NovelToon NovelToon

Cinta Diujung Penantian

Part #1

Alea bersiap-siap untuk pergi berkerja. Dia bekerja di sebuah apotek terbesar didaerahnya. Sudah lima tahun Alea bekerja disana. Sebelum berangkat kerja Alea memasak makan untuk ayah dan adik laki-lakinya.

Alea mengetuk pintu kamar ayahnya. Namun tidak ada jawaban. Dia membuka pelan pintu kamar ayahnya. Ternyata ayahnya sedang sholat dhuha. Alea menunggu sebentar. Sejak ibunya meninggal ketika melahirkan adik Alea. Ayahnya tidak pernah menikah lagi.

Sekarang ayahnya tidak bisa bekerja lagi akibat penyakit paru-paru dan Asam lambung yang dideritanya. Alea menjadi satu-satunya tulang punggung didalam keluarganya. Adiknya juga masih kuliah.

''Lea kerja dulu, ayah jangan lupa sarapan dan minum obatnya'' ucap Alea ketika ayahnya sudah selesai sholat. Ayahnya menatap senduh Alea. Dia merasa kasihan terhadap anak gadisnya. Sudah bekerja keras dari tamat SMK. Ditambah tiga tahun ini dia tidak bisa bekerja sama sekali.

''Iya nak, kamu hati-hati kerjanya'' jawah Eri ayah Alea.

Alea mencium punggung tangan ayahnya ''Assalamua'laikum yah'' ucap Alea pamit.

''Wa'alaikumsalam'' jawab Eri tersenyum. Awalnya Eri masih mencoba bekerja sebagai kuli bangunan. Tapi dia sering sesak nafas yang membuat orang enggan membawanya bekerja.

Alea pergi keapotek menggunakan motor matic. Lima belas menit kemudian Alea sampai diapotek tempat dia bekerja. Jam menunjukan pukul delapan pagi. Waktunya Apotek buka.

Apotek Farma namanya. Apotek terbesar dikota kecil tempat Alea tinggal. Memiliki empat belas karyawan. Apotek dengan tiga tingkat. Disini juga ada tempat praktek dokter yang terdapat dilantai satu sekaligus apotek tempat penjualan dan penebusan resep obat. Ruang kerja Alea dilantai dua sekaligus gudang penyimpanan obat. Sedangkan dilantai tiga sebagian tempat tinggal karyawan. Apotek buka dari jam delapan pagi sampau jam sepuluh malam. Alea bekerja sampai jam setengah lima sore. Sedangkan untuk karyawan lantai satu mereka pakai shift dalam bekerja.

Semua karyawan pergi keruang masing-masing. Alea dan tiga orang lainnya naik kelantai dua. Alea merangkap banyak pekerjaan. Dia bertanggung jawab atas laporan obat, pemesanan, stok barang dan pengimputan data dan lainnya. Secara umum semua yang berhubungan dengan ruangan lantai dua merupakan tanggung jawab Alea.

Alea mulai menghidupkan komputernya.

''Kamu input dulu faktur pembelian kemaren. Kakak mau mengecek stok barang dulu'' ucap Alea kepada Novi.

''Iya kak'' jawab Novi mengambil faktur pembelian kemaren yang belum selesai di input.

Alea masuk kedalam gudang obat. Disana terdapat banyak obat dari berbagai pabrik. Mulai dari obat bebas, obat partaian dan obat untuk resep dokter. Kalau ada dokter atau bidan daerah yang membeli dalam jumlah banyak mereka akan langsung naik ke lantai dua. Alea yang akan melayani pembelian tersebut.

Dia lihat Bima dan Satria sibuk mengambilkan pesanan untuk apotek lantai satu. Bima mengambil pesanan obat khusus resep dokter sedangkan Satria mengambil pesanan obat bebas. Biasanya pagi ini apotek lantai satu tidak sibuk. Karna dokter praktek disore hari sampai malam. Jadi mereka akan memesan obat dipagi hari.

''Apa banyak obat untuk resep yang kurang Bima?'' tanya Alea.

''Ada yang sudah habis kak'' jawab Bima

''Selesai mengambil pesanan kamu langsung catat obat apa saja yang kurang dipapan pesanan'' perintah Alea

''Baik kak'' jawab Bima.

Alea pindah kebagian obat bebas disana Satria sibuk mengambil pesanan. Setelah mengecek stok obat yang habis dan tinggal sedikit Alea pergi kedepan papan pesanan. Untuk memesan obat yang sudah habis.

Diluar gudang Tristan anak bos Alea yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap apotek datang terburu-buru mencari Alea.

''Alea, Alea...'' panggil Tristan gusar diluar gudang.

''Kak Alea di dalam gudang bang'' jawab Novi. Tristan langsung masuk kedalam gudang.

''Alea...'' panggil Tristan lagi. Nafasnya tidak beraturan karna dia menaiki tangga dengan tubuhnya yang gemuk.

''Apa bang'' tanya Alea heran melihat anak bosnya datang lebih cepat dari biasanya. Setelah nafasnya teratur lagi Tristan baru mulai bicara.

''Kata papa pajak pembelian obat hari senin terakhir dilaporkan'' ucapnya.

''Terus apa hubungannya denganku. Bukanya bang Tris yang mengerjakan laporan pajak'' jawab Alea mengangkat satu alisnya.

''Masalahnya belum satupun yang aku buat. Kamu tahu sendiri aku sibuk'' ucap Tristan tidak tahu malu.

''Apa...? bang Tristan tahu kalau aku sudah memberikan berkas pajak itu dari bulan kemaren.Dan sekarang satupun belum abang kerjakan. Emang abang sibuk apa sih. Bukannya kerja abang hanya main game dan tiduran'' jawab Alea marah. Walaupun Tristan anak bos. Tapi Alea tidak takut padanya. Dia hanya tunduk dengan bosnya yaitu pak Surya papanya Tristan. Apalagi dengan prilaku Tristan yang tidak pernah bertanggung jawab dengan kerjaannya. Selalu menyuruh Alea mengerjakan semua yang seharusnya tugas dia sebagai orang yang disuruh bosnya mengelola apotek.

''Kenapa kamu jadi marah. Bagaimanapun aku ini bosmu. Tadi papa juga menyuruhku menyerahkan pembuatan laporan pajak kepadamu dan hari senin kamu harus pergi melaporkannya kekantor pajak'' ucap Tristan.

''Aduh bang, hari ini pekerjaanku banyak. Abang tahu sendiri kita dilantai dua ini kekurangan orang. Setidaknya bang Tris membantu bukan menambah pekerjaanku. Besok hari minggu. Mana mungkin aku bisa menyelesaikannya sampai hari senin'' jawab Alea.

''Terserah kamu bagaimana mengerjakannya. Kamu tahu kalau pajak tidak dilaporkan hari senin papa pasti marah. Yang jelas kamu juga kena marah. Lebih baik kamu besok masuk kerja. Ntar aku catat sebagai lembur. Lagian aku disini bosmu. Kerjaku hanya memerintah kalian'' ucap Tristan tanpa rasa bersalah.

''Abang aja yang malas. Padahal bapak sudah mengatakan tugas bang Tris disini. Tapi semuanya selalu aku yang mengerjakan'' omel Alea. Tapi Tristan tidak peduli dengan omelan Alea. Dia pergi keruangannya dan mulai main game setelah meletakan semua berkas pajak yang akan dikerjakan diatas meja Alea.

Alea mengutuk didalam hati. Anak bosnya selalu begitu. Kalau bukan mengingat bapak Surya yang menyuruhnya. Alea enggan mengerjakan. Padahal dia sudah berencana menghabiskan waktu seharian dirumah dengan ayah dan adiknya. Gara-gara anak bosnya, Alea harus masuk kerja dihari minggu. Walaupun kerjanya hari itu dihitung lembur.

Sebenarnya Alea ingin berhenti kerja diapotek. Tapi diumurnya yang hampir dua puluh lima tahun ditambah dia hanya tamatan SMK jurusan keuangan. Sangat susah baginya mencari pekerjaan dengan gaji yang didapatnya diapotek sekarang. Apalagi Alea membutuhkan uang untuk berobat ayahnya tiap bulan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Alea bekerja di Apotek karna pak Surya pemilik apotek yang membawanya. Dia merupakan teman ayah Alea. Dulu alea berencana mengumpulkan uang kerjanya untuk kuliah. Tapi ketika ayahnya mulai sakit dan sering masuk rumah sakit. Tabungan Alea jadi habis. Dia bahkan harus lembur kerja untuk mencukupi kebutuhan harian dan biaya obat rutin ayahnya. Beruntung adiknya kuliah dengan mendapatkan beasiswa. Untuk belanjanya adik Alea berjualan online bersama teman-temannya dikampus.

Part #2

Alea masih sibuk dengan pekerjaannya ketika Santi asisten apoteker memanggil untuk menyuruh semua karyawan berkumpul dilantai satu. Tristan juga ikut turun.

''Kenapa kita disuruh berkumpul bang?'' tanya Alea.

''Katanya Tasya akan memperkenalkan Dokter spesialis penyakit dalam yang baru mengantikan dokter Faisal. Aku dengar dia teman kuliah Tasya dulu'' jelas Tristan.

''Ooo'' jawab Alea. Mereka turun kelantai satu.

''Kamu tidak penasaran bagaimana orangnya. Kata Tasya dia sangat ganteng loh. Jangan sampai kamu jatuh cinta sama dia karna Tasya sudah lama menyukainya'' ucap Tristan lagi. Alea tidak menanggapinya. Bagi Alea tidak ada waktu untuk memikirkan masalah percintaannya. Dihatinya masih ada orang yang merupakan cinta pertamanya tapi entah dimana dia sekarang.

Semua karyawan mulai berkumpul didepan apotek. Sebuah mobil berhenti disana. Tasya yang merupakan anak bungsu bosnya keluar dari dalam mobil diikuti seorang laki-laki tampan yang membuat semua karyawan perempuan mengaguminya.

Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru yang praktek diapotek tempatnya bekerja. Wajah dokter itu mengingatkan akan cinta pertamanya yang tidak ada kabar selama delapan tahun.

''Bang Hainal'' batin Alea

Rindu yang selama ini dia rasakan terobat sudah setelah melihat sang dokter.

''Selamat siang semua, hari ini saya akan memperkenalkan dokter yang mengantikan dokter Faisal sebelumnya. Dia bernama Dokter Haikal Fernanda. Dia berasal dari kota'' Tasya memperkenalkan dokter tersebut. Alea terkejut mendengar namanya.

''Kenapa namanya beda. Apa mereka bukan orang yang sama. Tapi kenapa wajahnya sangat mirip''batin Alea.

''Hallo semua, Saya akan praktek disini mulai hari senin. Semua yang ingin kalian tanyakan tentang saya dan yang saya perlukan boleh ditanyakan sama Dokter Tasya. Hanya menyangkut urusan pekerjaan saja'' ucap Haikal. Dia melihat dingin kearah semua karyawan. Ketika matanya melihat Alea yang tidak fokus mendengarkan ucapannya dia sedikit merasa marah didalam hati.

''Apa kamu ingin istirahat dulu atau pergi kerumah sakit?'' tanya Tasya.

''Aku ingin meninjau rumah sakit. Jadi hari senin aku langsung bekerja saja'' jawab Haikal tanpa ekpresi.

''Untuk sementara kamu tinggal di rumahku saja. Sampai rumah dinasmu selesai direnovasi. Papa pasti senang kalau kamu tinggal dirumah'' tawar Tasya lembut.

''Bukannya diapotek ada tempat tinggal untuk dokter. Aku tinggal disini saja. Karna masih banyak yang harus aku siapkan. Aku butuh tempat yang tenang'' Tolak Haikal. Dia memang tipe orang yang suka tinggal sendiri. Tasya menyuruh Satria dan Bima mengangkat koper dan barang bawaan Haikal ke tempat tinggal dokter yang juga berada dilantai tiga. Bersebelahan dengan tempat tinggal karyawan. Hanya saja tempat tinggal dokter lebih besar dari tempat tinggal karyawan. Dan sekarang disana juga tidak ada karyawan apotek yang tinggal. Hanya Alea yang mengunakan salah satu kamar ketika dia lembur.

Haikal dan Tasya langsung meninggalkan apotek setelah perkenalan. Haikal bahkan tidak melihat kearah Alea. Tidak ada senyuman dibibirnya ketika pergi.

Alea duduk didepan komputernya sambil termenung.

''Kenapa dia tidak mengenaliku. Apa waktu telah membuatnya melupakanku. Atau aku yang terlalu berharap. Ketika pergipun dia tidak memberiku kabar. Huft. Senyum yang kurindukan juga tidak ada'' batin Alea.

Alea larut dalam pikirannya. Dia kembali mengingat awal pertama pertemuannya dengan cinta pertamanya. Mereka bertemu setiap pergi sekolah diatas angkot. Alea yang waktu itu kelas satu SMK. Sedangkan Hainal kelas tiga SMA favorit. Sekolah mereka searah sehingga mereka sering bertemu diangkot. Karna sering bertemu Alea mulai menyukainya. Alea menyukai Hainal yang memiliki wajah tampan dan murah senyum.Dia memberanikan diri mengajak Hainal bicara. Mereka juga memulai bertemu sebagai teman diluar jam sekolah. Alea sering menemani Hainal mencari buku tentang kesehatan. Karna Hainal bercita-cita menjadi dokter. Alea tidak tahu apakah Hainal menyukainya juga atau hanya menganggapnya sekedar teman biasa. Bagi Alea tidak masalah selama dia bisa bertemu Hainal.Tapi tiba-tiba Hainal pergi tanpa memberi Alea kabar. Waktu yang singkat tidak membuat cinta Alea kepada Hainal ikut hilang. Walau sampai sekarang Alea tidak pernah lagi jatuh cinta. Tapi nama Hainal masih dihatinya.

Namun hari ini Alea merasa perasaannya selama ini hanya sia-sia. Orang yang ditunggunya tidak mengenalnya lagi. Alea memang tidak tahu dengan keluarga Hainal. Karna waktu mereka yang singkat ketika bertemu. Dia jadi ingin bercerita dengan sahabatnya Raisa. Hanya Raisa yang mengetahui tentang perasaan Alea.

''Hei, kenapa kamu melamun? apa kamu kepikiran dokter ganteng tadi? Aku sudah mengingatkanmu untuk tidak menyukainya. Karna dia incaran Tasya'' Tristan mengejutkan Alea.

''Bang Tris tidak ada kerjaan ya? kalau begitu kerjakan sendiri laporan pajak ini'' ucap Alea kesal.

''Aku sibuk'' jawab Tristan cepat pergi keruangnya.

Alea geleng kepala melihat Tristan pergi.

''Dasar, badan saja yang digemukan. Tapi otak hanya sebatas dengkul. Selain makan dan game tidak ada lagi yang dikerjakannya'' omel Alea kesal. Dia mulai membuat laporan pajak. Alea istirahat untuk makan siang dan Sholat zuhur. Setelah itu dia kembali mengerjakan laporan pajak. Jam empat sore Alea pulang kerumahnya. Dia berencana kembali ke apotik lagi untuk menyelesaikan pekerjaannya.

''Kamu baru pulang nak?'' tanya Eri yang sedang membersihkan halaman rumah mereka. Walaupun rumah mereka sederhana tapi pohon dan bunga yang terdapat didepan rumah menambah keasrian rumah membuat enak dipandang.

''Iya yah. apa Alan sudah pulang kuliah?'' tanya Alea sambil mencium punggung tangan ayahnya.

''Belum, kamu mandi sana biar segar'' ucap Eri melihat wajah lelah Alea.

''Alea duduk disini sebentar yah. Soalnya malam ini Alea lembur menyiapkan laporan pajak. Hari senin harus dilaporkan kekantor pajak'' jelas Alea duduk disamping Eri.

''Maafkan ayah sayang, Andai ayah tidak sakit. Mungkin kamu tidak harus seperti ini bekerja'' ucap Eri sedih.

''Ayah tidak perlu merasa bersalah. Alea merasa tidak keberatan bekerja seperti ini. Asal ayah tetap sehat. Selama ini ayah sudah bersusah payah membesarkan kami berdua. Ayah berperan sebagai kepala keluarga sekaligus ibu bagi kami. Sekarang sudah waktunya Alea membalas semua pengorbanan ayah. Walaupun Alea tahu semuanya tidak akan pernah terbalaskan'' jawab Alea. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Eri.

Walau selama ini ayahnya tidak memberikan mereka hidup mewah. Tapi bagi Alea ayahnya sangat berarti. Tidak akan tergantikan oleh apapun. Dia rela mengorbankan hidupnya demi sang ayah.

''Sekarang umurmu sudah hampir dua puluh lima tahun. Kamu sudah tidak muda lagi. Sudah saatnya kamu memikirkan untuk berumah tangga. Karna kamu sibuk bekerja. Kamu sampai lupa dengan masa depanmu'' ucap Eri sedih.

''Alea rela tidak menikah. Asal Alea terus bersama ayah'' jawab Alea tersenyum.

Eri mengusap kepala putrinya. Dia sudah mandiri diusia dini. Ketika istrinya meninggal Alea yang waktu itu berusia lima tahun sudah mulai belajar mengerjakan semuanya sendiri dan membantunya mengurus rumah. Dia tidak pernah mengeluh. Dia juga menjaga adiknya dengan sabar ketika Eri pergi kerja. Bagi Eri, Alea permata terindah yang ditinggalkan istrinya.

Part#3

Alea sudah berada diapotek. Dia juga membawa baju ganti untuk bekerja besok. Karna rencananya dia akan tidur diapotek saja. Sore ini apotek ramai dengan pasien yang berobat. Terdapat lima dokter praktek bersama disana. Alea masuk keruang resep. Apoteker dan asistenya sibuk meracik obat yang diresepkan. Alea duduk sebentar disana.

''Kenapa kamu ke apotek lagi Lea?'' tanya Dewi. Dia apoteker disana. umurnya sudah tiga puluh tahun lebih.

''Huftt... Biasa kak, malam ini aku lembur mengerjakan laporan pajak pembelian obat-obatan. Terakhir dilaporkan hari senin. Tapi satupun tidak dikerjakan sama bang Tris. Padahal aku sudah menyerahkan berkasnya sebulan yang lalu'' keluh Alea.

''Dasar si Tris gak berubah-ubah juga. Mentang-mentang anak bos seenaknya saja. Kamu terlalu menurut apa kata dia. Jadi kamu susah sendiri'' jawab Dewi masih meracik obat.

''Mau gimana lagi kak. Karna dia gak menyelesaikannya pak Surya sendiri yang menyuruhku. Aku mana berani menolak apa yang disuruh bos'' ucap Alea.

''Yang sabar ya. Minta uang lembur yang lebih dari biasanya sama Tris. Biar dia tahu kalau lembur itu capek. Dia saja sekarang entah kemana. Tugasnya jaga kasir dari sore sampai malam. Tapi batang hidungnya dari tadi gak terlihat'' omel Dewi.

Alea tertawa lalu dia berkata'' mungkin sedang mengemukan badan''.

''Mau gemuk gimana lagi. Badannya sudah seperti kerbau gitu'' ejek Dewi. Mereka berdua tertawa.

''Berarti malam ini kamu tidur disini?'' tanya Dewi.

''Iya kak, karna besok aku tetap masuk''

''Yang semangat, jangan lupa minum cappucino panas biar matamu melek menatap komputer''

''Iya kak''

''Jilbab sorongmu bagus, ntar kakak beli yang seperti ini juga''

''Hehe, tapi tidak bisa kakak pakai ke apotek. Aku pakai ini karna lagi lembur aja. Soalnya pas lembur aku gak pakai baju seragam''

''Iya, kakak pakai untuk dirumah saja. Kelihatannya bahannya adem. Maklum daerah kita lumayan panas. Jadi harus cari bahan pakaian yang adem dipakai''

''Iya''

Alea kemudian pamit kelantai dua. Lampu dilantai dua sudah dimatikan soalnya rekan yang lain sudah pulang. Hanya lampu ruang Alea saja yang sengaja dia hidupkan. Karna mau naik tangga lantai tiga melewati lantai dua. Jadi lampu ditangga juga tetap dihidupkan.

Sementara itu Haikal yang baru pulang dari rumah sakit sekaligus makan malam diluar sampai diapotek. Semua orang menatapnya ketika masuk Apotek.Banyak yang mengagumi ketampanannya. Tasya tidak bisa menemaninya makan malam karna dia sedang praktek diapotek. Pasien Tasya termasuk banyak karna dia dokter spesialis Kandungan.

Haikal langsung saja naik kelantai tiga. Karna kunci tempat tinggalnya sudah diberikan Tasya. Ketika melewati lantai dua dia melihat lampu salah satu ruangan hidup. Haikal berhenti sebentar melihat kearah sana. Dari balik kaca ruangan Alea nampak dia sedang serius bekerja mengunakan kaca mata antiradiasi. Haikal mengrenyitkan alisnya melihat Alea.

''Hmm, bukannya kata Tasya karyawan lantai dua pulangnya sore. Kenapa masih ada yang bekerja'' gumam Haikal. Tapi dia juga tidak peduli. Haikal langsung naik kelantai tiga dan masuk ketempat tinggalnya.

Tempat tinggal dokter lumayan bagus. Perabotan disana juga lengkap. Terdapat dua kamar didalamnya. Ada ruang tamu, ruang makan sekaligus dapur. Kamar mandinya di dalam kamar. Kondisi ini berbeda dengan tempat tinggal karyawan yang apa adanya. Hanya ada tiga kamar dan satu dapur serta kamar mandinya juga terpisah dari kamar tidur. Kamar mandinya satu untuk bersama.

Haikal masuk kekamar. Dia mengeluarkan baju ganti untuk dipakai setelah mandi. Usai mandi Haikal mulai menyusun barang-barang yang dibawanya. Termasuk beberapa buku tentang kesehatan. Haikal sudah biasa melakukannya sendiri. Karna saat kuliah dia tinggal ditempat kost.

Hari ini badannya terasa capek. Sebab baru sampai disini yang memakan waktu tujuh jam perjalanan dari kota. Dia sudah langsung pergi kerumah sakit.

Haikal merupakan dokter spesialis penyakit dalam terbaik. Banyak rumah sakit dikota yang ingin merekrutnya. Karna ayahnya yang pindah kerja kekota meminta dia untuk bekerja disini sekarang mengantikan posisinya. Walau Haikal enggan pergi kedaerah terpencil tapi demi menyenangkan hati ayahnya dia terpaksa menerima.

Tidak ada yang bisa membuat Haikal tertarik disini sejak dia datang. Bahkan dia merasa bosan. Padahal belum sehari dia berada didaerah ini.

Haikal merebahkan badannya diatas kasur. Tidak butuh waktu lama dia sudah terlelap.

Alea naik kelantai tiga pukul sebelas malam. Apotek sudah tutup jam sepuluh tadi. Apotek jadi sepi. Dengan langkah gontai Alea menaiki tangga. Mungkin karna badannya capek Alea merasa anak tangga bertambah banyak karna lamanya dia sampai dilantai tiga. Pas sampai dilantai tiga langsung berpapasan dengan pintu tempat tinggal dokter. Pintu ketempat tinggal karyawan ada disebelah samping. Biasanya pintu menuju tempat tinggal karyawan tidak dikunci. Yang dikunci hanya pintu kamar masing-masing. Alea masuk kedalam kamarnya. Setelah itu dia pergi kekamar mandi yang terdapat diluar kamar untuk berwudhu. Sebab Alea belum sholat isya.

Haikal terbangun saat mendengar langka kaki orang menaiki tangga lantai tiga. Dia penasaran siapa yang naik. Karna menurut informasi Tasya tidak ada yang tinggal selain dia di lantai tiga. Haikal mengitip dibalik kaca dari dalam. Dia lihat Alea naik dengan langkah gontai. Bahkan sesekali dia menguap karna mengantuk.

''Kenapa dia naik kelantai tiga. Apa dia tinggal di sebelah?'' gumam Haikal ketika Alea sudah masuk ketempat tinggal karyawan.

Haikal ingin kekamar mandi. Saat dia menghidupkan air ternyata airnya mati. Haikal binggung bagaimana cara menghidupkan air. Dia kemudian pergi kepintu tempat tinggal karyawan. Haikal mengetuk pintu beberapa kali. Tapi tidak ada jawaban. Hatinya mulai kesal dia mengutuk dalam hati dengan kondisi sekarang. Haikal mengetuk pintu kembali.

Saat dia mau mengetuk lagi, pintunya terbuka. Alea keluar masih mengunakan mukena. Setelah Alea sholat isya dia langsung tertidur. Pas dia mendengar ada yang mengetuk pintu dengan mata masih mengantuk Alea keluar kamarnya menuju pintu masuk.

''Allahuakbar'' teriak Haikal mundur kebelakang terkejut melihat Alea yang keluar dengan mukena putihnya.

Namu Alea tidak terpengaruh dengan teriakan Haikal. Dengan mata masih setengah tertutup Alea bertanya '' Ada apa dok?''

''Bisa tidak mukenanya dibuka dulu. Buat jantung copot aja'' hardik Haikal.

''Kalau jantung anda copot. Berarti sekarang anda sudah meninggal dong. Tapi kenapa anda masih bisa berdiri didepan saya?'' tanya Alea masih dengan mata setengah terbuka.

''Kamuu...'' kata Haikal geram menahan marah.

''Trus ada apa anda memanggil saya?'' tanya Alea tidak peduli.

''Air di kamar mandi saya mati. Apa ditempatmu juga mati?'' tanya Haikal baru ingat tujuan awalnya.

''Ooo...'' Alea turun kelantai satu masih mengunakan mukena. Dia malas mengambil jilbabnya kekamar. Mau tak mau Haikal mengikutinya turun kebawah. Dia penasaran apa yang akan dilakukan Alea. Apalagi Alea tidak menjawab pertanyaannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!