadi ada sedikit penyesalan dan juga aku mulai mengingat bibiku.
Hari sudah mulai sore.
Mungkin aku akan mati membusuk disini.
Aku pun tertidur sebentar.
Cahaya lampu menyorot ke arahku, membuat mataku merasakan silau.
“Anak gadis? ” Ada anak laki-laki yang menghampiriku.
Aku pun langsung terbangun dan mulai merasakan aura itu.
Tidak salah lagi ini keluarga Korime.
Aku pun menangis.
“Heh?? Kenapa menangis? ” ucap laki-laki itu terkejut.
“Ahh rupanya dia ada disini”
Aku mengetahui suara itu.
Suara itu adalah Tsuki Korime.
“Selamat datang Rien-chan” ucapnya dengan senyuman manisnya.
Aku ikut senyum juga.
Aku tau ini bukanlah kesalahan Tsuki-san melainkan kesalahanku.
“Eh jadi ini orangnya? ” sepertinya anak laki-laki itu tidak mengira bahwa aku yang akan menjadi asistennya ya memang sih aku tidak terlihat seperti orang yang bisa melindungi orang.
“Maaf, pertemuan kita seperti ini” ucapku malu.
“Tsuki-san!!! kenapa kamu tidak memberi nomor hpmu padanya?!! jadi dia bisa menghubungi mu apalagi dia seorang gadis!! kukira kamu sedang menjemput siapa ternyata anak gadis ini ” ucap anak laki-laki itu memarahi Tsuki-san aku hanya tersenyum karena merasa lega dia ternyata anak laki-laki normal dan sangat tampan.
“Sebelumnya, perkenalkan namaku Ryuusei Korime” ucapnya dengan suara halus sambil tersenyum yang membuat aku terpana.
“Ayo kita pulang kerumah” ucap Ryuusei-kun lagi sambil membawa tas ku.
Aku merasa tidak enak pada mereka karena ini pertemuan yang bukan aku inginkan.
Rasanya ingin menghilang dari dunia ini.
Pukul 18.02
Aku tiba dirumah Tsuki-san, Tidak seperti yang ku bayangkan rumah diatas bukit itu ternyata rumah tradisional yang masih memakai kayu tapi terlihat megah, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir ini adalah rumah idaman.
Saat Tsuki-san membukakan pintunya ternyata sepi tidak ada siapa-siapa, sudah kuduga memang Tsuki-san dan Ryuusei-kun saja yang tinggal disini.
Perasaanku jadi lega.
“Jadi dia orangnya? ” Lalu ada seorang cewek yang mengagetkanku dan membuat jantungku hampir copot.
“Gaya rambut aneh apa itu” ucapnya yang melihat kunciran rambutku.
Memangnya kunciran kekinian ini aneh ya?
Saking lelahnya sampai-sampai aku tidak bisa merasakan aura kedatangannya.
“Cih, aku tidak suka dia” ucap cewek itu yang tiba-tiba mengatakan itu lalu dia pergi.
“Ahahaha, jangan khawatir suatu saat kamu akan akrab dengannya” ucap Tsuki-san mencoba menghiburku.
Aku hanya diam karena perkataannya tadi sangat menusukku.
Aku salah masih ada orang lain dirumah ini.
Gadis yang tadi mengagetkanku ternyata sangat cantik sekali dengan rambut hitam yang terurai panjang, postur tubuhnya juga sangat tinggi seperti model.
Aku baru sadar dia memiliki aura yang sangat hitam yang tidak ku ketahui apa artinya itu.
“Dia adalah Kanaeru Korime, memang seperti itu sifatnya dia tidak separah jika dibandingkan anak sialan itu! ” ucap Ryuusei-kun dan membuatku merasakan kebencian dari dirinya.
“Anak sialan? ” aku pun bingung.
“Woii sudahlah jangan ribut nanti dia datang” Tsuki-san pun mulai takut.
Tiba-tiba
Dobrak!!! Pintu rumah pun melayang dengan seketika dan membuatku berteriak karena kaget.
Aku merasakan aura buruk yang membuatku takut.
Apa yang sebenarnya terjadi?
“Mati saja kau sialan!!!! ”
Anak laki-laki berambut coklat kemerahan itu hampir ingin menonjok Ryuusei-kun dengan kuat, namun Ryuusei-kun berhasil menghindar dan memberi pukulan kuat ke perutnya dan membuat dia terhempas.
Aku sangat takut melihat kejadian itu.
“Ini sudah dari kemarin terjadi dan ada 2 pintu yang rusak sekarang” ucap Tsuki-san, aku tau Tsuki-san marah tapi dia masih terlihat santai.
Lalu dengan sigap Tsuki-san memisahkan mereka.
“Ini bukanlah rumah kalian jadi jangan kalian rusakan rumahku ini!!!! ” Tsuki-san mulai marah tapi sepertinya kedua orang itu tidak mendengarkan amarah Tsuki-san.
“Te-tenanglah kalian, namaku Rien Meijima salam kenal” ucapku yang tidak tau harus berkata apa jadinya memperkenalkan diri.
Laki-laki berambut merah itu pun menatapku dengan benci lalu dia keluar dari rumah itu.
“Loh, dia kabur” ucap Tsuki-san.
“Ternyata dia luluh padamu Rien-chan” ucap Tsuki-san dan membuat pipiku merah.
“Dia itu hanyalah makhluk lemah” ucap Ryuusei-kun
Aku sempat membaca pikiran mereka ternyata mereka ini sangat benci satu sama lain entah apa penyebabnya.
“Nah, sekarang kamu mengerti kan kenapa aku menyuruhmu untuk kemari, karena orang-orang disini belum mengerti artinya keluarga” ucap Tsuki-san.
Aku mulai menanyakan sesuatu yang membuatku penasaran semenjak aku bertemu dengan Tsuki-san.
“Sebenarnya kalian itu apa? tadi aku melihat kekuatan yang sangat besar bahkan manusia normal pun tidak bisa melakukannya” ucapku yang ingin tau.
Tsuki-san dan Ryuusei-kun saling bertatapan.
“Kami adalah iblis setengah manusia, walaupun kami terlihat seperti manusia tetap saja jiwa iblis kami tumbuh” ucap Tsuki-san dan membuat Ryuusei-kun menjadi risih.
Tentu saja perkataannya itu membuatku terkejut.
“Woii, seharusnya tidak kamu beritahu” ucap Ryuusei-kun.
“Aku percaya kamu pasti tidak akan mengatakan pada siapapun, tapi jika kamu mengatakan pada orang lain maka kamu harus ku singkirkan” ucapan Tsuki-san sangat serius.
“Tentu saja tidak akan ku beritahu pada siapapun” ucapku sangat yakin.
“Aku mau kamu menjadi pengawas keempat anak-anak dari keluargaku, jika dia membahayakan orang lain kamu harus menolongnya jangan sampai dia berubah menjadi iblis mengerikan” ucap Tsuki-san
“Coba lihat tanganku, seperti inilah tangan iblis itu” Tsuki-san memperlihatkan tangannya yang tampak seperti bukan tangan manusia.
“Meijima-san, apa kamu takut pada kami? ” ucap Ryuusei-kun yang membuat hatiku terguncang.
“Tentu saja tidak, justru aku ingin lebih dekat dan mengenal kalian semua, sepertinya aku senang bisa menjadi bagian dari keluarga ini” ucapku tersenyum dan membuat Ryuusei-kun ikut senyum juga.
“Sekarang kamu harus ganti baju, pasti kamu sangat lelah, kopermu dan semua barang-barangmu sudah aku simpan di kamar kamu” ucap Tsuki-san.
Aku tersenyum tipis, dia memang seperti sosok ayah, aku merasa bersalah tadi mengatakan Tsuki-san tidak mau menerimaku dirumahnya.
Setelah aku membersihkan badan aku melihat ada empat kamar tidur aku merasakan aura dari Kanaeru-san yang kamarnya berada di samping kamarku, aku senang karena ini akan mempermudah aku untuk bisa akrab dengannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!