NovelToon NovelToon

Pendekar Pedang Azuya

Bersandiwara

Langit di atas sebuah penginapan di atas gurun pasir mendadak menghitam.

Penginapan tersebut bernama penginapan Mawar Gurun yang dimilikai seorang janda kaya raya bernama Daiyu.

Beberapa saat kemudian, muncullah sebuah pusaran angin yang sangat besar dan kencang mirip dengan badai Tornado.

Tiba-tiba saja ada gelembung cahaya yang terlempar dari pusaran angin itu dan jatuh tepat di halaman penginapan mawar Gurun itu.

Penginapan Mawar Gurun merupakan penginapan yang terkenal karena satu-satunya bangunan yang terletak diantara blok Barat dan Blok timur.

Gelembung cahaya itu melindungi seorang gadis yang bernama Leonisa, beberapa kali gelembung itu terpental dan melambung lalu jatuh ke sebuah jemuran, yang rata-rata kain lebar seukuran sprei kasur.

"Blughh...pyaarr..!!"

Gelembung cahaya itu seketika itu juga pecah dan banyak tiang jemuran yang ambruk dan bambu-bambu yang patah, secara otomatis sprei-sprei itupun jatuh dan kotor tertimpa Leonisa.

"Syukurlah ada gelembung cahaya dari Paman Ekin, jadi aku tidak terluka sama sekali!" kata dalam hati Leonisa yang kemudian berusaha bangkit dari duduknya.

Namun tak berapa lama ada seorang wanita berpakaian aneh, yang berjalan menghampiri Leonisa.

Wanita itu mengoceh dengan bahasa asing yang Leonisa tak paham maksudnya, namun dia tahu itu bahasa Tiongkok.

"Wanita itu bicara bahasa Tiongkok, aku sudah lupa cara bicara bahasa ini!" gumam dalam hati Leonisa.

"Bagaimana aku menjawabnya?" tanya dalam hati Leonisa yang terus berpikir.

"Ah, sebaiknya aku bersandiwara, pura-pura bisu saja! aku tak tahu tempat apa ini!" batin Leonisa yang merasa tak mengenal bahasa dan lokasi tempat dia terdampar.

(Translate dari bahasa Kanton)

"Hei, dasar gadis tak tahu diri! seenaknya saja merusak jemuranku! " umpat wanita itu yang kemudian menampar Leonisa.

"Plakk..!"

Wanita itu tiba-tiba menampar Leonisa dan dia mengumpat seperti memarahi Leonisa dengan bahasa yang tak di mengerti oleh Leonisa.

Leonisa hanya diam dan mengusap pipinya untuk menahan rasa sakit akibat tamparan wanita itu.

"Kau harus membayar kecerobohanmu! kau tak boleh kemana-mana! kau harus ganti rugi atas semua yang kau lakukan!" seru wanita itu yang menunjuk tangannya supaya Leonisa mengumpulkan semua kain-kain yang jatuh karena tertimpa gelembung cahaya tadi dan juga tubuh Leonisa.

Leonisa hanya diam dan memperhatikan setiap gerakan mulut wanita di depannya.

"Tak mau bicara ya? apa kamu bisu? baiklah akan aku ulangi dengan isyarat, perhatikan ya!" seru wanita itu yang kemudian melakukan setiap omongannya dengan gerakkan.

Akhirnya Leonisa mengerti apa yang di maksudkan wanita itu, dia menuruti perintah wanita itu dengan mengumpulkan kain-kain itu satu persatu.

"Hei, setelah ini kamu cuci semuanya di sumur itu dan di jemur di sini! tapi sebelumnya kamu perbaiki dulu jemuran ini!" perintah wanita itu dengan di iringi bahasa isyarat.

Leonisa mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ke sumur dan mencuci semua kain-kain itu.

Setelah merasa yakin Leonisa bisa melakukannya, wanita itu meninggalkan Leonisa dan kembali masuk ke bangunan yang menurut Leonisa sangat aneh.

Gadis itu kemudian mencuci dan sesekali memperhatikan ke sekitarnya dan dia merasa sangat aneh.

"Dari bahasa dan pakaian yang di pakai wanita tadi, aku sepertinya terdampar di negara Tiongkok. Tapi bangunan ini tak seperti bangunan rumah adat Tiongkok?" kata dalam hati Leonisa yang terus melihat hamparan pasir di sekeliling tempat di mana dia saat ini berdiri.

"Gurun pasir!" Leonisa membatin.

Setelah mencuci, Leonisa memperbaiki jemuran yang rusak tadi. dan kemudian memperbaikinya agar bisa di gunakan untuk menjemur kain-kain Sprai itu.

Walaupun sedikit kesusahan, dia berusaha untuk memperbaikinya.

"Ah..akhirnya bisa juga!" gumam Leonisa dengan senang hati setelah bisa memperbaiki jemuran itu.

Kemudian gadis itu menjemur satu persatu kain sprei yang baru di cucinya hingga habis.

Leonisa melihat seorang wanita tua yang keluar dari pintu belakang.

Dia mempercepat langkahnya untuk menghampiri wanita tua yang ternyata sedang membuang sampah.

"Hai kamu siapa?" tegur wanita tua itu yang penasaran.

Leonisa hanya diam dan membuat gerakan minum, dan wanita itu mengerti.

Kemudian wanita tua itu mengajak Leonisa masuk, dan mengambilkan air putih di wadah gelas dari bambu.

Dan Gadis itu pun meminumnya sampai habis.

"Nampaknya kau buka dari Dinasti Ming, pakaian kamu yang membuatku yakin kamu bukan berasal dari negara ini.!" kata wanita itu seraya memegang pakaian yang di kenakan Leonisa.

Leonisa hanya diam dan memperhatikannya, sedikit dia paham apa yang di katakan wanita itu.

"Namaku Qiao Feng panggil saja Ibu" kata wanita setengah baya itu pada Leonisa, namun gadis itu hanya diam dan memperhatikan setiap ucapan dan gerak-gerik orang yang ada di depannya itu.

"Apakah dia memperkenalkan dirinya, namanya siapa tadi? Ahh...! panggilannya ibu! iya ibu!" ucap dalam hati Leonisa seraya berpikir.

Untunglah di sekolahnya ada pelajaran bahasa asing, dan salah satunya bahasa Mandarin.

Jadi Leonisa tak begitu kesulitan dengan bahasa Kanton yang saat ini di dengarnya.

"Oiya, lupa kalau kamu tidak bisa bicara ya! he..he..!" ucap Qiao Feng yang terkekeh karena ucapannya sendiri.

Leonisa pun ikut tersenyum melihat Qiao Feng yang terkekeh itu.

"Bagaimana kalau aku beri nama kamu Qiao Li. Karena aku lihat selain cantik, dan cerdas kamu juga kuat untuk seorang gadis seusia kamu. He...he..! karena kamu mampu mencuci sebegitu banyak sprei dalam waktu singkat!" jelas Qiao Feng seraya tersenyum memandang Leonisa.

"Apa yang dia maksudkan ya?" tanya Leonisa dalam hati.

"Li'er, panggil aku ibu ya. Kamu aku angkat jadi putriku!" kata Bibi Feng dengan bahasa isyarat.

Leonisa hanya bisa tersenyum dan mengangguk karena sedikit mengerti maksud dari wanita di depannya itu.

Sekarang nama Leonisa menjadi Qiao Li, dan dia saat ini membantu Qiao Feng memasak di dapur.

Tak berapa lama, datang seorang gadis cantik yang juga berpakaian sama dengan Qiao Feng, datang menghampiri Qiao Feng.

"Bibi, pelanggan kamar nomor satu dan dua pesan makanan. Apakah ada makanan untuk mereka?" tanya gadis itu yang tak lain pelayan di tempat itu.

"Ada, tunggu sebentar ya!" jawab Bibi Feng yang kemudian mempersiapkan makanan yang untuk para pelanggan.

Gadis itu melihat ke arah Qiao Li yang membantu Qiai Feng di dapur, dengan tatapan yang aneh.

"Bi, dia siapa?" tanya gadis itu pada Qiao Feng seraya menunjuk ke arah Qiao Li.

"Ohw, dia putri angkatku!" jawab Qiao Feng yang kemudian dia meraih tangan Qiao Li dan di gandengnya untuk mendekat pada gadis pelayan tadi.

...~¥~...

...Dan Author mohon dukungan para Readers untuk memberi like/komentar/favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel PENDEKAR PEDANG AZUYA....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...BERSAMBUNG...

Bekerja di Penginapan Mawar Gurun

"Ming Mei kenalkan Qiao Li namanya." kata Qiao Feng yang memperkenalkan Ming mei dan Qiao Li.

"Oh kenalan ya?" batin Qiao Li yang kemudian dia mengulurkan tangan kanannya.

Namun tidak seperti yang di lakukan gadis yang ada di depannya itu, dia hanya menunduk dan menyebut namanya.

"Ming Mei!" kata gadis itu yang kemudian menegadakah kepalanya.

Qiao Li yang sadar uluran tangannya tak di anggap itu, menarik kembali tangannya dan tetap menjaga mulutnya untuk tetap tidak berbicara.

"Mei Ming, aku lupa mengatakan kalau Qiao Li tidak bisa berbicara, jadi pakai bahasa isyarat saja ya!" kata Qiao Feng seraya meletakkan semua makanannya di nampan di dan kemudian di berikan pada Mei Ming si gadis pelayan itu.

"Begitu ya Bi, baiklah semoga aku tidak lupa!" kata Mei Ming yang menerima nampan dari Qiao Feng.

"Oya, sejak kapan Bibi mengangkat putri? setahuku bibi belum menikah! he..he..!" ucap Ming Mei seraya tersenyum simpul.

"Sejak angin yang membawa Li'er! he..he..!" jawab Qiao Feng dan membalas senyum Ming mei.

Ming mei dan Qiao Feng sebetulnya adalah anggota sekte Walet Putih yang sedang menyamar.

Qiao Feng adalah seorang Patriak di Sekte Walet Putih dan Ming mei adalah keponakan dari Patriak Feng yang juga mempunyai peranan penting dalam sekte Walet putih tersebut.

Kemudian Ming mei pergi dengan membawa nampan yang diatasnya sudah terdapat makanan dan minuman untuk pelanggan penginapan.

"Li'er, ketahuilah kalau tempat ini adalah satu-satunya bangunan di gurun pasir ini. Bangunan ini adalah sebuah penginapan diantara dua blok di DinastivMing ini. Yaitu blok barat dan blok Timur!" kata Bibi Feng sembari melanjutkan acara memasaknya.

"Kamu harus tahu juga kalau Blok barat itu tempatnya para pejabat dan penjahat. Sementara Di Blok Timur tempatnya para petani dan semua kalangan menengah ke bawah" lanjut cerita Qiao Feng.

Qiao Li mendengarkannya dengan seksama dan kedua tangannya yang sibuk menyiangi sayuran di hadapannya.

"Penginapan ini bernama Penginapan Mawar Gurun, Karena pintu depan penginapan ini ada ukiran bunga mawar dan letak penginapan ini di tengah juga di tengah gurun pasir." lanjut kata Qiao Feng seraya mengiris bumbu untuk memasak makanan yang dia masak itu.

"Dan pemilik penginapan ini bernama!" belum sempat Qiao Feng melanjutkan bicaranya, sosok wanita yang tadi menyuruh Qiao Li mencuci kain Sprei sudah berada di depan pintu masuk dapur.

Qiao Li kemudian melangkahkan kakinya menuju ke tempat pencucian sayur.

"Hm...hmmm...!!" wanita itu berdehem seraya menggerak-gerakkan kipas kesayangannya itu.

"Bibi Feng, kata Mei Ming gadis yang tidak bisa bicara tadi ada bersamamu, apa benar begitu?" tanya wanita itu pada Qiao Feng.

"I..iya nyonya!" ucap bibi Feng yang kemudian menghampiri wanita yang di panggilnya nyonya itu seraya menundukkan kepalanya.

"Lalu dimana gadis itu?" tanya wanita itu yang sedang menebarkan pandangannya ke setiap sudut dapur.

"Namanya Qiao Li, dia saya angkat jadi putri saya nyonya, dan saat ini dia sedang mencuci sayuran dan membantu saya memasak Nyonya" jawab Qiao Feng seraya menundukkan kepalanya.

"Aku tak butuh nama maupun dari mana dia berasal!" seru Wanita itu yang menatap Qiao Feng dengan tatapan tidak suka.

"I..iya nyonya, ma'afkan saya!" ucap Qiao Feng seraya menundukkan kepalanya.

"O, baguslah kalau dia mau bantu-bantu, dia juga harus bantu Ming Mei untuk beres-beres, sedangkan Ming Mei biar yang melayani pelanggan yang mau menginap." jelas Wanita itu

"Baik Nyonya!" kata Qiao Feng.

Wanita itu kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Qiao Feng.

"Li'er kemarilah!" panggil Qiao Feng saat Qiao Li meletakkan sayuran yang telah di cucinya di samping perapian.

Kemudian Qiao Li menghampiri Qiao Feng.

"Kamu tahu wanita yang kemari tadi?" tanya Qiao Feng pada saat Qiau Li mendekat, seraya menunjuk ke arah wanita yang baru saja pergi itu.

Qiao Li pun menganggukkan kepalanya perlahan yang sudah menandakan bahwa dirinya sudah paham dan mengerti apa yang dimaksud oleh Qiao Feng.

"Wanita tadi adalah pemilik penginapan Mawar Gurun ini yang namanya Daiyu, sssstt...! hati-hati sama dia, dia galak! he..he..!" bisik Qiao Feng seraya tersenyum.

Qiao Li menundukkan kepalanya sebentar dan ikut tersenyum.

"Ayo, kita masak lagi!" kata Qiao Feng Yaang kembali dengan aktifitasnya, dan Qiao Li mengikutinya

Setelah selesai memasak, Qiao Feng mengajak Qiao Li ke suatu tempat yang berupa sebuah ruangan yang tidak terlalu kecil.

Setelah membuka pintu, yang ternyata ruangan itu adalah kamar tidur Qiao Feng. Dan keduanya masuk ke kamar tidur tersebut.

Qiao Li menebarkan pandangannya ke seluruh kamar tidur itu dan terdapat satu lemari, satu meja kecil dan sebuah kasur yang di gulung.

"Li'er, Kamu tunggu di sini ya" kata Qiao Feng yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke depan lemari.

Qiao Feng kemudian membuka lemari dan mengambil sebuah baju Hanfu .dan kemudian dia menutup lemari itu.

Wanita setengah baya itu kemudian memberikan pakaian itu pada Qiao Li.

"Mandi dan ganti pakaian kamu. Pakaian kamu ini akan menjadi pusat perhatian orang, sebaiknya jangan kamu pakai lagi" kata Qiao Feng yang memberi isyarat Qiao Li untuk mandi.

Qiao Li menganggukan kepalanya dan melangkahkan kakinya menuju ke sumur, di mana di sampingnya terdapat kamar mandinya.

Perempuan bernama asli Leonisa itu kemudian melakukan ritual mandinya dan demikian pula dengan Qiao Feng yang juga mandi di kamar mandi di samping kamar mandi yang di pakai Qiao Li.

Setelah keduanya mandi, Qiao Feng kemudian merias Qiao Li seperti perempuan pada umumnya di dinasti Ming tersebut.

"Kamu ternyata cantik sekali Li'er, di ingat ya cara memakai Hanfu ini!" kata Feng yang masih menyisir rambut Qiao Li.

Dan setelah selesai, Qiao Feng merias dirinya sendiri dengan lincahnya dan Qiao Li yangv penasaran memperhatikannya dengan seksama.

"Li'er, ayo kita kembali ke dapur karena sebentar lagi waktu makan malam untuk para pelanggan penginapan Mawar Gurun ini!" ajak Qiao Feng dan Qiao Li mengangguk lalu mengikuti Qiao Feng meninggalkan kamar tidur Qiao Feng dan menuju ke dapur tempat mereka bekerja.

Setelah sampai di dapur, Qiao Li dan Qiao Feng menyiapkan segala sesuatunya untuk makan malam pelanggan penginapan.

"Pelanggan yang menginap hari ini tak terlalu banyak, tapi kalian harus tetap bekerja dengan giat" kata Daiyu kepada Ming Mei ,Qiao Feng dan Qiao Li.

"Baik nyonya!" jawab Ming Mei dan Qiao Feng sedangkan Qiao Li hanya menganggukkan kepalanya.

Dan kemudian ketiga orang wanita beda usia itu menyiapkan segala sesuatunya di meja makan.

...~¥~...

...Mohon dukungan para Readers untuk memberi like/komentar/favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel PENDEKAR PEDANG AZUYA....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...BERSAMBUNG...

Mengintai

Tak berapa lama, para tamu keluar dan mereka duduk di kursi yang di sediakan.

Qiao Li menangkap sesuatu yang aneh dari para pelanggan penginapan mawar Gurun itu.

"Sepertinya mereka bukan orang baik?" Qiao Li membatin sambil melihat dari dapur.

Qiao Li melihat tiga orang yang dilihatnya itu memesan minuman keras dan mereka membagi-bagikan uang yang ada dalam sebuah karung.

"Apa mereka perampok?"gumam Qiao Li dalam hati yang memperhatikan ketiga orang itu dari dalam dapur.

"Li'er, kamu melihat apa?" tanya Qiao Feng yang sudah berada di belakang Qiao Li.

Qiao Li yang sekarang ini berada balik pintu tempat memasak, tidak menjawab dan tetap memandang ke arah tiga orang yang duduk di meja yang terletak di sudut ruang makan itu.

"Oh, kamu lihat mereka ya?" tanya Qiao Feng yang menyusuri arah pandangan mata Qiao Li.

"Itu belum seberapa, karena penginapan ini adalah tempat pertemuan orang-orang seperti mereka." lanjut Qiao Feng sesudah melihat apa yang dilihat Qiao Feng.

Qiao Li memandang Qiao Feng seolah meminta jawaban dari rasa penasarannya.

"Sudahlah, ayo kerjakan tugas kamu. Setelah itu kita istirahatlah" kata Qiao Feng.

Qiao Li kemudian berbalik mengikuti Qiao Feng yang kembali membereskan keadaan dapurnya.

"Li'er cuci piring-piring itu ya!" kata Qiao Feng seraya menunjuk ke arah piring dan teman lainnya tergeletak di atas meja dapur.

Qiao Li mengangguk tanda menyanggupinya.

Sedangkan Qiao Feng membereskan sisa-sisa sayuran yang ada di dapur.

Dan Mei Ming membereskan makanan dan minuman yang ada di meja makan.

Setelah semuanya selesai, mereka beranjak ke tempat tidur.

Namun sebelum mereka melangkahkan kaki, Daiyu menghadang seraya mengipaskan kipas yang dia bawa ke depan dada dan lehernya.

"Bibi Feng, biarkan Qiao Li tinggal sebentar!" kata Daiyu yang menatap Qiao Li dengan tatapan kebencian.

"Ba..baik nyonya" balas Qiao Feng yang kemudian menepuk bahu Qiao Li beberapa kali, yang menandakan agar Qiao Li berhati-hati.

Gadis yang berusia tiga belas tahun itu menganggukkan kepala dan siap menerima perintah Daiyu.

"Hei, julukanmu sekarang adalah si pelayan bisu. Kamu mengerti kan?" ucap Daiyu seraya berkacak pinggang.

Qiao Li hanya diam dan menunduk, dalam hati dia terus berpikir tentang apa yang Daiyu katakan.

"Dasar pelayan bisu, belum mengerti juga!" seru Daiyu dengan kesal.

Kemudian Daiyu menarik tangan kanan Qiao Li sampai ke ruang utama.

Daiyu memberikan isyarat untuk menyapu dan mengepel ruang utama itu dan beberapa ruangan lainnya.

"Apa harus malam ini juga?" batin Qiao Li.

"Mengerti?" tanya Daiyu setelah menjelaskan semua tempat yang harus di bersihkan oLeh Qiao Li.

Qiao Li mengangguk mengerti dan segera mengambil semua peralatan kebersihannya.

"Bagus, cepat tanggap juga dia!" gumam Daiyu saat melihat Qiao Li sudah membawa peralatan kebersihannya.

Daiyu melangkahkan kaki menuju ke kamarnya, sedangkan Qiao Li melakukan tugas menyapu dan mengepel lantai penginapan.

"Beberapa waktu yang lalu aku masih berkumpul dengan ayah, bunda dan saudara kembarku. Kini aku sendiri di sini" kata dalam hati Qiao Li seraya menghela nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan.

"Huahaheemmm...!!"

Qiao Li menguap seraya menyeka keringatnya pada saat menyapu seluruh ruangan.

"Jam berapa ya sekarang ini?"

"Aduh ngantuk sekali?"

"Sambil latihan saja, biar tidak mengantuk lagi!"

Kata Qiao Li dalam hati yang kemudian melakukan gerakan bela diri yang di kuasainya sembari menyelesaikan pekerjaannya.

"Hop hiaaat..!"

"Bagh...! Bugh...! Bagh..! Bugh..!"

Qiao Li atau Leonisa dan Ragadewa, memang sejak kecil sudah di ajari bela diri oleh kedua orang tuanya.

Karena selain untuk menjaga diri mereka, juga untuk melindungi orang membutuhkan.

Beberapa saat kemudian, Qiao Li menyelesaikan semua pekerjaannya.

Tiba-tiba kedua mata Qiao Li terganggu pada sebuah cahaya silau dari bawah meja ruang tamu.

"Benda apa itu?" batin Qiao Li yang kemudian menghampiri benda yang berkilau itu.

"Hmm...! sebuah kalung berliontin bunga mawar yang terbuat dari emas. Cantik sekali!" kata Qiao Li dengan lirih.

"Aku simpan saja, siapa tahu nanti ada yang mencarinya." kata dalam hati Qiao Li, yang kemudian memasukkan kalung itu ke balik pakaiannya.

Qiao Li melangkahkan kaki untuk membersihkan diri, dia melihat ada seseorang mengendap-endap masuk ke kamar yang terdapat ukiran mawar di daun pintunya.

Karena sangat mencurigakan, Qiao Li mengintainya diam-diam.

"Aneh, kenapa orang itu mengendap-endap seperti itu?" Qiao Li yang membatin.

Qiao Li mendengarkan percakapan lelaki itu dengan sesorang yang ada di dalamnya.

"Laki-laki itu bicara dengan seorang wanita, siapa dia?" batin Qiao Li seraya mengintip dari balik pintu.

"Oh, rupanya pemilik penginapan" kata dalam hati Qiao yang menjawab pertanyaannya sendiri.

Walaupun masih belum paham dengan bahasa mereka, Qiao Li tetap mengintip apa yang mereka lakukan.

"Laki-laki itu memberikan sejumlah uang pada pemilik penginapan. Eh mereka keluar!" batin Qiao Li yang kemudian mencari tempat sembunyi.

Daiyu bersama lelaki itu keluar dari kamar dan melangkahkan kaki melewati lorong penginapan.

Qiao Li terus mengikuti mereka dengan mengendap-endap di belakang mereka.

Tak berapa lama mereka berhenti di depan pintu kamar yang paling ujung. Dan mereka masuk ke dalam kamar itu.

"Kamar apa itu? " Qiao Li yang membatin dengan curiga.

Beberapa saat kemudian lelaki itu keluar dengan seorang wanita cantik dan seksi.

Mereka berjalan menuju ke sebuah kamar.

Sedangkan Daiyu selang lima menit kemudian keluar dari kamar yang di ujung itu dan menguncinya kembali.

Daiyu melangkahkan kakinya kembali menuju ke kamar yang daun pintunya berukir bunga mawar.

Setelah melihat Daiyu yang benar-benar masuk ke dalam kamarnya, Qiao Li keluar dari persembunyiannya dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi.

Setelah membersihkan diri di kamar mandi, dan kemudian Qiao Li berjalan menuju ke kamar Qiao Feng.

Qiao Li sampai di depan pintu kamar Qiao Feng.

Setelah memeriksa pintu kamar tidak di kunci dari dalam, Qiao Li masuk dan kemudian menutup serta mengunci pintu kamar itu.

Qiao Li melihat Ibu angkatnya Qiao Feng tidur dengan beralaskan kasur yang di gulung tadi.

Kemudian Qiao Li merebahkan tubuhnya di samping Qiao Feng.

Pandangannya menerawang ke langit - langit kamar.

"Apakah yang tadi itu termasuk perdagangan manusia?" Qiao Li yang membatin.

"Bunda, Ayah dan Kak Raga kalian di mana? Nisa rindu kalian" kata dalam hati Qiao Li yang kemudian memiringkan posisi tidurnya dan kedua matanya berkaca-kaca.

Air matanya pun berlinang, Qiao Li menyeka air matanya dan perlahan menutup kedua matanya.

Sekejap kemudian Qiao Li sudah berada di alam mimpinya, bersama keluarganya.

...~¥~...

...Mohon dukungan para Readers untuk memberi like/komentar/favorite/rate 5/gift maupun votenya untuk novel PENDEKAR PEDANG AZUYA...

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!