Mentari menggenggam erat tas belanjaannya ketika dirinya melihat sang suami tengah menggandeng mesra tangan sahabatnya Lisa. Dadanya terasa sesak, hatinya serasa di iris melihat pemandangan yang sungguh luar biasa itu. Bagaimana bisa Suami dan sahabatnya itu mengkhianatinya? Sementara pernikahaannya dengan sang suami baru menginjak tiga bulan saja. Benar-benar sulit di percaya.
Mentari merogoh ponsel yang berada di dalam tasnya, ia segera menghubungi suaminya berharap yang di lihatnya hanyalah halusinasi saja. Namun sepertinya harapannya harus musnah, saat ia melihat laki-laki yang menggandeng mesra sahabatnya itu mengangkat ponselnya dan menempelkan di telinga kanannya.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu menghubungiku?" Suara laki-laki itu terdengar begitu lembut dan halus, tidak menandakan bahwa dirinya sedang bersama wanita lain.
Mentari berusaha untuk tetap tenang, ia mulai menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan, lalu berkata. "Apakah aku sedang mengganggumu, mas?" Tanya Mentari dengan nada bicara seperti biasanya.
"Tentu tidak, sayang. Tapi, tidak biasanya kamu menghubungiku saat jam segini? Pasti kamu merindukanku, ya." Ucap suami Mentari yang tak lain adalah Alex. Alex Permana, laki-laki berusia tiga puluh tahun, menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya.
"Ya. Aku memang sangat merindukanmu, mas. Bisakah kamu pulang sekarang." Pinta Mentari sambil menatap suaminya yang di cium oleh sahabatnya sendiri. Pasangan itu terlihat sangat romantis membuat hati Mentari teriris. Bahkan suaminya tersenyum sambil mencubit pipi sahabatnya itu.
"Maaf sayang. Sepertinya aku tidak bisa pulang sekarang karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan." Ucap Alex kembali membuat hati Mentari teremas.
"Baiklah, mas. Kalau begitu aku tutup dulu telponnya, ya. Semangat kerjanya." Setelah mengatakan hal itu, Mentari langsung memutuskan sambungannya. Ia kembali menaruh ponselnya ke dalam tas. Sementara suaminya terlihat mengerutkan keningnya, biasanya Mentari selalu mengatakan I Love You saat Mentari ingin mengakhiri panggilannya, tetapi barusan, Mentari sama sekali tidak mengucapkan tiga kata itu membuat Alex bingung sendiri.
"Ada apa, sayang?" Tanya Lisa sambil mengusap punggung suami sahabatnya itu.
"Tidak apa-apa, Lisa. Ayo kita pergi." Jawab Alex di iringi dengan helaan nafas beratnya. "Ada apa dengan Mentari? Tidak biasanya dia seperti ini? Ah sudahlah sebaiknya aku tanyakan saja saat aku pulang nanti." Batin Alex sambil kembali melangkahkan kedua kakinya.
Mentari hanya menatap kepergian suami dan sahabatnya dengan sendu, jujur saja ia masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini. Banyak pertanyaan-pertanyaan dalam otak kecilnya tentang hubungan suami dan sahabatnya itu.
"Sejak kapan kalian mengkhianatiku? Kenapa kalian bisa setega itu terhadapku? Apakah kalian tidak merasa bersalah kepadaku?" Gumam Mentari tetap berdiri di tempatnya. "Aku tunggu penjelasanmu, mas." Ucap Mentari dengan sorot mata yang mulai berubah menjadi dingin.
Mentari kembali melangkahkan kedua kakinya meninggalkan mall yang baru saja menjadi saksi pengkhianatan suami dan juga sahabat yang selama ini sangat di sayanginya.
***
Mentari menghembuskan nafasnya berat, ingatan tentang pengkhianatan yang di lakukan oleh suami dan sahabatnya terus menghantui kepalanya. Mentari tersenyum kecut, ia menatap photo pernikahaannya lalu berkata. "Baru tiga bulan kita menikah, kamu sudah tega mengkhianatiku, Alex. Apa kamu sama sekali tidak merasa bersalah kepadaku?" Mentari menghapus air matanya, rasa sakit dalam hatinya kembali ia rasakan.
"Lisa,,,, Gw benar-benar tidak menyangka, selama ini gw anggap lo sebagai sahabat baik gw, tapi ternyata lo diam-diam menusuk gw dari belakang." Mentari kembali bergumam, sahabat satu-satunya itu tega menusuknya dari belakang. Padahal selama ini, ia selalu memperlakukan Lisa dengan sangat baik, bahkan ia sering membantu Lisa, jika Lisa sedang membutuhkan uang.
Mentari kembali tersenyum kecut, ah seharusnya ia tadi langsung menghampiri suami dan sahabatnya itu, seharusnya ia mengambil ponsel dan memvideokannya lalu mengunggahnya di internet seperti kebanyakan perempuan lainnya yang mendapati suaminya berselingkuh.
Bersambung
Drttt.... Drtt....
Ponsel Mentari bergetar menandakan bahwa ada panggilan masuk untuk dirinya. Dengan malas, Mentari pun meraih ponselnya. "Lisa? Untuk apa pengkhianat ini menghubungiku?" Batin Mentari sambil menggeser tombol berwarna hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.
"Ada apa, Lis?" Tanya Mentari dengan nada bicara seperti biasanya.
"Gue nginep di rumah lo, ya. Bokap sama nyokap gue lagi pergi soalnya." Ucap Lisa seperti biasanya selalu riang dan gembira.
"Gue tanyakan sama mas Alex dulu, ya." Jawab Mentari membuat Lisa mendengus di seberang sana.
"Dia pasti ngizinin, Ri. Pokoknya nanti malam gue ke rumah lo, ya."
"Memangnya sekarang lo lagi dimana, Lis?" Tanya Mentari penasaran karena ia sangat yakin jika sahabatnya itu masih bersama suaminya.
"Emm gue lagi di hotel, nih. Lo tahu kan tunangan gw selalu minta ehmmm... Lo ngertikan, Ri." Jawab Lisa tanpa rasa bersalahnya. Ya Lisa memang memiliki tunangan, tetapi saat ini tunangannya sedang berada di luar negeri. "Yaudah gue lanjut lagi, ya. Bye bye..." Setelah mengatakan hal itu, Lisa langsung memutuskan sambungannya secara se pihak.
"Yang lo sebut tunangan lo itu suami gue, Lisa. Kalian berdua benar-benar keterlaluan. Kalian bersenang-senang di atas penderitaanku." Ucap Mentari sambil menggenggam erat ponselnya.
Mentari kembali menghela nafas beratnya, ia mulai menghubungi suaminya berharap insting kewanitaannya itu salah.
"A,,,ada apa sayang."Suara sang suami terdengar begitu berat membuat hati Mentari semakin terasa teriris.
"Kamu sedang apa, mas?"Tanya Mentari pura-pura tidak tahu.
"Emmh... Aku,, aku sedang mengerjakan pekerjaanku sayang. A,,, ada kamu menelponku lagi?" Ucap Alex seperti sedang melakukan sesuatu.
"Kalau begitu kamu lanjutkan lagi pekerjaanmu, ya."Setelah itu Mentari memutuskan sambungannya. Sementara itu Alex kembali melakukan aktifitasnya seperti dugaan istrinya, saat ini ia sedang bermain dengan Lisa di salah satu hotel yang berada di kawasan Jakarta.
Mentari tertawa kencang, ia menertawakan kebodohannya karena selalu percaya dengan apa yang di ucapkan oleh suami tercintanya itu. "Dasar bodoh lo Mentari. Seharusnya lo menyadari pengkhianatan mereka sedari dulu. Bukankah dulu manusia tidak tahu malu itu selalu berbarengan menghilang? Kenapa lo baru menyadarinya sekarang? Apakah jika gue tidak melihat adegan tadi siang, gue akan tetap seperti orang bodoh selamanya? Gue akan tetap di bodohi sama suami dan sahabat gue sendiri? Benar-benar lucu." Ucap Mentari di iringi dengan tangis dan tawanya.
Dadanya semakin sesak, saat dirinya membayangkan apa yang di lakukan oleh kedua mahluk yang tidak tahu malu itu di kamar hotel. Hatinya sudah hancur sehancur-hancurnya. Suami yang begitu dia cintai tega mengkhianati dirinya.
Mentari kembali menatap photo pernikahannya dengan Alex, lalu ia meraih bingkai photo itu. "Alex... Betapa besarnya rasa cintaku padamu, tetapi yang ku terima hanyalah sebuah pengkhianatan. Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? apa salahku padamu, Alex?" Batin Mentari sambil menatap photo suaminya yang tersenyum bahagia.
"Alex, Lisa. Kalian harus merasakan apa yang ku rasakan saat ini. Tunggu pembalasanku." Mentari mengangkat bingkai photo itu, amarahnya kembali menyelimuti dirinya. Rasanya ia ingin sekali menghancurkan bingkai photo itu saat ini juga, namun ketika ia mengingat suami dan sahabatnya berkhianat, Mentari pun mengurungkan niatnya. Mentari tidak ingin dua manusia pengkhianat itu bahagia di atas penderitaannya
Mentari kembali menaruh bingkai Photo itu di tempatnya. Ia tersenyum dingin dengan kedua tangan terkepal dengan kuat. Selama ini suami dan sahabatnya dapat bersandiwara seperti tidak ada hubungan apapun, namun kenyataannya mereka sudah mengkhianatinya, bahkan mereka sudah pergi ke hotel.
"Baiklah, kalian ingin bersandiwara di hadapanku, maka aku akan mengikutinya." Batin Mentari di iringi dengan senyuman sinisnya.
Bersambung.
Waktu menunjukkan pukul 18.35 wib. Alex sudah tiba di kediamannya, ia berjalan dengan langkah kaki yang santai seperti biasanya. Bi Minah yang melihat tuannya pulang pun segera menghampirinya.
"Selamat datang tuan, biar bibi bantu bawakan tasnya." Ucap bi Minah membuat Alex mengerutkan keningnya bingung. Biasanya sang istri selalu menyambut kepulangannya, tetapi saat ini ia tidak melihat keberadaan istrinya itu.
"Dimana istriku?"Tanya Alex sambil menelisik setiap sudut rumahnya.
"Oh non Mentari sedang berada di taman belakang tuan."
"Baiklah, siapkan aku air mandi hangat, aku akan menemui istriku dulu." Ucap Alex yang mendapat anggukkan kepala dari bi Minah.
Alex segera melangkahkan kedua kakinya pergi ke taman belakang dengan hati sedikit gelisah.
***
"Sayang! Kamu sedang apa berdiri di sini?" Alex memeluk tubuh istrinya dari belakang, mencium aroma khas dari tubuh sang istri.
"Kamu baru pulang?" Mentari melepaskan pelukan suaminya, lalu berbalik dan menatap suami yang sudah tega mengkhianatinya itu. "Bagaimana dengan pekerjaanmu, apakah semuanya baik-baik saja?" Tanya Mentari seolah-olah ia tidak tahu dengan apa yang di lakukan oleh suaminya itu.
Alex tersenyum, lalu mengecup kening istrinya mesra. "Semuanya baik-baik saja, sayang. Ayo kita masuk, angin malam tidak bagus untuk kesehatanmu." Ucap Alex seperti biasanya selalu bersikap manis dan lembut membuat Mentari tersentuh, tapi itu dulu sebelum Mentari menyaksikan adegan yang menyayat hatinya tadi siang.
"Lisa akan menginap malam ini, apakah tidak apa-apa?" Tanya Mentari sambil menatap lekat wajah suaminya.
"Terserah kamu saja, diakan sahabatmu sayang." Jawab Alex tidak menampilkan gelagat aneh membuat Mentari harus bertepuk tangan sekencang-kencangnya.
"Sekaligus selingkuhanmu, mas." Batin Mentari sambil menggenggam erat bunga yang ia petik tadi.
"Kok kamu malah bengong? Ayo kita masuk sayang." Ajak Alex sambil menarik tangan istrinya.
Mentari mendesah pelan, rasanya ia sangat ingin melepaskan tangan suaminya saat itu juga, ia tidak rela jika tangan yang sudah menyentuh perempuan lain menggenggam tangan bersihnya itu. "Beraktinglah dengan baik, mas. Aku pun akan mengikuti alur cerita yang kamu buat." Batin Mentari sambil mengikuti langkah kaki suaminya.
"Sayang. Sepertinya lusa aku harus pergi keluar negeri. Papaku bilang ada kerjaan yang harus aku handle di sana." Ucap Alex tanpa menghentikan langkah kakinya.
"Berapa lama?" Tanya Mentari seakan-akan tidak perduli dengan kepergian suaminya itu.
"Dua hari sayang, ah aku pasti akan sangat merindukanmu nanti."
"Bohong! Ucapanmu semuanya bohong, mas. Aku sangat yakin jika ini hanyalah alasanmu saja kan? Aku tebak, Lisa pasti akan mengatakan jika lusa dia akan pergi menyusul kedua orangtuanya. Dan aku sangat yakin, kalian berdua sebenarnya akan pergi liburan bukan." Batin Mentari sambil menatap dingin suaminya dari belakang.
"Sayang! Kenapa kamu diam saja?" Alex menghentikan langkah kakinya saat mereka sudah tiba di dalam rumahnya.
"Aku hanya berpikir, bagaimana kalau aku ikut denganmu saja, sekalia aku pergi liburan." Ucap Mentari membuat Alex mengerutkan keningnya bingung.
"Emmh... Kenapa kamu tiba-tiba ingin ikut sayang? Bukankah biasanya kamu tidak pernah mau ikut aku pergi untuk perjalanan bisnisku hmm?" Alex mengelus lembut wajah cantik istrinya, menatapnya penuh tanda tanya.
"Hay....selamat malam Mentari, Alex." Lisa segera menghampiri Mentari dan memeluk tubuh Mentari seperti biasanya. Mentari hanya diam tanpa mau membalas pelukan sahabat pengkhianat itu.
"Malam, Sa. Kata istriku kamu mau nginep di sini, ya." Ucap Alex seperti biasanya datar jika di hadapan istrinya.
"Ya. Benar. Kamu tidak keberatan kan, Lex?" Jawab Lisa yang mendapat gelengan kepala dari Alex.
"Baiklah, sayang. Kamu temani sahabatmu dulu, aku akan pergi membersihkan badanku dulu sebentar."Ucap Alex kepada Mentari. Mentari hanya mengangguk, lalu setelah itu, Alex pun pergi melangkahkan kedua kakinya menuju kamarnya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!