NovelToon NovelToon

Cinta Dalam Balas Dendam

Bab 1 : Grisella Yudisti

Grisella Yudisti adalah seorang gadis muda yang memiliki begitu banyak kemampuan contoh nya seperti bela diri, berkuda, memanah, dan menembak. Ia di lahirkan di keluarga kaya yang memiliki marga Yudisti, sejak Grisella kecil ia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya keramaian kota di luar sana. Karena selama ini Grisella, hanya di didik di rumah, dan ia sama sekali belum pernah di perkenalkan ke luar oleh keluarganya. Sekolah, berlatih ataupun kegiatan yang lainnya ia selalu lakukan di rumah secara privat. Namun berbeda dengan kakaknya yaitu Aditya Yudisti, ia di didik mati-matian oleh ayahnya untuk menjadi sesosok pria yang dermawan dan juga berwibawa. Tidak kalah dengan adiknya ia pun memiliki begitu banyak kemampuan di segala bidang.

Ayah Grisella yaitu Kailes Yudisti memiliki jabatan sebagai wali kota di kotanya, namun sayang nya setelah hampir dua puluh tahun keluarga nya menjabat sebagai wali kota, secara tiba-tiba jabatan itu terlepas begitu saja darinya. Itu semua di karenakan ada yang berani merebut posisinya yaitu Alfin Jian, ia adalah keluarga pendatang baru di kotanya yang terkenal juga dengan kedermawanannya, dan bisa di bilang ia hampir akan menyaingi keluarga Yudisti.

Ayah Grisella sangat tidak terima dengan kedatangan keluarga Jian yang merebut segalanya dari keluarga Yudisti. Maka, inilah awal mula Grisella di perintah oleh ayah nya untuk memulai kehidupan baru dengan cara bersekolah di luar rumah, tepat nya ia akan bersekolah di sekolah yang sama dengan anak tunggal keluarga Jian yaitu Nathan Jian. Tujuan dari perintah ini adalah untuk merebut kembali posisi yang seharusnya keluarga Yudisti lah yang mewarisinya.

Brak... !!!

Ayah Grisella, menggeprak meja yang ada di hadapan nya dengan cukup keras karna emosi. "Keluarga Jian itu berani-beraninya merebut posisi ku sebagai walikota!"

"Sudahlah ayah, jangan terlalu di fikirkan dulu." ujar Aditya, yang berusaha menenangkan emosi ayah nya itu.

"Kakak?! apakah kau gila? hal seperti ini tentu saja harus di fikirkan, keluarga Yudisti sudah hampir dua puluh tahun menjabat di kota ini akan tetapi keluarga pendatang baru itu secara tiba-tiba ikut mencalon kan diri sebagai wali kota." jawab Grisella, dengan tegas.

"Itu memang hak mereka kan? dan inilah hasil dari pemilihan di tahun ini, maka seharusnya ayah dapat menerimanya, mungkin saja ini sudah takdir dari keluarga kita."

"Diam Aditya! seharusnya kamu dapat berfikir dengan jernih, tidak mungkin keluarga Jian itu mendapatkan hasil sebanyak ini dengan mudah! pasti ada permainan di belakang." bentak ayah, pada Aditya.

"Tapi ayah, mana mungkin para warga dapat di sogok begitu saja? bukan kah selama ini ayah selalu memberi mereka bantuan uang setiap bulan nya? pasti uang itu cukup untuk kehidupan mereka."

"Aditya... uang itu bisa habis, mereka pasti akan selalu menerima suap jika mereka di tawarkan uang yg begitu banyak."

"Benar dengan apa yang ayah katakan, aku setuju dengan pendapat ayah, dan aku pun percaya bahwa hasil dari pemilihan ini salah!" sambung Grisella, yang membela ayahnya di hadapan kakaknya.

"Oke... oke... jika sudah begini apa yang akan kalian lakukan?" tanya Aditya.

"Ayah, punya satu ide yang kemungkinan nya dapat membantu kita di dalam masalah ini, bagaimana? apakah kalian tertarik untuk mendengarnya?"

"Ayo katakan pada kami ayah." ujar Grisella, dengan bersemangat.

"Baiklah kami akan mendengarkan, dan apapun rencana ayah kami pasti akan selalu berusaha untuk membantu ayah."

"Kalian memanglah anak-anak ayah yang paling baik." ujar ayah, dengan ngusap kedua kepala anaknya itu.

"Hehehe... yasudah ayo cepat katakan ayah!" ujar Grisella, yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan rencana ayah nya itu.

"Mungkin hal ini akan membuat salah satu dari kalian mengorbankan diri untuk ayah."

"Tidak apa-apa ayah, kami rela berkorban untuk mu, betulkan dik?" tanya Aditya, pada Grisella.

"Iyah benar ayah." jawab Grisella.

"Grisella, maafkan ayah akan tetapi ayah harus mengorbankan mu. Karena hanya kamulah satu-satunya anak ayah yang tidak di ketahui oleh orang banyak mungkin satu orang pun tidak ada yang dapat mengenalimu sebagai putri ayah."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Grisella.

"Ayah, ingin kamu bersekolah di luar mulai sekarang, dan menyamarlah demi ayah, buat cerita bahwa keluargamu itu sudah meninggal karena kecelakaan."

"Ayah! Aditya, sedikit takut jika Grisella pergi keluar, karena ia tidak tau apa-apa tentang bahaya di luar." ujar Aditya, yang hawatir.

Grisella, langsung menggandeng tangan kakaknya itu dengan penuh harapan besar. "Kakak... tenanglah, adikmu ini tidak selamah itu."

Fiuh... ~~

Aditya, menghembuskan nafasnya, lalu ia mengusap kepala Grisella, dengan penuh kasih sayang. "Baiklah, kakak mempercayaimu, jaga dirimu baik-baik."

Kailes, begitu sangat terharu dengan perlakuan Aditya yang begitu menghawatirkan adik perempuan satu-satunya itu, dan ia pun bersyukur memiliki dua orang putra-putri yang dapat ia andalkan.

Secara tiba-tiba ayah langsung memeluk mereka berdua dengan air mata yang mulai menetes. "Terimakasih anak-anak ku, kalian memanglah sepasang adik-kakak yang baik, ayah berjanji setelah semuanya terungkap ayah pasti akan memberi kalian berdua hadiah, terutama kamu Grisella."

"Umm... ayah, terimakasih." ujar mereka berdua secara bersamaan.

"Baiklah cukup berpelukan nya. Ayah, beritahu aku Grisella akan sekolah dimana? biar aku uruskan segala hal nya." tanya Aditya.

"Grisella, akan bersekolah di sekolah yang sama dengan putra tunggal keluarga Jian, yaitu di Asrama Teratai Putih." jawab Ayah.

"Baiklah, apakah aku harus mengurus segala hal keperluan yang di butuhkan oleh Grisella, sekarang?"

"Tidak perlu, ayah akan memberi perintah pada tangan kanan ayah untuk mendaftarkan nama Grisella di sekolah itu."

Di karenakan Grisella tidak pernah di perkenalkan secara umum di hadapan masyarakat maka rencana ini adalah hal yang sangat tepat untuk di mainkan oleh Grisella.

"Ayah, katamu tadi aku harus mengganti identitasku kan? bolehkah aku sendiri yang membuatnya?" ujar Grisella.

"Boleh sayang." jawab Ayah.

Identitas asli Grisella di sembunyikan untuk masuk ke sekolah itu, maka oleh sebab itu ia pun mengubah namanya menjadi Sella Yudistian, dan mengubah penampilannya menjadi sosok wanita kutu buku.

"Baiklah, nama samaran ku sekarang adalah Sella Yudistian, dan penampilan ku nanti akan aku ubah menjadi sesosok gadis kutu buku. Kakak! kau harus membelikan aku kacamata loh!" ujar Grisella.

Mengusap kepala Grisella, dengan lembut. "Baiklah adik ku sayang, kakak pasti akan membelikan nya untukmu."

Dengan senyuman lebar yang terlukis di pipi Grisella, Kailes menjadi sedikit tenang, karena itu berarti ia tidak terlalu memaksa anak-anaknya untuk menuruti apa yang ia kehendaki.

Bersambung.....

Jangan lupa untuk Like + Komen + Vote and Share♡

...づ ̄ ³ ̄)づ...

Bab 2 : Demi Ayah

Di hari itu juga Kailes memerintahkan tangan kanan nya untuk mendaftarkan Grisella ke sekolah itu dengan nama samaran dan latar belakang keluarga yang di palsukan.

"Kakak... aku sudah tidak sabar untuk hari esok." ujar Grisella.

"Kenapa? karena besok hari pertama mu sekolah?" tanya Aditya.

"Iyaps betul sekali."

Puk...

Aditya, menepuk pundak adiknya itu. "Jagalah dirimu baik-baik, karena orang-orang di luar sana belum tentu dapat memperlakukan dirimu seperti di rumah."

"Ah... soal itu aku udah tau kok, kakak tenang saja... oke?"

Aditya, memberikan senyuman tipis dengan penuh kehawatiran yang di sembunyikan di dalam nya. "Oke..."

"Eh... eh... kenapa kakak masih ada di sini? bukan kah seharusnya kakak membelikan aku kacamata?"

"Sabar dong, oh ya... mulai besok kamu bisakan sudah mulai tinggal sendirian? karena tidak mungkin jika kamu selalu bulak balik ke rumah ini."

"Asalkan rumah itu nyaman, aku pasti dapat mandiri dengan baik, kakak! janganlah kamu coba-coba untuk menghiraukan segala kemampuan ku! di rumah aku bisa manja itupun karena ayah yang selalu memanjakan ku, tapi aku bisa mandiri juga loh!" ujar Grisella, dengan menegaskan pendirian nya.

"Hahaha... baiklah-baiklah, besok kamu harus ikut kakak lewat jalan belakang rumah oke?"

"Oke kakak."

"Yasudah, kakak pamit beli kacamata dulu yah... bye."

"Bye-bye, bawa makanan juga yah!" seru Grisella.

"Baik adikku."

Tak terasa singkatnya keesokan harinya Grisella, mulai bersiap-siap keluar rumah untuk pertama kalinya, dan di hari ini juga ia akan pergi ke sekolah yang di peruntukan oleh ayahnya.

Dengan latar belakang keluarga yg tidak di ketahui sama sekali, Grisella bagaikan anak biasa yg masuk ke sekolah elite, dan di sekolah itu juga ia akan selalu bertemu dengan anak dari pesaing keluarganya, yaitu Nathan Jian, putra tunggal keluarga Jian.

Tidak hanya sampai disitu saja, Grisella pun memiliki seorang kekasih yang bernama Harry yang sama-sama bersekolah juga di sekolah yang sama dengan nya, namun demi misinya ini hubungan mereka pun terpaksa di private.

"Ayah... aku pamit sekolah, dan juga pamit pindah dari rumah ini yah, hehehe. Jangan lupa sampaikan hal ini juga pada Ibu jika ia sudah pulang." ujar Grisella.

Mengusap kepala Grisella, dengan penuh berat hati yang harus terpaksa mengihklaskan. "Baiklah sayang, jaga baik-baik dirimu. Kamu tenang saja, rumah yang akan di tempati olehmu nanti itu sudah di bereskan oleh para bibi-bibi, kamu pasti akan nyaman tinggal di sana."

"Baiklah ayah, jangan hawatir, anak perempuan mu ini sudah terlalu kenyang di manja olehmu, maka oleh sebab itu sekarang sudah waktunya ia mandiri." jawab Grisella, dengan senyuman yang lebar untuk menenangkan hati dari ayahnya itu.

"Hahaha... kamu paling bisa yah menenangkan hati ayah."

"Hehehe..."

"Yasudah, nanti kamu terlambat loh! ayo cepat masuk ke dalam kereta kuda." ujar Aditya, yang sudah menunggunya di dalam kereta kuda.

Grisella, bergegas masuk ke dalam kereta kuda itu. "Bye-bye... sampai jumpa nanti, aku pergi dulu."

"Baiklah sayang berhati-hatilah." ujar Ayah, dengan melambaikan tangan nya.

"Terimakasih anak-anak ku, kalian memanglah sebuah kebanggaan yang besar bagiku." Gumam kailes.

................

Di dalam kereta kuda Grisella sangat bersemangat karena misi ini akan mempertemukan nya setiap hari dengan kekasihnya walau ia tidak akan pernah menyapanya.

"Ah... kakak, apakah kau tau betapa senangnya diriku? aku akan setiap hari bertemu dengan Harry, ya... walau tidak mungkin kita akan seakrab saat di rumah akan tetapi aku sangat senang." ujar Grisella.

"Hahaha... iyah-iyah, kamu ini bisa-bisanya mendahului kakak mu untuk mendapatkan seorang kekasih." ucap Aditya, yang iri dengan Grisella.

"Ayolah kakak, kamu pasti akan mendapatkan nya nanti, jadi jangan gitu dong sama adiknya."

"Iyah-iyah... beberapa menit lagi kamu akan sampai ke sekolah, ngomong-ngomong kamu sudah taukan letak rumah barumu nanti?" tanya Aditya.

"Iyah sudah, kakak apakah nanti sepulang sekolah aku harus naik kereta kuda lagi? apakah tidak boleh aku naik mobil saja?"

"Agar kamu terlihat jelas bahwasanya kamu hanyalah rakyat biasa, jadi kamu harus naik kereta kuda, mengerti?"

"Ouh baiklah, padahal aku bisa jalan kaki juga kok hahaha..."

"Eh jangan! kakimu itu berharga hahaha..."

"Ah... kau sama saja seperti ayah!" seru Grisella.

Singkatnya, Grisella pun akhirnya sampai ke sekolah yang ia tuju yaitu Asrama Teratai Putih.

"Kakak, aku pergi dulu... sampai jumpa." ujar Grisella.

"Baiklah, berhati-hatilah oke? do'a kakak mu ini selalu menyertaimu."

"Baik kakak." ujar Grisella, yang mulai turun dari kereta kuda.

Setelah ia turun, dan melihat kereta kuda yang di tumpangi oleh kakaknya itu pergi, ia pun segera masuk ke dalam Asrama itu.

"Baiklah Grisella, kamu harus menjalankan misi ini dengan baik, dan belajarlah sebaik bagaimana kamu belajar di rumah. Hmm... Asrama ini ternyata biasa saja sih, mungkin rasanya sama seperti di rumah." Gumam Grisella, yang mulai melangkah masuk ke dalam Asrama.

Bruk...

Baru saja ia melangkah ke dalam gerbang Asrama secara tiba-tiba seorang anak laki-laki di Asrama itu menabraknya. "Astaga... !!!"

Mereka berdua jatuh di tempat yang sama dengan keadaan Grisella yang jatuh di atas lelaki itu. "Ah... maaf-maaf, aku tidak sengaja menabrak mu."

Grisella, langsung bergegas untuk berdiri kembali, karena begitu banyak orang disana. "Iyah tidak apa-apa."

Lelaki itupun segera bangkit kembali dan menjulurkan tangan nya. "Aku ketua osis disini, maafkan soal hal yang tadi... eh... sampai jumpa nanti."

Lelaki itu secara tiba-tiba kembali berlari seperti sedang menghindari beberapa orang wanita yang sedang mengejar-ngejarnya.

"Ouh... jadi dia lagi di kejar-kejar gitu? pantes jalannya ga liat-liat dulu." gumam Grisella.

Grisella, pun bergegas masuk ke dalam Asrama untuk mencari letak kelas barunya. Karena Asramanya yang begitu besar ia pun memutuskan untuk bertanya saja ke ruang guru.

Sesampainya Grisella di ruang guru, ia kembali bertemu dengan lelaki yang telah menabraknya tadi di depan gerbang Asrama.

"Permisi..." ujar Grisella.

"Iyah ada apa? ouh pasti kamu mau bertanya soal kelas yah? apakah kamu Sella murid baru itu?" tanya salah satu guru.

"Iyahh bu, nama saya Sella Yudistian."

"Baiklah, kelas kamu ada di ruang seni 1-2 yah? letaknya ada di lantai 3, ruangan 1."

"Ibu... kalo begitu biarkan aku saja yang menunjukkan jalan untuk murid baru ini. Kebetulan sekali ternyata kita satu kelas." ujar sang lelaki itu dengan ramah.

"Ketua osis? kamu sekelas dengan ku?" tanya Grisella.

"Ah... baiklah, perkenalkan Sella, dia ini adalah ketua osis di Asrama, namanya Nathan Jian." ujar guru yang memperkenalkan lelaki itu pada Grisella.

Betapa terkejutnya ia ketika mendengar bahwa ternyata lelaki itu adalah Nathan Jian, putra tunggal keluarga Jian yang harus ia selidiki. "Oh... baiklah."

"Yasudah, ibu tinggal yah."

"Aku tak menyangka kita akan satu kelas, maafkan aku soal tadi yah?. Baiklah, ayo... biar aku tunjukan jalan menuju kelas kita." ujar Nathan, dengan ramah.

"Iyah tidak apa-apa." mereka pun mulai berjalan bersama untuk masuk ke dalam kelas bersama.

Tidak di sangka di hari pertama nya sekolah ia akan langsung bertemu dengan Nathan Jian, apalagi ia sekarang tau bahwa musuhnya berada di kelas yang sama dengan nya.

Bersambung.....

Jangan lupa Like + Komen + Vote and Share🖤

...♡(∩o∩)♡...

Bab 3 : Asrama penuh ujian

Grisella, sudah mulai dapat beradaptasi di suasana luar dan kemungkinan ini akan berjalan dengan baik selama latar belakang nya tidak bocor oleh siapapun.

Nathan, melirik ke arah Grisella. "Kacamata mu itu bagus, cocok untukmu."

Grisella, hanya menanggapi Nathan dengan ucapan terimakasih dan kepala yang selalu menunduk. "Terimakasih."

"Hmm... sepertinya kamu cukup pemalu." ujar Nathan, yang tersenyum pada Grisella.

....

"Astaga! Sella, kelas kita ada di depan sana, aku harus kembali mengambil buku ku dulu, kemungkinan tertinggal saat di ruang guru tadi." ujar Nathan, yang langsung kembali berlari menuju arah yang berlawanan.

"Baiklah." jawab Grisella.

Grisella, pun segera masuk ke dalam kelas tersebut dengan ngucapkan salam ramah. "Halo semuanya..."

"Siapa kamu?" tanya salah satu murid perempuan di dalam kelas.

"Aku murid baru di kelas ini, perkenalkan..." secara tiba-tiba murid perempuan itu langsung menyela Grisella.

"Ouh... apakah kau gadis kampung itu? hahaha... tak ku sangka, gadis biasa seperti mu ini dapat masuk ke Asrama elite." ejek murid perempuan itu.

"Sepertinya dia pintar, jadi kemungkinan itulah sebab dia bisa masuk ke Asrama ini. Pemanfaatan baru nih, hahaha." saut murid perempuan yang lainnya.

Sepertinya kedatangan Grisella sangatlah tidak di sambut dengan baik oleh teman-teman sekelasnya.

"Benar dengan apa yang di katakan oleh kakak, dunia luar belum tentu dapat memperlakukan mu sebaik apa yang kamu rasakan saat di rumah." ujar Grisella, di dalam hatinya.

"Siapa nama mu?" ujar murid perempuan itu dengan mengangkat dagu Grisella ke atas dengan jari telunjuknya.

"Nama ku Sella Yudistian." jawab Grisella, dengan tegas.

"Wah... wah... baru masuk kelas aja udah bisa ngegas, kasih faham dia itu siapa dan kamu itu siapa!" ujar murid perempuan lainnya yang berusaha memprovokasi murid perempuan utama.

Menunjukan senyuman liciknya secara terang-terangan. "Benar juga kamu. Biar aku perkenalkan diri, aku adalah Lidia Tang! anak dari wakil kepala Asrama ini, mengerti? dan kamu hanyalah gadis rendahan yang di berikan kesempatan untuk menikmati fasilitas di Asrama ini."

"Aku tidak peduli dengan pangkat keluargamu. Jika kita di persatukan di dalam sebuah kelas, itu semuanya setara!" jawab Grisella, yang tidak ingin terlihat lemah hanya karna penampilannya.

"Hahaha... rendahan songong banget sih!"

Di saat suasana mulai memanas, kebetulan Nathan sudah kembali dengan segera ke dalam kelas, dan ketika ia melihat Lidia yang sedang menindas Grisella, ia pun langsung bertindak untuk membela Grisella.

"Hentikan!" seru Nathan.

Lidia, langsung melepaskan jari telunjuknya dari dagu Grisella dengan segera, dan melirik ke arah Nathan dengan cemas. "Nathan, sayang... ini tidak seperti apa yang kamu lihat kok."

Melangkah maju ke arah Lidia. "Kamu taukan siapa aku? aku ini adalah ketua osis di Asrama ini! dan kamu itu adalah ketua dari bimbingan kesiswaan, jadi bagaimana bisa kamu memperlakukan Sella seperti ini?!"

"Sella? hahaha... ternyata kamu sudah mengenalinya. Sayang, aku hanya tidak suka dengan cara bicaranya padaku, sangat kasar dan membuat hatiku sakit, percayalah." Lidia, berusaha memutar balikan fakta di depan Nathan.

"Sella, benarkah begitu?" tanya Nathan.

"Terserah jika kamu ingin pempercayai ku atau dia, tapi dialah yang pertama mengatakan bahwa aku adalah gadis kampung, itu semua dia katakan karna latar belakangku yang miskin, dan juga bisa-bisanya masuk ke Asrama ini karna beasiswa."

"Bisakah kamu menjelaskan ini padaku?" tanya Nathan, pada Lidia dengan lirikan mata yang serius.

"Ya okey! dia benar, maafkan aku karena sudah berlaku tidak sopan padamu, Sella." ujar Lidia, yang akhirnya meminta maaf karena terlanjur tersudutkan oleh kekasihnya sendiri.

Namun, karena Grisella yang pada awalnya sudah mulai membenci Nathan, yang membuat dirinya tidak terlalu menghargai pembelaan Nathan tadi. Maka Grisella pun hanya mengucapkan terimakasih pada Nathan akan tetapi ia pun mengatakan padanya bahwa untuk kedepannya ia dapat mengatasinya sendiri.

"Baiklah, semuanya selesai. Sella, kamu dapat duduk di depan tempat duduk ku." ujar Nathan.

"Terimakasih. Ketua osis, untuk kedepannya aku bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuan mu, aku mohon kejadian ini adalah awal dan akhir bagimu untuk membantuku, sekali lagi terimakasih." ucap Grisella, yang berbisik tepat di sebelah telinga Nathan.

Nathan, yang mendengarnya merasa terkejut, karena untuk pertama kalinya ia menemukan sesosok wanita yang sekilas terlihat seperti pendiam akan tetapi ia memiliki sisi lain yang ada di dalam dirinya. "Hahaha baiklah, tadi aku hanya menjalankan tugas sebagai ketua osis saja kok."

"Iyah, terimakasih." jawab Grisella, yang langsung berpaling dan duduk di bangkunya.

"Dasar wanita rendahan! ******! enyalah! baru pertama kali aku menemukan wanita rendahan sepertinya yang berani melawan ku padahal dia sudah mengetahui jelas posisi ku itu lebih mulia dari pada dirinya!" ucap Lidia, di dalam hatinya.

"Lidia... Lidia..." bisik teman dekatnya.

"Apa! kau tidak lihat apa aku sedang berusaha untuk memadamkan emosiku?!" jawab Lidia.

"Tenang dulu... coba lihat sana, si rendahan itu duduk di depan Nathan lhoh! apakah kamu tidak takut si upik abu itu merebutnya?"

Lidia, segera melirik ke arah Nathan dan Grisella. "******! lihat saja nanti, aku pasti akan memberinya sebuah pelajaran."

"Hahaha gitu dong, itu baru namanya Lidia."

"Dhea, Wulan, bantu aku nanti di jam istirahat oke?" bisik Lidia.

"Oke!" jawab kedua temannya secara bersamaan.

Di sisi lain, Nathan merasa bahwa dengan cara Grisella bersikap seperti itu padanya tadi menunjukan bahwa dirinya adalah sesosok perempuan yang memiliki pendirian kuat walaupun berpenampilan culun, dan hal itulah yang membuatnya langsung memiliki rasa kagum dan tertantang untuk mendekati Grisella.

Namun, di sisi lain Nathan pun berfikir bahwa ia masih berstatus kekasih Lidia yang membuatnya hanya dapat terdiam saja. Karena status yang mereka miliki bukanlah berdasarkan cinta akan tetapi berdasarkan paksaan dari orang tua Lidia.

"Oi, Nathan!"

"Eh ya, kenapa?" tanya Nathan, yang langsung memutarkan badannya ke arah bangku belakang.

"Ngelamun trus ntar kemasukan jin lhoh! hahaha." ejek teman dekat Nathan yang bernama Agam.

"Bener kata Agam, kenapa si? pasti gara-gara masalah tadi yah?" tanya salah satu teman dekatnya Nathan lagi yang bernama Dias.

"Ah... kalian ini terlalu negatif thinking, gapapa kok cuman lagi stres aja." jawab Nathan.

"Stres apa? mikirin si Rangga? hahaha, besok juga balik ke sekolah, kalem aja kali." ujar Agam, yang berusaha menghibur Nathan.

"Yeh... malah bahas si Rangga, makin stres aja kalo ada dia mah, hahaha."

"Nah gitu dong Than, jangan terlalu terbawa suasana amat, santai aja dulu." ujar Dias.

"Nah bener, kita tuh sahabatan kan? jadi harus saling terbuka kalo ada masalah, ntar cerita sama kita-kita ya... pas balik dari Asrama." bujuk Agam.

"Ah... iyah oke-oke." jawab Nathan, yang sudah tidak bisa lagi membantah.

"Hahaha... gitu dong."

Bersambung.....

Jangan lupa Like + Komen + Vote and Share❤ Tetap dukung Author yah...

...づ ̄ ³ ̄)づ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!