"Kamu bukan saudaraku"
Tidak tegas atau penuh penekanan tetapi cukup terdengar dengan jelas oleh anak remaja laki-laki yang duduk didepannya.
Anak itu hanya bisa diam terperangah, mencengkram celana panjang abu-abu sekolahnya yang masih dia kenakan.
"Kamu bukan anggota keluarga Carto" pria didepannya kembali memperjelas perkataannya, "dulu aku memiliki mbak pengasuh yang Mama anggap seperti saudara sendiri, dia memiliki anak dan kamu adalah cucunya." Pria itu terdiam membuang muka menatap keluar jendela restaurant, "ibumu hamil diluar nikah, nenekmu tidak mau menerimamu hingga akhir hayatnya, dan selang beberaoa bulan kemudian Ibumu meninggal sehingga Mama menganggapmu sebagai anak."
Tidak ada yang bisa Anak itu katakan meski Pria didepannya mengatakan secara gamblang dan jelas, mulutnya seakan terkunci bahkan tenggerokannya terasa tercekik sesuatu.
Kenyataan yang baru dia dengar membuatnya terpukul sehingga tidak bisa mengeluarkan suara atau sekedar membuka mulut.
"Aku mengatakan kebenaran sekarang karena kamu sudah cukup dewasa" pria itu kembali melanjutkan, kembali menatap Anak didepannya dengan tatapan tajam. "Jadi kamu bebas untuk kuliah dimanapun, terlebih jangan membuat Zian semakin tergantung padamu."
Kalimat terakhir itu adalah topik utama yang sebenarnya dari pembicaraan mereka hari ini, dan anak itu sadar akan hal itu.
Tapi entah kenapa malah kenyataan tentang setatusnya sebagai anak angkat yang lebih dulu pria didepannya ini ungkapkan padanya, disaat anak remaja laki-laki itu masih belum siap menerimanya meski dia sudah kelas tiga SMA.
Dia siap mendengarkan untuk menjauhi Zian, tetapi untuk statusnya sebagai anak angkat bagaikan boom yang mengejukannya.
"Apa kamu tidak curiga?, namamu saja Aslan Bumi Putra?."
"Kamu bukan anak kandung Mama."
"Kamu hanya anak angkat."
"Bukan anggota keluarga Carto."
"Kamu seharusnya beruntung dianggap anak."
Kamu ...
Kamu ...
Kamu ....
Seakan kalimat yang sama terus saja berualang-ulang dia dengar.
Cahaya lampu seakan mehilang seketika, meski beberapa kali mengerjabkan mata, sebelum kesadarannya tertarik kemasa lalu dia masih melihat orang-orang disekitarnya dengan cahaya lampu yang terang menderang, tetapi kali ini cahaya dan orang-orang disekitarnya tidak lagi terlihat oleh matanya.
Benar-benar tidak ada secerca cahayapun yang dapat dia lihatnya, tetapi kata-kata itu terus berdengung berulang-ulang di telinganya, hingga terasa telinganya sakit dan mendengung.
Buk ...
"Sepertinya gue telat"
Suara dan sentuhan tangan dipundaknya menariknya kembali kedunia nyata, ruangan ballroom yang luas dan terang, ratusan orang kembali dia lihat.
Setelah menguasai dirin dan menenangkan diri, barulah perlahan kepalanya menoleh dan tersenyum pada sosok pria kekar yang berdiei di sampingnya.
"Sepertinya CEO Adam Regan Zeroun Ganendra dan COO perusahaan kita Aslan Bumi Putra sudah datang"
Kening pria disampingnya mengerut mendengar ucapan seorang paruh baya yang berdiri di atas panggung, jelas-jelas pria paruh baya itu sedang menyinggung mereka berdua.
"Sejak kapan Aslan Bumi Putra telat?" ucapnya.
Mendapat sindirian dari Adam Regan Zeroun Ganendra sang sahabat sekaligus saudara angkatnya, Aslan hanya tersenyum samar.
"Jangan mengatai Aslan kalau kamu juga telat Regan" tegur Zahra, Bunda mereka.
^-^
Aslan dan Regan sudah berdiri di atas panggung tepat dibelakang Abra, Ayah mereka yang sedang memberi sambutan didepan para karyawan kantornya diatas podium.
Malam ini adalah ulang tahun perusahaan Ganendra, meski Aslan datang telat ternyata Regan datang lebih telat lagi darinya, hingga Aslan terselamatkan dari omelan Zahra, sang Bunda.
"Saya ucapkan terima kasih atas kerja keras kalian selama ini."
Regan menoleh pada Aslan dan tersenyum samar menunjukkan kelegaannya.
Abra akhirnya telah selesai memberi sambutan, bukan hanya Regan yang merasa lega, tetapi Aslan juga karena setelah memperkenalkan Aslan sebagai COO dan Regan sebagai CEO Perusahaan Ganendra, Abra melarang mereka berdua untuk turun dari panggung.
"Makan dulu jangan langsung ngilang!"
Kalimat penuh peringatan namun terdengar sangat tenang itu bukan tertuju pada Aslan, tetapi tertuju pada Regan yang meringis mendengarnya.
Mereka bertiga kembali duduk di meja bundar terdepan, yang mana sudah ada Zahra, si kembar Bilqis dan Chaka, Gea anak angkat keluarga Ganendra selain Aslan, dan kedua teman Regan dan Aslan, si hacker Javir Erlangga dan si model Internasional Alaric Lorenzo Romanov.
Saat berkumpul dengan mereka semua memori masa lalu Aslan selalu berputar kembali dibenaknya seperti tadi, tampa bisa dia cegah.
Ya ...
Aslan bukan anak kandung dari Abra dan Zahra, bukan berdarah Ganendra seperti Regan dan si kembar Bilqis dan Chaka. Dia hanya teman masa kecil Regan, anak yang menemani Zahra saat hamil Regan, kepercayaan Abra untuk menemani dan mengawasi Regan kuliah di luar negeri.
Meski Zahra dan Abra menganggapnya anak, Regan dan Si Kembar menganggapnya saudara, tetap saja Aslan selalu sadar diri dimana posisinya.
Karena bagaimanapun caranya, seberapa lama ... masa lalu selalu membelenggunya.
"Bang mau pipis" Chaka berbisik pada Aslan.
Aslan tersnyum berdiri menggandeng tangan Chaka berjalan menuju toilet pria.
Si kembar lebih dekat padanya dari pada Regan, karena Rega selalu menghilang tiba-tiba dan jarang dirumah utama Keluarga Ganendra.
"Abang di luar, Chaka masuk sendiri" ucap Chaka tegas.
"Ok, kalau kesulitan buka zippernya panggil abang"
Mata Chaka langsung menyorotinya tajam, "Chaka udah besar!" ucap Chak dengan penuh tekanan dan masuk kedalam bilik toilet.
Aslan tersenyum kecil sebelum berbalik hendak keluar menunggu Chaka di depan pintu toilet pria, tetapi langkahnya terhenti saat mendengar namanya disebut-sebut meski tidak begitu jelas dia masih bisa mendengarnya.
"Lihat Pak Aslan, Pak Abra dan Pak Adam berdiri di podium aja dada berbunga-bunga apa lagi melihat dua sahabat Pak Aslan ikut kumpul buh ... gemer hati gue."
"Iya ... Pak Aslan cocok banget jadi anak angkat pak Abra dan Bu Zahra, kadar tampannya itu hampir selaras."
"Bukan hanya tampah tapi otaknya beh ... bisa bersaing dengan otak Pak Abra dan Pak Adam."
"Apa lagi saat rapat, haduh ... kalau mereka bertiga ikut rapat siap-siap pasang telinga, buku catatan dan bolpen, kalau perlu rekam sekalian.
"Wahahaha ..."
"Masak sampai segitunya Bu?."
"Kalau para manager mah udah biasa, kalau kalian hem ..."
"Ah ... ibu terlalu meremehkan saya."
"Bukan meremehkan, tapi otak mereka bertiga memang diatas rata-rata."
"Wah ... jadi beruntung banget ya Pak Aslan di anggap anak sama mereka."
"Bukan hanya beruntung, tapi cocok jadi anak angkat."
Tampa dipandu kaki Aslan langsung melangkah kebelakang, Aslan kembali masuk kedalam toilet.
Tangan Aslan mengepal kuat hingga memutih, entah kenapa setiap kali semua orang membicarakan Abra dan Regan mereka selalu mengait-ngaitkannya dengan Aslan, tak jarang mereka selalu mengatakan kata yang sama, Di anggap Anak yang membuat suasana hati Aslan hancur detik itu juga.
Dret ...
Ponsel Aslan bergetar, panggilan masuk dari Ar, nama panggilan kecil dari Adam Regan Zeroun Ganendra pewaris perusahaan Ganendra Group sekaligus sahabatnya sejak kecil yang dia sayangi.
"Ya Ar?" tanya Aslan.
"Lo dimana?, lo di cari Ayah, lo dengan Chaka kan?" ucap Regan, "gue mau balik ke Crown duluan ya?, ngantuk banget."
"Iya"
Tidak banyak bicara Aslan hanya menjawab satu kata saja dan kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celana.
Aslan menatap wajahnya yang terpantul dikaca toilet yang terlihat datar tampa ekpresi.
*Anak Angkat
Dianggap anak*
Kata-kata itu kenapa tidak bisa lepas dari kehidupannya?.
Meski pada kenyataannya memang benar adanya, bahawa Aslan bukan anak kandung dari keluarga Ganendra. Tetapi, tetap saja dadanya serasa sesak setiap kali mendengarnya.
^-^
.
Halu ....
Author balik setelah hiatus satubulan 🥰
Ini Novel ketiga Author di Noveltoon
Novel kedua dari Raja Series 🥰
Mohon dukungannya ya semua ...
Terima kasih pada para Reader yang sudah pernah membaca novel Author sebelumnya, kembali mau mampir di sini 😇
Salam kenal dari Author pada Readers baru 😍 jangan lupa mampir ke novel Author sebelumnya
One More Chance
Only You
Setelah baca harap ⭐Rate 🔖Vote 🎁Hadiah 👍Like 💬Komen dan klik 💖 Favorit agar tidak ketinggalan setiap kali Author update novel As I Love You 🤩
Love you 😘
Unik Muaaa
" Abang"
Panggilan Chaka membuat Aslan menoleh kesamping.
Chaka menatap Aslan dengan kening mengerut, Aslan tersenyum segaris dan mengelus puncak kepala Chaka hntuk menunjukkan rasa sayangnya.
Wajah Chaka berubah kesal dan menepis tangan Aslan, "Abang jan seperti Bunda deh bang ... aku sudah besar" ujarnya dan berjalan keliar toilet lebih dulu.
Aslan tertawa kecil mengikutinya melangkahkan kaki keluar dari toilet.
Sekelebat ...
Ekor mata Aslan meilaht sosok itu, Aslan menoleh kebelakang untuk memastikan dan terdiam sejenak.
"Chaka bisa balik sendiri kan?" tanya Aslan kembali menoleh menatap pada Chaka yang sudah berjalan agak jaub di depannya.
Merasa namanya dipanghil, Chaka menghentikan langkahnya dan berbalik badan menatap Aslan datar.
"Chaka bisa balik sendiri kan?" tanya Aslan mengulangi pertanyaannya tadi, "Abang mau ke crown sebengar nanti turun lagi."
Terlihat Chaka menghela nafas dan menganggukkkan kepala sebeluk kembali berbalik dan berjalan lagi.
Tangan Aslan mengepal, jantungnya berdegup kencang.
Kakinya tampa dikomando berbalik dan melangkah lebar dengan cepat, Aslan menahan dirinya untuk tidak mencari sosok itu, sosok yang membuatnya terus terbelenggu dalam masa lalu yang cukup kelam.
Zianka Valeria Malik
Anak yang mengatakan siapa statusnya dalam keluarga Carto ...
Keponakannya ...
Seorang model ...
Dan ...
Perempuan yang Aslan cintai dan hindari.
Tetapi ... perempuan itu yang selalu Aslan diam-diam RINDUKAN.
Kaki Aslan terhenti melangkah, berdiri tidak jauh dari tempat perempuan yang dia lihat tadi.
Aslan menyembunyikan dirinya, menajamkan mata memastikan jika perempuan itu adalah Zianka Valeria Malaik.
Perempuan itu duduk di kursi taman, mengangak wajahnya menatap kearah bangunan hotel Raja Thron didepannya.
Deg ...
Detak jantung Aslan seakan berhenti beberapa detik.
Perempuan itu memang Zianka Valery Malik.
Perempuan yang di hindarinya.
Perempuan yang di rindukannya.
Perempuan yang di cintainya.
Sudah lebib dari tiga tahun dia tidak melihat Zia secara langsung seperti saat ini meski jarak mereka cukup jauh.
Setelah kejadian pertemuan tidak sengaja di luar negeri, Aslan benar-benar menghindari Zia, bahkan kabar apapun yang tentangnya Aslan mencoba cuek dan tidak ingin tahu.
Tetapi jika merindukan Zia, Aslan hanya melakukan satu hal, mencuri ponsel Alaric diam-diam dan dan melihat foto unggahan Zia di sosial medianya.
Apakah hal itu mengobati rasa rindunya?, tidak.
Tetapi hanya itu jalan yang bisa mengembalikan moodnya agar terilah baik-baik saja di depan semua orang.
^-^
Zianka Valeri Malik
Menatap pada banguanan menjulang didepannya dengan tatapan kosong.
Dia berfikir jika dia salah mengenali orang tadi, dia melihat pria yang dia rindukan keluar dari dalam lift berjalan menuju ballroom hotel, dengan styel formal berjas armany yang dia kenakan terlihat gagah.
Hai Uncle apa kabar ...
Ingin rasanya Zia berlari menghampiri pria itu dan menanyakan kabarnya.
Zia ingin menghampiri Uncelnya
Pamannya
Pria yang dicintainya
Pria yang terang-terangan dengan tegas menolak cintanya
Pria yang pergi dari hidupnya dan keluarganya setelah mengetahui dia hanya anak angkat.
Pria yang memilih tinggal bahagia dengan keluarga lain, tampa memikirkan kesedihan Zia.
"Kamu sangat bahagia ya?, ... Uncle Aslan?"
Zia seakan berbicara dengan bangunan hotel didepannya.
Tidak mengiraukan orang-orang disekitarnya jika seandainya ada orang yang mendengarnya, mengenal dirinya yang seorang model dan artis ternyata berbicara sendiri seperti orang gila.
Flash back
Beberapa hari sebelum Aslan beranhkat keluar negeri sepuluh tahun lalu.
.
"Kalau seandainya aku gak diundang, kamu akan pergi tanpa pamit?." Suara Zia terdengar serak dia menatap Aslan dengan tajam.
Aslan hanya diam menatap pantulan dirinya di air kolam, Zia tahu jika Aslan tidak mau menatap Zia karena Zia menangis.
Zia menghela hafas berat, mencoba menahan tangis sekuat mungkin.
Tadi pagi Regan menghubunginya dan memintanya untuk datang di pesta kecil-kecilan keluarga Ganendra sebelum Aslan dan Regan berangkat keluar negeri untuk kuliah.
Sejak tahu jika Aslan akan pergi semakin jauh darinya, Zia menangis seharian dan baru berhenti setelah menenangkan dirinya sore tadi dengan kata-kata
Stop Zi ... uncle tidak suka kamu nangis.
Kata kata yang selalu Aslan ucapkan dulu sebelum Aslan tahu dia bukan salah satu anggota keluarga Carto dan memilih keluar dari rumah.
Tetapi saat menatap Aslan dari jarak yang cukup dekat, perasaan rindu yanh dia tahan, rasa kecewa dan takut akan kehilangan Aslan meluap tak tertahankan membuatnya kembali menangis lagi.
"Aku sudah menganggap kamu sebagai Uncle" suara Zia seakan tercekat diakhir kalimat. "Setidaknya kamu harus pamit pada keponakan kamu."
Sangat berat mengatakan status Uncle dan keponakan diantara mereka, karena Zia menyayangi dan mencintai Aslan bukan hanya sebatas itu.
Beberapa kalo Zia menghela nafas sebelum mencoba untuk tersenyum dan berjalan mendekati Aslan.
"Ini pesta Uncle" ucap lembut Zia, "Tetapi kedatanganku sepertinya merusak suasana hati uncel" Zia tertawa kecil diakhir kalimat, "kalau begitu aku pergi saja."
Tidak ... Zia tidak ingin pergi, tapi dia tidak mau hanya didiami Aslan dan berbicara terus seperti radio rusak.
Zia tidak langsung pergi setelah mengatakannya, dia masih diam menatap Aslan menunggu respoin Aslan yang hanya dia seperti yang sudah dia sangka.
"Tidak mau peluk?" suara Zia semakin berat menandakan jika dia kembali akan menangis.
Setidaknya dia mendapat pelukan.
Dulj Aslan akan memeluknya dan menenangkan Zia dalam pelukannya setiap kali Zia sedih dan menangis, dulu ... ya ... dulu ...
Air mata Zia semakin mengalir deras, tetapi sekuat tenanga menggigit bibir bawahnya agar tidak terdengar isak tangisnya, dadanya mulai sesak.
"Aku tidak akan mengejar kamu" Zia mengatakannya dengan kepala menggeleng berulang kali. "Aku tahu kamu akan kuliah di negara mana, tapi aku janji tidak akan menemuimu karena aku tidak mau kamu semakin menjauh dan menghilang."
Zia mengatakannya dengan tersendat-sendat. "Aku janji tidak akan menemuimu lebih dulu sebelum aku kembali menganggapmu Uncle seperti kemauanmu, aku janji."
Terdapat kesungguhan didalam kalimat yang Zia ucapkan meski tersendat-sendat.
Tidak ada pilihan lain ...
Zia meraih lengan kanan Aslan, mengeluarkannya dari dalam saku celana, membuat Aslan terkaget mundur selangkah dan secara tidak sengaja tatapan mata mereka bertautan.
Zia tersenyum lebar bahagia sekaligus sedih. Zia bahagia akhirnya Aslan menatapnya, sedih karena Aslan bersikap defensif terhadapnya.
Tangan Zia mengarahkan telapak tangan Aslan pada dahinya, dia bersalaman pada Aslan dan tatapan mata mereka kembali bertautan.
Dengan senyum yang Zia ukir dibibirnya, gadis itu mencoba menyembunyikan perasaan sesunggunya. "Selamat tinggal Uncle" ucapnya begitu lirih.
Zia mengambil sesuatu dari dalam tasnya, sebuah jam tangan dan meletakkanbya di telapak tangan Aslan. "Hadiah ualang tahun Uncle bulan depan, sekaligus hadiah perpisahan. Semoga bahagia."
Perlahan tangan Aslan Zia lepas, Zia mundur beberapa langkah tetap menatap Aslan dengan bibir terukir senyumnya, sebelum balik badan meninggalkan Aslan sendiri.
Flash end
"Sepuluh tahun lalu kamu pergi, delapan tahun kita tidak pernah bertemu" gumam Zia.
Kepalanya menunduk menatap rerumputan, "dan malam ini kembali tidak sengaja aku melihatmu yang terlihat sangat bahagia."
Zia menggigit bibir bawahnya, jemarinya menggenggam bangkunkayu yang dia duduki. "Bahagia bersama keluargamu sekarang ya uncle?, apa kamu melupakanku?."
^-^
Aslan memutar-mutar kursi yang yang duduki, setelah pesta bubar Aslan menemani Gea yang sedang membantu karyawan Event Organizer miliknya.
Gea tidak mau Javir membantunya, jadi sebelum pria itu menawarkan diri Gea meminta Aslan terlebih dahulu, hanya menemani tidk membantu, cukup duduk dan menjauhkan Javir untuk merecoki Gea itu adalah tugas utam Aslan karena Javir akan kalah jika berkelahi dengan Aslan sang mantan juara karate se jawa timur.
"Ada masalah?"
Aslan menoleh kesamping, ternyata Gea sudah duduk di kursi disampingbya sambil mengikat asal rambut panjangnya yang sejak tadi sengaja dia gerai sepanjang acara.
"Kenapa tanya gitu?" Aslan balik bertanya.
"Karena tertulis jelas diwajah kusut loe" jawab Gea frontal.
Aslan tertawa kecil, "lagi mikirin kerjaan."
Gea mencibir tak percaya, "raut wajah mikirin kerjaan sama mikirin cewek mah beda As."
"Sok tau lo"
Gea tertawa kecil, dia menatap kearh panggung mengikuti arah pandangan Aslan.
Mungkin karena sama-sama anak angkat keluarga Ganendra, Gea lebih dekat dengannya dari pada Regan.
"Masih Zia Valery si model itu?"
Sebenarnya pertanyaan Gea kali ini berhasil menarik perhatian Aslan, tetapi Aslan tetap stay cool dengan wajah datar dan teyap mentap kedepan.
"Kenaoa malah dia?"
"Karena hanya dia cewek yang gue tahu pernah dekat dengan lo"
"Lo aja yang gak tahu."
"Alah ... kita udah saling kenal dan saudaraan sepuluh tahun, bahkan udah dua tahun sering kumpul-kumpul. Bahkan kata si Ar, Je dan Al lo hanya sekali gandeng cewek di luar negeri awal-awal kalian kuliah."
Aslan tidak menanggapi karena itu memang benar adanya, hanya satu dan saat sedang bermesraan entah kenapa Zia ternyata melihatnya.
"Lo gak gay kan?"
Sangat lirih Gea berbisik ditelinganya.
"Angela ..." desis Aslan.
Gea tertawa ngakak sebelum pergi meninggalkan Aslan sendiri dan kembali membantu karyawannya berberes-beres.
Gay?
Yang benar saja, Aslan masih normal.
Hanya saja dia terlalu menyibukkan diri mengelola bisnis dengan ketiga sahabatnya, menjadi COO di Perusahaan Ganendra, dan saat hari-hari tertentu dia sibuk dengan profesinya sebagai fotografer.
Tetapi alasan utamanya satu ...
Mengalihkan pikirannya memikirkan sosok seorang Zianka Valeria Malik
Yang orang-orang kenal dengan nama
Zia Valery
.
Hallo para Readers kece badaynya Author ...
Minta tolong untuk tinggalin jejak 👍Like and 💬 Commen setelah baca ya ...
Mohon bantuannya agar cerita Author banyak yang baca 😇 biar Author tambah semangat Update tiap hati
Terima kasih sudah mampir 🙏
Love you 😘
Unik Muaaa
Perlahan hujan mulai turun rintik-rintik, Aslan baru mematikan mesin mobilnya menatap keluar kaca mobil dengan malas.
"Hujan" gumanya dengn nada malas.
Hari ini ada jamuan makan siang Abra denga salah satu klien, dan Abra memintanya menemani karena Sam sekretarisnya sedang menemani Ibnu Asistennya menemui klien lain.
Perlahan Aslan membuka pintu mobil dan keluar berlri kecil masuk kedalam restaurant.
Tangannya mengusap-usap bahu jas yang dia pakai dari air hujan, sambil berjalan menuju meja dimana Abra sudah duduk dengan kien mereka.
"Maaf kalau saya telat" sapa Aslan sopan berdiri di samping Abra duduk.
Pertemuan seperti ini amat tidak Aslan sukai, karena harus memasang senyum hingga pulang nanti.
"Tidak apa-apa, itu anak saya baru dateng juga" Pak Wahyu, kliennya menunjuk kearah pintu masuk restorant.
Perempuan cantik, anggun dan elegan berjaan mearh mereka menatap lurus pada Aslan dengan senyum lebarnya, dia Helen anak sekaligus CEO di perusahaan milik Pak Wahyu.
"Kalian ini belum menikah malah dateng telat terus setiap ada acara seperti ini" ucap Wahyu sambil melirik Aslan.
Aslan tersenyum kecil dan duduk disebelah Abra.
Entah kenapa Aslan tiba-tiba melirik Abra yang duduk dengan punggung menyndar pada sandaran kursi, menatap dingin pada Helen yang duduk dihadapan Aslan dengan tatpan dingin.
Ada yang anaeh dengan Abra, tetapi Aslan tidak akan bertanya sekarangkarena kurang sopa, terlebih Aslan ingin cepat-cepat selesai dan pulang.
"Pak Aslan sudah umur berapa?, kenapa belum menikah?"
Tangan Aslan yang hendak menyendok makanan dihadapannya terhenti mengangkat wajah menatap Helen yang ternyata menatapnya dengan lekat menunggu Aslan menjwab pertanyaannya.
"Saya masih belum berfikir kearah sana" jawab aslan singkat.
"Pasti mau buat Perusahaan Ganendra lebih berkembang lagi baru mau menikah ya?" kli ini Pak Wahyu yang bertanya.
Aslan hanya tersenyum simpul melirik pada Abra meminta bantuan.
Arah dari topik pembicaraan ini sudah sering terjadi setiap kali Aslan menemani Abra menjamu klien perusahaan mereka.
Kali ini sepertinya Abra tidak berniat membantunya, Abra masih terus saja menikmati makanannya.
"Tidak juga" bantah Aslan, "saya masih memiliki ...."
Dret ....
Ponsel Aslan bergetar di atas meja.
Nama Bunda Ara muncul di atas layar ponselnya.
Aslan bernafas lega, Ara menyelamatkan dirinya.
"Dia pasti minta jemput ditoko" ucap Abra menarik perhatian Aslan, "kamu jemput Bunda saja nanti Ayah pulang dijemput Pak Man."
Aslan mengangguk patuh, berdiri dan pamit pulang terlebih dulu.
Setelah menjauh dari mereka, Aslan mencoba menghubungi Ara balik setelah panggilan darinya berakhir.
"As ... besok sebelum kesini jangan lupa belikan susu untuk si kembar ya"
Aslan mengerutkan keningnya, berbalik badn menghadap Abra yang ternyata menatapnya dengan tajam.
Kepala Abra dengan samar memberi isyarat seakan meminta Abra pergi.
Mungkin Ayah tahu ku tidak suka acara beginian
Kalimat itu terlintas begitu saja di benak Aslan sebelum tersenyum lebar pada Abra dan menganggukkan kepala keluar dari restauran.
^-^
Crown Atau Penthouse
Tetapi kebanyakan para karyawan Hotel Raja Throne menyebut lantai itu lantai Crown, terletak di lantai paling atas Hotel Raja Throne. Tidak ada satu karyawanpun yang pernah kesana kerena tidak ada yang tahu jalan masuk menuju Raja Crown kecuali pemilik Hotel Raja Throne, Regan, Aslan, Javir dan Alric.
Mereka berempat Regan, Aslan, Javir dan Alaric memulai usaha perhotelan mereka sejak lima tahun lalu.
Pada Awalnya Alaric memutuskan tinggal di Indonesia lebih dulu, setelah Aslan pulang baru mereka berempat mulai membangun bisnis mereka dengan membeli tanah, membangun gedung dan terus berkembang hingga menjadi Hotel bintang lima di Jakarta.
Semu memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, jadi selain mereka sibuk dengan kerjaan dan profesi mereka dari hari senin hingga Jum'at, makan saat weekend pun mereka menyempatkan diri untuk menyelesaikan tugas perhotelan mereka.
Jika bertanya kapan santai dan jalan-jalan?, setelah tugas mereka selesai atau jika ingin bersantai dulu baru mengerjakan tugas mereka tidak masalah asal sebelum hari Senin tugas mereka harus kelar.
Hukuman bagi yang tidah menjalankan tugas tidak menerima gaji satu bulan full, berkewajiban menjadi babu di Raja Crown dari bersih-bersih, cuci baju dan memasak selama sebulan.
Tempat yang mewajibkan mereka untuk menginap disana dari malam sabtu sampai mereka menyelesaikan tugas hotel mereka masing-masing.
"Yang lain langsung ke rumah Bunda kan?"
Javir bertanya sambil menuruni tangga.
Karena kerjaan mereka berdua belum selesai, alhasil mereka berdua harus menginap di Raja Crown satu malam lagi.
Setelah acara pesta ulang tahun perusahaan dengan para karyawan, Bunda Ara panggilan mereka pada Zahra mengadakan makan bersama dengan keluarga besar Ganendra, teman dan kerbat dekat di halaman belakang rumah.
"Iya" jawab Aslan lirih sibuk membalas pesan dari Ara.
"Lo lagi chatingan sama siapa?" tanya Javir duduk disamping Aslan.
"Bunda" jawab Aslan, "dia minta kita beli susu buat si kembar."
"Kemarin kita cuma beli soft drink, lupa gak beliin minuman buat mereka."
Aslan mengangguk merespon ucapan Javir.
Mereka berdua berjalan masuk kedalam lift, Aslan memencet tombol B0 dan menempelkan jempolnya pada fingering disebelah pintu lift.
Di Raja crown tidak ada pintu masuk, yang ada hanya lift yang terhubung langsung ke tempat rahasia biasa mereka keluar masuk atau langsung kebasement khusus mereka.
Tidak ada yang bisa sembarang masuk ke Raja Crown dan basement milik mereka, karena semua harus menggunakan finger ditector yang telah dirancanh khususoleh Regan dan Javir.
Mobil terbanyak yang memenuhi basement adalah milik Alaric dan Javir, sedangkan Aslan dan Regan hanya memiliki satu mobil. Aslan lebih suka mengoleksi Motor sport dari pada mobil, terkadang jika Aslan sedang stres dia akan ikut balapan liar ditempat tertentu.
"Sepertinya terjadi sesuatu dengan Regan, Belda dan Emma"
Javir melempar ponselnya pasa Aslan, Alaric sedang menceritakan kejadian yang mempermalukan adiknya Emma melalui pesan text panjang pada Javir.
Aslan hanya tersenyum simpul sambil masuk kedalam mobil Javir. Meski Emma cukup menakutkan dalam dunia underground, tapi Belda akan lebih menakutkan jika sudah membuka mulutnya yang akan menggerakkan sosok seorang Regan.
"Coklat, strobery, vanilai apa lagi?" tanya Javir pada diri sendiri sabil menatap rak susu super market.
Aslan hanya menghela nafas, Javir bukan hanya memasukkan sebiji kotak susu seperti yang kalian kira, tetapi dia langsung memborongnya sedus susu tiap varian.
"Ini udah tiga dus loh Je" tegur Aslan.
Javir menoleh dan berdecak, "gak papa biar mereka sehat."
Bukan agar si kembar Bilqis dan Chaka anak bungsu keluarga Ganendra itu sehat, tetapi karena alasan lain ... agar si kembar menyukai Javir dan mendukung hubungannya dengan Gea.
Aslan yang ingin mengomel tetapi terhenti kala ponselnya berdering.
Nomor yang tidak dikenal?
Aslan melirik Javir meminta pendapat karena sangat jarang ada orang yang tidak dikenal menghubungi Aslan, kepala Javir haya menganggukkan kepala meminta Aslan untuk mengangkatnya.
Seperti isyarat Javir, Aslan mengangkat panggilan masuk itu, tetapi dia men load speakernya sehingga Javir ikut mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Maaf apa benar ini Pak Aslan COO perusahaan Ganendra Group?."
Suara perempuan.
Aslan langsung menoleh pada Javir yang ternyata menatap tajam dengan kening mengkerut pada layar ponsel Aslan.
"Ya saya sendiri" jawab Aslan tegas.
"Ah ... untung lah ... saya kira salah sambung lagi."
Suara yang yidak asong tetapi Aslan tidak tahu suara milik siapa.
Tangan Javir tiba-tiba menepuk pundak Aslan, berbisik dengan suara yang sangat pelan. "Siapa?" tanya Javir dengan suara berbisik tepat didekat telinga Aslan.
Kening Aslan langsung mengerut menatap Javir tidak percaya.
"Ini saya Helen Pak"
Javir langsung mencibir pada Aslan karen tebakannya benar tetapi Aslan tidak mau percaya padanya.
Tangan Aslan malah meraup wajah Javir dan menjauhkannya. "Ada perlu apa Bu Helen?, jika masalah pekerjaan saya mohon maaf tidak bisa membahasnya hari ini."
Kebiasaan Aslan yang sudah mendarah daging to the poin, dingin, tegas tak tersentuh membuat Javir tertawa ngakak tampa suara disebelahnya.
Mata Aslan mendelik memberi isyarat Javir untuk berhenti tertawa.
"Bukan Pak, saya mau tanya acara pesta kecil-kecilan dirumah pak Abra jam berapa?, kemarin saya lupa mau bertanya."
Javir dan Aslan saling lirik, Aslan tidak langsung menjawab.
Setahunya acara hari ini hanya untuk keluarga besar, teman dan kerabat bukan klien perusahaan, tetapi kenapa Helen tahu?.
"Halo Pak Aslan."
"Halo Pak Aslan."
Panggilan dari ponsel dan disekitar Aslan terdengar secara bersamaan.
Kepala Aslan langsung berputar mencari sumber suara, suara itu terdengar dekat disekitar mereka. Hellen, perempuan itu pasti berada di super market ini juga.
"Pak Aslan masih disana kan?" suara Helen terdengar semakin dekat lagi dan diponselnya juga mengeluarkan suara yang sama.
Javir juga ikut menoleh mencari sumber suara, dan mereka berdua terdiam kala melihat Helen mendorong troli berbelok kearah mereka.
"Hei Bu Helen"
Siku Aslan langsung menyikut lengan Javir.
Helen mendongakkan kepalanya, tatapan mereka bertemu, mata Helen mengerjab-ngerjab tak percaya menatao layar ponselnya dan Aslan bergantian sebelum tersenyun lebar dan mengantongi ponselnya.
Dengan pelan Helen berjalan menghampiri mereka berdua. "Ah ... tidak disangka malah bertemu disini, padahal cari nomor bapak saya sampai kesusahan salah sambung ke orang lain terus" ucap Helan setelah sampai didekat mereka.
"Lalu tahu nomer saya dari siapa?" tanya Aslan sopan.
"Papa yang cari" jawab Helen tertawa kecil, "oh iya acaranya kapan Pak?."
"Sekarang" bukan Aslan yang menjawab tetapi Javir, "sekalian saja bareng."
"Baik kalau begitu"
Aslan melirik Javir yang malah tersenyum lebar padanya.
Javir melangkah mundur sehingga Aslan dan Helen berjalan bersama didepannya sambil mendorong troli.
Sepertinya akan seru ...
Otak Javir mulai berputar, dari mereka berempat selalu hanya Aslan yang setiap kemanapun tidak membawa teman, jadi semoga saja selain mereka bertiga Helen juga bisa menjadi teman Aslan.
^-^
Selama acara makan-makan ditaman belakang rumah keluarga Ganendra seluruh pusat perhatian tertuju pada dua sejoli Regan dan Belda yang membuat acara menjadi menarik.
Selepas Regan dan Belda pergi perhatian Ara tertuju pada Aslan dan Helen yang terlihat semakin akrab melebihi dari saat pertama mereka sampai.
"Bunda" panggil Abra.
Ara menoleh kesamping dan tersenyum simpul sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada Aslan dan Helen.
"Kenapa memperhatikan mereka sampai segitunys?" tanya Abra mengelus lengan Ara.
"Mereka ..." ucap Ara "hanya partner kerja saja kan?" tanya Ara.
Abra menggenggam tangan Ara lembut, mereka berjalan masuk kedalam rumah.
Mereka duduk dimeja makan, saling tatap satu sama lain.
"Ayah gak bilang kan sama As apa yang kita bicarakan dengan keruarga Anggara?" tanya Ara.
Kepala Abra mengangguk menggenggam tangan Ara erat, "kalau kamu bilang jangan aku tidak akan mengatakannya."
Ara menghela nafas lega, "jika kita mengatakannya dia akan menyetujuinya tampa pikir panjang. Lagi pula manfaatnya gak begitu besar juga untuk kita, apa Ayah tidak percaya diri dengan otak kalian bertiga?."
Abra terkekeh mendnegarnya, "kehilangan proyek ini juga tidak masalah, kebahagiaan anak-anak lebih penting Bun. Regan dan Belda saja tidak kita paksa, maka pada Aslan kita juga harus begitu kan?."
"iya" ucap Ara dengan senyum lebarnya, "terima kasih sudah mau mengerti."
"Ngerasa aneh gak Bun?, anak kita laki-laki kenapa malah dilamar perempuan?."
Ara mengulum bibirnya menahan tawa. "Iya Yah, awal Ar dan Belda dari pihak Cakrawansa, sekarnag malah keluarga Anggara yang mengajukan perjodohan ke As."
"Semoga saja Chaka tidak seperti Abangnya"
Mereka tidak tahu, jika Aslan berdiri disana, mendengar pembicaraan mereka berdua, diam termanggu ditempatnya berdiri.
Kalian selalu mengutamakan kebahagiaanku, padahal siapa aku?
^-^
.
Hai Readers... 🖐
Kembali Author ingatkan jangan lupa dukungannya dengan klik ⭐Rate 🔖Vote 🎁 Hadiah 👍Like 💬Comment demi mendukung karya Author, jangan lupa add 💖 biar tidak ketinggalan setiap Author update 😇 dukungan kalian membuat Author semangat upnya
Jangan jadi Silent Reader ya ... 😢 Please ... 😭
Terima kasih sudah mampir 🙏
Love you 😘
Unik_Muaaa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!