"tap tap tap"
Karunia berjalan setengah berlari sambil berusaha membenahi pakaian yang ia kenakan. Hari ini ia harus mempresentasikan inovasi produk baru yang ditugaskan oleh kepala divisinya di depan direksi. Sesekali Ia menyempatkan mengamati penampilannya di kaca-kaca bangunan tinggi untuk memastikan bahwa pakaiannya tidak terbalik dan sudah Ia pakai sebagai mana mestinya.
Kenapa sih, selalu aja kalau lagi buru-buru pake acara ngga bisa dinyalain lagi si ateez! Gerutunya dalam hati. Ateez adalah nama yang ia berikan untuk mobil peninggalan orang tuanya, mobil yang suduh cukup tua namun ia sangat menyayanginya karena mobil itu adalah saksi kenangan hidupnya yang pernah indah ketika kedua orang tuanya masih hidup.
"ting"
Pintu lift terbuka dan Ia pun segera berjalan menuju kantor divisinya. Divisi Co & Creative.
Gara-gara ateez mogok kan harus naik ojol! mana si mamangnya malah ngga hapal jalan kan malah hampir telat ini! Duh, 5 menit lagi! Karunia mempercepat langkah kakinya menuju meja kerjanya.
" Nia! Tumben telat? Ateez ngambek lagi? " Sarah menghampirinya dengan tatapan prihatin.
" Iya nih, ngga bisa dinyalain lagi. Padahal kemarin bisa loh. " sahut Karunia sambil meletakkan tas dan membuka laci meja kerjanya dan mengambil flash disk dari situ.
" Ready? " tanya Sarah lagi,
" Yess, Bismillah. Yuk!! " Karunia nampak bersemangat. Karunia menghentikan langkahnya setelah berjalan beberapa langkah, " Wait, how do I look?" tanyanya lagi sambil berusaha merapikan rambut sebahunya,
" Yeah, pretty as always " jawab Sarah sambil tersenyum. Mendengar jawaban Sarah membuat Nia tersenyum dan merasa kembali bersemangat.
Kemudian mereka berdua berjalan bersama menuju ruang rapat sambil ngobrol dan sesekali tertawa.
Sarah adalah sahabat Karunia. Ia adalah satu-satunya tempat Nia menceritakan seluruh keluh kesah hidupnya, Sarah pula yang mendampingi Nia ketika Nia dalam keadaan sangat terpuruk ketika kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan beberapa bulan silam. Kedua gadis itu terkenal sebagai sahabat dan memiliki penampilan paling cantik dan menarik di perusahaan tempat mereka bekerja.
🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️
Di ruang rapat
" Mohon perhatiannya, selamat pagi. Pada pagi hari ini, CEO kita, Tuan King Narendra juga hadir dalam pemaparan inovasi produk yang akan disampaikan oleh divisi Co & Creative. Kami ucapkan, selamat pagi Tuan King Narendra" ucap Ratna, Kepala divisi Co & Creative, yang tidak lain adalah atasan Nia dan Sarah.
" Pagi. " jawab Rendra sambil tersenyum simpul.
King Narendra. Laki - laki berusia 27 Tahun itu adalah penerus tahta kerajaan bisnis kedua orang tuanya. Laki - laki lulusan S3 Business and Management Harvard University itu terkenal sebagai pria dingin dan sangat cerdas. Wajahnya yang tampan, alis tegas, dan postur tubuhnya yang tinggi tegap selalu menjadi bahan pembicaraan staff wanita di perusahaan.
" Baik, silakan kepada tim dari Co & Creative untuk memaparkan apa saja yang ingin disampaikan" Ratna mempersilakan staffnya untuk memulai pemaparan.
" Selamat pagi, terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Saya akan memaparkan..... " Nia memulai pemaparan dengan percaya diri.
Setelah memaparkan semua ide - idenya, kini gikiran Rendra menyampaikan pendapatnya.
" Terima kasih. Pemaparan cukup baik. Ide cukup kreatif. Silakan dirapatkan lebih lanjut dengan divisi lain untuk pengembangan selanjutnya. " Ucap Rendra. " Saya rasa cukup, terima kasih" kemudian Rendra berdiri dan melangkah pergi keluar dari ruang rapat diikuti oleh Andreas, Asisten sekaligus sekretarisnya.
" Terima kasih Nia dan Sarah, kerja bagus. secepatnya kita akan melanjutkan project ini dan melaksanakan rapat dengan divisi desain dan juga produksi pengembangan " ucap Ratna
" Baik Bu Ratna " jawab Sarah dan Nia bersamaan.
Kemudian Ratna pun keluar dari ruang rapat.
" Nia, laper nih. tadi belum sempet sarapan. Mau makan siang apaaaa? " rengek Sarah sambil memasang wajah memelas.
" Iya nih, aku juga. ke cafe seberang yuk. Pengen sandwichnya. " jawab Nia.
" Asik, hayuk hayuk!! Aku mau sphagetti aah. Enak kayanya, sama jus jeruknya enak tuh. " sahut Sarah sambil melingkarkan lengannya ke lengan Nia.
🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️
- Di Cafe -
Sarah dan Nia duduk di meja di pinggir ruangan. Di meja mereka sudah tersaji sadwich tuna ekstra keju dan Matcha Latte favorit Nia, dan sphagetti bolognese dan jus jeruk favorit Sarah.
Dari kejauhan tampak Rendra memasuki mobilbya kemudian mobilnya melaju keluar dari area perusahaan.
" Itu Pak Rendra. Keren yah, umur segitu, ganteng, sekolah tinggi, pinter, CEO. " kata Sarah kemudian memasukkan sesuap sphagetti ke dalam mulutnya.
" Dia ganteng banget kan Nia? " tanya Sarah
" Aku tidak terlalu memperhatikan wajahnya tadi. Jadi aku ngga tau, dia ganteng atau engga. " jawab Nia asal.
" Ah, dia juga dari keluarga terpandang. " lanjutnya sambil mengunyah makanannya.
" Yaah begitulah, dia punya semuanya. Terutama kesempatan. " sahut Nia.
Yah, memang benar. Semua karena kesempatan. Nia berasal dari keluarga sederhana, alamarhum ibunya adalah seorang ibu rumah tangga dan ayahnya dulunya memiliki sebuah usaha dalam bidang travel. Namun akibat krisis moneter yang pernah terjadi, ayahnya mengalami kebangkrutan dan kehidupan Nia yang dulunya serba berkecukupan bahkan lebih, menjadi berubah 180°.
Nia menerawang ke arah luar jendela sambil memasukkan sandwich lagi ke dalam mulutnya. Ia mengingat-ingat kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya ketika mereka akan menghadiri wisuda Nia 8 bulan yang lalu. Ya, kedua orang tua Nia tewas dalam kecelakaan ketika kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan menghadiri wisuda Nia di kampus Nia. Rasa bahagia yang seharusnya dirasakan menjadi rasa duka mendalam bagi Nia saat itu.
Mendapati Nia yang sudah mulai berkaca-kaca, Sarah menggenggam tangan Nia untuk mengalihkan pikiran Nia, " Yuk makan lagi. keburu habis lagi waktu makan siangnya. "
Nia mengangguk sambil tersenyum.
Mereka menikmati makan siang sambil bercanda hingga waktu makan siang selesai.
" Yah, mulai gerimis nih. Sarah hayuk! Jajan apa lagi sih! " panggil Nia yang melihat Sarah mampir lagi ke mamang siomay depan cafe.
" Bentar, lumayan dikunyah2 di ruangan nih. " sahut Sarah.
Setelah selesai membeli siomay Sarah menghampiri Nia dan mereka berlari kecil menuju kantor karena hujan mulai turun sedikit lebih deras.
🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️
- Rumah Nia -
Hujan masih mengguyur bumi dengan sangat deras. Nia duduk di ruang tamu sambil menatap ke arah luar, memperhatikan rintikan hujan yang deras. Ia menyuapkan sesuap Mie rebus ke dalam mulutnya. Hujan, mie rebus dengan potongan cabai dan sosis sangat menyempurnakan suasana malam ini.
Jalanan sangat sepi malam ini, mungkin karena hujan. Batin Nia.
Setelah menghabiskan mie rebusnya, Ia beranjak berjalan menuhu dapur ketika ada suara...
BRRAAAKKKK!!!!! BRRAAAAAAAKKKKK!!!!
Nia tersentak. Ia meletakkan mangkuk kosong bekas mie yang Ia makan dan berlari ke arah jendela rumahnya. Ia sangat kaget ketika melihat ada mobil yang sudah penyok bagian depannya karena menabrak pohon besar di dekat rumahnya.
Ia segera keluar tanpa menggunakan payung, tidak menghiraukan hujan deras yang mengguyur dan membuat pakaiannya basah.
Ia berusaha mencari pertolongan namun tidak ada orang yang lewat, Ia berusaha membuka pintu sopir dan menemukan pengemudi yang terluka pada bagian kepalanya. Keadaan jalanan dengan lampu yang tidak cukup terang namun tampak jelas orang ini terluka parah.
" Aduh, gimana ini. Ngga ada orang lewat. Oh, 119. Telpon 119 " Nia berdiri berniat mengambil handphonenya untuk menelepon 119. Baru akan berlari, Ia merasakan tangannya ditarik dan digenggam keras oleh korban kecelakaan itu.
" Tolong aku. " ucap orang itu lirih,
Mendapati orang itu masih sadar, Nia segera menundukkan badannya lagi. " Aku akan menyelamatkanmu. Tunggu. aku akan membawamu ke rumah sakit. "
Nia berlari ke dalam rumah, mengambil kunci mobilnya dan menutup pintu rumahnya asal tanpa menguncinya. Ia mengeluarkan mobilnya, untung saja tadi Ia sudah meminta montir panggilan langganannya untuk memperbaiki mobilnya.
Setelah mengeluarkan mobilnya Ia menghampiri orang itu dan berusaha memapahnya ke dalam mobilnya. Kemudian tanpa pikir panjang Ia memacu mobilnya dengan kecepatan agak tinggi ke arah rumah sakit. Bayangan akan kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan muncul lagi, teringat kedua orang tuanya bersimbah darah di ruang jenazah ketika Ia wisuda benar - benar membuat hatinya terluka lagi.
Ia mengendarai mobilnya sambil menangis karena ingatan tentang kedua orang tuanya muncul lagi. " Aku akan membawamu ke rumah sakit. Bertahanlah. Jangan mati. " ucap Nia di tengah tangisannya
🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘
Bismillah, ini adalah cerita pertama yang aku tulis melalui Noveltoon. Semoga kalian suka yaah, yuk dukung aku. Supaya aku makin semangat untuk menulis lagiii.
Setelah mengendarai mobil selama 20 menit, Nia dan orang asing yang sedang terluka itu sampai di Rumah Sakit. Rumah Nia yang memang tidak berada di pusat kota menyebabkan waktu tempuh menjadi lebih lama sekalipun Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.
Setibanya di rumah sakit, Nia segera turun dari mobil dan berlari ke Unit Gawat Darurat (UGD) dan meminta pertolongan.
" Tolong! Tolong! Saya membawa korban kecelakaan!" teriaknya panik, terdapat bercak darah pada kaos kuning bergambar bebek yang Ia kenakan. Matanya masih mengalirkan air mata.
Petugas RS segera menghampirinya dan mengikutinya ke arah mobilnya. Setelah memastikan korban tidak bisa berjalan, salah satu petugas dibantu temannya yang lain mengambil brankar dan membawa ke arah mobil Nia. Orang asing tersebut kini sudah di atas brankar dan dibawa ke dalam salah satu space di UGD.
Setelah memindahkan posisi mobilnya agar tidak menghalangi jika ada ambulance datang, Nia segera berlari kembali ke UGD. Ia menunggu dengan cemas sambil terus menangis.
" Maaf, apakah anda keluarga pasien tersebut? " salah satu perawat bertanya ke Nia.
" Ah, bukan. Aku tidak mengenalnya. " jawab Nia sambil menyeka air matanya.
" Lali, anda siapa? " tanya perawat itu lagi.
" Aku, aku... Orang itu mengalami kecelakaan di depan rumahku. Karena tidak ada orang lewat, aku membawanya kemari sendiri. "
" Apakah anda membawa identitas pasien atau semacamnya? " tanya perawat itu lagi. " Atau, bisakah kami meminta identitas anda untuk kami data sebagai penanggung jawab atau pihak keluarga pasien? "
" Oh iya, sebentar. " kata Nia berusah mencari sesuatu dalam saku celana tidurnya.
Ah, aku lupa. aku tadi hanya mengambil kunci mobil dan tidak membawa apapun. Bahkan pintu rumah sepertinya aku lupa menguncinya.
" Maaf, saya tidka membawa identitas. Tadi saya terburu - buru. " jawab Nia lagi.
" Ponsel pasien berbunyi! " seru salah satu perawat lain sambil mengangkat ponsel orang asing itu.
Nia menghampiri perawat itu dan mengambil ponsel orang asing tersebut. Ia membaca nama yang tertera di ponsel itu. Lucy.
Ah, mungkin ini adalah kerabat atau kekasihnya. Aku akan mengangkatnya.
" Halo, selamat malam. " ucap Nia.
" Halo. Siapa Kau? Kenapa kau angkat telponku?! Mana tunanganku?! " teriak seseorang di seberang sana.
Oh, jadi orang ini sudah bertunangan. Batin Nia lagi.
" Tunangan anda mengalami kecelakaan, saat ini sedang berada di UGD RS XX, " jawab Nia.
" Aku segera ke sana. " jawab orang di seberang sana. Kemudian telepon terputus.
Nia menurunkan ponsel itu dari telinganya. Ia mengamati wajah orang asing yang sedang terluka itu. Kenapa tidak asing? Seperti pernah lihat. Tapi di mana ya? Batin Nia.
Ketika Nia akan beranjak dan pergi meninggalkan orang asing itu, lagi - lagi tangannya ditahan oleh orang asing itu.
" Kau mau ke mana? " tanyanya dengan suara seperti sedang menahan sakit.
" Ke depan. Tunangan anda akan segera datang. " jawab Nia.
" Tolong kau bawa ini, " kata orang itu sambil berusaha melepaskan gelang berwarna hitam dari tangannya. " Aku akan mencarimu. Jaga gelang ini. " lanjutnya.
Nia hanya menurut, membantu melepaskan gelang itu kemudian menggenggamnya.
15 menit kemudian.
" Di mana tunanganku?! " terdengar suara teriakan wanita dari arah pintu UGD.
" Kau! Kau apakan tunanganku?! " teriak wanita itu setelah menemukan tunangannya dan mendapati Nia duduk di samping bed pasien.
" Aku tidak apa2kan tunanganmu. Dia mengalami kecelakaan di depan rumahku dan aku hanya membawanya kemari. " jawab Nia dengan nada dingin.
" Baiklah, ambil ini. " ucap wanita itu sambil meletakkan kasar segenggam uang di atas meja di samping bed. " Kau bisa pergi sekarang. " imbuhnya.
Merasa tersinggung dengan ucapan wanita itu, Nia berdiri dan menatap dingin wanita itu. " Saya membantu atas dasar kemanusiaan. Saya tidak akan menerima uang anda. " Jawab Nia.
Hatinya bergemuruh, menahan amarah. Bagaimana ada manusia tidak berperasaan seperti itu. Menganggap semua selalu dinilai dengan uang. Ia berbalik melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruang UGD RS itu dan berjalan ke arah mobilnya terparkir.
Di dalam mobil yang masih terparkir di halaman parkir RS, Nia termenung. Masih tidak habis pikir kenapa ada orang seperti itu. Kemudian Ia tersadar, gelang berwarna hitam milik orang asing itu masih ada dalam genggamannya.
Apakah aku serahkan saja ke wanita itu? Bukankah Ia tunangannya? Tapi aku sungguh malas jika harus bertemu lagi dengannya. Lagipula, pria itu meminta aku untuk menjaga gelang ini dan akan mencariku. Mungkin ini barang penting. Baiklah, aku simpan saja. Batin Nia.
Kemudian Ia menyalakan mobilnya dan mengendarai ateez ke arah rumahnya.
Sesampainya di rumah, mobil milik orang asing itu sudah tidak ada. Ah, mungkin sudah diambil oleh polisi atau semacamnya. Biarlah, tugasku hanya mengantar Ia ke RS. Batin Nia.
Setelah mengganti pakaian dan membersihkan diri, Nia merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Pikirannya masih terbayang wajah pria asing itu.
Seperti pernah bertemu. Tapi di mana, siapa yah? Batin Nia sambil menatap gelang berwarna hitam pria asing itu. Ada inisial berhuruf K.N pada bagian dalam gelang berwarna hitam itu.
Tak lama Nia pun tertidur setelah lelah berusaha mengingat siapakah kira - kira pria asing yang Ia tolong tadi.
🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘🔘
Sudah tiga minggu sejak kejadian kecelakaan di depan rumahnya. Nia menganggap orang asing itu baik - baik saja dan sudah tentu tidak mengingatnya lagi. Nia pun menjalani hidupnya seperti biasa. Ia pergi bekerja, dan melaksanakan aktivitasnya seperti biasa walau masih sering Ia teringat ucapan pria asing itu. Bahwa Ia akan mencari Nia.
Sambil menatap gelang berwarna hitam pemberian orang asing itu, Ia bergegas berjalan menuju ateez dan menyalakan mesinnya.
Hari ini hari minggu, entah mengapa Nia ingin mengunjungi makam kedua orang tuanya. Seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju pemakaman umum tempat kedua orang tuanya dimakamkan. Tak lupa Ia mampir ke salah satu pasar untuk membeli bunga untuk ditaburkan di atas makam kedua orang tuanya.
Setelah tiba di area pemakaman, Nia berjalan dengan tatapan lurus ke arah nisan kedua orang tuanya. Ia duduk, menaburkan bunga di atas makam ayah dan ibunya yang bersebalahan. Tak terasa air matanya menetes, mengingat seluruh kenangannya bersama kedua orang tuanya semasa hidup. Tanpa Ia sadari, seorang laki - laki mengamatinya dari jauh.
" Siapa orang itu? Mengapa Ia mendatangi makam sahabat orang tuaku? " tanya laki - laki itu kepada seseorang di sebelahnya.
" Mungkin itu adalah keluarga dari sahabat Tuan dan Nyonya besar. " jawab Andreas.
" Coba kau cari tahu, seingatku Ayahku dulu pernah memintaku untuk menikahi anak dari sahabatnya. Siapa wanita itu. " lanjutnya.
" Baik Tuan, " sahut Andreas.
🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️
Hari Senin. Hujan deras mengguyur kota tempat Nia tinggal. Ia menghela napas panjang, cuaca yang seperti ini entah mengapa sedikit banyak membuatnya teringat akan kejadian yang menimpa kedua orang tuanya. Ia merasa tidak bersemangat.
Ah, tidak ada waktu untuk menjadi tidak bersemangat. Aku harus selalu bersinar seperti kata ibu. Karena aku adalah karunia. Nia bermonolog sambil merapikan rambut dan poninya.
Ia mengambil tas selempang yang biasa Ia gunakan kerja dan mengendarai ateez ke tempat kerjanya. Namun di tengah jalan, tiba - tiba ateez berhenti tanpa sebab.
" Kamu ngambek lagi? Jangan sekarang dooong. Jangan dooong.... " Nia mulai panik. Ia mencoba menyalakan mesin mobilnya berulang kali tetapi tetap tidak mau menyala.
Ah, mau tidak mau aku terpaksa meninggalkanmu di sini dulu. Aku ada rapat dengan divisi lain hari ini. Batin Nia.
Ia segera memesan ojek online. Ketika ojek online pesanannya datang, Ia segera keluar dari mobil dan menggunakan hoodie yang sengaja ia simpan di dalam mobilnya dan memasangkan penutup kepala hoodie pada kepalanya.
15 menit kemudian
Nia sudah sampai di perusahaan tempat Ia bekerja. Ia berlari berusaha mengejar pintu lift yang terbuka. Tanpa Ia sadari, ada orang lain yang sudah berada dalam lift tersebut.
" Maaf, maaf. Terima kasih sudah mau menunggu saya. " ucap Nia sambil sedikit menganggukkan kepalanya.
Tidak ada jawaban dari dua pria yang sudah terlebih dahulu berada di dalam lift.
Nia merapikan rambutnya dengan memanfaatkan pantulan bayangannya pada pintu lift sambil bernyanyi dengan suara volume terkecil yang bisa ia hasilkan. Sesekali Ia menepuk - nepuk roknya berharap dapat mengurangi butiran2 air hujan yang melekat pada roknya.
Salah satu pria yang ada di dalam lift itu mengamati Nia. Bagaimana bisa dia melakukan itu ketika ada orang lain juga berada dalam lift yang sama dengannya. Apa dia tidak punya rasa sungkan? Batin pria itu. Tatapannya terhenti ketika Ia melihat sebuah benda yang terpasang pada tali selempang tas Nia. Sebuah gelang hitam yang tidak asing baginya. Sebuah gelang hitam, dengan ukiran inisial KN.
🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️
" Hachi! Hachi! "
Nia terus - terusan bersin dan sesekali mengelap hidungnya dengan tissue. Kulitnya yang putih berubah menjadi kemerahan pada bagian hidung akibat bersin - bersin.
" Nia, ateeznya dibawa ke bengkel dong. Macet terus deh. " kata Sarah sambil menyodorkan segelas susu coklat hangat ke Nia.
" Wah, terima kasiih. " ucap Nia sambil menerima segelas coklat hangat dari Sarah. " Aku tidak ada waktu, mang Kusen yang suka aku panggil pun akhir - akhir ini sibuk. Sepertinya sedang banyak pekerjaan di bengkelnya. " lanjutnya.
" Tapi nanti, misal kamu lagi pergi malam - malam, terus dia macet, ga bisa dinyalain. Kemudian kamu lagi ngga ada pulsa, ngga ada sinyal. bagaimana? Ateez lagi macet di tengah hutan misalnya. " Sarah mengomel dengan menaikkan 1 oktaf nada bicaranya.
" Iya iya, Ibun Nyai.. Nanti aku bawa ke bengkel deh. " jawab Nia menghentikan omelan Sarah yang entah kapan akan berhenti jika tidak segera dihentikan.
" Yuk, ke ruang rapat lantai 5. Nanti telat kena sindir nyi roro jonggrang. " ajak Sarah.
Setelah menghabiskan susu coklat hangat, Nia berdiri dan menyiapkan berkas yang harus Ia bawa untuk rapat. " Kuy! " sahut Nia.
Kemudian Nia dan Sarah berjalan bersama ke arah lift. Sarah menekan tombol angka 5 dan tsk lama pintu lift terbuka.
" Oh maaf Tuan Narendra. Silakan. Kami tunggu yang selanjutnya saja. " kata Sarah membuat Nia terkejut.
Tetapi pria bernama Narendra itu menekan tombol agar pintu lift tetap terbuka. " Masuk saja. " titahnya kepada Sarah dan Nia.
Nia tidak terlalu memperhatikan laki - laki itu. Ia sibuk menatap ponselnya. Mengirim pesan kepada mang Kusen untuk menengok ateez agar tidak makin sering ngambek. Sesekali Ia menggoyang - goyangkan hidungnya dengan tangannya karena terasa gatal.
Apa dia tidak mengenaliku? Bagaimana bisa dia bisa acuh begitu saja bahkan tidak menyapaku. Batin Rendra.
Setelah sampai di lantai 5 Nia dan Sarah segera keluar dari lift dan sempat menganggukan kepala kepada Rendra tanda pamit untuk mendahului keluar dari lift. Rendra hanya melirik singkat dan menghadap kembali ke atas. Sedangkan Andreas? Manusia setengah kulkas itu hanya menatap lurus ke depan tanpa berkedip.
Bagaimana bisa dia tidak mengenaliku? Rendra bermonolog.
" Andreas. " Rendra memanggil Andreas dengan wajah yang tetap mengarah ke depan.
" Ya Tuan, " jawab Andreas.
" Bisakah kau cari tahu tentang dua staff wanita tadi. Salah satu di antara mereka memakai gelang dengan inisial namaku sebagai hiasan tasnya. " perintah Rendra.
" Baik Tuan. " jawab Andreas lagi.
Bagaimana bisa staff biasa memiliki gelang tangan dengan inisial nama Tuan? Apakah di dunia hanya ada satu gelang yang seperti itu? Batin Andreas.
🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️🔹️🔸️
Baiklah, sekarang saatnya untu memberikan gambaran visual karakter dalam novel ini. Siap? Siap? Siap tidak siap yaaah, hihi
...Karunia Orchida - Nia...
Berambut pendek dengan wajah sedikut jutek tapi tetep mempesona dong,
...King Narendra Hartawan - Rendra...
Sekalipun dari samping, tetap terlihat ganteng dan aura dinginnya yess... Kok ganteng amat siiih... ❤
.
.
.
Mau tau visual Sarah atau Andreas juga ? sabar yess. Akan tervisualisasikan dengan indah pada waktunya. Hihi
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!