NovelToon NovelToon

Crazy Villain (revisi)

Prolog

Disebuah kediaman besar seorang bangsawan, dikamar seorang wanita yang tidur bersama seorang mayat yang sudah didandani pengantin pria. Wanita itu adalah orang yang selalu membeli mayat ke pedagang mayat untuk menyetubuhi mereka. Itu karena wanita ini adalah seorang nekrofilia, yang mana memiliki kelainan dalam melakukan se*s.

"Oh~ astaga~ bagaimana bisa ada pria setampan dirimu sayang~ Aku benar benar tidak bisa berpaling darimu." Ujar wanita itu sembari megelus elus wajah mayat tersebut.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan yang membuat wanita itu tidak senang. "Ck, ada apa? Katakan saja dari sana!?" Tanyanya kesal.

"Maaf mengganggu Nyonya Mo, ada pesan dari Tuan Wang untuk anda!?" Ujar seorang pelayan wanita dari balik pintu.

Wanita yang dipanggil Nyonya Mo memutar matanya kesal, "Apa kata orang tua itu? Apa uangnya kurang?"

"Ti tidak Nyonya, kata Tuan Wang anda sebaiknya tidak terlalu dekat dengan suami baru anda. Bagaimanapun d dia adalah…"

"Baik baik, aku tidak akan melakukan apa yang dia peringatkan!? Sekarang pergilah!? Jangan ganggu aku!?" Ujarnya kesal. Nyonya Mo atau bernama asli Mo Ruyu adalah kepala keluarga cabang di Kota Chifeng. Keluarga Mo adalah salah satu keluarga pendiri kekaisaran Qi, maka dari itu keluarga Mo adalah salah satu dari tujuh keluarga besar.

"Baik Nyonya, akan saya sampaikan!?" Meskipun dia ragu Mo Ruyu menepati katanya, tapi dirinya tidak bisa mencegah majikannya. Setelah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauh.

Mo Ruyu kembali memeluk mayat dingin disampingnya. Terukir senyum puas diwajahnya karena mendapatkan mayat yang tidak akan membusuk. 'Dari informasi yang aku dapat dia sudah berusia tiga ratus tahun tanpa membusuk. Tubuhnya juga tidak kaku seperti mayat mayat lain. Penjahat gila atau apalah itu aku tidak peduli. Karena sekarang kau sudah menjadi milikku~' Pikirnya senang sembari mencium pipi mayat tersebut.

"Oh ya, orang tua itu bilang untuk tidak terlalu dekat dengan suamiku? Dasar aneh, kita kan baru saja menikah. Sudahlah, paling dia hanya menakutiku saja. Mana mungkin sayangku melukaiku." Ujarnya penuh cinta. Dia mencium, mengelus dan melakukan hal lain yang dia suka sampai tengah malam.

...-...

...-...

...-...

Disuatu kegelapan yang gelap gulita, tanpa pencahayaan satupun, tapi masih terlihat seseorang. Orang itu berpakaian serba hitam berambut panjang, seorang pria yang sedang duduk sendirian. Pria itu memandangi pemandangan yang selalu terlihat dimatanya. Puluhan ribu mayat yang dibunuh setiap hari dan darah yang terus mengalir.

"Apa tidak bosan memandangi mayat mayat itu setiap hari?" Ujar sosok hitam yang menyerupai kabut hitam membentuk tubuh.

Tapi pria itu tidak menjawab pertanyaan sosok hitam itu. Ia masih tetap memandang pemandangan penuh darah didepannya.

"Kau pasti bosan, aku tahu itu~" Ujar sosok hitam lain yang mulai bertambah banyak.

"Sudahi saja memandangi mayat mayat yang tidak akan bangun lagi. Bukankah kau harus bangun sekarang?"

"Benar benar, kau harus bangun!? Jangan memandangi mereka lagi."

"Tubuhmu akan benar benar hancur jika tidak bangun sekarang!?"

"Ck ck ck, apa kau sangat syok 'dia' mencoba membunuhmu dua kali?"

"Tentu saja sangat syok!? 'Dia' bukannya orang yang paling kau percayai adalah yang menyayangimu? Tapi malah membunuhmu~ ck ck ck…"

"Ah~ kau bahkan tidak pernah bicara setelah hari itu."

"Kalau kau begini terus 'dia' mungkin akan membencimu!?"

Tiba tiba pria itu tersadar ketika mendengar mereka membicarakan orang yang selalu ada dipikirannya, "Hah… ha ha ha… ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha…" Pria itu tiba tiba tertawa lepas. Tidak tahu menertawakan apa.

"???"

Tiba tiba tawanya berhenti dan wajahnya tergantikan dengan kepanikan yang luar biasa, "TIDAK BOLEH!? DIA TIDAK BOLEH MEMBENCIKU!?" Teriaknya tiba tiba. "Aku harus hidup!? Benar!? Aku harus hidup!?" Ujarnya panik. Tapi beberapa detik kemudian terukir senyum jahat yang memperlihatkan gigi putih rapi. Senyuman yang dipenuhi ambisi.

...-...

...-...

...-...

Mo Ruyu tiba tiba terbangun di tengah malam. Dia kembali mengelus wajah mayat dingin disampingnya dengan senyum senang. Perlahan terdengar seperti suara bisikan yang mencoba menghanyutkan pikirannya. Kepalanya langsung kosong mendengar suara yang mencoba memanggilnya.

Pandangannya kosong, dia mengambil belati kecil dibalik pakaiannya lalu mengiris telapak tangannya di atas mulut mayat tersebut. Darah menetes sedikit demi sedikit merembas masuk.

"Ah!? Tunggu, apa yang kulakukan? Kenapa aku melukai diriku sendiri?" Ujar Mo Ruyu tiba tiba tersadar dan melihat tangannya terluka. "Astaga~ sayangku jadi terkena darah!? Aku akan segera membersihkanmu sayang~" Ujarnya sembari mengambil sapu tangan diatas meja. Dia mengelap darah yang membasahi mulut mayat itu dengan pelan sembari memandangi pemuda tampan didepannya. 'Kau hanya milikku seorang~' Pikirnya.

Perlahan mata mayat tampan itu terbuka dan memperlihatkan sepasang mata merah yang seindah ruby.

"Hah?!" Mo Ruyu memundurkan tubuhnya ketika mayat itu membuka matanya. Dia terlihat ketakutan dengan bangunnya mayat yang dia beli. 'B bagainama bisa seorang mayat tiga ratus tahun hidup kembali? A aku harus bagaimana? Jelas jelas tadi dia tidak bernafas. Tubuhnya juga dingin. Sebenarnya apa yang terjadi?' Pikirnya panik.

Satu persatu jari jarinya yang terasa kaku digerakkan. Kemudian mencoba bangun dari tidur panjangnya selama tiga ratus tahun. Mata merahnya bersinar semakin terang saat cahaya bulan mengenainya.

Mo Ruyu sangat ketakutan dengan situasi saat ini. Tiba tiba pria itu menengok ke dirinya yang membuatnya semakin ketakutan. "J jangan mendekat!? Aku seorang kultivator ranah inti emas!? Aku bisa membuatmu mati lagi kapan saja!?" Ancamnya ketakutan.

Tatapannya tampak kosong meskipun bercahaya. Sepertinya ia belum sadar sepenuhnya setelah tidur panjang. Tangannya terangkat dan meraih wajah wanita itu. Ia mengelusnya dengan senyum kecil diwajahnya yang kembali memikat hati Mo Ruyu.

'Apa dia mengira aku adalah istrinya? Hah, bagus sekali!? Biarkan saja seperti ini. Lagi pula dia terlihat jinak untuk aku tidur bersamanya~' Pikirnya kembali tersenyum senang. Tangannya menyentuh tangan dingin pria itu. Matanya dengan mata pria itu saling menatap satu sama lain. Mata pria itu seperti sihir yang menyihir dirinya yang langsung melupakan segalanya. Lalu tidur bersama.

Beberapa saat kemudian…

Pemuda yang awalnya adalah mayat keluar dari kamar Mo Ruyu dengan tapak kaki berdarah. Begitupun dengan wajahnya yang kembali terciprat darah. Ia keluar dengan menjilati jari jari tangannya yang penuh warna merah. Kakinya berjalan tanpa arah yang jelas. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali.

Dia berjalan menelusuri lorong lalu keluar dengan para penjaga yang kaget melihatnya. Mereka kaget melihat seorang pria berjalan keluar menganakan pakaian pengantin dengan darah di seluruh tubuh.

"Siapa kau?" Tanya salah satu penjaga.

Namun pemuda itu hanya diam dengan tatapan kosong.

"T tunggu sebentar, bukannya dia adalah mayat yang dipesan Nyonya Mo? Dan darah di mulutnya…" Ujar salah satu penjaga. Mereka saling tatap kemudian menyadari sesuatu.

"Bunuh dia!? Mayat ini telah membunuh Nyonya Mo Ruyu!?" Ujar salah satu penjaga. Tidak lama keluar begitu banyak penghuni kediamana Mo dengan tingkatan Immortal. Mereka berlari menuju pemuda tersebut dengan niat membunuh.

Akan tetapi, tanpa bergerak sedikitpun terlihat kilatan hitam memotong tubuh mereka semua hanya dalam hitungan detik. Darah mereka berhambur ke atas lalu turun kebawah yang memperlihatkan hujan darah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 1. Liu Yohan

1 TAHUN KEMUDIAN

Duak duak buk duak

Didalam hutan tampak tiga orang pemuda memukul satu orang yang meringkuk di tanah, "Ayo pukuli dia lebih keras!? Kita lihat seberapa kuat dia bertahan!?" ujar seorang anak bernama Jiang Feng. Salah satu putra keluarga besar Jiang, keluarga pendiri kekaisaran. Dia dan teman temannya sedang memukuli seorang pemuda yang lebih muda dari mereka.

Pemuda itu bernama Liu Yohan. Mereka suka sekali mengganggu Yohan setiap saat. Tidak tahu kenapa, tapi Jiang Feng selalu kesal setiap kali melihat Yohan. Tanpa ada yang disinggung tau menyinggung yang pasti dia tidak menyukai kehadiran Yohan. Bahkan bernafas di udara yang sama dengannya adalah sebuah hal yang menjijikan layaknya kotoran.

Liu Yohan, seorang remaja lima belas tahun dengan tinggi seperti usia delapan belas dan memiliki paras tampan. Rambutnya hitam lebat panjang, bermata merah darah, alis yang hitam dengan lengkungan sempurna, hidung mancung, kulit yang putih meski sedikit pucat, dan pesona yang tidak akan bisa ditolak. Mungkin karena itu gadis bernama Qin Qiu menyukainya dan malah Yohan yang disangka menggodanya. Akhirnya menyulut emosi Jiang Feng yang menyukai Qin Qiu.

Dia menatap Yohan dengan benci seakan memiliki dendam kesumat. ''Dasar tidak tahu malu!? Berani sekali kau menggoda Qin'er!? Dia itu wanitaku mengerti? Dasar sok ganteng!?" ejeknya. Tidak lama dia melihat ada balok kayu besar dipinggir pohon. "Kalian pegangi dia!?"

Kedua bawahan Jiang Feng memegangi tangan Yohan. Sedangkan Jiang Fengyan sendiri sudah datang membawa balok kayu panjang.

Melihat Itu Yohan terbelalak kaget dengan apa yang dipegang Jiang Feng. "J Jiang Feng, aku sungguh tidak pernah menggoda Qin Qiu. Kau jangan memukulku dengan itu, aku bisa mati!?" ujarnya takut. Matanya bergetar ketakutan melihat balok kayu yang masih ada paku di pinggirnya.

Terlihat senyum senang diwajah Jiang Feng, "Ha ha ha ha ha bukannya itu bagus? Lagipula kau hidup tidak ada gunanya. Dari pada menjadi sampah lebih baik menjadi pupuk tanaman!? Yah, setidaknya hidupmu ada gunanya sedikit." ujarnya tanpa hati. Dia berjalan ke pinggir Yohan.

Duak!?

"Ukh!?"

Pukulan pertama, semua paku langsung tertancap di punggungnya. Yohan menggeraskan rahangnya untuk menahan rasa sakit yang luar biasa ini. Dan saat balok kayu itu di angkat benar benar terasa sakit.

Duak!?

Pukulan kedua, punggungnya mulai mengeluarkan darah dan ia masih menahannya tanpa berteriak.

Duak duak

"Ukh!? Hikh!?"

Pukulan pukulan yang lain menyusul membuat siapapun tidak akan mau malihatnya. Kedua orang yang menjagal Yohan sebenarnya ada rasa kasihan, tapi disaat yang bersamaan mereka juga senang melihat Yohan kesakitan.

Beberapa waktu berlalu, Jiang Feng membuang balok kayu ditangannya. Kedua orang itu juga melepas tangan Yohan.

Bruk

Yohan jatuh tengkurap dengan punggungnya sudah dipenuhi luka dan darah. Bajunya juga sudah sobek sobek. Nafasnya terlihat sangat pelan seperti akan hilang. Tapi matanya masih sedikit terbuka.

"Apa dia benar benar mati?" tanya Xituo, salah satu bawahan Jiang Feng.

"Jika dia mati apa yang harus kita lakukan?" tanya Caituo, juga salah satu bawahan Jiang Feng.

"Ck, apa yang kalian pusingkan? Kita kirim saja dia ke ibunya yang miskin itu!?" jawab Jiang Feng berdecak sebal melihat kedua bawahannya yang terlalu bodoh.

"Tapi, bagaimana jika Ibunya melapor pada ayahmu?" Tanya Xituo.

"Kalau begitu kita bakar saja rumahnya juga sebelum dia sebelum melapor ke ayah!? Beres kan? Atau kita tinggalkan saja sampah ini disini. Biarkan binatang buas memakannya." ujar Jiang Feng dengan senyum jahatnya.

Kedua bawahannya juga tersenyum jahat sama seperti ketuanya. Mereka berjalan pergi meninggalkan Yohan yang mendengar semua yang mereka katakan. Tangannya mengepal erat diatas tanah dengan kekejaman ketiga orang itu. Seandainya dirinya memiliki kekuatan besar maka tanpa pikir panjang ia akan langsung membunuh mereka. Apalagi mereka sudah menghina ibunya. 'Aku akan menjadi kuat!? Dan membuat kalian berlutut!?' pikirnya dengan mata merah dingin yang menakutkan.

Mereka bertiga pergi tanpa menoleh ke belakang. Dengan tawa lucu yang mereka candakan. Tanpa hati meniggalkan Yohan sendirian dengan luka yang membuat pemuda itu sekarat.

Yohan berusaha bagun, ia menyeret tubuhnya sendiri menuju pohon di sampingnya. Lalu bersender meskipun rasa perih serta nyeri selalu hadir di punggungnya. Tiba tiba dadanya terasa sakit, "Uhuk uhuk uhuk?!" dia menutupi mulutnya yang mengeluarkan batuh darah. Bukan karena Jiang Feng dan kawan kawan, melainkan karena tubuhnya yang lemah. Jadi, tidak hanya dirinya selalu jadi bahan bulian Jiang Feng, ia juga harus sakit sakitan dengan tubuh yang lemah. "Sialan…sialan…" gumamnya pelan. Setiap hari paru paru nya terasa sakit, nafasnya sesak, dan tubuhnya terasa berat meskipun dirinya sudah sekurus ini.

Dirinya tidak merasakan hidup tidak juga merasakan mati. Kalau seperti ini lebih baik ia mati saja.

...***...

Dari kejauhan terlihat seorang pemuda berjalan dengan kaki pincang. Darah di punggungnya menetes membuat siapapun ngeri melihatnya. Sekarangpun semua orang terus menatapnya tanpa ada yang bertanya 'apa kau baik baik saja?' atau 'biar aku membantumu!' mereka hanya melihat tanpa melakukan tindakan. Mereka sudah tahu apa yang terjadi dengan Yohan. Akan tetapi meskipun mereka tahu, mereka tidak berani melawan seseorang yang berkuasa.

Atau…

Mereka memang tidak ingin menolongnya? Sebagian dari mereka menatapnya sinis, sebagian menatapnya curiga, dan sebagian lagi menatapnya tajam. Ada banyak tatapan tidak mengenakkan yang ditujukan padanya. Liu Yohan. Anak berusia lima belas tahun yang dibenci oleh seorang anak bangsawan dari keluarga Jiang, juga dibenci oleh desanyanya sendiri. Itulah Liu Yohan. Tapi dia masih berjalan tegap tanpa mempedulikan tatapan tatapan kebencian yang diterimanga. Sungguh, dia seseorang yang kuat meskipun tubuhnya lemah.

"Aku pulang!?" Ujar Yohan pulang ke rumahnya. Matanya terbelalak kaget ketika mendapati ibunya terduduk dilantai, "Ibu!?" Ia segera menghampiri Ibunya yang bernama Daoyun.

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat lemah. "Hm? Yohan, kau sudah pulang?" Tanya Daoyun melihat Yohan dengan senyumannya.

"Sudah kubilang, ibu seharusnya diam saja ditempat tidur. Bagaimana jika ibu kenapa napa? Kalau ibu tetap seperti ini aku takut…" dirinya terlihat sangat panik memikirkan semua kemungkinan dimasa depan. Jika Daoyun tidak ada, dirinya akan sendirian. Tidak akan ada yang peduli padanya lagi. Karena semua orang jelas membencinya.

"Iya iya, kau jangan berlebihan seperti itu. Aku hanya tersandung saja. Yang lebih mengkhawatirkan adalah Han'er, apa kau diganggu lagi oleh mereka?" tanya Daoyun balik setelah melihat tubuh Yohan yang penuh darah dan juga beberapa bagian tubuh yang membiru.

Yohan melihat kearah lain sembari berkata, "Aku baik baik saja, ini hanya luka kecil." jawabnya santai tapi sebenarnya gugup. Dia khawatir kalau ibunya jadi cemas karena dirinya.

Daoyun tahu kalau luka Yohan bukanlah luka kecil. Dia melihat tubuh anak itu yang semakin kurus, terlihat bekas darah di sekitar mulutnya, dan garis hitam di sekitar matanya semakin jelas terlihat. "Aku tidak habis pikir. Kau mencemaskan orang lain saat kondisi tubuhmu juga terluka, haihh…" dia menghela nafas panjang. Tapi karena dia sudah sangat paham dengan sifat Yohan maka lebih baik mengikuti keinginannya, "Baiklah, kalau begitu bisakah Han'er membantuku berdiri?" Tanya Daoyun dengan lembut.

"Iya!?" jawab Yohan antusias. Setelah itu Yohan membantu Daoyun berdiri.

Setelah itu Yohan membersihkan luka lukanya sendiri dengan air hangat. Terasa perih dan menyakitkan. Lukanya kali ini mungkin akan sembuh agak lama. Dirinya sangat malang mendapatkan musuh dari keluarga bangsawan. Tiba tiba tangan seseorang membantu mengelap darah di punggungnya. Yohan menengok ke belakang dan melihat Daoyun sudah membantunya.

Yohan terlihat cemas ketika Daoyun ingin membantu membersihkan lukanya. "Ah, ibu, aku bisa melakukannya sendiri." ujar Yohan pelan. Ia tidak ingin membiarkan Daoyun tahu luka lukanya.

"Sudahlah, biarkan aku membantumu sedikit!?" Kini nada suara Daoyun terdengar garang.

Karena Daoyun begitu kekeh ingin membantunya mau bagaimana lagi. Setelah itu Yohan mengusap lengan kanan dan kirinya.

"Maafkan aku." terdengar suara yang ngilu dari Daoyun. Suara seseorang yang menahan tangisnya. Dia terdengar seperti seseorang yang benar benar merasa bersalah. Bahkan terasa tangan Daoyun yang gemetar mengelap lukanya.

Tanpa berkata kata Yohan berbalik dan memeluk Daoyun. Mengusap usap punggung belakangnya seperti menenangkan seorang bayi. "Tidak apa apa, ini bukan salah ibu. Dan, aku baik baik saja." ujarnya memangkan Daoyun. Bohong jika dirinya baik baik saja. Luka yang sebanyak dan separah ini membuat tubuhnya terasa berat dan panas. Tapi melihat Daoyun yang terlihat lebih kesakitan dari dirinya, ia mengurungkan niat menunjukkan seberapa sakit dirinya saat ini.

Setelah semua itu Yohan membalut luka lukanya dengan kain putih lusuh yang terlihat ada sedikit bekas darah. Dengan olesan obat seadanya.

Bruk

Ia membaringkan tubuhnya diatas kotak panjang beralas kain coklat yang cukup untuk tubuhnya. Semua dunia terasa berputar di matanya. Tubuhnya terasa sangat panas, seperti dibakar di atas arang membara. Nafasnya terasa sangat sesak padahal tubuhnya kurus begitu. Dalam pikirannya yang kacau saat ini ia malah melihat seorang wanita cantik berbaju hitam, baju yang dikenakannya terlihat mahal dan berkualitas tinggi. Hanya para bangsawan yang bisa membeli baju seperti itu. Rambutnya panjang melebihi pinggul, dengan hiasan jepit rambut bunga di rambutnya. Matanya berwarna emas dengan garis lurus di tengahnya. Kulitnya putih mulus dan wajahnya kecil dengan bibir yang tipis. Dia wanita tercantik yang pernah dilihatnya.

"Siapa?" tanya Yohan pelan. Dirinya ingin bangun namun tubuhnya terasa berat.

Wanita itu tidak menjawab pertanyaan Yohan. Tiba tiba Daoyun datang dengan membawa baskom berisi air hangat. Dia memeras kain untuk mengompres Yohan. Dia sangat pengertian.

"Ibu, siapa wanita yang disana?" tanya Yohan sembari menunjuk ke arah wanita tersebut.

Tapi Daoyun mengerutkan tengah alisnya, dia melihat arah yang ditunjuk Yohan. Namun tak ada seorang wanita pun disana. "Tidak ada siapapun disana." jawab Daoyun.

Yohan lebih kaget mendengar jawaban Daoyun, "Tidak mungkin, dia disana!? Sekarang dia kemari, dia menuju ke arah ku." ujarnya terdengar sangat meyakinkan dan wajahnya terlihat ketakutan.

Tiba tiba Daoyun memegangi kedua pipi Yohan untuk melihat tepat ke matanya, "Tenanglah, tidak ada siapapun disana. Han'er sedang demam tinggi jadi mungkin itu hanya halusinasimu saja. Lihat? Panasmu seperti api sekarang." ujar Daoyun mebenangkan Yohan. "Sekarang apa wanita yang kau lihat masih ada?" tanyanya.

Ajaibnya wanita itu hilang. "Tidak ada."

"Benarkan?! Itu hanya halusinasimu. Jika kau melihat halusinasi lagi maka abaikan saja." ujarnya sembari mengelus rambut Yohan yang terasa halus.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 2. Kebakaran

Di dalam hutan Yohan berhasil menangkap rusa. Rencananya ia akan menjualnya pada kedai makan. Apa lagi ini rusa yang gemuk dan sehat harganya pasti mahal. Meskipun tubuhnya lemah, tapi jika hanya berburu menangkap rusa saja ia bisa melakukannya. Dirinya sudah berlatih berkali kali belajar berburu secara otodidak. Meskipun kadang kala pernah tidak mendapatkan hasil, namun seiring berjalannya waktu ia mulai mahir dan selalu mendapatkan hewan buruan. Setidaknya dengan hewan buruan ini ekonomi keluarganya dapat terpenuhi.

Dalam perjalanan pulang ia melihat sebuah pertarungan dari jauh. Disana terlihat seorang pak tua yang sedang menghadapi hewan buas Harimau ekor dua tingkat 5. Dalam pertarungan itu terlihat pak tua yang berambut hitam dengan banyak uban serta jenggot dan kumis yang sama dengan rambutnya. Dia mengenakan pakaian semacam sekte. Sekali lihat jelas dia adalah kultivator.

Jarak pertarungan itu cukup jauh namun dirinya dapat melihat dengan baik. Mata merah bergaris lurus nya melihat dengan jelas pertarungan itu. Kelima indranya memang berfungsi jauh lebih baik dari pada indra orang lain. Berkat itu ia bisa berburu cukup mudah. Meskipun satu hal yang menjadi kekurangannya, ia buta arah. Tidak tahu kenapa, tapi Yohan benar benar buta arah. Dirinya dapat menemukan jalan pulang karena sudah membuat tanda jalan untuk pulang.

Wajahnya tampak senang karena menemukan seorang kultivator. "Apa dia seorang kultivator? Kalau benar bukankah aku bisa memintanya untuk menjadikanku murid?" Tanya Yohan pada dirinya sendiri. Tapi setelah dipikir ulang, jika ia diharuskan pergi bersama kultivator itu maka tidak ada yang menjaga ibunya. "Lupakan saja, Ibu pasti akan sedih jika aku pergi. Lagian apa bagusnya kultivator? Mereka hanya tahu bertarung!?" Ia berjalan menjauh dari tempatnya walaupun sesekali ia melihat ke belakang.

Di kedai makan Yohan berhasil menjual daging rusa sebesar sepuluh perak. Itu jumlah yang besar untuknya bisa untuk makan satu bulan. Wajahnya terlihat senang mendapatkan uang banyak, 'Akhirnya aku bisa membeli obat untuk ibu. Dia pasti akan senang kan?' pikirnya senang. Tapi kesenangannya tidak bertahan lama saat ketika ada pertarungan yang terjadi antara seorang pria berperawakan kekar berambut merah dan kulit agak gelap dengan seorang pak tua berbaju putih dan berjenggot putih.

Untuk pak tua berbaju putih Yohan mengenalnya. Dia adalah pak tua kultivator yang ada didalam hutan. Pertarungan mereka terjadi ditengah jalan. Orang orang yang ada di sekitar segera menyingkir dari jalannya pertarungan. 'Dia bukannya yang ada didalam hutan? Dan, siapa pria yang bertarung dengannya?' pikir Yohan. Saat dirinya fokus melihat pertarungan tiba tiba sebuah wajah gadis cantik muncul tepat didepan wajahnya.

Wajah gadis itu tersenyum manis dihadapan Yohan sembari melambaikan tangan, "Apa kabar?!" sapanya ramah. Dia adalah Qin Qiu, seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan mata biru, dan pipi yang merona. Anak dari asosiasi bela diri di kota Chifeng.

Yohan hanya memperlihatkan wajah datar menatap gadis itu. "Ya." jawabnya singkat. Meskipun dalam hati tidak ingin balas menyapa, tapi bukannya tidak baik jika bersikap terlalu dingin. Tapi meskipun Yohan ingin bersikap seramah mungkin, sikap dinginnya keluar tanpa dirinya sadari. "Ada apa?" tanyanya.

Qin Qiu mengerucutkan bibirnya, melihat respon Yohan yang sangat formal. Padahal pengenalan kereka sudah cukup lama. "Kenapa kau sangat formal padaku? Bicara santai saja." rengeknya. Dia ingin jadi lebih dekat dengan Yohan. Qin Qiu melihat Yohan dari atas sampai bawah. Sungguh sempurna. Dari atas kepala sampai ujung kaki semuanya sempurna. Karena itulah Qin Qiu ingin dekat dengan Yohan.

Rasanya sangat risih berhadapan dengan Qin Qiu yang selalu menatap dan menilai dirinya. 'Aku bertaruh jika aku sangat jelek dia tidak akan sudi bicara padaku.' pikirnya. Ia kembali melihat pertarungan kultivator di balik gadis yang menghalanginya itu. Tanpa ia sadari pertarungan sudah selesai dan hanya menyisakan pak tua yang ada di hutan saat itu. 'Sial…' gerutunya dalam hati. Yohan melihat Qin Qiu jengkel. Namun ia tidak bisa sembarangan menyalahkan gadis itu. Kemudian pergi dari tempatnya. Tapi dari belakang Qin Qiu tetap mengikutinya.

"Eh? Mau kemana?" tanya Qin Qiu.

"Pulang." jawab Yohan singkat.

"Pulang? Tapi arah rumahmu di sana!" ujar Qin Qiu sembari menunjuk ke kanan. Yohan langsung berhenti dan melihat Qin Qiu. "Aku akan menunjukkan jalannya padamu, ayo!?" ajak Qin Qiu yang menarik tangan Yohan tanpa persetujuannya. Genggamannya sangat kuat, seperti tidak rela melepaskan tangannya. "Ah, guru!?" panggil Qin Qiu pada seseorang.

Yohan agak terkejut mendengar Qin Qiu berkata guru pada kultivator tua yang bertarung beberapa saat yang lalu, "Guru?" tanyanya penasaran.

Qin Qiu tersenyum melihat Yohan penasaran terhadap dirinya. Tak disangkanya kalau Yohan tertarik, "Iya, dia guruku!? Sebenarnya dia baru menjadi guruku pagi ini. Ayah memasukkanku ke Akademi Qing Luo. Apa kau juga tertarik pergi kesana?" Tanya Qin Qiu.

Akademi Qing Luo adalah sekolah kultivator untuk membimbing para pemula kultivator dari ranah Lianqi sampai Jindan.

"Oh? Qiu'er? Sedang apa kau disini? Bukannya kau harus bersiap menuju akademi?" tanya pak tua tersebut.

"E he he he, aku ingin jalan jalan sebentar." jawab Qin Qiu.

"Dan, siapa dibelakangmu?" tanya pak tua itu. Dia melihat langsung mata Yohan. Matanya yang tidak biasa itu menarik banyak perhatian.

"Oh, dia Liu Yohan temanku." jawab Qin Qiu. Tiba tiba terlintas sebuah ode di pikirannya, "Ah, guru!? Bolehkan aku meminta satu permintaan?" tanya Qin Qiu.

"Apa itu?"

"Bolehkah Yohan juga masuk le akademi?" tanya Qin Qiu langsung membuat mereka berdua terkejut.

"Qin Qiu!" panggil Yohan. Kenapa dia tidak bertanya dulu padanya dan langsung bertanya pada pak tua itu.

Pak tua itu tersenyum tipis, "Tentu saja, akademi Qing Luo terbuka untuk siapa saja dari umur sepuluh sampai dua puluh tahun." jawab Pak tua tersebut.

Qin Qiu terlihat senang bukan main. Jika Yohan juga masuk ke akademi Qing Luo, ia bisa menjadi lebih dekat dengannya.

"Tapi, bisakah aku memeriksa nadi spiritual Yohan? Aku ingin tahu apakah dia berbakat dalam seni bela diri atau tidak." ujar pak tua itu.

"Ya, baiklah… " Qin Qiu langsung menyerahkan tangan Yohan tanpa persetujuan pemiliknya.

Pak tua itu juga langsung memeriksa nadi spiritual Yohan. Menyebalkannya, Yohan tidak bisa menarik tangannya dari pak tua itu. Rasanya ada yang memasuki tubuhnya melalui sentuhan pak tua itu di pergelangan tangannya. 'Dia, dia tidak ingin melepasnya?' pikirnya.

Tampak senyum diwajah pak tua itu, "Selamat, sepertinya kau berbakat untuk mempelajari seni bela diri." ujar pak tua itu. Dia sedikit melonggarkan pegangan tangannya dari pergelangan Yohan.

Segera setelah itu Yohan menarik tangannya sambil memasang senyum ramah (palsu) yang dipaksakan di wajahnya, "Terima kasih, tapi aku tidak memiliki niat untuk memasuki akademi, permisi…" ujarnya sembari melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

Qin Qiu mengejar Yohan sembari berdiri didepan jalannya. Dia melentangkan tangan agar Yohan tidak pergi terlalu jauh, "Kenapa kau menolak tawaran guru Lao? Padahal kau bisa menjadi tambah kuat jika memasuki akademi. Tapi kenapa_"

"Itu bukan urusanmu!?" terlihat wajah marah Yohan langsung membuat Qin Qiu kicep.

"Ha ha ha ha ha ha ha Qiu'er, apa kau tidak tahu? Dia hanya sampah yang tidak bisa berkultivasi!? Sia sia saja jika mengajaknya untuk masuk ke Akademi Qing Luo. Sampah sepertinya tidak akan beguna, benarkan?" ujar Jiang Feng yang tiba tiba muncul.

"Benar, sampah sepertinya tidak berguna!? Lebih baik dibuang ke dunia bawah!?"

"Biarkan dia dimakan oleh para iblis disana!?"

Tidak lama kedua bersaudara Xituo dan Caituo ikut bicara. Mereka bertiga tertawa mengejek Yohan.

"Kalian kenapa jahat sekali? Yohan kan juga sama dengan kita, kalian harus minta maaf pada Yohan!?" ujar Qin Qiu membela Yohan, dia melirik Yohan yang juga menatapnya. 'Dengan begini semoga dia tidak bersikap dingin lagi padaku.' pikir gadis itu sembari tersenyum pada Yohan. Tapi terlihat jelas Yohan tidak merespon senyuman Qin Qiu.

Jiang Feng terlihat tidak suka saat Qin Qiu gadis tercantik di kota Chifeng membela Yohan. Tapi jika Dirinya bertindak sembrono dan berperilaku lebih buruk pada Yohan, mungkin Qin Qiu bisa saja menjauh darinya. Seketika wajah kesalnya berubah menjadi raut ramah yang dipaksakan, "Qiu'er benar, aku harusnya tidak mengatakan hal jahat pada Yohan. Tolong maafkan aku!?" Ujarnya yang sudah merangkul pundak Yohan. Tangannya memegang lengan atas Yohan dengan menekannya untuk mengisyaratkan mengikuti drama yang dilakukannya.

Tapi Yohan terlihat malas mengikuti permainan Jiang Feng, "Aku tidak membutuhkan permintaan maaf yang tidak dari hati." Ujarnya sembari melepas tangan Jiang Feng. Ia berbalik kembali pulang ke rumah.

Jiang Feng terlihat kesal karena Yohan mengatakan hal yang memalukan untuknya dihadapan Qin Qiu. "Eeh Qiu'er , aku_"

"Yohan, tunggu aku!?" Panggil Qin Qiu dengan berlari mengejar Yohan.

Kini terlihat jelas di wajah Jiang Feng ketidak senangannya. Dia menatap benci Yohan yang berjalan beriringan dengan Qin Qiu. "Kalian, ikut aku ke rumah sampah itu!?" Ujar Jiang Feng yang juga pergi dari sana.

Kedua orang itu saling menatap bingung, "Apa yang ingin kita lakukan disana?" Tanya Caituo.

"Akan kita buat pertunjukan yang tidak akan dilupakan sampah itu!?" Jawabnya dengan senyum licik.

...***...

Dalam perjalanan pulang setelah dari toko obat, Yohan melihat dari kejauhan ada asap hitam dari arah rumahnya. Matanya langsung terbelalak kaget melihat banyaknya asap dari arah itu. Seketika ia teringat dengan ibunya. Detak jantungnya berdebar semakin kencang takut terjadi sesuatu yang terburuk. Dirinya berlari tanpa pikir panjang.

Dan benar saja, rumahnya terbakar dengan banyaknya orang yang hanya menonton. Seketika dunianya seperti bancur melihat rumah tua itu terbakar. Yohan ingin meminta tolong tapi orang orang hanya melihat rumah itu terbakar. "APA YANG KALIAN LIHAT? KENAPA TIDAK MEMBANTUKU MEMADAMKAN APINYA? IBU MASIH ADA DI DALAM!?" teriaknya histeris dengan pikiran kacau.

"T tapi rumah itu sudah hampir hancur terlalap api!?" jawab salah satu orang yang melihat.

"Benar, ibumu juga pasti sudah mati terbakar didalam!?"

Yohan menggertakkan giginya mendengar mereka mengatakan itu. Hatinya benar benar panas dengan orang orang ini yang hanya menyaksikan rumahnya hancur. Memang tidak mungkin ibunya selamat dari kebakaran sebesar ini, tapi setidaknya harus ada yang peduli. "Tidak berguna!?" gumannya marah. Yohan langsung membuang obatnya dan berlari masuk kedalam.

"Hei, nak!? Berbahaya!? Jangan berlari kedalam api!?" Teriak salah seorang dari mereka.

Tanpa ada keraguan sedikitpun Yohan memasuki rumahnya yang terbakar api besar. Tepat setelah masuk kedalam rumah yang terbakar, ia melihat ibunya yang sudah berceceran darah di lantai. "Ibu!?" Teriaknya langsung menghampiri Daoyun. Ia segera memeluk Daoyun yang terlihat masih ada sedikit nafas. "Ibu, kau harus hidup!? jangan meninggalkanku sendiri!?" Ujar Yohan panik dengan air mata yang keluar.

Tiba tiba pipinya yang basah ada yang mengelus, "Kenapa anak laki laki tampan sepertimu menangis? Jangan jadi pria yang cengeng, nanti tidak akan ada gadis yang menyukaimu!?" Ujar Daoyun masih sempat sempatnya bercanda.

Wajah Yohan terlihat senang ternyata Daoyun masih hidup. "Aku tidak perduli dengan para gadis, yang penting ibu selamat!?" Balasnya dengan nafas yang sesak karena asap, matanya melihat pintu keluar yang sebentar lagi akan roboh. "Benar, aku akan menggendong ibu keluar!? Lalu kita pergi ke tabib untuk mengibati luka ibu. J jika sekarang pasti masih sempat!?" Ujarnya yang ingin menggendong tubuh Daoyun.

Ketika Yohan ingin menggendong Daoyun, wanita itu dengan sengaja mendorong Yohan sekeras mungkin menjauh.

"Ah!?"

Brak!?

Kayu yang terbakar api menjatuhi Daoyun hingga tewas dan membakar tubuhnya.

Mata merahnya membulat saat Daoyun mati tepat didepannya. "Aah Agghh AAGGRRHH!?" teriaknya histeris.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!