Sinar matahari yang menyeruak ke indra penglihatan wanita cantik usia 27 tahun itu membuat mata nya berkedip kedip,ia yang datang ke tempat peristirahatan manusia untuk terakhir kalinya ini tengah menikmati harinya dengan sang suami yang kini sudah berada di alam yang berbeda dengannya.
Bati nisan yang bertuliskan Arya Satya Hermawan itu ia usap lembut,seakan akan takut jika ia akan merintih kesakitan jika terlalu berlebihan.
Ia mulai menyenandungkan doa,berharap suami tercintanya mendapatkan tempat yang indah bersama orang orang yang baik dan beriman di sisiNya.
Setiap minggu pagi ia pasti datang ke makam yang tak jauh dari kediaman orangtua suaminya ini,ia tak pernah absen kecuali,ketika ia sedang kedatangan tamu bulanan saja.
Pria yang ia kenal dalam waktu singkat,Secara langsung melamarnya saat usia pacaran mereka baru 3 bulan.Waktu itu Salwa sang wanita cantik keturunan Jawa-Betawi ini baru saja lulus kuliah.
Satya nama panggilan si Pria adalah pemilik kafe dimana Salwa dan teman temannya sering menghabiskan waktu,satya yang melihat Salwa untuk pertama kalinya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Namun sayang,takdir tak mampu menyatukan mereka walau kata sah sudah terucap.bahkan acara resepsi yang sudah di rencanakan pun berganti dengan acara tahlillan untuk Satya.
Salwa yang terluka akan kepergian sang suami hingga kini ia bahkan tak terpikirkan untuk kembali menikah,karena ia takut jika menikah kembali kejadian Satya yang masih sangat membekas di pikirannya akan terulang.
" Sudah siang nih mas,Salwa pulang dulu ya,minggu besok Salwa kesini lagi,ia usap pelan batu nisan bertuliskan nama suaminya itu.Salwa mulai berdiri dan memgambil kursi kecil ya selalu di pinjamkan penjaga makam untuknya.
" Pak dar,ini kursinya dan ini buat jajan Rio ya ? " Salwa menyerahkan kursi itu bersamaan dengan amplop kecil yang selalu ia bawa.
" Ya ampun mba Salwa,selalu begini enggak usah mba Salwa." Pak Dar menolak,bukan tanpa Alasan Salwa sudah terlalu sering melakukannya.
" Enggak apa - apa pak Dar,rezeki Bapak.Salwa pun mengambil tangan renta itu dan menyerahkan amplop yang berisikan uang ke pria paruhbaya yang menjadi tukang bersih bersih makam yang selalu baik kepada Salwa.
" Terima kasih ya mbak Salwa,semoga mbak Salwa segera mendapat jodoh kembali." Salwa hanya tersenyum.
.
.
.
Disebuah kafe yang semakin ramai karena kinerja Sang istri yang kini menjadi janda kembang itu tengah ada perdebatan antara pria dan wanita yang sama sama tak ingin mengalah,hanya karena masalah sepele.
" Eh,Jack aku dulu !"
" Aku dulu !" pria bernama Jack itu terus mendorong wanita disampingnya agar menjauh.
Salwa yang baru datang dan melihat dua temannya itu berdebat hingga saling senggol hanya karena masalah absen pun mendekat dan berbisik di tengah tengah mereka.
" Kalian aku kawinin.!" Bisik Salwa.
" Ogah !! " mereka spontan langsung saling menjauh.
Salwa yang melihat itu langsung terbahak." Lagian cuma masalah begini aja ribut mulu sih,heran aku." Salwa langsung menghindar dan berjalan menuju ruangannya.
" Jack sang pria langsung menekan Alat absen dan berjalan menyusul Salwa begitupun teman baik Salwa dari jaman mereka masih ingusan hingga kini usia mereka sudah dewasa.
" Enak aja,di jodohin sama kutu kupret ini,mending suamiku kemana mana." Ujar Yanti sahabat Salwa.
" Wah,hinaan lo bener bener ngejatuhin harga diri aku Yan !" Seru Jack.bukan takut namun Yanti justru tertawa terbahak begitupun Salwa.
" Kalau kamu enggak mau di ledek terus,cari pacar sana,biar laku." Ujar Yanti dan Salwa bersamaan.
Jika sudah begini,Jack pasti kicep ia tak bisa melawan dua wanita lambe turah itu.
" Bukan enggak mau,jomblo emang pilihan ku,bukannya enggak laku." Kesalnya.
" Selalu begitu." Ujar Salwa,umur udah berapa Jack,udah pantas tahu punya istri !" Seru Salwa.
" Kamu saja duluan," Yanti langsung melebarkan matanya kepada Jack.
Jack yang keceplosan langsung memukul mukul mulutnya," Dasar mulut enggak punya rem." Benak nya.
Salwa hanya menggelengkan kepalanya,perdebatan riuh sahabat sekaligus bawahan itu berakhir setelah chef yang ada di dapur tak menemukan kepala dapurnya yang ternyata masih mengghibah ria di ruangan sang bos.
***
Sore yang di temani senja merah di ufuk barat,kini berganti dengan pekatnya malam.Jika pemilik kafe yang lain mungkin sudah di rumah dan menyerahkan pekerjaan kepada karyawannya,tetapi tidak dengan Salwa.
Selama ia mengambil alih Kafe yang di bangun dari nol oleh Satya sang suami,ia tak pernah sekalipun pulang duluan,tetapi ia akan pulang setelah kafe tutup pukul 11 malam.
" Sal,aku duluan ya ? " Ujar Yanti.
" Oke Yan," Salwa mengajungkan jempolnya.
" Kafe tutup langsung pulang,awas jangan ketiduran lagi,aku enggak mau,lagi enak enak di ganggu mak lampir." Salwa tertawa lebar karena ia tahu persis siapa itu Mak Lampir.
Setelah berpamitan Yanti yang sudah di jemput oleh suami tercintanya langsung menuju ke parkiran kafe.sedangkan Jack ia selalu pulang bersama dengan Salwa,terkadang jika terlalu malam,Jack juga mengantar Salwa sampai ke rumahnya.
" Agghh ! " Salwa merentangkan kedua tangannya ke atas setelah berjibaku dengan angka angka yang membuat mata nya seakan berputar.
Kafe yang dulu di rintis Satya ini hanyalah kafe milenial biasa,namun di tangan Salwa kafe ini merambah menjadi sebuah resto.
Tidak sebentar Salwa bisa menjadikan kafe suaminya ini berkembang hingga seperti sekarang,butuh hampir 5 tahun Salwa berjuang bersama Bima abangnya,hingga bisa sebesar sekarang.Bahkan tanah kosong yang ada si sebelah kafe bisa Salwa beli untuk memperluas kafenya menjadi sebuah resto seperti ini.
Ia selalu merasa bahwa sepeninggal suaminya ia harus menjadi tulang punggung bagi keluarga Satya setelah sang ayah mertua terkena stoke dan tak bisa bekerja kembali,Salwa semakin meniatkan hatinya untuk terus berjuang agar keluarga suaminya tidak kehabisan pendapatan.
" Tok Tok "
" Masuk ! "
Jack membuka pintu itu dan masuk kedalam ruangan Salwa," ini hasil rekap gaji para karyawan bu Salwa.
" Aku belum ibu ibu,panggil nyonya." Seru Salwa.
" Iya,nyonya menir." Sialan ! " Ucap Salwa.Jack tertawa renyah,serenyah kue lebaran.
Salwa mulai membaca hasil kerja jack dan memeriksa setiap rinciannya." Oke Jack," Jack tersenyum,seperti biasa kinerjanya selalu baik.
Jika Salwa dan Jack masih membahas pekerjaan di waktu yang sudah larut ini,beda hal nya dengan pria yang justru sedang ada di dalam ruangan GYM nya untuk mencari ketenangan dan mengubah kalori di tubuhnya menjadi keringat keringat yang selalu menambah kesan seksi yang selalu melekat di dalam dirinya.
Otot otot di perutnya menandakan bahwa ia adalah pria yang sangat menjaga tubuhnya,Pria berusia 22 tahun ini adalah Seorang CEO di perusahaan milik Ayahnya yang bergerak di bidang periklanan dan percetakan berskala besar.
Siapa yang tak mengenal ART MEDIA,perusahaan periklanan yang selalu menjadi langgangan pengusaha dan para pejabat pemerintahan ini.
...🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻...
Ini cerita ke tiga ku,walau yang satu enggak aku lanjutin...heeeheee
Untuk Readers tolong tinggalkan jejak ya,jangan kasih boomlike,tolong baca perbab agar tahu jalan ceritanya,biar bisa kasih aku komen indah kalian ...😁😁
Kritik boleh asal pada tempatnya,jangan mengumpat...karena tidak semua penulis berhati baja..🙏🙏
Salam Hangat,Salam sehat
Sichuz
Rumah mewah berlantai 3 milik keluarga Hadinata ini selalu sepi setiap paginya,keluarga kaya raya ini memiliki dua anak,laki laki dan perempuan namum dari istri yang berbeda.
Arion Axelle Hadinata yang kini sedang menjabat menjadi CEO diperusahaan sang ayah adalah anak kedua dari istri kedua,sedangkan Anita Arcelia Hadinata adalah anak pertama dari istri pertama,Nyonya Mayara Arsanti.
Perbedaan usia mereka berdua cukup jauh yaitu 9 tahun,tidak hanya usia kebiasaan mereka juga sangat amat berbeda,jika Axel menghabiskan waktu untuk bekerja,berbeda dengan sang kakak,ia justru menghabiskan waktunya untuk bermain main hingga terkadang lupa akan waktu.
" Axel,apa kah tidak perlu kamu mengganti dokter pribadimu itu ? " tanya sang ayah.
Axel menatap sang ayah dan menghentikan makannya.Axel kecil pernah mengalami kejadian yang membuatnya mengalami trauma panjang,kejadian dimana ia harus kehilangan sang ibu juga seseorang yang selalu dalam ingatan nya namun samar.
Semenjak kejadian itu ia mengalami claustrophobia dan membuatnya menjadi orang yang sangat waspada walau itu orang orang terdekatnya,Claustrophobia adalah sindrom dimana penderitanya memliki kecemasan atau ke takutan pada ruangan gelap dan sempit.
Namun untuk kasus Axel sedikit berbeda,jika pada umumnya penderita ini hanya takut akan kondisi yang menjadi pokok utama,namun Axel tidak sindrom itu merambah ke hal lain yaitu Axel tak suka disentuh sembarangan walau itu keluarganya sendiri.
Dan semenjak ia SMA ia memiliki dokter pribadi untuk membuatnya agar tetap dalam kondisi emosi yang stabil dan bisa memimpin perusahaan ayahnya itu.
" Axel rasa tidak perlu,cukup ayah tekan saja gosip yang beredar di kantor dengan cara ayah,itu sudah cukup.
" Tapi,semua orang pasti lama lama akan tahu jika kamu mengidap sindrom itu Axel." Geram sang ayah.
" Itu urusan ayah,Axel sudah mengatakan jika dari awal semua hal yang ada pada diri Axel akan menjadi masalah,namun ayah masih kekeh menjadikan Axel sebagai CEO,bukankah aku sudah menyarankan untuk menjadikan putri ayah yang terkenal itu menjadi penerus." Axel menatap tajam sang ayah.
" Axel ! " Geram sang ayah.
" Aku sudah cukup,Farhan sudah menungguku di depan." Axel berdiri dari duduknya dan berlalu begitu saja.
" Sudah lah yah,biarkan ia dengan pendiriannya,dari kecil bukannya Axel tak pernah mau menurut aturanmu." Ujar Sang istri,nyonya besar Hadinata.
" Semenjak ibunya pergi,ia semakin dingin dengan ku." Ucapnya lesu.
Bagus ia pergi,karena dari awal hanya aku nyonya di rumah ini," benak Nyonya Maya.
Sang istri hanya bisa mengusap punggung sang suami untuk menenangkannya.walau sebenarnya ia tidak pernah sepaham namun demi rekeningnya yang terus update setiap bulannya ia hanya bisa diam dan menikmati jerih payah seorang anak piatu itu.
Karena memang hanya Axel yang bisa di andalkan semenjak tuan Erland jatuh sakit dan harus pasang ring di jantungnya.
.
.
.
Diperusahaan seperti biasa jika Axel datang para pegawai selalu menyambut kedatangannya dengan berjejer rapi sembari menundukkan kepala mereka hormat,hal ini di lakukan semenjak Axel menjadi CEO 5 tahun lalu di usianya yang terbilang sangat muda,17 tahun.
Jika para petinggi perusahaan akan berada di lantai paling atas,namun tidak dengan Axel,karena penyakitnya ia memilih lantai dua untuk ruangan pribadinya.jadi ia tak perlu naik lif,namun hanya naik tangga yang di desain khusus untuknya.
" Sebenarnya kenapa sih,dia enggak naik lift dan setiap ia datang kita harus berjejer begini,pegel tahu." Ujar salah satu karyawan.
" Mungkin kalau rumor yang mengatakan ia punya penyakit aneh itu bener,dia enggak bisa masuk kedalam lift." Ujar yang lain setengah berbisik.
Axel yang selalu mendapat gunjingan bahkan cibiran tentang kebiasaan anehnya ini tak pernah ambil pusing,karena baginya itu sama sekali tidak penting.
" Apa agenda saya hari ini Sania ? "
Sania,sekretaris yang ia pilih khusus dengan melalui banyak penilaian seperti halnya Farhan sang asisten,mereka berdua adalah orang orang kepercayaannya,serta masih ada beberapa di setiap jajaran yang menjadi orang kepercayaan Axel.
Karena di perusahaan ini ada beberapa dari keluarga ibu tirinya yang selalu menjadi musuh bagi Axel,maka dari itu syarat utama ia menyetujui perintah sang ayah adalah,ia akan memilih jajaran nya sendiri dan ternyata ayahnya setuju asal Axel mau menggantikan dirinya.
" Hari ini ada beberapa pertemuan pak seperti biasa akan di lakukan di ruangan anda." Ujar Sania.
" Oke,lalu ? "
" Pukul 3 anda ada temu janji dengan Nona Jihan pak." Ucap sania sedikit pelan.
" Apa aku sudah menyetujui nya ? " Sania mengangguk.
" Oke,jadwalkan saja,dan ingatkan saya." Baik pak." Jawab Sania.
***
Jika Axel sudah berada di kantor nya untuk bekerja,tetapi tidak dengan wanita berusia 27 tahun sang janda kembang ini.
Kakak ipar rasa ibu tiri itu,sedang mondar mandir tak jelas di depan kamar adik iparnya dengan mulutnya yang komat kamit.
" Tok tok "
" Ya ampun,jam berapa ini.masih belum bangun juga,kebiasaan lagi kamar pasti di kunci.
" Dor dor "
Wanita berhijab syari itu bukan lagi mengetuk namun ia mengendor pintu berwarna coklat yang terdapat adik dari suami tercintanya itu.
Klek
Pintu terbuka pelan,dan tampaklah wanita yang berstatuskan janda itu dalam kondisi acak acakkan khas bangun tidur.
" Ya Allah anak perawan tapi janda,jam berapa ini Salwa ? " Pekiknya.
" Apaan sih kak." Ucapnya lemas,sambil menggaruk garuk pipinya.kebiasaan Salwa setiap bangun dari tidurnya.
" Tidak bisakah kami bangun pagi dikit saja."
" Setiap hari Salwa bangun pagi loh kak,jam 3 udah bangun tahajud lanjut subuh,habis itu Salwa baru tidur lagi.masa iya masih aja salah sih." Hoaammm".Salwa menguap lebar.
" Gimana mau punya suami lagi kalau begini hidupmu Salwa." Mulaialah kultum pagi kakak iparnya,ini lah salah satu alasan Salwa selalu mengunci pintu setelah ia solat subuh.
Ceramah tujuh menit kali tujuh menit ini selalu Salwa dengar hampir setiap pagi,namun Salwa tak pernah kesal ataupun marah,justru ia senang karena kakak iparnya ini selalu memeperhatikannya walau dengan omelan.
" Bangun sarapan,dan jalan jalan aja sana.jangan kerja terus ! kamu sudah banyak membantu keluarga itu Salwa.mau sampai kapan kamu akan mengabdikan diri kepada keluarga yang tak pernah menghormatimu." Seru nya.
Salwa hanya bisa diam dan tak bisa bersuara," Lalu bagaimana aku bisa menebus kesalahan itu."batinnya.
" Jangan terus menyalahkan dirimu sendiri,sudah jalannya begitu,umur Satya enggak panjang." Sang kakak ipar duduk dihadapan Salwa dan berhenti merapikan tempat tidur itu.
" Sayangi dirimu Salwa,kakak dan abangmu sedih jika kamu terus seperti ini." Ujarnya sendu.
Karena hanya ia yang tahu persis bagaimana ia hidup dalam penyesalan selama ini,walau pada kenyataannya bukan ia yang menyebabkan Satya meninggal namun karena memang sudah takdir dari Allah.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Panas terik Matahari menyinari kening Salwa di dalam helm nya,satu jam lalu Salwa mendapat telpon dari kakak iparnya jika Bima,abang Salwa salah membawa laptop ke kantornya,sedangkan sore nanti isi dari laptop itu akan menjadi bahan rapat dengan para bawahan Bima.
" Selalu aku,kak Nayla nih kan bisa suruh abang ojek online buat anterin.lagian mas Bima ada ada saja,file itu simpem di flashdisk,ini simpen di laptop,his ! " Salwa mengomel di balik helmnya disepanjang jalan kenangan.
.
.
Besar juga ya Perusahaannya." Benak Salwa setelah ia masuk kedalam perusahaan yang bertuliskan ART MEDIA itu.
" Permisi Nona ? ".Sapa Salwa pada resepsionis wanita yang tengah menelpon.
" Iya ada apa mbak ? " tanya nya setelah ia meletakkan gagang telpon tersebut.
" Saya mau antar laptop ini,untuk pak Bimasena Manager Keuangan." Tutur Salwa.
" Aaa,iya Mbak,anda sudah di tunggu di ruangan beliau di lantai empat ya." Ujarnya,Salwa langsung menuju Lift yang ada di sebelah timur resepsionis.
" Lantai empat,berarti harus naik Lift.lift yang mana nih ? " Gumamnya.
Salwa berdiri beberapa detik,mengetuk ngetuk bibirnya menggunakan jari telujuk hanya karena bingung mau naik lift yang mana,padahal mah tinggal naik.wkwkwk
" Ada yang bisa saya bantu nona ? " tanya pria dengan setelan jas rapi serta senyum yang tak lupa ia tunjukkan.
" Saya mau naik lift kelantai empat,tapi apa lift ini semua di pakai untuk umum ? " tanya Salwa.
Pria itu tertawa kecil,jika di perusahaan lain ada lift khusus petinggi perusahaan namun tidak di ART MEDIA,karena petingginya sang CEO tak menggunakan lift tersebut.
" Semua bisa di gunakan nona,santai saja.siapa yang ingin anda temui ? "
" Saya mau ke ruangan manager keuangan pak." Ujar Salwa.
" Mari bersama,saya juga ingin kesana."Salwa mengangguk.
Namun sebelum ia dan pria itu masuk ke dalam lift seseorang memanggil pria disebelahnya.
" Farhan ! " Seru Pria tampan,badan tinggi tegap serta wajahnya yang masih terlihat sangat muda.
Farhan yang mendengar teriakan dari Atasannya langsung menoleh begitupun Salwa.
Axel yang melihat wanita di sebelah Farhan sedikit mengernyitkan dahinya,karena merasa tak pernah melihatnya.
" Saya duluan ya pak ! " oh iya nona.Salwa pun masuk kedalam lift menuju lantai dimana Abangnya berada.
"Siapa ? "Farhan yang ditanya kalimat singkat itu bingung.
" Wanita tadi siapa ? " Farhan membentuk huruf O pada bibirnya.
" Saya juga tidak tahu pak,ia hanya mengatakan akan menemui pak Bima,Manager keuangan kita di lantai empat.
Axel yang memang membutuhkan Farhan langsung mengajak nya kembali ke ruangannya.Sedangkan Salwa tengah berjalan di koridor serta tengok sana sini untuk mencari keberadaan ruangan abangnya,Bima.
" Puk "
" Allahuakbar ! " seru Salwa memegang dada nya erat.
" Kaya maling saja,tengok sana sini." Ujar pria usia matang yang merupakan abang nya sendiri.
" Abang ngagetin ! " Seru Salwa sambil memukul lengan Bima.
" Nih,lepinya ! " Salwa menyerahkan laptop sang abang yang menjadi pesanannya.
Salwa tanpa mau berlama lama langsung pamit begitu saja,sedangkan Bima ia hanya mewanti wanti adeknya agar pelan pelan membawa motor besar yang selalu Salwa pakai untuk menemani hari harinya.bukan perkara motornya namun karena tubuh Salwa yang tidak tinggi membuat bima terkadang was was.
Salwa melajukan langkahnya menuju pintu keluar dan langsung mengambil motornya di parkiran khusus tamu.
" Wau,ternyata wanita pendek seperti dia bisa pakai moge." Gumam Farhan yang tanpa sengaja berpapasan dengan Salwa di lampu merah dekat kantor.
Axel yang sedang berada di sebelahnya hanya mengikuti kemana mata bawahannya itu melihat.
" Siapa Han ? " tanya nya penasaran,padahal Axel tak pernah merasa penting dengan urusan orang lain.
" Oh,itu wanita tadi yang menemui pak Bima.badan sependek itu bisa pakai moge." Farhan terkekeh.
Axel melihat Salwa dengan seksama,namun karena wajah Salwa tertutup helm fullface yang ia kenakan membuat Axel tak dapat melihat wajah itu.
" Kenapa aku penasaran hanya karena melihat sekilas dia tadi." Benak Axel.
Namun Axel tak ingin berprasangka apapun,ia lalu kembali fokus kepada jalanan yang padat di depannya.
***
Setibanya Salwa di Satya Resto yang dulu bernama Arsa kafe ini langsung menuju ke dapur untuk meminta minuman dingin kepada Yanti dan meminta diantar keruangannya.
" Tok tok "
" Masuk Mita," pintu yang dalam keadaan terbuka membuat Mita salah satu karyawannya melenggang masuk dengan mudah.
" Ini pesanan kak Salwa." Ujarnya.
" Terima kasih Mit,kamu boleh kembali." Mita mengangguk," permisi kak.
Salwa meminum jus tomat kesukaannya itu perlahan sembari menikmati dinginnya dari es batu yang bercampur menjadi satu kesatuan.
" Aa,leganya." Alhamdulillah." lanjutnya terkikik.
.
.
.
Sore hari ditemani gerimis kecil membuat Salwa hampir saja menjatuhkan kepala nya diatas meja karena kantuk yang tiba tiba datang serta hawa sejuk yang tiba tiba menerpanya.
" Kalau ngantuk pindah sofa sana ! " seru pria manis semanis gula jawa walau ia asli dari Medan,Ujarnya dulu kepada Alisha.
Salwa menguap,menandakan ia benar benar mengantuk." Ada apa Jack ?" tanya Salwa.
Jack mendekat kearah Salwa dan menarik Salwa pelan agar pindah ke sofa panjang yang ada disana.
" Nanti saja,kamu istirahat dulu.satu jam lagi aku bangunkan." Salwa yang memang kurang tidur semalam memilih merebahkan tubuhnya sesuai anjuran Jack.
Jack memandang Salwa yang memejamkan mata sedikit cermat," andai saja kita sama." Batin nya bergumam.setelah itu ia keluar dari ruangan Salwa menuju ruangannya sendiri.
Namun ketika ia hampir sampai di ruangannya tiba tiba Yanti datang sedikit berlari kearahnya.
" Ada apa sih yan,lari lari kaya bocah ! " serunya.
" Bocah bocah gundulmu,itu si Salwa mana ? "
" Dia tidur di ruangannya ada apa sih ? bingung gitu.
" Yuk yuk ! " Yanti tanpa aba aba langsung menarik jack hingga membuatnya hampir menubruk pintu.
" Untung temen kalau bukan,udah aku jedotin kepala nya ke pintu." Sungut jack.
" Aku krungu ! " Ujar Yanti tertahan.
Setibanya di ruang VIP jack yang mendengar ada orang menangis langsung mengetuk pintu itu bersama Yanti disampingnya.
" Klek "
Keluarlah pria tampan dengan setelan jas mewah berwarna abu menyambut mereka.
" Maaf pak,saya mendengar suara tangisan." Tutur Jack yang di angguki oleh Yanti.
Si Pria tampan menutup pintu itu perlahan dan sedikit menjauh." Tidak ada apa apa,maklum pertengkaran antar kekasih tapi saya jamin tidak akan terjadi apa apa." Tuturnya.
Jack dan Yanti bernafas lega,mereka takut jika kondisi itu akan menjadi heboh dan dapat mengganggu aktifitas pelanggan yang lain.
Sedangkan di dalam sana..
" Aku sudah katakan padamu,aku hanya menanggapmu teman dan tidak bisa lebih dari itu Jihan." Ucap Axel datar.
" Iya,tapi kenapa ? " tanya Jihan dengan wajah penuh derai air mata.
Axel tak bisa menjawab karena selama ini ia memang tak pernah bisa terpaut dengan wanita manapun,bahkan sudah ada puluhan wanita yang ibu tirinya sodorkan tapi Axel selalu menolak tanpa mamandang siapa gadisnya.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!