NovelToon NovelToon

Ikatan Perjodohan

Kehilangan orang yang dikasihi

Pada bulan September, Fiona yang sedang mengikuti kelas pada awal semester di salah satu universitas ternama di kota XX mendapatkan kabar dari dosen bahwa dia harus segera bergegas pulang ke rumah.

Dengan hati yang bertanya-tanya, Fiona segera memasukkan buku dan peralatan menulis yang dia gunakan ke dalam tasnya.

Dengan setengah berlari ke arah pintu masuk kampus, Fiona berpikir "Apakah aku harus memesan taksi online ataukah mencari angkutan umum yang biasa dia naiki?"

Tak lama berselang, Fiona mendengar ada yang memanggilnya.

"Fiona, ayo cepat naik!" Angie, sahabatnya memanggilnya.

Fiona tanpa berpikir panjang segera menaiki mobil sahabatnya.

"Kenapa kamu terburu-buru, mau kemana Fi?" tanya Angie.

"Bisakah kamu mengantarku ke rumah, Nggie?" tanya Fiona.

"Di tengah kuliah, dosenku menyuruhku untuk pulang karena mendapat kabar. tetapi aku masih belum tau apa yang sedang terjadi. Entah kenapa, perasaanku gak enak!"

Angie tanpa bertanya lagi langsung menyupir mobilnya dengan cepat.

Rumah Fiona sendiri tidak jauh dari Kampus, sehingga mereka sampai dirumah dengan cepat.

Di depan rumahnya, sudah banyak orang datang.

"Kami turut berduka cita ya, mbak Fiona."

Bagai disambar petir, Fiona segera masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, kedua orang tuanya terbujur kaku.

Pecahlah tangis Fiona. "Kenapa pa, ma? Kenapa meninggalkan Fiona sendiri?"

Ketika Angie selesai memarkirkan mobilnya, dia segera berlari ke dalam rumah untuk mencari tau apa yang sedang terjadi.

Oh Tuhan, Angie menutup mulutnya dan segera memeluk Fiona.

Kedua sahabat itu saling memeluk dan menangis. Bagi Fiona, hari ini adalah hari kehancurannya! Hatinya hancur berkeping-keping karena telah ditinggalkan kedua orangtuanya sekaligus. Dia tidak menyangka bahwa hari ini akan datang begitu cepat. Rasanya baru kemarin, mereka bercanda tawa. Rasanya baru kemarin mereka merayakan hari kelulusannya dan menyemangatinya ketika belajar untuk ujian masuk ke universitas.

Kenapa hari yang paling tidak diinginkannya telah datang?

Kenapa mereka pergi dan belum melihat dirinya untuk bertambah dewasa?

Kenapa mereka meninggalkannya beberapa minggu sebelum dirinya berulang tahun?

Banyak pertanyaan kenapa dan kenapa muncul di pikirannya! Siapa yang akan merawatnya? Mendukungnya saat terpuruk? Menghiburnya?

Di pelukan sahabatnya, Angie, Fiona tidak sanggup lagi untuk menahan air matanya. Teriakan histeris dan tangisannya memecah. Angie bisa merasakan pilu kesedihan sahabatnya juga ikut menangis dan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk menghibur sahabatnya!

Fiona menyesal karena dia belum sanggup untuk memberikan apapun untuk kedua orangtuanya. Dia belum bisa membuat orangtuanya merasa bangga kepadanya.

Orang-orang datang silih berganti untuk mengucapkan bela sungkawa namun Fiona tidak bisa berusaha  untuk tetap tabah dan tegar. Dirinya duduk di lantai, di pojokan rumah dan menatap kedua tubuh yang sudah membujur kaku. Tangisannya tak berhenti-henti hingga ia kelelahan dan jatuh pingsan. Angie sangat ingin menghibur sahabatnya tapi juga harus ikut membantu untuk melayani para tamu yang telah datang.

Kedua orangtua Fiona adalah orang yang baik dan ramah sehingga banyak tamu yang datang dan membantu. Hari telah berganti menjadi gelap, namun Fiona tidak juga beranjak dari tempatnya. Banyak orang sangat bersedih melihat anak yang sebatang kara sedang menangis. Namun mereka juga tidak sanggup membantu banyak selain membantu dan mengirimkan doa untuk ketenangan kedua orang tua Fiona di surga!

 

 

 

 

Hari yang tenang

Siang itu, panas matahari tidak terlalu menyengat. Angin sepoi-sepoi. Awan menutupi matahari.

Setelah selesai pemakaman, Fiona duduk di samping pusara papa mama sambil berdoa.

Ditemani Angie yang juga berdoa kepada papa mama Fiona yang sudah dianggap seperti orang tuanya sendiri.

"Ayo kita pulang,Fi. Sudah semakin sore dan akan gelap disini. Besok atau kapanpun kau mau, akan kutemani kau datang kesini. Kau tau kan kalau, papa mamamu sudah kuanggap seperti orang tuaku sendiri."

Kujawab Angie hanya dengan anggukan kepala. Mulutku kering karena aku gak sanggup untuk makan atau minum dari pagi. Kepalaku sakit karena dari semalam aku hanya menangis. Aku tidak membayangkan bahwa orang tuaku akan pergi secepat ini.

Aku baru saja berusia 18 tahun dan memulai tahun ajaran pertama di kampus.

"Bagaimana aku akan melanjutkan hidupku?"

Setelah mencium kedua pusara orang tuaku, kami berjalan pelan ke arah mobil. Orang Tua Angie tadi datang melayat tetapi telah meninggalkan kuburan ketika pemakaman selesai.

Angie sama sepertiku, kami anak semata wayang. Tapi keluarga kami berbeda.

Ayahku hanyalah seorang pegawai negeri dengan pendapatan yang cukup. Ibuku juga hanya seorang ibu rumah tangga.

Sedangkan, Ayah ibu Angie adalah pebisnis yang kaya. Mereka selalu sibuk dan tidak memiliki waktu. Makanya, Angie banyak menghabiskan waktu dirumahku. Angie selalu memiliki HP seri terbaru atau mobil baru.

Dia selalu kelihatan modis. Tetapi sayang, dia tak pernah mendapatkan perhatian.

Setelah berkendara beberapa waktu, kami akhirnya sampai di rumah.

Sambil menunggu angie untuk memarkirkan mobilnya, aku berjalan ke arah rumah.

Aku melihat ada lelaki tampan berdiri disamping mobil SUV nya. Dia kelihatan modis dan sangat tampan.

Dia melihatku dengan tersenyum ramah.

Ada apakah denganku? Melihat lelaki itu tersenyum ramah terhadapku, membuat hatiku berdebar-debar. Fiona seakan teringat dengan teman masa kecilnya yang ia sukai dan selalu ia ikuti kemanapun ia pergi. Namun beberapa saat setelah itu, Fiona medengar papa dan mama berbicara tentang temannya yang akan pindah ke kota lain sehingga ia tidak pernah lagi bertemu dengan anak lelaki ganteng itu,

Tidak mungkinkan kalau lelaki itu adalah bocah lelaki yang menjadi teman mainnya semasa ia kecil! batin Fiona.

Lelaki ini tinggi dan menarik semua gadis, bahkan ibu-ibu yang lewat depan rumahnya. Lelaki yang bak model sedang berdiri di pekarangan rumahnya. Lelaki yang bisa membuat semua gadis tersipu malu hanya dengan melihatnya.

Fiona teringat kembali kenangan masa kecilnya yang indah karena tidak perlu memikirkan apapun. Ia selalu menjadi kesayangan kedua orangtuanya karena ibunya susah memiliki anak. Ibunya mengidap endometriosis atau kista yang tumbuh di rahimnya. Sehingga bisa mendapatkan anak secantik Fiona, membuat orang tuanya bahagia dan sangat mencintainya.

Walaupun kedua orang tuanya bukan orang kaya, namun masa kecil Fiona selalu bahagia sehingga ia bisa tumbuh menjadi gadis yang ceria dan bahagia. Fiona juga mandiri dan memiliki kemauan keras untuk bisa mendapatkan cita-citanya. Ia selalu berprestasi di sekolah dan selalu mendapatkan beasiswa yang membantu keadaan ekonomi keluarganya.

Suatu saat, teman papanya datang dan membawa anak lelaki yang ganteng. Biasanya anak lelaki tersebut suka menelusuri jalan- jalan kecil menuju sungai. Fiona kecil selalu takut untuk berpetualang, tapi ketika ada anak lelaki itu dia akan selalu mencoba untuk mengalahkan rasa takutnya. Mereka akan berenang di sungai dan mencoba untuk menangkap ikan-ikan kecil di sungai.

Setelah anak lelaki itu tidak pernah datang lagi, Fiona akan selalu duduk di ayunan depan di bawah pohon yang dipasangkan oleh papa untuknya. Namun anak lelaki itu tidak pernah datang lagi hingga Fiona tidak pernah menunggu lagi.

Apakah dia adalah lelaki yang sama? pikir Fiona.

Bagai mimpi

Melihat lelaki itu tersenyum, entah kenapa hatiku terasa damai.

Lelaki itu tersenyum ramah dan menungguku dengan sabarnya berjalan ke arahnya.

"Halo, selamat sore Tuan. Apakah Tuan mencari seseorang?" sapaku dengan sopan.

"Hai, Saya Dave Emanuel. Saya disini bersama ayahku. Kami menunggu anak dari Om Budi

"Ada apakah anda mencari saya?" Fiona bertanya sambil kebingungan.

"Apakah kamu anak dari Om Budi? siapa namamu?" Dia tersenyum kepadaku.

Melihat lelaki ganteng dengan tinggi 183cm, dengan rambut coklat lurus dengan potongan pendek dan rapi.

Juga, matanya berwarna coklat terang. seakan dia berdarah campuran. Hidung mancung. Bibir tipisnya yang tersenyum ramah kepadaku membuatku sejenak melupakan kesedihanku.

Tidak hanya melupakan kesedihanku, aku lupa menjawabnya juga. Aku belum pernah bertemu lelaki seganteng ini.

Walaupun, di kampusku juga ada beberapa lelaki yang ganteng. Tapi tidak ada satupun yang bisa mengalahkan kegantengan Dave.

Ya Tuhan, bagaimana ada bisa ada lelaki yang ganteng dan ramah seperti ini.

Bagai mimpi di siang hari.

"Hei, boleh saya tau namamu?" pertanyaan Dave memecah lamunanku.

Sambil tersenyum kikuk, aku berkata "Nama saya Fiona Wijaya."

Belum lama tersadar, Angie datang ke arah kami. Dengan cepat, dia menyodorkan tangannya ke arah Dave.

"Angela Pramono. Panggil aku Angie." Angie mengenalkan diri ke Dave.

"Hi, saya Dave Emanuel. Panggil aku Dave. Kalau boleh, bisakah kita masuk ke dalam rumah karena ayah dan ibuku menunggumu di dalam." tanya Dave sambil melihat ke arah dalam rumah.

"Oh, silahkan." aku mempersilahkan Dave and Angie masuk ke rumah.

Sambil berjalan ke arah rumah, Angie menyenggol lenganku dan memberikan kode ke arah Dave.

Ketika kami masuk, aku melihat seorang lelaki yang juga ganteng tapi versi yang lebih tua sedang duduk di ruang tamu. Di sampingnya ada seorang wanita yang sangat cantik dan anggun.

"Apakah dia seorang keturunan barat?" tanyaku dalam hati.

Lelaki dan perempuan itu serentak bangun dari tempat duduknya.

"Halo, Fiona ya? Ikut berduka cita atas meninggalnya papa mama ya. Apa Fiona masih ingat sama om Johan?" tanyanya dengan suara yang lembut dan kebapakan.

Sambil mencoba mengingat, akhirnya aku hanya menggeleng karena tidak bisa mengingat.

"Tidak apa apa, nak. Kalau nak Fiona tidak bisa mengingat, karena memang sudah lama sekali kita tidak bertemu.

Om dan tante Julia datang kemari ketika mendengar kabar tentang papamu. bisakah kita duduk dulu sambil berbicara?" tanyanya.

Entah kenapa ketika melihat om Johan, aku teringat papa. Aku mencoba menahan nangis.

Akhirnya aku memilih duduk di dekat pintu masuk. Sedangkan angie tau bahwa aku gak bisa untuk menghidangkan minuman, dia langsung pergi ke dapur untuk membuatkan teh.

"Begini nak, seharusnya kami datang dua minggu lalu kesini untuk bertemu dengan papa mamamu tetapi karena kami masih repot, kami menundanya. Kami sangat tidak menyangka bahwa papa mamamu akan meninggalkan kita secepat ini. Tapi dengan adanya kejadian menyedihkan ini, kami langsung datang dengan penerbangan pertama. Kami meminta maaf bahwa kami pun datang terlambat untuk pemakaman papa mamamu." raut wajah om Johan sangat sedih.

"Terima kasih om dan tante sudah mau datang. Dengan kedatangan om dan tante, saya sudah sangat bersyukur." ucapku lirih.

Angie datang dengan membawa nampan. Setelah menyajikan teh dan camilan seadanya, dia duduk di sandaran kursiku.

"Begini, karena orang tuamu adalah sahabat om dari kecil, om akan mempersingkat saja. Kedatangan om dan tante kesini bukan hanya untuk menyampaikan bela sungkawa, tetapi om berpikir bahwa ini mungkin sudah takdir. Om dan tante berpikir ini adalah saat yang tepat untuk memberitahu kamu maupun Dave."

Tante Julia melanjutkan perkataan om Johan.

"Fiona, kamu akan menikah dengan Dave. Karena kamu dan anak tante sudah dijodohkan dari kecil." ucap tante Julia dengan tersenyum manis.

Dave, Angie dan aku memandang mereka serentak. Kami kaget setengah mati.

Hari ini benar-benar bagai mimpi. Apakah ini hanya mimpi? Kalau iya, aku harus segera terbangun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!