NovelToon NovelToon

My Daughter'S Teacher

Kecewa

Jika tidak suka ceritanya, tinggalkan saja. Cari cerita yang sesuai dengan selera reader.

......................

"Tidak...!" teriakkan bergema di jembatan, suasana yang sepi membuat teriakan itu membuat suasana yang sepi menjadi angker.

Beberapa jam sebelumnya.

Jeanny Anastasya sedang duduk di taman, menunggu kekasihnya datang. Setelah mereka berjanji untuk bertemu, untuk membahas masalah pernikahan mereka yang tinggal sebulan lagi.

Karena taman ini lebih dekat dengan tempat kerja kekasihnya, Yudha. Mereka berjanji untuk bertemu di sini.

"Lama sekali mas Yudha." mata Jeanny celingukan mencari-cari sosok sang pujaan hati.

Setelah menunggu selama setengah jam, akhirnya. Pria yang telah di pacarinya selama tiga tahun datang dengan langkah gontai, baju yang dikenakannya sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan.

"Mas .!" Jeanny langsung berdiri dan menyambut kedatangan kekasihnya dan bergelayut manja di lengan lengan Yudha.

"Ayo mas duduk." Jeanny membawa Yudha untuk duduk di kursi yang tadi didudukinya.

Setelah duduk, Yudha berdiri kembali. Dan berlutut didepan Jeanny dengan menggenggam erat jemari tangan Jeanny.

"Mas Yudha.." senyum merekah dibibir jeanny, karena dia merasa. Apa yang dilakukan Yudha sangat romantis.

"Apa mas Yudha ingin mengulang kembali, lamaran kita dulu?" tanya Jeanny dengan perasaan bahagia.

"Maafkan aku Jeanny." batin Yudha dengan tatapan sedih memandang sang kekasih.

"Jeanny, sayang," ucap Yudha.

"Ya, Mas Yudha. Katakan saja, jantung jeanny deg...deg...deg..Mas. Padahal, apa yang Mas Yudha lakukan ini. Sudah Jeanny alami," ucap jeanny dengan senyum merekah dibibir merah mudanya.

Perasaan bersalah makin menghimpit hati Yudha, dia tidak sanggup melukai gadis yang sangat di cintainya ini.

"Jeanny, dengarkan apa yang Mas ingin katakan. Walaupun apa yang terjadi, cinta mas tetap pada jeanny. Tidak akan ada yang akan mendiami hati mas ini," ucap Yudha dengan suara yang bergetar, dan memegang dadanya.

Mata Jeanny menatap wajah Yudha dengan intens, perasaannya mulai tidak enak. Sepertinya ada yang sangat menyakitkan yang akan dialaminya hari ini, saat ini juga.

"Mas tidak bisa menikahi mu, besok mas harus menikah dengan Yulia," kata Yudha dengan menundukkan kepalanya, dia tidak sanggup menatap wajah kekasihnya saat dia mengatakan tentang pernikahan yang harus dilakukannya besok dengan wanita lain.

"Hahahaha...!" tawa Jeanny keluar dengan keras, sampai dia memegangi perutnya dengan membungkukkan tubuhnya. Karena merasa lucu dengan apa yang dikatakan oleh Yudha.

"Jeanny." Yudha menggoyangkan jemari jeanny yang ada dalam genggaman tangannya.

Jeanny menghentikan tawanya, dan menatap wajah Yudha dengan lekat.

Jeanny melepaskan genggaman tangan Yudha, kemudian jeanny menangkup pipi kekasihnya tersebut.

"Mas sungguh lucu, bisa-bisanya ingin mengerjai jeanny," ujar jeanny yang tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari bibir sang kekasih.

"Jean, mas tidak melucu. Kita tidak bisa menikah, mas harus menikah dengan Yulia. Dia sedang hamil anak mas, Jean."

Perkataan Yudha membuat tawa Jeanny berhenti seketika, wajahnya berubah pucat. Jeanny merasa jantungnya berhenti berdetak.

"Apa..! ini bukan lelucon, mas betul-betul akan menikah dengan gadis yang yang bernama Yulia itu?" tanya Jeanny dengan perasaan yang hancur, air matanya sudah mengantung dikedua sudut bola matanya.

Yudha menganggukkan kepalanya.

"Maaf..!" ucap Yudha.

Brukk..

Jeanny mendorong Yudha yang berlutut didepannya, Jeanny berdiri dan beranjak menjauh dari tempat Yudha berlutut.

"Dasar penghianat, mas jahat!" air mata jeanny sudah mengalir, dan membasahi kedua pipinya.

"Mas terpaksa menikahinya Jean, dia hamil. Tapi, mas katakan Jean. Mas tidak mencintainya, dia menjebak mas Jean. Saat ada acara kantor, dia menjebak mas. Hingga mas melakukan itu pada Yulia, Tapi mas janji Jean. Begitu anak itu lahir, mas akan menceraikannya. Kita berdua akan mengurus anak itu Jean," ucap Yudha dengan penuh keyakinan, bahwa Jeanny akan mengiyakan apa yang dikatakannya.

Deg...

Mata Jeanny menatap wajah pria yang telah menorehkan luka didalam hatinya tersebut tajam.

"Gila! betul-betul tidak masuk akal, apa mas Yudha katakan? mas akan menceraikannya setelah anak itu lahir? Mas menyuruh jeanny menjaga dan menyayangi anak hasil dari penghianatan mas Yudha..! yang telah membuat jeanny kecewa dan keluarga jeanny juga terluka dan malu..!" pekik Jeanny.

"Jeanny.." Yudha berdiri dari berlutut, dia menghampiri kekasihnya yang baru saja disakitinya tersebut.

"Cukup mas..!" jeanny menjulurkan tangannya, agar Yudha berhenti untuk mendekatinya.

Yudha berhenti, dan menatap wajah jeanny dengan perasaan yang campur aduk. Sakit, karena telah menyakiti hati gadis yang sangat dicintainya. KATANYA...

"Kita akan melanjutkan pernikahan kita Jean, tunggu. Sampai anak itu lahir, kita akan merawatnya berdua. Anak itu akan memanggilmu Mama dan aku Papa." Yudha menceritakan mimpinya, jika nanti dia dan Jeanny pasti akan bersatu dalam ikatan pernikahan.

"Kita a..." perkataan Yudha terhenti, karena Jeanny muak mendengar mimpi Yudha. Yang dia tidak akan pernah ada didalamnya.

"Jangan mimpi..!" suara Jeanny menggelegar, mata bulat sempurna menatap Yudha dengan tajam.

"Jeanny..!" suara lirih Yudha tidak menggoyahkan kemarahan seorang Jeanny Anastasya.

"Cukup mas, cukup mas membuang-buang suara. Jeanny tidak akan mendengarkan apa yang mas Yudha katakan..!" seru Jeanny dengan kemarahan yang sudah memasuki level tertinggi, level yang sudah siap untuk meledak.

Yudha terdiam, tangannya yang tergapai ingin menyentuh Jeanny. Akhirnya luruh seperti tak bertenaga. Kedua tangannya jatuh dikedua sisi kanan dan kiri tubuhnya.

"Mas dengarkan apa yang akan Jeanny katakan! buka lebar-lebar telinga mas Yudha, karena Jeanny hanya akan sekali saja mengucapkannya." suara dingin Jeanny terdengar begitu menyakitkan di telinga Yudha.

"Jeanny.." suara lirih Yudha nyaris tak terdengar.

"Dengarkan saja, jangan bicara..!" seru Jeanny dengan suara yang keras .

"Daripada Jeanny menikah dengan Mas Yudha, dan memelihara seorang anak hasil dari menyakiti perasaan Jeanny. Jeanny lebih rela menikah dengan duda beranak yang ditinggalkan istrinya..!" seru Jeanny dengan suara yang menggelegar.

Duarr...

Tiba-tiba suara petir menggelegar, bersamaan dengan sumpah Jeanny yang keluar dari dalam mulutnya.

"Aaw...!" Jeanny kaget, dengan spontan memeluk orang yang saat petir mengeluarkan kilat dan suara yang mengerikan berjalan di sampingnya.

"Jeanny..!" sontak Yudha kaget, melihat Jeanny lebih rela memeluk orang yang tidak dikenalnya. Dari pada dia yang berdiri didepannya.

*

*

...BERSAMBUNG...

Jangan lupa untuk menekan tombol like, dan favorit dan komentar. Agar author semangat untuk update. Terima kasih 🙏

Visual pemeran:::👇👇

Apa sesuai atau tidak, jika tidak sesuai. Komen..😀

*

*

*

Jeanny Anastasya.

Jeanny Anastasya, gadis berusia 21. Yang sebulan lagi akan menikah dengan sang kekasih, tetapi batal. Karena sang kekasih terpaksa menikah dengan wanita yang sudah mengandung anaknya.

*

*

Agra Barend

Agra Barend, 31 tahun. Blasteran Indonesia-Belanda, pria yang belum bisa melupakan sang istri yang telah meninggal dunia.

*

*

Yudha Pratama.

Kekasih Jeanny Anastasya, yang telah menghamili wanita lain. Dan terpaksa membatalkan rencana pernikahannya dengan sang kekasih, Jeanny Anastasya.

*

*

Lisa Mauren barend

Lisa Mauren, putri Agra. Yang menganggap, Jeanny sebagai Mamanya yang telah tiada.

*

*

Malika Doren .

Malika Doren, sekretaris Agra Barend. Dan akhirnya, menjadi istri Agra Barend. Tapi tidak disukai oleh keluarga Barend, terutama Oma Barend. Gracia Barend, sesepuh di keluarga Barend.

Terkejut

Happy reading guys 🥰

🌞🌞🌞🌞

Duar...!!!

Tiba-tiba suara petir menggelegar, bersamaan dengan sumpah Jeanny yang keluar dari mulutnya.

"Aaa....!!" Jeanny kaget, dengan spontan memeluk orang yang saat petir mengeluarkan kilat dan suara yang mengerikan berjalan di sampingnya.

Jeanny memeluk pria yang berjalan didekatnya, dan menyembunyikan wajahnya didada pria tersebut.

"Jeanny..!" sontak Yudha kaget, melihat Jeanny lebih rela memeluk orang yang tidak dikenalnya. Dari pada dia yang berdiri didepannya.

Yudha tahu, Jeanny sangat takut mendengar suara petir. Karena Jeanny trauma, karena pernah mengalami kecelakaan saat pulang sekolah saat hujan deras dan petir menggelegar. Sehingga, Jeanny sangat takut dengan hujan dan suara petir.

Jeanny tersadar, dan langsung melepaskan pelukannya terhadap tubuh pria tersebut.

"Maaf..!" Jeanny mendongak menatap wajah pria yang dipeluknya, wajah datar tanpa ekspresi yang membuat Jeanny seketika mundur beberapa langkah.

Sang pria, pergi begitu saja. Saat Jeanny melepaskan pelukannya. Tidak ada sepatah kata terucap dari dalam mulutnya, wajah tanpa ekspresi yang tercetak di raut wajah pria tersebut.

"Siapa dia? wajahnya seperti malaikat pencabut nyawa ." batin Jeanny.

Pandangan mata Jeanny terus terarah pada punggung pria yang semakin jauh dari pandangan mata Jeanny.

"Jean, kau tidak apa-apa?" tangan Yudha memegang kedua bahu gadis yang baru saja disakitinya tersebut, wajahnya terlihat sangat khawatir.

Jeanny tersadar, dengan cepat tangannya menepiskan tangan Yudha, dan memandang wajah pria yang sudah menorehkan luka yang sangat besar didalam hatinya.

"Jaga tanganmu!" sergang Jeanny kesal sambil menatap wajah mantan kekasihnya tersebut.

"Jean," ucap Yudha dengan suara yang lirih, dia sangat kaget. Karena tidak pernah mendengar suara Jeanny yang bicara keras padanya, biasanya. Suara lembut Jeanny yang selalu terdengar, saat berbicara dengannya. Kini, suara itu tidak ada lagi. Wajah memujanya juga sudah tidak terlihat dari wajah Jeanny, gadis yang baru memasuki usia 21 tahun itu menunjukkan wajah yang tidak ingin disentuh olehnya.

"Jeanny." tangan Yudha kembali terulur, ingin menyentuh Jeanny.

"Pergilah, jangan temui aku lagi. Hubungan kita sudah berakhir, dan mengenai apa yang kau katakan tadi. Maaf, aku bukan seorang wanita yang baik. Sehingga mau merawat anak hasil menyakiti perasaanku, semoga kau tidak pernah bahagia...!" seru Jeanny, dan langsung meninggalkan Yudha yang terpaku ditempatnya berdiri.

Walaupun sudah sakiti, biasanya. Orang tetap selalu mendoakan orang yang menyakitinya. Dengan berkata 'semoga kau berbahagia', Tapi. Jeanny beda, Jeanny tidak ingin munafik. Dalam hatinya, Jeanny tidak ingin Yudha berbahagia. Jeanny ingin Yudha hancur, jika bisa Sehancur-hancurnya. Seperti dia saat ini, kecewa. Dengan apa yang dilakukan Yudha pada hubungan mereka.

"Jeanny...! aku tidak akan menyerah, kau akan menjadi milikku kembali..!" seru Yudha dengan suara yang keras, hingga. Jeanny yang belum jauh melangkah, mendengar apa yang dikatakan oleh Yudha.

Dan...

"Jangan mimpi..!" seru Jeanny, seraya melangkah pergi meninggalkan Yudha, matanya sudah mengalirkan air bening membasahi kedua pipinya. Tadi, dia berusaha untuk tegar. Kini, dia tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya lagi.

"Kita tetap akan menikah Jeanny, kau akan menjadi istriku. Ibu dari anak-anakku, impian kita dulu akan tetap terwujud..!" seru Yudha.

"Tunggu aku kembali..!" sambung Yudha kembali dengan berteriak.

Yudha tidak perduli, ada beberapa pasang mata yang melihatnya. Taman yang tadi sepi, kini mulai ramai dengan orang yang beristirahat pada jam makan siang.

"Jeanny...! I love you..!" teriak Yudha.

Jeanny tidak bergeming, dia terus melangkah meninggalkan Yudha yang menatap punggungnya semakin menjauh dari tempat dia berdiri.

"Aku mencintaimu." gumam Yudha dengan lirih.

"I hate you..!" balas jeanny dengan suara yang pelan, hanya dia, Tuhan dan malaikat. Dan mungkin juga setan, yang mendengar ucapan yang keluar dari dalam mulutnya.

Terlihat mata Yudha berembun, menatap kepergian sang kekasih. Jeanny Anastasya.

"Kita akan bersama lagi, kita pasti akan bersama lagi Jean." gumam Yudha dengan lirih.

*

*

Jeanny meninggalkan taman dengan marah, kaki dan tangannya menendang dan memukul tak tentu arah. Apa yang dekat dengannya sepanjang kakinya meninggalkan taman, tidak luput dari tendangan dan pukulan tangan dan kakinya.

"Apa dikiranya aku tidak laku! sehingga mau dengan laki-laki yang suka dengan bermain wanita...!" seru Jeanny, melampiaskan kemarahannya dengan mengomel dan mengumpat sepanjang kakinya melangkah.

"Kurang ajar! apa dikiranya aku babysister, enak saja meminta aku menunggunya. Dan merawat anak hasil mengkhianati aku..! aku bukan gadis bodo Yudha...! kau kira aku mau menerima sisa-sisa orang..!" seru Jeanny dengan keras, tangannya mengusap pipinya yang basah dengan kasar.

Brakk...

Jeanny menendang pot bunga yang ada didekatnya.

Dan..

"Aduh..!" Jeanny merasa sakit pada ujung jari kakinya, dan membuka sepatunya dan mengelus jari kakinya.

"Sialan kau Yudha, aku tidak akan kembali padamu! walaupun tinggal kau satu-satunya laki-laki di muka bumi ini..!" seru Jeanny.

Jeanny memakai sepatunya kembali, dan berdiri. Ketika ingin melanjutkan langkahnya, pandangan mata melihat seorang anak kecil dan wanita berdiri di ujung jalan. Menatap kearah jeanny dengan heran.

"Hai..!" Jeanny melambaikan tangannya pada anak kecil dan wanita yang bersamanya.

"Mama..!" anak kecil tersebut melepaskan pegangan tangan wanita yang bersamanya, dan berlari menuju Jeanny dan memeluk paha Jeanny.

"Hah...!" mulut dan mata Jeanny terbuka lebar, kepalanya menunduk memandang anak kecil yang menyebut dirinya dengan panggilan Mama.

"Non Lisa..!" teriak wanita yang bersamanya, seraya berlari mengejar anak kecil yang memanggil Jeanny dengan Mama.

"Mama..!" anak kecil yang memeluk Jeanny, kembali memanggil Jeanny dengan Mama.

"Baru saja aku dikecewakan, aku sudah mendapatkan putri. Terima kasih Tuhan, lelucon yang sangat menghibur," ujar Jeanny dengan tertawa getir, mengingat kekecewaan yang baru saja dialaminya. Dan kini ada anak kecil yang mengakuinya sebagai Mamanya.

"Non Lisa," ujar wanita yang datang bersama anak kecil tersebut, dan berusaha untuk melepaskan anak kecil yang bernama Lisa tersebut dari paha Jeanny.

"Mau Mama..! mau Mama..!" pekik anak kecil yang bernama Lisa dengan meronta-ronta, dan kedua tangannya melingkar dikedua paha Jeanny.

"Non..! lihat, bukan Mama Non Lisa."

"Mama..!" pekik Lisa dengan memeluk paha Jeanny seerat mungkin, agar wanita yang datang bersamanya tidak bisa memisahkan dia dengan Jeanny.

Melihat anak kecil tersebut menangis, Jeanny menjadi kasihan. Rasa sakitnya akibat perbuatan Yudha, teralihkan. Dengan apa yang dilakukan gadis kecil tersebut kepadanya.

"Bu, biarkan saja," ujar Jeanny sembari jongkok didepan tubuh mungil yang menangis sambil memeluknya.

"Sayang, jangan nangis ya," ujar Jeanny dan mengurai pelukan, dan kemudian , Jeanny menghapus air mata yang membasahi kedua pipi anak kecil yang bernama Lisa.

"Maaf Non, tidak biasanya Non Lisa begini," ujar wanita tersebut.

"Sudah, jangan menangis. Sekarang Lisa, Lisa namanya Bu?" tanya jeanny pada wanita yang datang bersama Lisa.

"Iya Non, Lisa."

"Sekarang, Lisa pulang ya," ujar Jeanny.

"Tidak!" Lisa menolak untuk pulang, bibirnya mengerucut. Tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Jeanny.

*

*

Bertemu

Happy reading guys 🥰

🌞🌞🌞

"Sekarang, Lisa pulang ya," ujar Jeanny.

"Tidak!" Lisa menolak untuk pulang, bibirnya mengerucut. Tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Jeanny.

"Non, kita harus pulang. Nanti kita tidak diberi izin oleh Oma untuk keluar jalan-jalan ke taman lagi," kata wanita yang datang bersama dengan Lisa.

"Tidak! Lisa mau dengan Mama..!" seru Lisa, dan melingkarkan tangannya memeluk leher Jeanny.

"Bu, hubungi Mama Lisa," ujar Jeanny.

"Nona, Mama Lisa..," ujar wanita tersebut dengan mengerakkan jari telunjuknya ke arah langit.

"Maaf," ujar Jeanny sambil mengelus punggung Lisa dengan lembut.

"Mama, Lisa rindu Mama," ujar Lisa.

"Waduh..! belum di coblos, aku sudah punya anak sebesar ini. Baru tadi ditinggalkan laki-laki durjana dan sekarang. Aku sudah diberi anak, Tuhan sangat adil ." suara hati Jeanny.

"Non, ayo kita pulang. Besok kita ketemu dengan Mama ya. Sekarang, kita pulang."

"Tidak! Bik Anah pulang saja, Lisa ingin dengan Mama..!" seru Lisa dengan suara keras, bibirnya mengerucut. Raut wajahnya terlihat marah.

"Lisa, anak baik tidak boleh marah dengan orang yang lebih tua ya," ujar Jeanny, mengingatkan Lisa untuk tidak melampiaskan kekesalannya pada sang pengasuh.

"Maaf," ucap Lisa dengan suara yang pelan, nyaris tidak terdengar.

"Lisa mau pulang dengan Mama," ujar Lisa, tetap Keukeh dengan keinginannya.

"Hah..!" Jeanny terkejut.

"Non, Mama masih sibuk. Kita tunggu Mama di rumah ya." bujuk Bik Anah.

"Tidak..! Lisa bilang tidak ya tidak...!" seru Lisa dengan marah, karena keinginannya tidak terpenuhi. wajah Lisa terlihat sangat kesal.

Jeanny mengurai pelukan Lisa dilehernya, dan menangkup kedua pipi Lisa dengan kedua tangannya.

"Sayang, jangan marah ya. Nanti, kalau marah-marah cepat keriput. Apa Lisa mau wajahnya keriput sana-sini, dan tidak cantik lagi," ujar Jeanny sambil menunjuk kearah wajah Lisa.

Lisa menggelengkan kepalanya.

"Bu, apa rumah Lisa jauh dari taman ini?" tanya Jeanny.

"Tidak Non, komplek itu rumahnya," sahut Bik Anah, dan menunjuk kearah depan taman yang terdapat komplek perumahan elite.

"Begini saja Bu, biar saya ikut mengantarkan. Apa boleh?" tanya Jeanny pada Bu Anah.

"Boleh..boleh Non, Bibik senang. Tapi apa tidak menganggu ? mungkin Non ada acara," ucap Bik Anah.

"Tidak Bu, saya tidak ada acara. Ayo, kita pulang."

Jeanny mengandeng Lisa.

"Bu, apa Lisa bukan orang Indonesia?" tanya Jeanny, karena logat bahasa Indonesia Lisa yang terdengar asing di telinga Jeanny.

"Orang Indonesia Non, tapi. Sedari kecil, Non Lisa tinggal di luar. Syukur Non Lisa masih bisa berbicara bahasa Indonesia Non, karena Bibik yang mengasuhnya sejak dia baby." cerita Bik Anah sembari mereka berjalan menuju rumah.

Tidak lama berjalan, mereka tiba didepan rumah yang sangat besar dan megah. Dengan pintu gerbang yang sangat tinggi, membuat kesan. Si pemilik rumah enggan berbagi keindahan rumahnya pada orang luar.

"Rumahnya besar sekali," ujar Jeanny dengan mulut terbuka, dan matanya menatap rumah didepannya dengan perasaan yang tidak bisa diucapkannya dengan kata-kata.

"Ini Rumah Oma Non Lisa," ucap Bik Anah sambil membuka pintu gerbang kecil, untuk orang yang masuk dan keluar yang tidak mengunakan mobil.

"Oh..! rumah yang bagus. Tapi, aku tidak suka punya rumah sebesar ini. Pasti pemilik rumah ini, sangat jarang bertemu dengan penghuni rumah yang lain. Dengan tetangga kiri-kanan, mereka pasti tidak saling kenal." gumam Jeanny.

"Ayo Mama." Lisa menarik tangan Jeanny.

"Gila! rumahnya tinggi sekali, aku seperti sedang berada di rumah raksasa dan aku manusia kerdil yang terjebak didalam dunia para raksasa," ujar Jeanny.

Kedatangan mereka sudah di sambut oleh dua wanita yang terlihat masih segar, walaupun terlihat gurat-gurat usia matang terlihat dari raut wajah kedua wanita tersebut. Tetapi tidak mengurangi sisa-sisa kecantikan di usia mudanya.

"Oma, Obut...!" seru Lisa sembari berlari kecil menuju kedua wanita tersebut.

Jeanny, terpaksa ikut berlari kecil. Mengimbangi langkah Lisa.

"Kenapa baru pulang?" tanya wanita yang terlihat lebih tua, karena terlihat. Rambutnya sudah memutih seluruhnya.

"Maaf Nyah buyut, Non Lisa tidak mau dibawa pulang." Bik Anah yang menjawab pertanyaan Nyah buyut.

"Lihat, Lisa membawa Mama pulang..!" seru Lisa dengan raut wajah gembira, menatap Oma dan Obut.

"Mama..!?" Oma Lisa kaget mendengar perkataan sang cucu.

Keduanya melihat Jeanny dengan lekat, kemudian keduanya saling pandang. Lalu, memandang kearah Lisa.

Jeanny gugup, saat pandangan mata kedua wanita menelisiknya dengan intens.

"Maaf Tante, apa yang dikatakan Lisa. Bukan kemauan saya," ujar Jeanny gugup, dan bibirnya sedikit tersenyum. Takut, dia dikatakan mengambil kesempatan untuk dekat dengan Lisa.

"Ma, apa yang ada dalam pikiran kita sama?" tanya Oma Lisa, kepada Mama Gracia. Mama mertuanya dengan berbisik.

"Apa yang kau pikirkan Alma?" tanya Gracia pada sang menantu. Alma.

"Gadis ini, sepertinya cocok untuk menggantikan Malika," ucap Alma.

"Pikiran kita sama, tapi. Apa anak bodo itu mau?" tanya sang Mama mertua.

"Kita coba Ma," sahut Alma.

Melihat kedua wanita yang panggil Lisa dengan Oma dan Obut asik berbisik sambil melihatnya, Jeanny merasa tidak nyaman.

"Apa yang mereka bicara kan?" pertanyaan dalam benak Jeanny.

"Kita pikirkan nanti, sekarang. Kita selidiki gadis ini, jangan-jangan dia sudah punya suami," ucap Gracia pada sang menantu.

"Lisa, di mana ketemu dengan Mama?" tanya Alma pada Lisa.

"Tante, saya bukan Mama Lisa..!" seru Jeanny.

"Di taman," sahut Lisa dengan raut wajah yang gembira.

"Kenapa semua mengatakan aku Mama Lisa." suara hati Jeanny

"Ayo Nona, kita masuk dulu," ujar Obut Lisa.

"Saya harus pulang Tante." tolak Jeanny untuk masuk.

"Sebentar saja." titah Oma Lisa.

"Ayo, jangan takut. Kami orang baik," ujar Gracia.

"Lisa tidak mau pulang tadi, kalau tidak bersama dengan Nona," ucap Bik Anah.

"Lisa mau pulang dengan Mama," ujar Lisa.

"Ayo Ma." Lisa menarik tangan Jeanny, sehingga. Jeanny tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Aku terjebak di sini." suara hati Jeanny yang lesu.

Dan kini, Jeanny duduk diruang tamu yang cukup besar. Di sampingnya, Lisa duduk dengan memegang tangannya.

"Nama Nona siapa?" Oma Lisa membuka suaranya.

"Saya Jeanny Anastasya, Tante."

"Jeanny, nama yang bagus," ucap Obut Lisa.

Percakapan mereka terhenti sejenak, saat dua orang pelayan datang dengan membawa minuman dan cemilan.

"Apa Nona Jeanny sudah menikah dan memiliki anak?" tanya Obut to the point.

Hah...!" mulut dan mata Jeanny terbuka lebar.

"Jangan salah paham dengan pertanyaan saya ini, karena saya heran. Kenapa cucu saya bisa akrab dengan Nona Jeanny, mungkin karena aura keibuan Nona Jeanny yang membuat cucu saya menyukai anda," ujar Obut Lisa.

"Apa Nona Jeanny sudah memiliki anak?" tanya Obut Lisa kembali.

"Saya masih sendiri, dan baru diputuskan tadi di taman," ujar Jeanny dengan raut wajah dan suara yang sedih, karena mengingat apa yang baru saja dialaminya.

"Bagus...!" seru Obut Lisa sambil menepuk-nepuk pahanya dengan semangat, kacamata yang bertengger di atas hidungnya, menghiasi matanya sampai melorot. Karena Obut Lisa tertawa sampai kepalanya bergoyang-goyang.

Jeanny kaget, mendengar ucapan Obut Lisa. Mata Jeanny bulat, mulut ternganga karena kaget. Begitu mendengar ucapan Obut Lisa. Alma juga kaget, matanya mendelik menatap sang mertua.

"Mama....!" tegur Alma, pada Gracia. Sang mertua.

*

*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!