Hari pertama masuk kuliah, Jenie bangun satu jam lebih cepat dari biasanya, wanita itu ingin memberikan kesan sempurnanya pada setiap yang memandangnya.
Apalagi di kampus itu kemungkinan besar dia akan bertemu pria yang sudah hampir 2 tahun ini mencuri hatinya.
Jenie memiliki seseorang yang dia sukai, pria baik dengan senyumnya yang manis, ramah, sopan dan selalu berlaku lembut padanya bahkan ia memilih kampus yang sama hanya untuk bisa lebih dekat dengan pria tersebut.
memiliki wajah yang sangat cantik, rambut hitam yang lurus dan panjang, hidung mancung, mata sedikit besar dengan wajah yang tirus, kulit putih, terlahir dari keluarga kaya membuatnya menjadi salah satu wanita yang begitu banyak disukai oleh kaum pria, tapi sayang hal itu sama sekali tak bisa menarik pria yang disukainya, pria itu hanya terus dan terus saja menganggapnya sebagai seorang teman.
‘’Kak Kevin tunggu aku, sebentar lagi kau pasti akan menyukaiku.’’ Tersenyum melihat penampilannya di depan cermin, lalu turun menghampiri mama dan papanya yang sudah menunggunya di meja makan.
‘’Pagi papa mama.’’ Mencium pipi kedua orang tuanya.
‘’Roman romannya ada yang lagi senang nih.’’ Ucap sang mama Catrine (mama Jenie) membuat Jenie lebih melebarkan senyumnya.
‘’Nggak usah senyum gitu, bikin hilang nafsu makan papa saja.’’ Timpal papa Robert (papa Jenie).
‘’Ih papa nggak asyik banget deh, tapi karena aku lagi senang jadi aku nggak akan bales ngerjain papa.’’
Cengengesan membuka kedua tangannya. ‘’Tapi boleh dong uang jajannya dilebihin.’’ Memohon dengan wajah imutnya.
Papanya tersenyum, ingin mengerjai Jenie, untung saja kemarin dia kepikiran untuk meminta 5 lembar uang 2000 pada supirnya dan menukarnya dengan beberapa lembar uang berwarna merah.
‘’Aish papa rese banget sih.’’ Protesnya melihat 5 lembar uang 2000 yang tadi diberikan papanya.
‘’Mama papa rese deh.’’ Mengadu sedang mamanya hanya tertawa menikmati kejadian konyol itu, putri dan suaminya memang selalu seperti itu, setiap hari selalu ada saja tingkah konyol mereka yang membuat mama geleng-geleng kepala.
‘’Udah ah, salah papa ya kalau nanti Jenie kelaparan di kampus.’’ Memasukan uang 2000an itu ke dalam dompetnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan.
‘’Pa kalau Jenie benar-benar kelaparan bagaimana?’’ Tanya mama dengan nada khawatir.
‘’Tenang saja, apa kau lupa putri kesayanganmu itu punya black card di tangannya jadi nggak mungkin dia kelaparan.’’
‘’Memangnya makanan di kantin bisa dibayar pakai black card apa?’’ Kesal mama menghentikan kegiatan papa yang sedang melahap makanannya lalu keluar terburu-buru untuk mengejar Jenie, dia sama sekali tak terpikir sampai kesana.
*****
Tepat saat mobil Jenie masuk area parkiran kampus, disaat yang sama pula mobil Kevin masuk area kampus, pria itu datang dengan seorang wanita di sampingnya, keduanya saling berpegangan tangan dan beberapa kali melempar senyum satu sama lain.
‘’Aku turun ya.’’ Ucap sang wanita mencium pipi Kevin.
‘’Sa.’’ Tahan Kevin pada tangannya, pria itu tersenyum, menunjuk bibirnya, meminta wanita itu menciumnya, tak lama wanita itu menempelkan bibirnya pada Kevin, hanya sekilas karena ia tak ingin ada yang melihatnya sedang bersama Kevin.
*****
‘’Jen mau kemana?’’ Teriak Sasa, satu-satunya sahabat yang dimiliki Jenie, kedua wanita itu sudah bersahabat sejak kecil, bahkan hampir tak pernah berpisah, mereka selalu sekolah di sekolah yang sama, bahkan saat Jenie memutuskan sekolah di luar kota, Sasa pun ikut dengannya dan sekarang mereka juga berkuliah di tempat yang sama.
‘’Ah kebetulan.’’ Jenie menarik tangan Sasa. ‘’Ayo temani aku mencari kak Kevin.’’
‘’Astaga Jenie kita baru sampai di kampus dan ini hari pertama kita kuliah, bukankah harusnya kita mencari kelas kita terlebih dulu?’’ Protes Sasa dan berbalik menarik tangan Jenie untuk mencari kelas, Sasa tak ingin mereka terlambat pada mata kuliah pertama hanya karena kesibukan Jenie mencari pria yang dicintainya dalam diam itu.
Siang harinya di kantin kampus
‘’Oh ya Tuhan itu bukannya kak Kevin.’’ Teriak beberapa mahasiswi menyambut kedatangan Kevin di kantin, tak terkecuali Jenie, wanita itu sangat bersemangat melihat wajah Kevin yang menurutnya sangat tampan bahkan merupakan pria tertampan di muka bumi ini.
Walau senang Jenie tetap saja memperlihatkan ekspresi wajah yang biasa saja, ia tak ingin berteriak seperti wanita lain dan tentu saja wanita itu belum siap jika Kevin mengetahui perasaannya yang sesungguhnya apalagi dia sangat tahu kalau Kevin memiliki seseorang yang disukainya, walau dia tak tau seseorang itu siapa.
‘’Kok nggak bilang aku kalau kamu bakalan kuliah disini?’’ Tanya Kevin yang kini sudah duduk manis di samping Jenie dengan memperlihatkan senyum manisnya yang tentu saja menghebohkan seantero penjuru kampus, banyak yang bertanya-tanya tentang hubungan yang terjalin diantara keduanya melihat sikap Kevin yang begitu perhatian pada Jenie.
Sementara di sudut kampus, pria yang tak kalah tampannya sedang menikmati makanannya tanpa terganggu sama sekali dengan teriak-teriakan wanita yang terus dan terus saja memanggil namanya, bahkan ada beberapa wanita yang menawarkan makanan dan minuman padanya.
Pria itu melihat sejenak pada Kevin tapi sama sekali tak memperhatikan Jenie lalu kembali meneruskan makanannya.
‘’Oh ya Tuhan kak Kevin sangat tampan tapi tetap lebih tampan yang itu tuh.’’ tunjuk satu mahasiswi pada pria yang sedang asyik melahap makanannya itu.
‘’Iya sih aku sependapat denganmu, kak Kevin memang tampan tapi tetap saja dia tak bisa menandingi ketampanan pria paling populer di kampus kita ini.’’ sambung mahasiswi lain dengan mata berbinar.
‘’Kalau aku sih lebih suka kak Kevin soalnya lebih rama.’’ Celetuk mahasiswi lain lagi.
‘’Makan Jen, ngapain diam saja.’’ Ucap Sasa melihat Jenie sama sekali belum menyentuh makanannya.
‘’Iy... Iya Sa, kamu galak banget sih.’’ jawab Jenie dan langsung memasukan sesendok penuh makanan kedalam mulutnya yang tentu saja membuat Kevin tertawa kecil karena melihat tingkah lucu dan imut Jenie sedang Sasa hanya melirik Kevin sekilas, berbeda dengan Kevin yang beberapa kali melirik Sasa dengan senyum penuh arti.
‘’Sa, aku ke toilet bentar ya.’’ Ucap Jenie dan dengan cepat berjalan setengah berlari menuju toilet.
Sepeninggalan Jenie, Kevin berdiri dari duduknya, ingin berpindah posisi tapi Sasa melarangnya.
‘’Jangan genit gitu deh, aku nggak suka.’’ Protes Sasa
‘’Iya...iya deh aku minta maaf, tapi kamu kan tau aku melakukannya atas perintahmu juga.’’
Sasa tak menjawab lagi, wanita itu masih menggerutu kesal.
‘’Sa aku pengen nih, toilet yuk.’’ Ajak Kevin
‘’Kamu gila ya, kita lagi di kampus dan apa kamu lupa tadi Jenie juga sedang ke toilet, kau mau dia tau tentang kita?’’ Ucap Sasa dengan nada kesalnya.
Kevin dan Sasa pertama kali bertemu hampir 1 setengah tahun lalu, Jenie yang memperkenalkan keduanya, karena Sasa yang selalu ingin bertemu dengan pria yang selalu diceritakannya, saat itu Kevin langsung menyukai Sasa bahkan saat pertama kali melihatnya, dan tepat di hari itupun keduanya memutuskan untuk berkencan diam-diam tanpa sepengetahuan Jenie.
Bersambung......
Sementara Jenie baru saja keluar dari toilet, wanita itu buru-buru ingin kembali lagi ke kantin.
Bruk
Tak sengaja Jenie menabrak seorang pria, untung saja pria itu menahan pinggangnya hingga ia tak sampai jatuh dan menyentuh lantai.
‘’Kau.’’ Ucap keduanya berbarengan.
‘’Lepaskan aku.’’ Jenie melihat marah pada pria itu yang juga dibalas oleh tatapan yang sama.
Bruk
Pria itu melepas Jenie hingga jatuh dan membentur lantai, tanpa peduli ringisan Jenie, pria itu berjalan dan meninggalkannya.
‘’Sakit begok, nggak bisa apa lepasinnya pelan-pelan.’’ Gerutu Jenie memegang bokongnya yang terasa sangat sakit.
‘’Kenapa dia ada disini, apa dia kuliah disini juga?’’ Tanya Jenie yang kini melihat punggung pria itu.
*****
‘’Sa, Sa, Sa, gawat Sa.’’ Jenie menarik pergelangan tangan Sasa, bahkan sama sekali tak menyapa Kevin lagi dan hanya buru-buru menarik Sasa.
‘’Gawat apa sih Jen?’’
‘’Si pithecan juga kuliah disini Sa.’’ Ucapnya dengan nada merengeknya dan beberapa kali menghentakan kakinya tak terima dengan semua itu.
‘’Ha! Kamu yakin itu dia?’’ Tanya Sasa dengan wajah kagetnya tapi tak lama tersenyum tipis, senang rasanya jika berada di kampus yang sama dengan seseorang yang dirindukannya.
Jenie mengangguk. ‘’Tadi aku bertemu dengannya.’’
‘’Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?’’
‘’Apa aku pindah kampus saja Sa?’’
Sasa mengangguk, bukankah akan lebih baik kalau Jenie pindah dari kampus ini, dia sangat tak mau wanita di depannya ini terus bertemu dengan Exel, susah-susah ia memisahkan mereka dulu dan sekarang dengan sangat gampangnya mereka kembali bertemu?
‘’Iya Jen, menurutku itu pilihan yang terbaik.’’ Ucap Sasa dengan sangat bersemangat
‘’Ah nggak deh, kenapa juga aku harus pindah hanya karena pria itu, dia yang bersalah padaku kenapa harus aku yang berkorban?’’
‘’Terus kau mau apa sekarang? Lebih baik kau pindah saja agar tak bertemu dengannya lagi.’’ Sasa setengah memaksa dengan nada sedikit jengkel pada Jenie.
Jenie menggeleng. "kali ini aku tak akan lari, aku akan memberinya pelajaran kalau dia berani menggangguku.’’ Ucapnya penuh kesungguhan dengan matanya yang penuh semangat.
‘’Kau gila ya, lagian untuk apa kau bertemu dengannya, kenapa, kau masih menyukainya, belum melupakannya?’’ Cecar Sasa yang tiba-tiba kesal dengan Jenie sedang Jenie, wanita itu menyatukan alisnya melihat sikap Sasa yang menurutnya sedikit berlebihan.
‘’Aku tau kau mengkhawatirkanku tapi kau tenang saja, kali ini aku tak mungkin tertipu olehnya lagi.’’
Sasa diam, wanita itu sangat kesal pada Jenie, saat ini ingin sekali dia memaki Jenie tapi berusaha menahannya, bagaimanapun sekarang ia sedang memainkan peran sebagai seorang sahabat yang baik.
Flasback
Dulu Jenie memiliki dua sahabat yang satunya Sasa yang seumuran dengannya dan satunya lagi Exel yang berumur satu tahun diatasnya.
Ketiganya bersahabat sejak kecil karena persahabatan yang terjalin dari para orang tua mereka, singkat ceritanya semakin bertumbuh dewasa, Jenie tak lagi memandang Exel sebatas sahabat, wanita itu mulai tertarik pada Exel sebagai lawan jenisnya.
Sebelumnya dia menceritakan pada Sasa apa yang dirasakannya, untung saja sahabatnya itu mendukungnya bahkan terkadang membantunya untuk mengejar Exel.
Suatu ketika Jenie mengajak Exel untuk menonton di rumahnya tepatnya di kamarnya, dan tanpa sepengetahuan Exel ternyata saat itu Jenie mengungkapkan perasaannya yang tentu saja membuat Exel syok dan tak percaya
Sejak kejadian itu juga Exel tak pernah lagi mau bertemu dengannya, Exel akan selalu menjauh saat ia mendekat, bahkan Exel beberapa kali membuang makanan yang diberikan Jenie padanya.
Tak pantang menyerah Jenie terus berusaha sampai tiba di satu titik dia mulai bisa menerima kenyataan kalau Exel tak akan menyukainya, sejak saat itu Jenie mulai menjauh dari exel dan ternyata entah apa yang terjadi, saat itu Exel malah yang mendekat dan selalu mencari perhatian pada Jenie.
Tak lama keduanya sudah menjalin hubungan, saat itu Jenie sangat bahagia dan mengira Exel juga bahagia bersamanya tapi ternyata di luar perkiraannya, Exel hanya menjadikannya bahan taruhan dan tentu saja itu begitu membuat Jenie sedih dan kecewa.
Setelah kejadian itu Jenie meminta pada orang tuanya untuk pindah sekolah ke kota lain tanpa mengatakan apapun pada Exel, ia meninggalkan pria itu dan tak pernah lagi bertemu dengannya hingga kejadian tadi yang kembali mempertemukan keduanya.
Flashback end
*****
‘’Apa yang kau pikirkan?’’ Kevin menghampiri Jenie yang kini termenung di bangku taman kampus, tadinya pria itu ingin ke perpustakaan tapi tak sengaja melihat Jenie sedang duduk sendirian.
Menggeleng. ‘’Aku hanya sedang memikirkan makanan apa yang akan kumakan malam ini.’’
‘’Kau ini ada-ada saja sih.’’ Kevin meletakan tangannya diatas kepala Jenie dan beberapa kali mengusap lembut rambut wanita itu, sementara tanpa sepengetahuan mereka, dari jarak sedikit jauh terlihat seorang pria sedang mengepalkan tangannya, memandang tak suka pada keduanya.
‘’Jenie kau milikku.’’ Ucapnya dengan nada marah, tak lupa pria itu mengambil foto Jenie dengan ponselnya, hal itu memang biasa dia lakukan, hampir 6 bulan terakhir ia selalu mengikuti Jenie kemanapun wanita itu pergi.
*****
‘’Selamat siang semuanya.’’ Seorang dosen memasuki kelas yang langsung membuat seisi kelas heboh, bagaimana tidak, Dosen itu masih muda dan wajahnya tak kalah tampan dari beberapa pria populer di kampus ini, katanya dosen itu juga merupakan dosen baru di kampus itu bahkan hari ini juga hari pertamanya mengajar.
Hampir 3 jam, terdengar sorak sorakan dari para mahasiswa menandakan jam mata kuliah telah usai
Jenie dan Sasa pun melangkah keluar, mereka ingin sejenak bersantai di salah satu mall yang letaknya tak jauh dari kampus mereka, ingin sekedar meredakan stress karena mata kuliah pertama yang menurut mereka sangat, sangat menguras otak mereka yang berkapasitas kecil itu.
keduanya pergi dengan menggunakan mobil Jenie karena Sasa yang memang tak membawa mobilnya.
Seperti biasanya dimanapun ada Jenie disanalah perhatian akan terpusat, Jenie berjalan dengan anggunnya dengan Sasa yang juga berjalan di sampingnya, tersenyum sekilas saat mendengar orang-orang yang terus memuji dan mengagumi kecantikannya, jangankan orang lain ia sendiri saja sering terpesona melihat wajahnya saat sedang bercermin.
Saat memasuki mall, tak sengaja mata Sasa menangkap sosok Exel yang sedang asyik melihat beberapa sepatu di salah satu tokoh sepatu yang ada di mall itu, buru-buru Sasa menarik tangan Jenie dan mengajaknya keluar.
‘’Jen kita pindah mall saja ya.’’
‘’Mau pindah kemana Sa, baru juga nyampe.’’ Protes Jenie yang tak ingin mengikuti kemauan Sasa, terus melangkahkan kakinya sampai tak sengaja melihat Exel, buru-buru Jenie membalik badannya dan menghampiri Sasa, menarik tangan Sasa.
‘’Benar katamu, sebaiknya kita pindah mall saja.’’ Ucapnya.
Bersambung......
‘’Benar katamu, sebaiknya kita pindah mall saja.’’ Ucap Jenie menarik tangan Sasa.
‘’Hai kalian mahasiswi baru yang terkenal itu kan?’’ sapa seorang pria menghentikan langkah keduanya, mau tidak mau keduanya berbalik, ternyata pria yang bertanya adalah pria yang dari tadi bersama Exel.
‘’Ternyata benar gosipnya, kalian berdua sangat cantik jika dilihat secara langsung.’’ Memuji dan hanya dibalas senyum oleh kedua wanita itu, pujian seperti itu bukan hal baru lagi untuk mereka, bahkan sepanjang hidup sudah tak terhitung banyaknya orang melontarkan kata itu pada mereka.
‘’Maaf kak kami permisi dulu.’’ Ucap Sasa pada akhirnya karena tak suka melihat Exel yang dari tadi terus memandang Jenie bahkan tak sekalipun memandangnya, jangankan memandang, melirik pun tidak, dan hal itu sangat, sangat, sangat membuat Sasa kesal, setelah sekian lama, pria itu tetap saja menatap Jenie dengan tatapan yang masih sama seperti dulu dan sama sekali tak peduli akan kehadirannya.
‘’Cantik banget ya.’’ Puji Andre, pria yang sejak tadi bersama Exel dengan matanya yang terus melihat punggung Jenie dan Sasa sedang Exel hanya berlalu pergi meninggalkan Andre dengan perasaannya yang kesal.
*****
Sepulang dari mall, Jenie langsung masuk dan mengurung diri di kamarnya, ia bahkan melewatkan makan malamnya.
‘’Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi sih, jangan memikirkannya lagi Jenie, sekarang kau memiliki kak Kevin, pria yang begitu tampan dan sempurna jadi untuk apa lagi kau mengingat manusia pithecan itu.’’ Mengambil foto Kevin yang lumayan banyak menghiasi kamarnya.
Tersenyum mengusap foto itu, beberapa kali menciumnya setelahnya mencoba memejamkan matanya dengan memeluk foto Kevin.
‘’Jen kamu kenapa nggak turun makan malam?’’ Papa tiba-tiba membuka pintu kamar Jenie dan berjalan mendekat, duduk di sisi ranjang Jenie dan mengelus lembut kepala wanita itu.
Karena belum tidur, Jenie kembali membuka matanya, tersenyum pada papanya.
‘’Jenie sudah makan di mall tadi pa sama Sasa.’’ Bohongnya padahal tadi ia sama sekali tak makan, bagaimana mau makan, mereka memutuskan keluar bahkan sebelum 10 menit mereka tiba di mall itu, setelahnya keduanya tak mood lagi untuk pindah mall dan memutuskan pulang dengan Jenie yang terlebih dulu mengantar Sasa ke rumahnya.
‘’Nggak mau makan lagi?’’ Tanya papa, Jenie menggeleng.
‘’Kalau begitu temani papa dan mama makan saja.’’
Jenie kembali menggeleng. ‘’Jenie mau tidur saja pa, capek.’’ Mengambil boneka yang biasa dipeluknya saat tidur, papa tersenyum, mencium kening Jenie sebelum keluar dari kamar itu.
Sebelum pintu tertutup papa kembali tersenyum melihat Jenie yang kini sudah memejamkan matanya. ‘’Love you Jen.’’ Ucap papa dan benar-benar menutup pintu kamar Jenie.
*****
‘’Pagi mama papa.’’ Sapa Jenie lalu mencium pipi orang tuanya seperti biasanya.
‘’Udah deh nggak usah akting, kamu lagi bahagia atau lagi pengen sesuatu?’’ Tebak papanya yang sudah sangat mengerti sikap Jenie.
‘’Ih papa hebat banget deh, tau aja kalau Jenie lagi pengen dibeliin mobil baru.’’
‘’Nggak ada sebelum kamu janji mau meneruskan perusahaan papa.’’
‘’Astaga papa durhaka banget sih, masa pakai timbal balik gitu.’’
‘’Yasudah kalau kamu nggak mau.’’
‘’Yasudah, aku nggak sarapan, mulai hari ini aku mogok makan sama papa.’’
‘’Sama aja bohong, nanti di kampus pasti makannya banyak.’’ Jawab papa santai yang sama sekali tak ditanggapi Jenie, wanita itu berlari keluar dan meminta sopir untuk mengantarnya ke kampus.
‘’Jen mau kemana, kamu belum sarapan loh.’’ Teriak papa berlari menyusul Jenie dengan membawa 2 potong sandwich di tangannya, mama hanya menggeleng melihat putri dan suaminya itu setelahnya kembali meneruskan sarapannya.
*****
Seperti janjian, tepat saat Jenie keluar dari mobilnya, disaat yang bersamaan juga exel keluar dari mobilnya, dalam sekejap semua mata memandang ke arah mereka.
Bagaimana tidak pria dan wanita paling populer dan bisa dikatakan paling tampan dan cantik di kampus itu datang diwaktu yang bersamaan.
‘’Bukankah itu Jenie, astaga dia cantik sekali, mulai hari ini aku akan mendaftar untuk jadi penggemarnya.’’
‘’Ngidam apa ya mamanya sampai melahirkan manusia berwujud dewi seperti Jenie?’’
‘’Bukankah itu kak Exel, mereka datang bersama?’’
‘’Mau pingsan rasanya bisa melihat kegantengan kak Exel pagi ini.’’
‘’Kak exel kenapa ganteng banget sih?’’
‘’Itu manusia apa bukan, kenapa cantik dan ganteng banget?’’
Jenie dan Exel sama sekali tak peduli dengan pujian-pujian yang dilontarkan pada mereka, keduanya saling memandang dengan tatapan membunuh.
‘’Apa liat-liat?’’ Bentak Jenie pada Exel.
‘’Idih kepedean banget sih, lagian siapa juga yang lihatin kamu?’’ sedikit mendorong kening Jenie dengan jari telunjuknya.
‘’Tak mengucapkan apa-apa, Jenie membalas Exel dengan menginjak kaki pria itu, setelahnya dengan santai Jenie memperbaiki penampilannya, mulai dari pakaian hingga rambutnya, dengan Exel yang menggerutu kesal di sampingnya.
Jenie mengejek Exel dengan mengikuti gaya bicaranya, wanita itu mengulang kata-kata Exel dengan bibirnya yang dibuat seaneh mungkin tanpa mengeluarkan suara, dan berjalan meninggalkan Exel yang sekarang sudah dikerumuni oleh para wanita.
Jenie berbalik sekilas, sepertinya Exel sangat populer di kampus ini bahkan banyak wanita yang memberikannya coklat dan bunga padahal hari ini bukan hari valentine.
‘’Kak Exel terimalah, aku membuatkan sarapan untuk kakak.’’ Seorang wanita memberikan kotak makan dengan kepalanya yang menunduk, tidak melihat Exel.
Exel sama sekali tak peduli dan hanya menatap sekilas pada wanita itu, ia bahkan tak menerima satupun coklat yang diberikan para penggemarnya, malah menyuruh mereka minggir karena sudah menghalangi jalannya.
‘’Kamu kenapa lagi?’’ Tanya Andre teman Exel ketika Exel masuk ke kelas.
Exel tak mengatakan apa-apa, wajahnya terlihat merah padam menahan emosi, entah apa yang membuatnya emosi tak ada yang mengetahuinya, hanya dia dan otor lah yang tau😀.
‘’Kau sedang apa sih?’’ Exel merebut ponsel Andre dari genggamannya.
‘’Apa yang kau lakukan, kenapa kau melihat media sosialnya?’’
‘’Aku menyukainya, memangnya salah jika aku melihat media sosialnya?’’ Andre kembali mengambil ponselnya.
‘’Nggak bisa, kamu nggak bisa menyukainya.’’ Exel kembali merebut ponsel Andre, melihat Andre dengan tatapan tak sukanya.
‘’Kamu kenapa sih, hari ini kok aneh banget?’’
‘’Pokoknya kamu nggak bisa menyukainya.’’ Exel mengambil tasnya dan kembali berjalan keluar dari kelas, tak mood lagi untuk mengikuti kelas.
-Siang harinya di kantin kampus-
‘’Lihatlah wanita itu, kenapa suka sekali mencari perhatian.’’ melihat tak suka pada Jenie yang sedang mengobrol santai bersama beberapa teman sekelasnya.
Sementara Jenie, wanita itu mencibik kesal saat matanya tak sengaja melihat Exel duduk tak jauh dari tempatnya.
‘’Apa lihat-lihat?’’ Ucap Jenie dengan gerakan kecil pada bibirnya yang disertai dengan tatapan melototnya.
‘’Siapa yang melihatmu, PD banget sih.’’ Exel membalas dengan cara yang sama.
‘’Dasar manusia pithecan.’’ Masih dengan cara berbicara yang sama.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!