Hallo semuanya, bagaimana kabar nya. Sebenarnya, ini adalah cerita lama yah. Dan baru mommy revisi, publish disini sekarang. Cerita ini bisa di katakan cerpen tapi lumayan panjang, tapi untuk di bilang Novel, ya ke pendekkan. Jadi apa yah?
Entahlah, yang jelas ini bab nya gak panjang, semoga kalian suka dan terhibur. Oh iya, gak akan ada seminggu cerita ini akan Tamat setelah rilis ✌😂😂
.
.
.
"Bun, tolongin Biru,” ucap seorang gadis yang tengah mencoba merayu orang tuanya agar bisa bersekolah layaknya anak lain. Yah saat ini Biru sedang membujuk kedua orang tuanya agar mengizinkan nya masuk sekolah tahun ini. Tahun ini tahun ajaran baru dia masuk SMA, dia ingin menikmati indahnya masa Putih abu abu, seperti cerita sepupunya yang katanya masa masa yang paling indah.
Azura Septiana Syarif seorang gadis cantik, lembut, baik hati dan periang di tengah keterbatasan nya. Azura yang memiliki makna dalam artian Biru langit, membuat gadis itu lebih menyukai di panggil dengan sebutan Biru. Dan juga, selain itu ia memang sangat menyukai warna tersebut.
Memiliki daya tahan tubuh yang lemah membuatnya tidak bisa bergerak bebas, semua serba di larang dan di kekang. Biru lahir dari keluarga berada, Namun sejak kecil dia tidak pernah merasakan indahnya dunia luar, Dari kecil dia tidak pernah pergi ke sekolah, dia hanya di izinkan untuk Home Schooling, lantaran kekhawatiran berlebihan dari orang tuanya.
"Sayang, Ayah kamu benar, kamu Home schooling lagi aja ya,” ucap sang bunda yang bernama Elsa.
"Ayah khawatir sama kamu sayang," sambung sang ayah yang bernama Faris.
"Tapi yah, Biru ingin memiliki teman, memiliki pengalaman hidup," ucap Biru lirih sambil menundukkan wajahnya." sampai kapan Biru akan dijadikan burung peliharaan." ucapnya lagi kini sambil terisak.
Elsa segera mendekap tubuh mungil putrinya dengan sayang.
"Biru juga ingin seperti mereka Yah, Bun, Biru mohon." ucap Biru sambil menatap wajah orang tuanya.
Faris pun menghela nafasnya pasrah, "Baiklah, tapi kamu harus janji sama ayah, kamu harus baik baik saja." ucap Faris tegas.
"Biru janji yah, Biru akan baik baik saja, Biru akan jaga diri Biru dengan baik." ucap Biru seketika dengan tersenyum dan langsung memeluk ayahnya. "Terimakasih ayah, Bunda."
Sejujurnya Faris dan Elsa begitu khawatir dengan keadaan putri nya, namun mereka tidak bisa terus mengurung anaknya didalam rumah, anaknya juga butuh teman dan pengetahuan dunia luar, mungkin ini memang sudah waktunya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tidak Home schooling terus.
SMA GAHARU sekolah favorit yang ada di kota itu. Bukan tanpa alasan Biru ingin masuk sekolah itu, selain sekolah favorit, itu juga atas rekomendasi dari kakak sepupunya, makanya dia berusaha keras untuk belajar agar bisa masuk ke sana.
Hari pertama Biru masuk sekolah, dia menjadi pusat perhatian seluruh siswa di sana lantaran Biru yang selalu di rangkul oleh sang Ayah. Faris yang memiliki wajah baby face membuat seluruh siswa di sana berfikir bahwa anak baru itu adalah simpanan om om.
Setelah melakukan pendaftaran dan mengantarkan putrinya ke kelas, Faris segera pamit untuk kembali bekerja.
“Sayang, kamu yakin dengan pilihan kamu ini? Kamu tidak akan menyesal? Ini dunia baru untuk kamu,” kata ayah memegang kedua bahu Biru saat hendak masuk ke dalam kelas.
“Insya’Allah, biru akan baik baik saja, dan Biru tidak akan menyesal, Ayah.” Biru menatap sang ayah dengan sangat tegas dan yakin.
Faris hanya mampu menganggukkan kepalanya, ia mencoba untuk mengerti dan memberikan kesempatan untuk sang putri, “Baiklah, kamu masuk. Ayah akan kembali ke kantor. Nanti pulang sekolah, Ayah akan menjemput mu lagi.”
Biru hanya mengangguk, lalu ia segera masuk ke dalam kelas dan bertemu dengan para teman juga guru nya.
"Baiklah, silahkan perkenalkan diri kamu,” ucap seorang guru yang setelah menyambut kedatangan Biru.
"Perkenalkan nama saya Azura Septiana, tapi saya lebih suka di panggil, Biru. Salam kenal teman teman semuanya,” ucap Biru sedikit kaku dan malu.
"Hay Biru!” seru semua yang di kelas serempak, menerima kedatangan Biru.
"Biru kamu pindahan darimana ?" tanya salah satu seorang siswi berambut ikal yang duduk di barisan paling depan.
"Biru cantik, boleh minta nomor hape nya gak ?"
"Biru sudah punya pacar belum ?"
"Huuuuuuuuu!” Seketika kelas itu menjadi riuh ricuh karena kedatangan murid baru. Biru menyunggingkan senyum nya, ia sedikit lega karena hari pertama nya bertemu teman baru seolah berjalan lancar.
"Sudah sudah, Pertanyaan kalian tidak ada yang berfaedah sama sekali!” ucap Bu guru yang bernama Yasmin sambil menggeleng gelengkan kepala." Biru kamu bisa duduk di bangku yang kosong."
Biru mengangguk dan segera mencari kursi kosong yang ada di sana. Namun, baru saja dia mendudukkan diri dan mulai mengeluarkan buku dari tasnya tiba tiba seseorang datang dan membuatnya terkejut.
"Minggir!” seru seorang anak laki laki bertubuh tinggi, memiliki wajah yang lumayan tampan namun sedikit acak acak an. Biru sempat terdiam sebentar, darimana anak itu, mengapa baru datang. Ia berfikir bahwa dirinya yang masuk paling akhir tapi ternyata ia salah. Ada yang lebih telat darinya bahkan bu Yasmin seolah tidak menegur sama sekali.
"Gue bilang minggir! Kuping lo masih berfungsi kan!” sentak nya saat Biru hanya terdiam tanpa mendengarkan ucapan nya, hingga membuat semua yang ada di sana sedikit terkejut begitu pun dengan bu Yasmin.
"Aku sudah duduk disini, kalau kamu mau itu kan masih kosong, kenapa aku harus minggir? Aku sudah di pinggir loh,” jawab Biru sedikit cemberut tak mengerti, dirinya sudah duduk di pinggir dekat jendela, namun masih di suruh minggir, apakah cowok itu mau dirinya terjun ke jendela, pikir Biru.
"Lo berani sama gue!” Tiba tiba, cowok itu langsung menunduk mendekatkan wajahnya ke wajah Biru yang terlihat sedikit pucat.
"Terserah apa katamu, yang jelas kalau mau duduk, silahkan duduk. Kasian bu guru sudah mau mengajar, jadi keganggu gara gara kamu!” ucap Biru sambil melanjutkan kembali kegiatan mengeluarkan bukunya, membuat seisi kelas melongo tak percaya karena berani menantang, seorang penguasa di sekolah ini.
Namun, hal tak terduga lagi lagi membuat seisi kelas lebih menatap tak percaya, ketika dimana cowok itu tidak menjawab lagi dan langsung duduk begitu saja dengan ekspresi wajah yang sulit di artikan.
“Sumpah demi apa, yang gue lihat itu si Langit?”
“Gila, gue juga gak percaya.”
“Ssstt!”
Biru mendengar bisik bisik antar teman teman di kelas nya, ia sedikit melirik ke samping dimana cowok yang tadi sempat berdebat dengan nya bukan belajar malah menelusupkan kepala nya di meja menatap ke arah nya, namun dengan mata terpejam.
‘Ini orang mau sekolah apa mau tidur!’ gumam Biru dalam hati, namun ia berusaha tidak perduli. Selain dirinya tidak kenal, namun juga menurut nya itu tidak penting, karena niat nya sekolah hanya ingin belajar dan memiliki pengalaman hidup sebelum kepergian nya.
Setelah hampir dua jam mengikuti pelajaran, tanpa terasa kini jam istirahat pertama sudah tiba. Biru meregangkan tangan nya ke atas, menghilangkan pegal di badan nya sambil melirik ke arah luar jendela. Di sana, ia bisa melihat ada beberapa anak anak yang bermain basket dan beberapa yang berlalu lalang.
"Huuhh akhirnya selesai juga!” gumam nya sambil tersenyum senang karena berfikir harinya berjalan dengan lancar. "Eh, kamu mau ke kantin ?" tanya Biru yang melihat cowok yang duduk di sebelah nya mulai beranjak.
“Bukan urusan lo!” jawab nya dengan nada ketus.
"Hemm, aku kan cuma bertanya. Jadi gini, aku kan baru disini—“
“Gue gak nanya!” potong nya dengan cepat sebelum Biru menyelesaikan ucapan nya.
“Aku cuma mau ngasih tau!” jawab Biru sedikit kesal, namun ia berusaha untuk tidak terpancing emosi, “Begini, aku belum tau letak kantin dimana, kalau kamu mau ke kantin aku boleh ikut? Gitu maksud aku.”
Cukup lama Biru menunggu jawaban dari cowok tersebut, hingga tiba "Oh, lo mau ke kantin ?" tanya nya dan di balas anggukan oleh Biru dengan cepat. " Lo keluar kelas trus ke kanan, lurus terus nanti ada dua arah lo ambil yang kiri lalu belok lagi ke kiri sampe disitu." jelasnya panjang lebar dengan senyum menyeringai.
"Ohh, baiklah, makasih yah!” kata lega karena ternyata cowok itu masih baik dan mau memberikan nya arahan, ternyata wajah jutek itu tidak sepenuh nya galak, “Nama ku Biru,” imbuh nya sambil mengulurkan tangan, ia berharap bisa berteman dengan teman sebangku nya.
"Gak penting!” cetus cowok itu langsung pergi begitu saja membuat Biru menarik kembali kata katanya.
‘Ternyata dia emang nyebelin!’ gumam Biru dalam hati.
Biru pun akhirnya mengikuti arahan demi arahan yang di katakan teman sebangku nya tadi, namun bukan kantin yang dia temui melainkan sebuah gudang kosong. Tentu saja hal itu membuat Biru langsung merasa kesal, ia benar-benar sudah di bodoh dan di kerjai oleh cowok tersebut.
"Kenapa dia jahat banget sih! Lagian juga kenapa aku bisa percaya sama omongan cowok itu." gerutu Biru sambil kembali berjalan ke kelas namun dia malah terserat.
"Duh tadi aku jalanya lewat mana ya ?" gumam nya lagi saat melihat dua lorong di depan matanya.
Setelah melakukan perdebatan dengan otak nya, akhirnya Biru memilih salah satu lorong untuk dia lewati, namun lorong itu ternyata, ia tidak kembali ke tempat semula, melainkan malah menembus ke arah taman yang indah,"Woaahh, bagus banget, ternyata disini ada taman bagus begini yah?" seru nya langsung menghambur menghampiri taman bunga yang sangat indah.
Taman itu penuh dengan bunga mawar putih, karena merasa suka, tanpa berfikir dua kali Biru melakukan kesalahan dengan memetik salah satu bunga itu dan mencium wanginya. "Wangi banget." Gumam nya menikmati aroma mawar tersebut.
"Ngapain lo disini!" suara bariton seseorang berhasil mengejutkan nya, seketika itu juga, ia langsung membalikan tubuhnya dan langsung menghadap ke arah pemilik suara.
Aura kemarahan begitu nampak di wajah cowok itu saat melihat seseorang memasuki kawasan nya dan berani memetik bunga yang selama ini dia jaga di sana.
Dengan cepat pria itu memegang pundak Biru dan mengguncangnya dengan keras. "Siapa yang suruh lo metik mawar ini, Hah!” bentak nya sambil berteriak membuat tubuh gadis itu bergetar.
"A—aku, aku gak tau ka—kalau ada larangan nya di—“
"Gue tanya siapa yang suruh lo metik mawar disini hah!" teriaknya lagi, membuat tubuh Biru langsung lemas dan bergetar.
"Ti—tidak ada!” jawab Biru langsung memegang dada nya, nafas nya sudah memburu dan terasa sangat sulit di atur.
"Gak ada yang boleh metik bunga disini tanpa se izin gue!” seru cowok itu penuh dengan penekanan.
"Udah bro, udah!” kata salah seorang dari cowok yang di belakang cowok tadi, "Bukanya lo yang ngerjain dia tadi sampe dia nyasar kesini ?" ucap nya lagi membuat cowok yang bernama Langit yang sudah membentak Biru itu menjadi semakin marah.
"Gue gak nanya sama lo Max!” Seru Langit kepada teman nya yang bernama Maxim.
"A-- aku mi--minta maaf,” gumam Biru semakin lirih, kini ia sudah berusaha untuk bertahan di sela sesak yang ia rasakan.
"Apa lo bilang hah! Maaf? Lo pikir dengan kata maaf bisa balikin bunga gue yang lo petik hah!
"Udah Lang, stop lo gak lihat mukanya udah pucet kaya gitu!” kata Maxim yang tidak tega melihat wajah Biru.
"Diem lo!” bentak Langit menatap tajam pada Maxim.
"T—tas,” gumam Biru begitu lirih, sambil memejamkan matanya, dia sudah tidak mampu menopang tubuhnya hingga akhirnya dia ambruk di pelukan cowok yang tadi membentaknya namun tidak pingsan.
"Lo mau cari kesempatan yah hah!” pekik Langit dan hendak mendorong tubuh Biru dari nya, namun urung entah mengapa dirinya tidak memiliki hati setega itu.
"T—tas, to—tolong," lirih Biru sambil mencoba mengatur nafasnya.
"Lang, kayaknya serius dia lang," ucap Maxim panik.
"Apa yang lo lakuin hah, buruan lo cari ambil tas nya, begok!” seru Langit seketika ikut panik saat melihat nafas Biru yang semakin sulit, dan dengan segera, Maxim segera berlari menuju kelas Biru untuk mengambil tas nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!