BANDARA JAKARTA
'Takk..'
Terdengar suara hentakan kaki seseorang, rupanya suara itu berasal dari seorang gadis yang baru saja melompat dari helikopter, yang belum mendarat dengan sempurna.
Dia sedikit berjongkok ketika mendarat, lalu kembali menegakkan tubuhnya setelah membenarkan kacamata yang terpasang.
Lalu dia menyibakkan rambut hitam yang panjangnya menyentuh pinggang. Kepalanya celingukan melihat sekitar seperti sedang mencari seseorang. Namun orang yang tengah dia cari tak terlihat disana, membuat dia menarik nafas dan membuangnya kasar.
Dia menoleh kearah bodyguard yang tengah memegang sebuah koper. Dia perlahan mendekati bodyguard itu, berhenti disana, dan tanpa bicara langsung mengambil kopernya dari tangan bodyguard itu. Kembali melanjutkan langkahnya menuju keluar Bandara berniat mencari taxi. Namun sayang, dia tak mendapatkan taxi itu, yang membuat dirinya harus pulang menuju rumahnya dengan berjalan kaki.
♡♡♡
Hari mulai sore, jam menunjukkan pukul 3.30. gadis cantik itu tengah berjalan di bawah terik matahari yang menyengat. Kulit putih miliknya memerah terbakar. Dia terus berjalan di atas trotroar dengan menyeret koper hitam berukuran sedang miliknya.
Tak terasa hari mulai gelap, matahari mulai tenggelam, menciptakan warna indah dengan perpaduan warna kuning dan jingga yang membuat dia menghentikan langkahnya melihat keadaan sekitar.
Dia menoleh ke arah kiri, melihat jalanan yang belum lenggang sedikitpun, refleks dia menarik nafasnya jengah. Tapi, saat dia menoleh ke arah kanan, dia terdiam. Seakan semua suara bising yang sendari tadi menganggu dirinya tak sedikitpun terdengar, nampaknya dia sedang melamun.
Di sisi kananya, terdapat sebuah sungai yang berada di bawah jalan raya, dilengkapi dengan senja yang membuatnya semakin indah.
Dia membuka kacamata yang dipakainya perlahan, mata coklat miliknya nampak layu, namun tetap indah tersorot cahaya merah itu. Dia hanya menatap itu sekejap, lalu menarik nafas dan membuangnya perlahan, seakan tengah menetralkan perasaan.
Jika ketika melihat pemandangan seindah itu orang lain akan merasa bahagia. Maka tidak dengan gadis itu, entah mengapa dirinya seakan sedih melihat pemandangan indah itu.
Dia menggigit bibirnya guna mengalihkan rasa sakit di dada. Nampaknya, dia mengingat hari paling terindah dihidupnya, ketika melihat senja dengan keluarganya yang masih utuh.
Namun kini semua tak akan pernah bisa terulang, semua yang pernah dihadapinya kini seakan mengelilingi kepala. Memori terindah sebelum semua itu terjadi. Sebelum saudari kembarnya hilang dalam perjalanan ke Busan. Awalnya mereka semua pergi untuk merayakan hari perpisahan kelasnya, namun ternyata, perpisahan itu bukan dibuat untuk temannya tapi untuk seluruh keluarganya.
Hari itu, dia sakit hingga tak bisa ikut serta. tapi saudari kembarnya memaksa ingin ikut pergi dalam acara itu. Semua penumpang bus ditemukan tewas, hanya saudari kebarnya lah yang tidak ada dalam basis data miliknya, hingga dinyatakan hilang.
Namun gadis itu tetap yakin jika saudari kembarnya masih hidup walau semua orang tak percaya dengannya. Bagaimana tak percaya? bus itu jatuh ke dalam jurang yang dalam, tentu saja itu tak masuk akal.
Tapi dia bilang jika dirinya menemukan gelang kembar milik saudarinya di dekat hutan, dan kemungkinan dia pergi ke hutan itu. Namun tetap tiada yang percaya padanya.
Tapi percayalah luka itu terlalu sakit hingga tak dapat mengeluarkan setetes air matapun.
Gadis itu menggelengkan kepala tak mau mengingat kenangan kelam itu lagi. Dia kembali menetralkan perasaannya dan kembali meneruskan langkahnya.
Hari sudah malam, senja itu pun telah hilang. dia hampir sampai di rumahnya, tapi..
"Aaaaa.."
Mendengar teriakan dan tangisan seorang gadis, dia refleks menghentikan langkahnya. Rasa penasaran yang teramat besar membuat dia mengikuti arah suara itu. Semakin dekat dengan suara, semakin dia dihantui rasa penasarannya.
Hingga akhirnya terdiam.
"Ehhem.."
Gadis itu berdehem, guna menghentikan tiga pria gerombolan yang hendak membunuh seorang gadis setelah puas menikmatinya.
"Wahh.. rupanya mangsa telah datang untuk mengantar nyawa ya?"
Ucap salah satu pria ketika melihat kaki putih gadis itu, yang saat itu menggunakan calana jeans pendek. Namun, gadis itu tak bergeming, hanya menatap ke arah tiga pria itu. Lalu melirik wanita yang masih bergetar ketakutan. Dia kembali menatap tiga pria itu. Dan perlahan satu pria mendekat ke arahnya, namun gadis itu tetap diam ditempat.
Matanya yang semula dingin memerah marah ketika pria itu mencengram pergelangan tangannya kasar, lalu tangan lainnya terangkat ingin membelai surai gadis itu. Namun kali ini si gadis tak tinggal diam, dengan kecepatan kilat, dia balik mecengkram pergelangan tangan pria itu, dan menancapkan kuku-kuku cantik miliknya, hingga keluar darah dari tangan pria itu.
"Aaarrkhh..."
Ringis pria itu, sembari melihat darah yang keluar dari tangannya. Namun gadis itu tak melepaskan kukunya yang menancap, malah menambahnya dengan menendang area terlarang yang seketika membuat pria itu tergiling-guling sambil terus meringis.
"Eeaaahrrhkkhhh..."
Gadis itu menatapnya, membulatkan mata juga bibirnya dengan tangan yang menutup mulutnya.
"Ooppsss... sorryyy~~
Gadis itu nampak menyunggingkan senyuman menyeringai setelah melakukannya, tentu saja membuat dua pria lainnya merasa diremahkan.
"Hehh.. jangan kurang ajar lo ya..!!!"
Sentak satu pria, sedangkan satu pria lainnya hanya mengeraskan rahang sembari menatap tajam ke arah gadis itu. Namun gadis itu hanya menoleh, melipat tangan di dada, dan tersenyum sinis.
Merasa ditantang satu pria maju perlahan, dan berada di hadapannya. Lalu mengangkat tangan berniat menonjok wajah gadis itu. Dia pikir, gadis itu adalah gadis yang tak mempunyai kemampuan dan kekuatan seperti gadis-gadis lain yang sudah menjadi korbannya.
Namun yang di pikirkannya salah, benar-benar salah. Dengan cepat dia mencengkram kepalan tangan pria itu, lalu memelintir tangan si pria dengan tangannya, dan memutar tangan pria itu hingga tangan si pria berada di punggungnya sendiri.
Dia memutar tubuh pria itu menghadap dinding di belakannya, dan dengan kejam membenturkan kepala pria itu ke dinding berbatu hingga tak bernyawa.
Ketika dirinya berbalik, dia cukup kaget dengan pisau belati yang melayang tepat di depan matanya, tapi kekagetan itu hanya sekejap, dengan cepat dia menahannya. Namun, pisau itu dikuasai si pria, hingga tangannya terluka, dia melirik luka di tangan kirinya yang terus mengeluarkan darah merah nan segar.
Lalu dia menatap pria yang tengah menyeringai jahat, kesempatan bagus. dia sedang merasa menang bukan? dan tanpa di duga, sangat cepat, bahkan lebih cepat dari kilat, pisau yang semula berada di tangan pria itu kini berada di tangannya.
Dia kembali mengulangi gerakannya hingga berada di belakan pria itu, dan menendang telinga si pria yang tengah kebingungan mencari dirinya, hingga pria itu sempoyongan.
Tak sampai di situ, dia kembali menendangkan kakinya ke punggung pria itu hingga dia bersujud. Lalu tanpa ampun gadis itu menusukkan pisau belati yang dipegangnya tepat di puncak kepala pria itu. Tentu saja kini dia tak bernyawa.
Sedangkan wanita tadi hanya bisa membulatkan mata dan menganga, tangisannya hilang. Hanya ada rasa takut dan syok yang terasa. Siapa yang tak akan kaget ataupun syok ketika menyaksikan secara langsung sebuah pembunuhan yang sadis itu?
Gadis itu bangkit dan berjalan ke arah kopernya, lalu pergi tanpa menghiraukan wanita yang masih menatap kepergiannya.
♡♡♡
"BRAAKKK..."
Pintu besar itu di buka dengan keras, nampaknya gadis cantik itu sudah tiba dirumahnya. Dia membaringkan tubuhnya di sofa panjang ruang tamu. Dia melihat sekililing ruang tamu, rumah besar nan megah bak istana itu tak sedikit pun membuatnya bahagia.
"Ma-maaf no-nona.."
Gugup seorang wanita sembari menundukkan kepala. Gadis itu menengadahkan kepalanya menatap wajah wanita itu.
"Kenapa kak Zee gak jemput Dinda.. ?"
Tanya gadis bernama Dinda dengan nada dingin, Dinda menarik nafas dan membuangnya kasar.
"Udahlah.. Dinda cape.. "
Ketus Dinda lalu beranjak pergi dari ruang tamu menuju kamarnya. Namun baru beberapa langkah dia berhenti dan menoleh ke arah Zee.
"Dinda mau minum kak, Dinda lelah hari ini.. "
Ucapnya dan kembali melangkah, tapi kembali terhenti.
"Tapi nona.. anda..
"Ckk.. apa susahnya sih?"
Kesal Dinda yang langsung membuat Zee menunduk takut.
"Ba-baik no-nona.. "
Gugupnya, mendengar jawaban itu, Dinda pergi menuju kamarnya. Dia perlahan menaiki anak tangga satu per satu hingga sampai di hadapan pintu kamarnya, dia menempelkan ibu jarinya di bawah knop pintu guna membukanya dengan sidik jari.
Zee menatap kepergian Dinda sayu, 'perubahan ini hanya bisa diperbaki oleh seseorang yang mengerti akan dirinya dan sifat yang dia miliki.. sahabat atapun kekasih.. ' batin Zee.
Dia kemudian membuang nafasnya perlahan, dan menunduk. Matanya membulat ketika melihat darah yang menetes di sepanjang jalan yang dilewati Dinda.
"Astaga kenapa bisa sampai begini..!!??"
Gumamnya lalu dengan segera pergi ke kamar Dinda dengan membawa kotak obat dan pesanannya. Tak sulit untuk membuka pintu itu, karna selain Dinda, hanya Zee lah yang bisa membuka pintu kamarnya.
♡♡♡
KAMAR DINDA
Dinda duduk di tepi ranjang menghadap balkon, dia menatap bintang-bintang yang bertaburan di atas sana.
"Nona..
Panggil Zee khawatir, meski hanya seorang robot dia juga memiliki sebuah perasaan seperti manusia pada umumnya.
Dinda menoleh, lalu melihat Zee yang membawa kotak obat untuknya juga tiga botol anggur.
"Dinda gak papa.."
Ucap Dinda dingin, tau jika Zee ingin mengobati luka di tangan kirinya.
"Tapi nona.. darahnya terus keluar.. jika tidak diobati juga akan infeksi terkena debu.."
Ucap Zee sabar, Dinda membuang nafasnya kasar, lalu menarik mantel yang sobek terkena pisau belati itu. Entah apa yang dia lakukan tadi, Zee membelalakkan matanya melihat luka yang sudah menutup bahkan sudah kering.
"Ta-tapi.. ta-tadi..
"Dinda udah gak papa..
Ucap Dinda, mendengar itu Zee langsung keluar dari kamarnya, dan meninggalkan tiga botol anggur disana.
Dinda mengambil satu botol anggur dan membuka tutupnya, lalu meminum itu langsung dari mulut botol.
Selama ini dia hanya bisa membohongi hati, dan pikiran juga orang lain di sekitarnya. Dan hanya dengan cara inilah dirinya bisa jujur jika dia terluka.
Dinda pergi menuju kamar mandi dengan sempoyongan, dia merendam diri di air yang telah di siapkan oleh Zee untuknya.
Dia merendam tubuhnya, dengan botol yang tengah dicekik. Dia meneguk anggur terakhir. Dan...
"Ppyaaarrrrrr...
Dinda melempar botol itu ke arah kaca, yang membuat dua benda itu pecah satu sama lain. rasa frustasi selalu membuatnya gila.
♡♡♡
Dinda Alexsa Putri, semua orang tau akan nama itu, namun tidak sama sekali dengan parasnya. Meski dia seorang yang besar, yaitu pewaris harta keluarga Alexsa yang termasuk dalam urutan sepeluh keluarga terlegendaris, tak ada satu pun orang yang tau akan paras cantik yang dimilikinya, hanya orang terdekatlah yang mengetahuinya.
Keluarga Alexsa menempati urutan ke dua dari sepuluh keluarga itu. Dan Dinda lah yang menjadi pewaris keluarga, dalam keluarga Alexsa yang terunggullah yang menjadi pewaris. Jadi meski anak mereka kembar, dan yang terpilih adalah yang termuda, itu tidak masalah, yang terpenting adalah keunggulannya.
Namun, Dinda tak pernah menginginkan harta keluarganya juga sama dengan sang saudari.
Setelah kehilang seluruh keluarga, dia hanya bisa melampiaskannya dengan mabuk. Juga bersikap dingin pada siapa pun itu, jika kekejamannya semua orang pun sudah tahu, 'jika berani beurusan dengannya, maka nyawa lah taruhannya' itu yang dikatakan orang lain padanya.
Namun kebenarannya tak seperti itu, dia orang yang penyayang. Namun, sejak dia hilang selama dua tahun di hutan dan ditemukan di rumah seseorang, sikapnya menjadi kejam dan sadis.
♡♡♡
Makasih semua....♡♡♡♡
Dinda bangun pukul 7.45 pagi, dia bangun dengan memegang kepalanya yang terasa pusing. Tapi itu sudah biasa dia rasakan sejak tiga tahun terakhir. Dinda duduk dengan masih memegang kepalanya.
"Aarrrggghhhkkk...
Dinda berteriak kencang, dengan tangannya yang meremas rambut panjang itu. Dia tak ingin seperti ini, tetapi hanya itulah yang bisa dia lakukan agar sedikit merasa tenang.
Kamarnya kedap suara, suara sekeras apapun tak bisa terdengar dari luar. Sebab itu Zee tak mengetahuinya. Dinda kembali membaringkan tubuhnya, setengah menjatuhkan.
Dia menatap langit-langit kamar dengan mata yang layu. Kembali teringat masa-masa indah bersama sahabatnya. Kenangan indah itu seperti terus mengelilingi kepalanya.
Dia memejamkan matanya, merasakan perih dihati, juga sesaknya di dada. Selama ini, yang dia pikirkan adalah "kenapa?" kenapa semua meninggalkan dirinya dalam keadaan seperti ini?
Begitu juga dengan sahabatnya, ketika dirinya sudah sangat cinta, dia malah pergi untuk menetap di London. Itu tak mengapa karna dia masih bisa bertemu dengannya ketika liburan musim panas tiba, tapi, ketika perjalanan menuju bandara, kejadian yang sangat tak di duga-duga itu terjadi.
Sem-min, dinyatakan meninggal di tempat dalam sebuah kecelakaan yang tragis, yang sudah menjadi tragedi besar di Korea-Seul. Bahkan Dinda sendiri menyaksikan kecelakaan itu.
Kini kembali teringat, mobil yang meledak tepat di depan matanya. Saat itu mobil Dinda berada dibelakang mobil Sem-min. Namun entah mengapa mobil milik Sem-min tak bisa dikendalikan. Bahkan mobil itu seakan berjalan sendiri dan menabrakkan diri ke sebuah pohon besar.
Dinda tak bisa sedikit pun membuka mulutnya, dia bungkam, melihat tubuh Sem-min yang sudah tak bernyawa.
Dinda kembali terbangun dan duduk, tapi kali ini dengan perasaan yang berbeda.
"Gue gak bisa terus tenggelam kaya gini kan, gue juga cape kali.. huft.. hari ini.. dan seterusnya.. gue gak akan kembali bersedih.. bahkan nangis.. heh? air mata gue udah surut dari beberapa tahun lalu juga.. mana bisa gue nagis?"
Ucap Dinda pada dirinya sendiri, sembari tersenyum getir di akhir kalimatnya. Dia menarik nafas, lalu membuangnya perlahan. Tak bisa terus seperti ini. Dia harus bisa berubah dan mengubah dirinya sendiri.
Dia lalu beranjak bangun dari duduknya, berjalan perlahan menuju kamar mandi. Entah apalah yang dia lakukan kemarin, tak sedikit pun dia mengingatnya, yang jelas kamar indah, yang dilihatnya kemarin, telah menjadi kapal pecah sekarang. Namun tak sedikitpun dia peduli.
Dinda masuk ke dalam kamar mandi, manatap datar serpihan kaca yang berserakan disana. Tak peduli akan semua itu dia berjalan hati-hati melewati serpihan kaca tersebut dan segera membersihkan diri.
Dinda keluar dari kamar mandinya, dan melihat Zee juga seluruh kamarnya yang sudah kembali bersih dan rapi.
"Ahh.. nona.. saya sudah siapkan coklat panas di bawah.. apa anda ingin saya mengantarnya kemari..?"
Tanya Zee ketika menoleh, Dinda yang saat itu sudah kembali segar menoleh dan hanya mengangguk mengiyakan.
Melihat anggukan Dinda Zee langsung pergi ke lantai bawah, mengambilkan coklat panasnya.
Sejenak Dinda terdiam, apa yang akan dilakukannya sekarang? lalu teringat ke sebuah tempat. Dengan segera dia memakai bajunya di ruang ganti. Saat keluar dari ruang ganti Zee sudah kembali ke kamarnya dengan membawa coklat panas.
"Kak.. disini ada taman gak? Dinda pengen pergi kesana.. "
Tanya Dinda pada Zee yang tengah meletakkan segelas coklat panas di atas meja. Zee menoleh, 'ahh.. benarkah? nona ingin ke luar rumah? pergi ke taman?' batin Zee.
Melihat Zee yang hanya melamun, dengan bibirnya menyunggingkan senyuman, Dinda menarik nafasnya panjang.
"Kak Zee??~~
Panggil Dinda dengan melambaikan tangannya di depan wajah Zee.
"Ee.. ahh.. benarkah? apa nona ingin pergi ke taman.. saya bisa mengantar anda jika perlu..?"
Tawarnya dengan senyuman lebar, Dinda menatap Zee dengan memiringkan kepala.
"Iyaa..
Jawab Dinda dengan axpresi imut. Membuat senyuman Zee semakin mengembang.
"Emm? baiklah saya akan bersiap.. apa anda perlu bantuan lain nona..?"
Zee kembali bertanya, membuat Dinda malas menjawabnya tapi tetap menjawab.
"Iyaa..
"Anda perlu bantuan apa nona..?"
Tanya Zee lagi.
"Keringin rambut Dinda kak, Dinda males.. "
Jawabnya sembari duduk di kursi meja riasnya, dengan berhati-hati Zee mengeringkan rambut Dinda yang panjang dan tebal itu.
♡♡♡
"Apa nona sudah siap?"
Tanya Zee menoleh ke arah Dinda yang tengah menuruni anak tangga. Zee sedang menunggunya di ruang tamu dengan tak luput dari sara penasarannya akan Dinda yang tiba-tiba berubah.
Sejak tiga tahun lalu, Dinda tak pernah sekali pun keluar dari rumahnya, bahkan kamarnya. Dia hanya menyendiri dan merutuki nasib hidup.
Dinda menoleh, dan tersenyum, lalu mengangguk. yang membuat Zee semakin bertanya-tanya, senyuman indah yang tak pernah dia lihat lagi sejak tiga tahun terakhir kini kembali terlihat.
Walau senyuman itu masih nampak kaku, tapi Zee yakin, dengan ini, Dinda akan bisa semakin kuat dalam masalah yang dihadapinya.
"Yukk..!!
Ajak Dinda dengan berjalan mendahului Zee yang masih melamun menatap dirinya. Zee mengikutinya dari belakang.
♡♡♡
"Nona..?? apa dengan berjalan kaki, kaki anda tidak semakin sakit..?? bukankah kemarin anda sangat lelah..??"
Tanya Zee yang khawatir pada Dinda, dia sudah bersama dengan Dinda sejak usia gadis itu menginjak delapan tahun, tentu saja sudah hal biasa jika dia khawatir.
Dinda menoleh ke arah Zee yang berjalan disebelahnya, mereka berjalan sejajar.
"Enggak kok kak.. kaki Dinda gak apa-apa.. "
jawab Dinda santai.
Mereka terus berjalan santai menuju taman di dekat rumahnya, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah taman yang indah.
"Wahh..
Dinda membuka mulutnya kagum melihat banyak bunga dan tanaman-tanaman indah di hadapannya. Zee tersenyum melihat Dinda.
"Apa anda ingin melihatnya lebih dekat..??"
Tanya Zee.
"Emm!!
Jawab Dinda sembari mengguk, dia sangat menyukai bunga, entah itu wanginya, atau pun rupanya. Dinda berjalan memasuki taman itu, perlahan.
Dinda berjalan di sebuah jembatan melengkung, dengan danau indah di bawahnya juga dihiasi dengan angsa di permukaan danau, dan ikan-ikan yang tengah berenang di dalam air.
Dinda memegang pagar disana, senyuman itu kembali terlihat, entah apa yang sedang gadis itu lakukan. Namun, yang jelas luka dalam itu masih terasa sakit dan perih. Mungkinkah dia sedang membohongi kembali hati dan perasaannya? ahh.. entahlah..
Dinda kembali berjalan menuju taman bunga itu berada. Dia melihat bunga-bunga indah itu dengan penuh rasa kagum.
'Andai gue bisa secantik bunga ini kan? siapa pun pasti bakalan suka sama bunga ini..'
Batin Dinda dengan tangannya yang hendak menyentuh bunga paling indah dari bunga lainnya. Namun dia kembali menarik tangannya.
'Bunga ini bakalan rusak kalo di sentuh.. dan kalo rusak orang juga gak akan suka lagi sama dia.. gak beda jauh sama wanita..'
♡♡♡
"Kak.. Dinda pengen istirahat dulu deh capee.."
Keluh Dinda pada Zee, Zee hanya tersenyum.
"Baik nona.. emm.. di sekitar sini ada sebuah kafe.. apa anda ingin pergi ke sana?"
Tanya Zee menawarkan sebuah tempat untuknya.
"Boleh.. Dinda pengen beli es krim aja lah.."
Ucap Dinda, dan mereka pun pergi menuju kafe di taman itu.
♡♡♡
"Nona apa anda senang hari ini..??"
Tanya Zee pada Dinda yang tengah memakan es krim pesanannya tadi. Dinda menoleh.
"Dinda seneng.. Dinda juga akan lebih seneng kalau kebahagiaan ini bukan sekedar untuk mengalihkan perasaan kak.. "
Jawab Dinda, dia sangat terbuka pada Zee. Zee tersenyum.
"Nona, saya yakin anda bisa bangkit kembali.."
Ucap Zee pada Dinda.
"Dinda harap begitu kak.. meski Dinda sedikit ragu buat itu.."
"Mengapa anda ragu nona..??"
"Dinda mau dan Dinda yakin Dinda bisa.. tapi.. Dinda gak mau kembali kecewa setelah susah payah menata hati lagi kak.. "
"Saya tahu itu.. dan saya tahu itu tak mudah untuk anda nona.. namun, bukankah semua itu harus anda lakukan agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang gelap.. lagii?? bukankah anda tidak pernah menginginkan keadaan seperti ini lagii??"
Tanya Zee yang membuat Dinda terdiam.
"Em!! Dinda akan berusaha kak.. tapi.. untuk itu Dinda gak mau dan gak akan pernah mau ketemu sama Ayah kak!!.. Dinda muak!!.. Dinda benci sama Ayah!!! walau Dinda udah berusaha, tapi Dinda terus bertemu sama Ayah.. itu akan sia-sia aja kan?? Dinda mencoba untuk melupakan semua itu kak, walau gak lupa, tapi setidaknya Dinda rela.. sedangkan semakin sering Dinda bertemu sama Ayah akan semakin lelah dan semakin benci Dinda sama Ayah kak.. karna Dinda selalu ingat apa yang di lakukan Ayah sama Bunda.. makanya Dinda pergi dari sana.."
Tuturnya panjang lebar, Zee menelan ludahnya. Emm.. bukankah beru kali ini dia mendengar Dinda kembali berbicara sebanyak itu sejak tiga tahun terakhir??
"Dinda pengen pulang ahh.."
Ucapnya pada Zee.
"Dinda duluan ya kak.. byee~~
Ucap Dinda, seraya beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Zee di kafe itu. Dinda berjalan menuju gerbang taman, berniat untuk pulang. Tapi..
"Tunggu..!!!
Teriak seseorang, dengan memegang pundak Dinda. Tapi Dinda tak sedikit pun berniat menoleh, malah ingin kembali melanjutkan langkahnya. Tapi gadis itu mendahuluinya dan berbalik tepat di depan Dinda.
"Kamu... orang yang kemarin kan..??"
Dinda menatap gadis itu.
"Kamu inget aku gak..??"
tanya gadis itu lagi.
"Waktu gue terlalu berharga, kalo cuma buat nginget orang yang gak penting.."
Ucap Dinda, tapi gadis itu tak tersinggung, malah tersenyum.
"Makasih yaa.. untuk kemarin.."
"Oh.. iya.. namaku Park Lisa.. kamu boleh pangil aku Lisa.."
"Huft.."
Dinda hanya menanggapinya dengan helaan nafas panjang. Lalu dia kembali berjalan melewati tempat Lisa berdiri. Tapi langkahnya kembali terhenti karna Lisa kembali berada di hadapannya.
"Ckk.. apa lagi sih!!???"
Tanya Dinda kesal, dia tak suka orang baru.
"Ikut aku..!!"
Jawab Lisa dengan menarik tangan Dinda menuju mobilnya. Dinda terpaksa mengikutinya, karna genggaman tangan gadis itu sangat keras.
"Ckk.. anjjing.. lo tuh mau bawa gue ke mana sihh!!!"
Kesal Dinda di dalam mobil milik Lisa. Dia berusaha membuka pintu mobil itu, namun Lisa sudah lebih dulu menguncinya.
"Udah deh.. kamu ikut aku aja.. pasti nanti kamu suka.."
Jawab Lisa santai seraya menjalankan mobilnya. 'ihh ni orang kurang ajar banget sih.. udah tau gue gak mau.. masih aja di paksa..' batin Dinda menggerutu kesal.
♡♡♡
"Ngapain sih kesini..!!??"
Tanya Dinda yang masih kesal, Lisa membawanya ke sebuah lapangan bola basket, yang tengah mengadakan pertandingan.
"Ya buat nonton.. ngapain lagi??"
Jawabnya, seraya berjalan mendekat ke pertandingan.
"Huft.."
Helaan nafasnya kembali terdengar, dia tak ingin berada di tempat itu sekarang, ingin pulang tak tahu jalan, berbeda dengan kemarin dia melihatnya dari handphone sedangkan sekarang dia tak membawa handphone-nya.
Dia mengikuti Lisa dan duduk di bangku dekat sana, sedangkan Lisa ikut rame menyemangati pemain.
"Lo masih sempet bahagia..?? setelah kejadian kemarin..??"
Tanya Dinda heran kenapa dia masih sempat bahagia? setelah itu? Lisa yang mendengar nya menoleh lalu dia berjalan perlahan mendekati Dinda. Sedangkan Dinda masih mengerutkan alis nya.
♡♡♡
Makasih semua♡♡♡♡
"Lo masih sempet bahagia? setelah kejadian kemarin??"
Tanya Dinda yang heran pada Lisa, mengapa dia masih dapat tersenyum setelah kejadian itu. Lisa yang mendengar nya, menoleh. Lalu berjalan ke arah Dinda, dan duduk di hadapannya.
"Huft.. aku juga gak pernah mau itu terjadi.. tapi.. setelah aku berpikir kembali.. aku bisa segera menikah dengan tunanganku jika begitu.."
Jawab Lisa yang membuat Dinda kembali bertanya padanya.
"Kenapa? emang apa susahnya? bukannya lo bisa nikah dulu sama dia terus hamil kan? gausah ngelakuin itu sama orang lain? emangnya tunangan lo mandul ya?"
Tanya Dinda berturut-turut. embuat Lisa lebih lama untuk mencerna apa yang dia katakan, hingga dia menjawab..
"Karna tunanganku tidak mencintaiku.. karna itu aku ingin.. aku bisa hamil dan mengakui jika janin tersebut adalah anaknya.. sebelum itu.. aku juga akan menjebaknya terlebih dahulu.."
Dia menjawabnya pertanyaan berturut Dinda dalam satu jawaban, 'tunanganku tidak mencintaiku', dan Dinda mengangguk mengerti mendengar jawaban Lisa.
"Hehh.. kalau gitu kenapa gak lo tinggalin aja..? dan lo perhatiin dia.. apa dia merasa kehilangan lo atau enggak..?"
Ucap Dinda memberi saran.
"Tapi.. aku takut dia nyaman gak ada aku.. aku takut dia beralih hati.."
Jawab Lisa.
"Lo gak akan pernah tau apa yang dirasakan oranga lain kalau lo cuma diem aja dan cuma nebak-nebak dalam hati lo.."
Ucap Dinda lagi.
"Jika dia benar-benar nyaman dengan wanita itu, apa yang akan aku lakukan?"
Tanya Lisa, merasa tidak yakin dengan saran yang Dinda berikan.
"Yaudah.. lo jebak dia aja apa susahnya sih??"
"Jika dia tidak mau bertanggung jawab??"
Tanya Lisa lagi.
"Ckk.. cekik lehernya, tusuk perutnya, terus buang mayatnya ke jurang.. beres kan? dan dia gak bakalan bisa sama cewe lain, selain sama lo.. karna dia akan terus ngikutin lo kemana pun, alias hantuin lo.."
"Lalu bagaimana dengan anak yang aku kandung??"
"Huft.. bunuh diri aja.. nah nanti anaknya jadi tuyul, emaknya kunti, bapaknya pocong.. udah kan??"
Ucap Dinda frustasi, dia beranjak dari duduknya berniat pulang. Meninggalkan Lisa yang tengah terdiam.
♡♡♡
Dinda masih berjalan di sekitar taman, dia tidak mau lagi bertemu dengan gadis itu.
"Brruukkk..
Entah dia yang tak memperhatikan jalanan, atau pengendara itu yang tidak fokus pada jalanan. Namun, yang jelas Dinda terjatuh karna pengguna motor itu.
Refleks Dinda meringis menahan sakit di kakinya, kaki kanan di bagian betisnya terluka, entah terkena apa.
"Ehh.. kamu gak papa..??"
Tanya seorang pria yang tadi menabraknya. Dinda yang sedang melihat luka di kakinya mendongak, melihat siapa pria itu.
"Lo tuh bisa fokus gak sih kalo lagi kendarain kendaraan!!!.. lo liat kan kaki gue..!!???"
Sentak Dinda marah, membuat pria itu sedikit kaget.
"Benarkah..?? apa kau perlu pergi ke dokter??"
Tanya pria itu, dia menaikkan kedua alisnya melihat luka di betis Dinda yang terus mengeluarkan darah.
"Gak usah.. udah deh lo pergi sana!!"
Sentak Dinda lagi, ketika hendak pria itu kembali menjawab, Zee datang dengan berlarian ke arah Dinda, dia takut nonanya terluka.
"Nona.. apa anda baik-baik saja..!!???"
Tanya Zee setengah berteriak karna kaget melihat betis Dinda yang terluka.
"Nona kaki anda harus segera diobati!!.. jika tidak lukanya akan semakin membesar!!.."
Ucap Zee masih saja khawatir, sedangkan Dinda dan pria itu hanya diam menatapnya.
"Nona anda harus segera pulang.."
Kali ini dia berbicara setelah menenangkan rasa khawatirnya. Dinda hanya mengangguk menurut pada Zee. dengan segera Zee mengambil handphone-nya dan menelepon supir.
Tak butuh waktu lama, rumahnya di dekat sana jadi supir itu datang lebih cepat. Dengan hati-hati Zee membantu Dinda masuk ke dalam mobil.
Sedangkan pria itu hanya diam dan menatap mobil yang telah menjauh, dia tak menyadari sejak tadi dirinya menyungingkan senyuman.
"Woyy broo.. ngapain lo disini? ayok balik ke sana.."
Ucap teman pria itu sembari menepuk pundaknya, membuat pria itu kaget.
"Wehh.. sejak kapan lo disini?"
Tanya pria itu pada temannya.
"Ahh.. ck.. udahlah mending balik ke sana.. ngapain juga lo disini? gue kira lo kecelakaan tadi.."
"Sialan lo.."
Setelah itu mereka kembali, em.. entah kemana.
♡♡♡
Dinda sedang duduk di sofa ruang keluarga, dengan kaki kananya yang dinaikkan ke atas meja agar Zee lebih mudah untuk mengobatinya.
Dinda tak sedikit pun mengeluarkan suara saat Zee mengobatinya, dia terlalu fokus ke leptop dihadapannya.
"Kim Ming Seok.."
Gumam Dinda ketika dia melihat data seseorang di leptop nya yang dia cari sejak tadi. Zee menoleh.
"Ada apa nona..?"
Tanya Zee yang dijawab hanya dengan gelengan kecil, matanya tak teralihkan dari data tersebut.
'Kim Ming Seok.. salah satu pewaris harta dari sepuluh keluarga legendaris, keluarga Kim menempati posisi ke delapan dalam urutan. Dia berusia dua puluh dua tahun, dan terkenal sebagai play boy di mana pun. Hanya itulah data yang kami ketahui, tak sekali pun orang mengetahui data lain dirinya.'
Batin Dinda membaca data tersebut, Dinda mengerutkan alis nya, 'hehh.. gue jadi penasaran sama dia..' batin Dinda tertarik ingin mengetahui lebih dalam tentang Ming-Seok.
"Nona apa perlu saya antar anda ke kamar..?"
Tanya Zee yang seketika memecah lamunan Dinda, dan dia hanya mengangguk mengiyakan. Lalu dengan perlahan Zee menopangnya menuju kamar.
♡♡♡
"Makasih ya kak.."
Ucap Dinda pada Zee, Zee tersenyum.
"Tidak apa nona.. ini sudah kewajiban saya.."
Balasanya.
"Apa ada yang bisa saya bantu nona..?"
Tanya Zee pada Dinda, Dinda menoleh.
"Emm.. kak Zee udah daftarin Dinda ke sekolahan di sini kan?"
Tanya Dinda.
"Sudah nona, saya sudah mengurus semuanya, dan besok anda akan masuk sekolah untuk hari pertama anda.."
Jawab Zee menjelaskan, Dinda mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
"Besok Dinda pergi sama kak Zee dong?"
Tanya Dinda lagi.
"Jika anda mau saya akan mengantar anda ke sekolah nona.."
Jawab Zee menawarkannya.
"Oh.. gak usah deh.. besok Dinda pergi sendiri aja pake motor.."
Balas Dinda cepat, sudah lama dia tidak menaiki motornya.
"Ahh.. sepertinya saya lupa.. nona.. anda tidak di bolehkan untuk pergi sendiri dalam keadaan seperti ini, jadi saya akan mengantar anda.. kaki kanan anda masih belum pulih nona.."
Ucap Zee mencoba membujuk, pasalnya si gadis cantik itu sangat keras kepala.
"Gak Dinda mau pergi sendiri.."
Jawab Dinda kekeh. Zee menghela nafas pelan, lalu kembali berbicara..
"Nona..? bagaimana jika anda di antar supir?"
"Gak.."
Jawab Dinda tetap pada jawaban yang sebelumnya.
"Dinda pergi sendiri aja.. kak.."
Zee menghela nafas pelan, apa yang bisa dia lakukan?
"Baiklah.. nona anda beristirahatlah dengan baik.."
"Kak Zee juga istirahat.."
Ucap Dinda, Zee tersenyum dan mengangguk.
♡♡♡
Dinda sedang bersiap di kamarnya, dia memakaikan jas biru di tubuhnya. Lalu dia berdiri dihadapan cermin, menatap dirinya dari pantulan cermin.
"Huftt.."
Dinda menghela nafasnya panjang,'semoga di sini tempat yang lebih baik buat gue..' batinnya berharap ini adalah keputusan yang memang lebih baik untuk dirinya.
Lalu dia mengambil tasnya yang berada di tepi ranjang, dan keluar kamar menuju ruang makan untuk sarapan.
♡♡♡
Zee sudah menata hidangan di atas meja panjang itu dengan rapi, Dinda perlahan berjalan mendekati dirinya dan duduk di salah satu kursi, Zee hanya menatap Dinda yang tengah menyantap sarapannya dengan tatapan khawatir.
"Kak.. Dinda udah gak apa-apa kok.. tenang aja.."
Ucap Dinda santai, Zee menghela nafasnya pelan kemudian menjawab.
"Saya harap anda juga akan baik-baik saja di sana nona.."
Ucap Zee, dan Dinda hanya mengangguk berharap sama.
♡♡♡
Selesai sarapan Dinda pergi ke bagasi di mana motor Ninja miliknya berada. Dia mengeluarkan motornya dari bagasi, dan memarkirkannya sejenak untuk memakai sarung tangan.
Zee menyodorkan helm full face miliknya, Dinda menoleh, sebelum mengambil helm itu dia menaiki motornya terlebih dahulu. Lalu mengambil dan memakainya, setelah itu dengan kecepatan tinggi dia pergi menuju sekolah barunya.
♡♡♡
Dinda membuka helm full face nya, dan menyibakkan rambut. Semua mata tertuju padanya saat dia mulai memasuki gerbang sekolah, bahkan ada yang memfoto dirinya. Namun, tak sedikit pun dia peduli pada hal itu, dengan santai turun dari motor besarnya.
Dinda berjalan perlahan sembari melihat handphone, tapi dia menutup handphon-nya dengan rasa kesal ketika mendengar siswi-siswi lain membicarakannya.
♡♡♡
Dinda berjalan di koridor sekolah, terus berjalan dan berniat mencari ruang kepala sekolah. Di sepanjang koridor Dinda hanya berjalan sendiri, karna bel sudah berbunyi, dia tidak sempat bertanya dapa siswi-siswi di sana. Namun langkahnya terhenti, bahkan mundur dua langkah ke belakang saat dia sedang melihat handphone-nya.
"Brruuukkk..
"Hehh..!! mau kemana lagi lo..!!??"
Teriak seseorang kepada dua gadis yang menabrak Dinda, dia osis di sekolah ini. Kedua gadis itu tak sengaja menabrak Dinda saat mereka di kejar osis itu karna lagi-lagi terlambat datang.
"Aduhhh!!..."
pekik satu gadis berambut pirang.
"Ckk!!.. woy lo tuh bisa lari gak sih!!.. pake berhenti mendadak!!.."
Gadis berambut coklat itu mengomel pada si pirang yang masih mengaduh sambil memegangi jidatnya.
Dinda juga memegangi jidatnya yang terbentur dengan jidat si gadis pirang, lalu melihat mereka berdua, osis itu masih jauh dan hendak berlari ke arah mereka, namun kedua gadis itu berlari dan kabur dari sana. Sedangkan osis itu mendekat ke arah Dinda dengan berlari.
"Ahh.. sialan emang!!.."
Umpat si osis kesal. Lalu melihat ke arah Dinda.
"Kenapa lo masih di sini?"
Tanya osis itu galak.
"Anak baru.. boleh numpang nanya gak?"
Jawab Dinda dengan balik bertanya di akhir kalimatnya.
"Apaan?"
Jawabnya ketus.
"Ruang kepala sekolah di mana?"
Tanya Dinda. Lalu osis itu menunjuk ke arah ruang kepala sekolah yang tak jauh dari sana.
"Makasih ya.."
Ucap Dinda hendak pergi ke ruangan itu, tapi si osis menghentikannya.
"Eh.. tunggu, lo kelas berapa?"
Tanya osis itu.
"Kelas satu.."
Jawab Dinda sembari berjalan ke ruangan itu tanpa berniat menoleh, si osis hanya menaikkan pundaknya lalu kembali berlari mengejar dua gadis yang tadi kabur.
♡♡♡
Dinda sudah bertanya mengenai kelas, dan dia sedang mencari kelas tersebut, ketika memasuki kelas, guru belum datang, dan semua siswa sudah masuk ke dalam kelas, salah satunya dua gadis tadi.
Dinda berjalan perlahan di depan kelas, dia mencari bangku yang masih kosong, ternyata bangkunya berada di paling belakang, disebelah gadis pirang yang tadi menbraknya.
Dinda berjalan menuju bangku itu, dia tak menyadari semua siswa dan siswi tengah menatapnya dan bertanya 'siapa sih dia?' , dengung lebah terdengar, semua membicarakannya, mereka tahu jika Dinda anak baru itu, karna sebuah berita yang di sebarkan oleh seseorang. Bahkan dalam waktu satu menit, semua tahu berita itu.
"Misi.. gue boleh duduk di sini gak?.."
Tanya Dinda pada si gadis pirang yang sedang ribut dengan gadis di depan bangkunya, siapa lagi jika bukan gadis berambut coklat?
Dua gadis itu menoleh, pertengkaran dan perdebatannya ditunda sejenak.
"Lo.. cewe yang tadi ya?? eh.. sorry-sorry.. sumpah tadi gue gak lihat lo.. beneran deh.. sorry ya.."
Ucap gadis berambut pirang.
"Bener tuh.. tadi lagi buru-buru kita.. kalo gak buru-buru nanti ketangkep lagi sama si osis sialan itu.."
Lanjut gadis berambut coklat. Dinda hanya tersenyum kaku menanggapi itu. Lalu kembali bertanya.
"Gue boleh duduk di sini?"
Tanya Dinda lagi.
♡♡♡
Makasih semua♡♡♡♡
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!