NovelToon NovelToon

Nikahi Aku Dong Om

Pengantin Pria Menghilang

Di aula sebuah hotel ternama nampak kemeriahan sebuah resepsi Akbar yang sedang di gelar.

Karangan bunga berjejer di sepanjang jalan, menandakan bahwa pemilik acara orang terkenal melihat banyaknya ucapan karangan bunga yang berjajar rapih hingga penuh sisi kanan kirinya.

Sementara di dalam aula terlihat kemegahan dan keindahan dekorasi aneka bunga menghiasi setiap sudut ruangan.

tema wedding yang di usung juga unik, taman bunga di atas awan seolah ruangan itu berada di awan karena efek awan yang di buat, menambah keindahan acara tersebut.

Setiap tamu undangan tak hentinya berdecak kagum dengan penataan dekorasinya, mereka seakan di bawa ke negri khayalan.

Dress code yang di gunakan salah putih.

ada penari yang menari tarian daerah yang juga memakai pakaian serba putih

Sementara di setiap sudut terdapat stand makanan tertata rapih ala negri dongeng.

Namun suasana yang gegap gempita di luar sana berbanding terbalik dengan suasana di sebuah kamar presiden suite hotel, dimana calon mempelai wanita berada bersama keluarganya berada,

wajah semua orang terlihat tegang dan marah.

"Apaaaaaa....???? pengantin prianya melarikan diri???" tanya Ayudia melotot tak percaya, ia sangat shock hingga tak sadarkan diri.

Semua keluarga langsung panik dan bingung harus melakukan apa, pasalnya tamu undangan sudah banyak yang hadir, penghulu juga sudah siap di aula khusus ijab qobul pernikahan, bagaimana bisa pengantin prianya tahu-tahu menghilang tanpa jejak.

"Maafkan aku, aku juga terkejut, ia hanya pamit ke toilet, namun begitu kami menyusul, Marcel sudah tidak ada di sana" ucap papa Marcel bernama Mario dan istrinya Salwa

"Kami tak perlu permintaan maaf mu, kamu perlu putramu hadir, jika perlu seret ia walau di lubang semut sekalipun!!!!" ucap Angelo dengan wajah murka , ia tak terima cicitnya di perlakukan seperti ini.

Walau Angelo sudah sepuh dan duduk di kursi roda, namun aura seorang Angelo tak pernah pudar, Mario merasa sangat terintimidasi.

"Jika kau tidak bisa menemukan anakmu Yaang dungu itu, jangan harap bisnismu akan aman" ucap Angelo dengan tatapan tajam

"Ma.. maaf, baiklah" ucap Mario dan istrinya dengan udara bergetar, tanpa menunggu lama mereka lalu pergi dari ruangan tersebut.

"Mati kita pa, kita akan jadi gembel karena ulah Marcel" ucap Salwa pada suaminya

"Tutup mulutmu, kalau kau tidak memanjakan anak itu, semua ini tidak akan terjadi, kau tahu sendiri siapa keluarga Arjuna, seharusnya Marcel menjadi pewaris benedito, tapi anak bodoh itu malah membuang berlian di depan matanya, anak sialan!!!" maki Mario Lalu meminta anak buahnya mencari keberadaan Marcel segera.

Dalam diam Salwa menyesali keputusannya, jika saja suaminya tahu jika kaburnya Marcel atas bantuan nya, ia pasti akan di ceraikan detik itu juga.

Salwa tahu kemana Marcel pergi, namun ia memilih tak mengatakan pada Mario atau Mario akan mencurigainya.

Satu-satunya cara agar keluarganya selamat dalam ia mengutus anak buahnya mencari keberadaan Marcel, kemana lagi jika bukan ke tempat kekasih gelapnya, Selina, wanita yang baru ia kenal setahun belakangan ini.

Sementara itu Davina merasa nyawanya serasa di cabut, lututnya lemah tak mampu menopang beban tubuhnya, ia lunglai dan hampir terjatuh.

beruntung Axel menopangnya dan membantunya untuk duduk.

Davina shock dan tidak percaya dengan kenyataan bahwa calon suaminya malah pergi di hari pernikahan mereka. Padahal ia tak pernah memaksa Marcel untuk menikahinya, keputusan menikah juga keputusan bersama.

Davina menangis histeris.

Ia merasa malu, marah, kecewa, benci yang menjadi satu.

Marcel kekasih yang sudah ia kenal lima tahun lebih tega melakukan ini padanya, jika tidak ingin menikah, mengapa Marcel melamarnya dan akhirnya ia kabur di hari pernikahannya.

Arjuna terlihat marah besar, ia tak tahu harus menyalahkan putrinya atau tidak, yang jelas saat ini ia sangat ingin membunuh Marcel yang di nilainya pengecut.

Arjuna menyesali keputusannya memberi restu pada Davina dan Marcel, semua karena Davina bersimpuh dan memohon pada Arjuna.

Arjuna tidak pernah setuju putri kesayangannya menikah dengan pemuda itu

Entah mengapa Arjuna memiliki insting bahwa Marcel bukan tipe suami yang cocok untuk putrinya.

Namun Davina terus bersikeras dan membela Marcel, bahkan Davina sampai pernah protes dengan tak berbicara dengan Arjuna demi membela Marcel, namun apa yang ia dapat sekarang sungguh tak sebanding dengan pengorbanan yang Davina lakukan.

Arjuna memejamkan matanya, keningnya terasa berdenyut nyeri, jika pernikahan ini gagal bukan hanya nama baik keluarganya yang tercoreng, tapi nama baik putri kesayangan nya, bagaimana Davina bisa menjalani masa depannya???

Arjuna tak perduli jika nama keluarganya hancur, tapi ia harus menyelamatkan harga diri putrinya.

Angelo menepuk punggung Arjuna, ia dan Ernest di bawa istirahat menuju kamar mereka.

Sementara Ayudia sudah sadarkan diri, kini ia sedang di kamar menangis di temani oleh Khadijah.

Pintu kamar terbuka dan masuklah Agatha dengan wajah sumringah

"Davina, penghulu sudah meminta agar acaranya segera di mulai karena ia harus menghadiri beberapa pernikahan lagi" ucap Agatha di depan pintu, namun Agatha terbengong melihat suasana di dalam kamar tersebut.

Wajah-wajah tegang dan marah terlihat.

Sementara Davina sedang menangis di pelukan Sania

"Ini...." Willy langsung membekap mulut istrinya dan menariknya ke sudut ruangan, Agatha memang tak tahu duduk persoalannya ya, ia sibuk mempersiapkan acara tersebut dan mengatur semua di acara tersebut, sehingga ia tak tahu kabar mengenai kaburnya pengantin pria.

Willy menjadikan pada istrinya mengenai situasi saat ini

"Apaaaaa??? astaghfirullah, bagaimana mungkin???" pekik Agatha begitu Willy memberitahunya.

Willy kembali membekap mulut istrinya yang terkenal memiliki suara bas dengan volume maksimal.

Willy juga heran bagaimana istrinya itu suka sekali berbicara dengan volume tinggi, ia curiga saat lahir Agatha menelan toa.

"Kecilkan suaramu, kau tambah memperkeruh keadaan" ucap Willy kesal membuat Agatha reflek langsung membekap mulutnya sendiri

"Sayang, jadi bagaiman dong????

Davina gak jadi nikah????

Terus undangan dan penghulu gimana??? di luar udah rame loh. Apa kita usir saja para tamu undangan???" ucap Agatha panik

"Aku juga gak tahu, saat ini kami semuanya juga panik.

Jadi stop membuat aku tambah panik dengan pertanyaan mu" ucap Willy memijit kepalanya yang sakit seperti mau pecah.

Willy berjanji jika suatu saat bertemu dengan Marcel, ia akan mengajar pria itu sampai tak bisa bangkit lagi.

"Gak mungkin kan aku usir mereka??? apa mau aku usir mereka???" tanya Agatha bergumam sendiri.

Agatha yang suka bicara ceplas-ceplos membuat Willy makin kesal pada istrinya

"Bicara lagi, nanti malam kamu tidur sama Mili di luar kamar" ucap Willy menatap tajam istrinya.

Kali ini Agatha langsung bermuka masam, ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya dengan wajah memelas.

Agatha tak mau tidur di luar dengan Mili, kucing kesayangan Willy.

Bahkan Willy terlihat sangat menyayangi Mili dibanding dirinya yang notabene nya adalah istri sah Willy.

Agatha merasa otaknya sudah sakit, bisa-bisanya ia tunduk pada Willy, padahal di keluarga besar Davina para pria tunduk pada wanita, namun itu tak berlaku padanya, ia takut Willy meninggalkannya, sungguh malang dirinya

Tiba-tiba pintu kamar kembali terbuka dan masuklah Sebastian dengan menggandeng seorang gadis kecil

"Assalamu'alaikum,

Maaf aku terlambat, Cleo tadi ngambek, aku gak ngelewatin akadnya kan??" tanya Sebastian dengan peluh membasahi dahinya dan nafas yang ngos-ngosan.

Sepertinya Sebastian berlari sambil menggendong Cleo putri kecilnya hasil pernikahannya dengan seorang wanita bernama Marsha, sayangnya pernikahan mereka kandas di tengah jalan karena Marsha kedapatan selingkuh dengan sahabat Sebastian sendiri.

Kini Sebastian single parent dengan seorang putri kecil yang sangat cantik bernama Cleo Tisha Chou.

mendengar ucapan papanya Cleo langsung memanyunkan mulutnya sambil bersedekap dada, tingkahnya seperti anak besar yang sedang merajuk

"Papa yang bikin lama kek, bukan Cleo" protes Cleo tak mau di salahkan di depan keluarga besarnya.

Susana yng tadinya tegang sedikit mencair dengan kedatangan Cleo, begitu pula Arjuna.

Arjuna langsung melunak begitu melihat tingkah menggemaskan Cleo, anak itu mengingatkannya pada Davina sewaktu kecil.

Arjuna langsung mendekati Cleo sambil tersenyum, ia tak mau keponakanya takut karena melihat wajahnya yang murka

Sementara Baskoro yang duduk di kursi roda hanya mengangguk sambil melambai meminta Cleo mendekat.

Arjuna menggendong keponakanya dan mendekatkan nya pada Baskoro, kakeknya

"Kakek percaya, Cleo kan cucu kakek yang manis" ucap Baskoro mencium pipi cucunya.

walau kenyataan Sebastian bukan putranya melainkan putra pria yang sudah menghancurkan rumah tangganya, itu tak merubah kenyataan bahwa ia tetap mengaggap Sebastian putranya.

Baskoro berusaha berdamai dengan masa lalunya, toh semua kesalahan bukan murni karena Jimmy.

Ia juga ada andil di dalam kekisruhan rumah tangganya sendiri.

"Astaga darimana aku punya anak pinter berkelit" ucap Sebastian frustasi menghadapi putrinya yang selalu memiliki seribu satu akal.

"Kakek, ayo kita kedepan, di sana banyak makanan" ucap Cleo melompat turun dari pangkuan Baskoro dan menarik tangan Baskoro.

Cleo tahu papanya kesal dan ia tak mau berlama-lama di ruangan tersebut

"Sayang..." panggil Sebastian ingin melarang putrinya

"Tak apa, papa mau kedepan dengan Cleo.

Arjuna, papa percaya kalian bisa menyelesaikan ini." ucap Baskoro lebih memilih menemani cucunya ketimbang harus ikut pusing memikirkan solusi dari cucu perempuan pertamanya. Bukan berati ia tak mau menyumbang ide, tapi ia meyakini sesuatu.

Solusinya sudah ada, hanya saja apa mereka menyadarinya atau tidak.

Kemalangan Agatha

Pa...." protes Arjuna kesal papanya malah pergi dengan Cleo. Namun Adhi menggelengkan kepalanya pada menantunya. Adhi mengerti jika Baskoro tidak mau ikut campur bukan berati ia tak perduli. Baskoro hanya takut keputusan nya salah.

Beberapa tahun ini ia menutup diri dan terus menyalahkan dirinya tentang apa yang terjadi dengan keluarganya, baru empat tahun belakangan ini ia bangkit dan bersemangat hidup lagi.

Kepergian Vera dan Ratih membawa dampak besar dalam kehidupan Baskoro.

Baskoro terus menyalahkan dirinya sendiri atas yang menimpa keluarganya. ia bahkan depresi berat dan terus mengurung diri, menutup diri dari kehidupan luar.

Bahkan saat Willy menikah dan Sebastian menikah, ia hanya datang sebentar lalu kembali ke kamarnya yang merupakan tempat ternyaman ya.

Baskoro baru bangkit lagi setelah kelahiran Cleo anak Sebastian, walau akhirnya ia juga merasa marah karena mama Cleo meninggalkan putranya saat usia Cleo masih sangat kecil.

"Nak, papa percaya kamu bisa memutuskan hal yang bijak, jangan memutuskan semua berdasarkan keinginanmu.

Jangan kau ikuti jejak papamu ini" ucap Baskoro menepuk bahu Arjuna lalu meninggalkan kamar tersebut.

Sebastian mengerutkan alisnya tak mengerti ucapan papanya dan kakaknya,ia hanya melihat wajah semua orang yang Ter lihat sedih dan muram, terutama Davina.

"Kok pengantinnya sedih bener??? pamali mau menikah malah nangis. lihat wajahmu jadi jelek gitu.

Nanti pengantin prianya kabur loh" seloroh Sebastian membuat semua orang makin muram

Sebastian menjadi semakin bingung, William mencubit tangan adiknya dengan kesal.

Mendengar perkataan Sebastian Davina justru menangis makin kencang.

"Apa sih kak??? cubit-cubit segala, sakit tahu" ucap Sebastian kesal sambil mengelus tangannya yang kena cubit William

Davina melepaskan pelukan Sania, ia melihat Sebastian yang terlihat kesal karena di cubit William.

Tiba-tiba Davina menghapus air matanya,

Sania menaikan sebelah alisnya, ia seolah menangkap sesuatu dan tersenyum

Aku mohon semuanya keluar dari ruangan ini" ucap Davina lirih

Semua orang terkejut dan ragu,mereka khawatir jika Davina melakukan sesuatu yang konyol akibat di tinggal kabur Marcel

"Sayang, please, papa gak akan menyalahkan kamu, tapi jangan nekad ya ???

Kita pasti punya solusinya, papa sudah meminta mengundurkan acara satu jam lagi, sampai sampai.

Papanya sudah menjemputnya saat ini" ucap Arjuna langsung mendekati putrinya

"Iya sayang, kami semua gak akan menyalahkan mu" timpal Khadijah pada cucu perempuannya

"Aku mohon tinggalkan aku sendiri"

"Plaease...." ulang Davina tegas, membuat semua orang saling menatap bingung, tak terkecuali Sebastian yang memang tak mengerti dengan apa yang terjadi

"Sis, gue tahu loe kecewa,. tapi loe masih muda ok??? jangan buat sesuatu yang nekad.

Masih banyak jomblo-jomblo ileran di luar sana" ucap Agatha yang langsung mendapat pelototan semua orang tak terkecuali Willy, suaminya sendiri

"Aku kan ngomong bener beb, masa kamu marah lagi sama aku?" ucap Agatha dengan wajah sedih, Agatha ingin sekali memukul mulutnya sendiri karena ternyata ucapannya membuat suaminya marah

"Kalau gak ada yang penting gak usah ngomong.

mending tuh mulut buat makan aja sana pergi keluar" ucap Willy sewot.

"Bebeb...." rengek Agatha, namun pria itu makin melotot kesal. Agatha melirik pada Davina berharap Davina membelanya. Namun harapannya sia-sia karena Davina hanya diam melihatnya tanpa ekspresi.

Dengan kesal Agatha keluar dari kamar tersebut, ia keluar dengan muka di tekuk dan mulut manyun karena kesal, sayangnya ia sangat mencintai Willy suaminya dan ia sudah punya seorang anak dengan pria itu yang kelakuannya sama persis dengan Willy.

Sesampainya di aula Agatha dihampiri seorang anak tampan berusia sekitar sepuluh tahun, perpaduan indo dan blasteran membuat anak muda itu terlihat lebih dewasa dari usianya,

"Mama kena marah papa lagi ya??" tebak Zidan menatap mamanya sambil tersenyum

"Anak kecil tahu apa?" ucap Agatha menutupi kekesalannya, putranya itu sangat cerdas dan bisa membaca situasi. Agatha jadi bertanya-tanya apa semua keturunan keluarga itu terlahir cerdas????

"Tahu lah, pasti mulut ember mama buat papa kesal" ucap Zidan menahan tawa

"Zidan, mau mama potong uang jajan kamu???" ancam Agatha membuat Zidan mengangkat kedua tangannya

"Cepat ambilkan mama bakso, ingat baksonya aja dua mangkok kasih sambal yang banyak, mama sedang mau makan orang"ucap Agatha memendam kekesalannya

"Mama kesal apa kelaparan, mama yang aneh" ucap Zidan lirih

"Owh...."

"Maaf ma...." ucap Zidan langsung ngacir karena gumamnya di dengar oleh Agatha

"Punya suami kejam, punya anak suka menindas, ya Tuhan malang nian nasibku" ucap Agatha dengan wajah sedih

"Ngapain loe disini???" tanya Emil yang sedang berbadan dua

"Lagi nyanyi, ya lagi bengong lah" ucap Agatha sewot

"Jee di tanya malah sewot, gue yang hamil , loe yang hormonnya naik, loe hamil kali??" goda Emil pada Agatha

"Sembarangan"

"Emang gak mau nambah?? enak tahu hamil, liat tuh William aja jadi suami siaga" ucap Emil yang menunjuk pada William yang sedang berada di stand ice cream dengan tiga cup di tangannya, sementara tangan satunya menggandeng anaknya yang paling kecil

"Loe gak bosen hamil??"

"Hamilnya sih bosen, tapi buatnya enggak" ucap Emil tertawa terkekeh membuat Agatha menggelengkan kepalanya, ternyata kakak iparnya wanita somplak juga, sayang ia sibuk mengurus anak-anaknya yang sudah empat orang, dan kini mereka menantikan kelahiran anak mereka yang kelima

"Yeee, nenek -nenek juga ompong.

Emang loe mau jadi mesin cetak anak apa??

gue punya satu aja rempong bener"

"William gak kasih gue KB, katanya biar rame" ucap Emillia dengan wajah tersenyum menatap suaminya di kejauhan

"Bilang aja suami loe mau buat team futsal" ejek Agatha yang di balas tawa Emil

"Bisa jadi, dia wasitnya nanti" ucap Emil tertawa terbahak-bahak

"Iye wasitnya atau pemain cadangan.

emangnya si William gak kopong apa dengkulnya, doyan banget bikin anak" sindir Agatha yang di balas tawa Emil.

Agatha menggeleng pelan, ia stres dengan suaminya, tapi akan lebih stres lama-lama dekat dengan Emil.

Namun saat memikirkan perkataan Emil Agatha memiliki suatu rencana, rasanya nambah satu anak lagi mungkin Willy akan jinak padanya, gak ada salahnya di coba bukan???

"Yeee, loe kesambet ya, senyam senyum sendiri" ucap Emil membuat khayalan Agatha hilang, ia terbatuk pelan dan melihat putranya membawa dua buah mangkuk berisi bakso

"Gue mau makan dulu, kita lanjut nanti ya"ucap Agatha langsung meninggalkan Emil sebelum wanita hamil itu berceloteh aneh lagi, saat mendekati Zidan, Agatha berpapasan dengan William

"Agatha, kamu gak ngomong apa-apa sama istriku kan??" tanya William dengan mimik muka khawatir

"Jadi??? dia belum tahu???" tanya Agatha

"Sengaja gak saya kasih tahu, dia lagi hamil anak kami ke lima, kondisinya kurang baik" ucap William penuh perhatian pada istrinya membuat Agatha merasa iri

"Tenang, gue gak kasih tahu apapun sama Emil kok kak"

"Makasih ya, saya kesana dulu" ucap William sopan.

Agatha jarang berbincang dengan William karena di mata Agatha William pendiam dan jarang berbicara jika sedang kumpul keluarga, ia lebih fokus mengurus anak-anaknya, namun Agatha kagum pada William..

Andai saja Willy memiliki sedikit saja sifat William, ia pasti akan sangat...

"Jangan mengkhayal, om William tuh beda sama papa.

Jelas keren papaku dong, cool" ucap Zidan yang entah sejak kapan sudah berada di sebelah Agatha

"Kal kul, kulkas, iya bapak moyangmu kaya kulkas. Sini bakso mama" ucap Agatha langsung merebut dua mangkok bakso di tangan putranya

"Ma, itu yang semangkuk punya Zidan" protein Zidan mengekor Agatha

"Gara-gara kamu mood mama makin buruk, mama mu makan yang pedes, biar mama bisa melupakan hidup mama yang mengenaskan" ucap Agatha mendramatisir

"Lebay," cibir putranya lalu meninggalkan Agatha sendiri

"Sebenarnya dia anak siapa????... hi hik hik"

"Jadi Zidan anak siapa??? kok kamu mamanya ga tahu??" suara bas pria yang sangat ia kenal terdengar dari arah belakangnya

Sah

"Jadi Zidan anak siapa??? kok kamu mamanya ga tahu??" suara bas pria yang sangat ia kenal terdengar dari arah belakangnya

"Sa... sayang, kamu tuh aneh, masa anak sendiri di tanya anak siapa??" ucap Agatha kikuk memakan baksonya tanpa menoleh

"Bukannya kamu tadi yang ngomong Zidan anak siapa??? apa kau main belakang denganku???" tanya Willy penuh selidik

"Kau...

Mana bisa aku main belakang, kau yang main belakang, dasar pria aneh.

Kau membuat selera makan ku menguap.

Kau memarahi ku seharian, apa..

Apa kau tidak cinta lagi padaku??" mata Agatha mulai memerah seperti orang ingin menangis.

Itu lah yang di pikirkan oleh Willy membuat Willy melunak.

padahal mata Agatha memerah karena bakso yang di makan pedesnya level gila, sepertinya Zidan memasukkan lebih dari enam sendok makan sambal dalam kuah baksonya.

"Sayang, bukan begitu, aku..."

Agatha bangkit dari duduknya ia perlu meminum segelas air dingin. Rasanya lidahnya seperti terbakar.

Namun tangannya di tarik oleh Willy hingga Agatha terjelembab dalam pelukan suaminya

" Kenapa sih nih orang aneh bener, gak tahu gue kepedasan apa??" gumam Agatha dalam hati dan hanya melirik malas pada suaminya

"Sayang maafkan aku ya, aku hanya ingin kamu menjadi mama yang hebat untuk anak kita.

Aku cinta kamu dan akan selalu cinta kamu.

Maaf aku sedikit keras padamu, jangan menangis ya??" ucap Willy lembut mengecup kening Agtha.

Agatha di buat melongo, sesaat kemudian ia justru menangis, membuat Willy berusaha menenangkan istrinya

"Huhuhu, ini namanya pedes membawa berkah" gumam Agatha dalam hati. Jadi dia pikir gue tuh sedih karena dia, gak tahu aja kalau gue tuh kepedesan, biarin lah terlanjut basah, sekalian ja gue kerjaain" gumam Agatha dalam hatinya tertawa senang

"Sayang, bagaimana dengan Davina, kenapa kau keluar dari kamar itu??? jadi kita harus bagaimana??" tanya Agatha yang teringat jika pengantin pria Davina kabur

" Aku tak tahu, setelah kau pergi, aku di minta pergi oleh Davina.

Bukan hanya aku, tapi semua orang dan hanya menyisakan Sebastian" ucap Willy lirih

"Apa????"

"Jangan biasakan imaginasinya melayang jauh.

kau sekarang seorang mama dengan putra berusia sepuluh tahun, dewasa ya sayang, demi anak kita" ucap Willy sambil menyentil pelan kening istrinya.

Agatha terenyuh, ternyata sikap keras Willy demi keluarganya. Ia mengangguk cepat.

Sebenarnya Willy hanya mendidik istrinya agar lebih baik, hanya saja Agatha sering membantah dan membuatnya kesal, sehingga ia harus sedikit keras padanya.

Sementara di kamar presiden suite hotel

Suasana masih hening, baik Davina maupun Sebastian masih terdiam, keduanya saling menunggu siapa yang membuka percakapan.

Pada akhirnya Sebastian benci keheningan ini dan ia memulai percakapan

"Jadi apa yang terjadi???" tanya Sebastian langsung ke inti permasalahan

"Dia pergi, lelaki b*jangan itu pergi" ucap Davina lirih menahan air matanya

"Apaaaaa???

Ini gak bisa di biarkan.

Aku akan menyeret pria itu walau mayatnya sekalipun" ucap Sebastian berapi-api

"Nikahi...

Nikahi aku om" ucap Davina lirih

"Kau bicara apa??" tanya Sebastian kaget tak percaya dengan pendengarannya sendiri

"Nikahi aku dong om..

please" ulang Davina kali ini dengan suara sedikit kencang.

"Davina... kau keponakanku" ucap sebastian kini yakin pendengarannya tidak salah

"Kita tak sedarah, lagi pula hanya om yang bisa menolongku.

Aku... aku telah mengecewakan papa, mama , seluruh keluargaku. Tolong jadikan aku istrimu,

please om" ucap Davina mulai sesenggukan

"Davina dengarkan om,

pernikahan bukan mainan, itu sesuatu yang sakral.

Aku tak mau bermain-main dalam hal sakral itu.

Kita bisa mencari solusi lain" ucap Sebastian walau tak yakin dengan ucapannya sendiri

"Aku gak lagi main-main om.

Maafkan aku menyeretnya dalam permasalahan ku" ucap Davina menghapus air matanya, ia bangkit dan berjalan ke arah balkon.

Sementara Sebastian membeku di tempatnya

wajah Sebastian terlihat sedang berfikir keras

"Aku tak bisa menikahi mu karena kau keponakanku.

walaupun kita tidak sedarah" ucap Sebastian lirih

"Aku sungguh malang, bahkan om saja gak mau menikahi aku" ucap Davina putus asa.

permintaan Davina sesuatu yang mustahil bagi Tian walau ia menyayangi Davina, tapi hanya sebatas om dan ponakannya, tidak lebih dan kurang

"Tolong sampaikan permintaan maaf ku untuk semua om" ucap Davina berdiri di pagar balkon dan menutup matanya

Sebastian dengan sigap menariknya dan memeluknya.

Davina hampir saja ingin mengakhiri hidupnya.

Sebastian merasa kepalanya mau pecah, apakah ia harus menikahi bocah ingusan ini???

perbedaan usia mereka yang terlalu jauh membuat Sebastian ragu.

Saat Davina kecil dulu, Sebastian terpesona dengan kecantikan Davina, dan kini gadis itu tumbuh lebih cantik dari waktu ia meminum obat untuk merubah dirinya, tanpa sadar tangan Sebastian membelai pipi Davina.

namun sekejap kemudian kesadaran kembali.

"Jangan berbuat nekad, banyak orang yang menyayangimu" ucap sebastian mengangkat kepala Davina yang menunduk, pada Dangan mata mereka bertemu.

"Tapi aku membuat mereka kecewa dan malu.

Aku menorehkan arang di wajah keluarga besar ku" ucap Davina menangis sesenggukan.

Untuk pertama kalinya Sebastian melihat Davina menangis dengan pilu, hatinya merasa tak karuan.

Dengan lembut Sebastian menghapus air mata Davina dengan jarinya

"Mengapa kau memilihku?" tanya Sebastian menatap lurus ke dua bola mata Davina

"Karena aku menyukaimu om"ucap Davina, namun sebastian hanya tersenyum

"Aku serius om" ucap Davina dengan mimik muka serius

"Anak ingusan dengar,

aku akan menikahi mu

Tapi ada syarat nya, kita tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing.

Aku tidak akan mengganggu privasi mu, begitu juga denganmu, tapi selama jadi istriku kau harus mendengarkan ucapan ku.

kau bisa mengajukan cerai kapanpun kau mau dan aku tidak akan melarangnya"ucap Sebastian membuat Davina berbinar senang

"Terima kasih om, cup" sebuah ciuman mendarat di pipi Sebastian membuat Sebastian terkejut

"Itu DP dari aku calon istrimu" ucap Davina kembali ceria sambil mengedipkan sebelah matanya.

Sebastian menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Sebenarnya ia tak ingin menikah dengan Davina, ia takut tak kuat mental dan berbuat jauh.

belum menikah aja Davina sudah membuat jantungnya dag Dig dug"

"come on Tian, dia keponakan loe, kenapa loe pake deg-degan gitu?? dasar duda labil dah lama gak tersentuh daun muda" gerutu Tian memaki dirinya sendiri dalam hati.

""Om sayang, ganti baju sana, ayo kita nikah" ucap Davina enteng seolah mengajak Tian jalan-jalan

"Tuhan, aku harus mengasuh dua anak kecil nantinya, satu istri kecilku, satu lagi putri kecilku, semoga jantung ini kuat" gumam Tian lirih lalu berjalan keluar kamar tersebut.

Di depan kamar sudah berdiri Arjuna, Adhi dan Ayudia yang tak sabar ingin tahu apa yang di bicarakan Tian dan Davina

"Kak, kita teruskan acaranya, aku akan menikahi Davina" ucap Tian malu-malu

"Apa?? apa kau sudah gila?? dia keponakanmu" ucap Arjun ayang langsung di bekap Ayudia

"Aku setuju"

"Sayang????" protes Arjuna tak senang

"Apa kau punya pilihan lain??" tanya Ayudia balik

"Papa setuju" ucap Baskoro yang tiba-tiba nimbrung obrolan mereka

"Paaa...

Tian..." Arjuna tak meneruskan ucapannya

"Tian anak yang baik, perhatian, penyayang, apa lagi yang kau harapkan???

Apa kau menunggu menantu brengsek mu datang???

walaupun dia diseret orangtuanya, papa tak akan pernah menyetujui dia menikahi cucu kesayangan papa" ucap Baskoro tegas

"Aku setuju dengan mu Baskoro" timpal Adhi untuk pertama kalinya ia setuju dengan Baskoro

"Kakek juga setuju, Tian segera ganti pakaianmu, kakek buyut sudah menyiapkan bulan madu terbaik untuk kalian berdua.

Kakek harap bisa melihat Davina hamil, sehingga jika nyawa kakek di ambil, kakek bahagia" ucap Angelo yang tahu-tahu sudah berada disana.

Arjuna pasrah, satu lawan empat orang, dia kalah telak

Akhirnya acara ijab qobul dilaksankan,

"Bagaimana saksi??"

"Saaaaaahhhhhh" teriak semua orang antusias.

walau para tamu undangan bertanya-tanya mengapa pengantin prianya berubah, namun mereka hanya memendam itu dalam hati, pasalnya pria pengganti pengantin pria di kenal sebagai CEO muda yang berbakat dan masuk dalam jejeran pengusaha muda sukses .

untuk pertama kalinya Sebastian mempublikasikan namanya sebagai Sebastian Chou.

Davina dan sebastian saling menyematkan cincin di jari mereka masing-masing

Davina tak memakai cincin yang dipersiapkan untuknya sebelumnya, tapi memakai cincin yang Sebastian beli dan diantar ke acara tersebut.

"Apa-apaan ini??" teriak seorang pria

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!