Prankkk!
Terdengar sebuah benda jatuh ke lantai dan terpecah belah. Seperkian detik berikutnya, terdengar lagi sebuah teriakan dari seorang laki-laki yang sepertinya sedang marah besar.
"Akhhh!"
Tak satupun di ruangan itu berani mendekati seorang laki-laki berumur 28 tahun tersebut. Jika lelaki itu sudah marah, maka semua orang pun hanya bisa terdiam sambil menundukkan kepala mereka menghadap lantai.
Termasuk pasangan Bu Ida Haryani dan Pak Adi Kusuma yang sedang duduk tepat di hadapan lelaki itu. Tubuh mereka bergetar hebat dan wajah mereka pun tampak memucat setelah mendengar teriakan itu.
"Cari Adelia sampai dapat! Temukan dia sebelum hari pernikahan kami dilaksanakan. Jika tidak, kalian harus ganti kerugianku 10 kali lipat! Kalian dengar itu? 10 kali lipat," ancam Daniel Dirgantara, pewaris tunggal Dirgantara Group dengan penuh penekanan.
"Ba-baik, Tu-tuan," sahut Pak Adi dengan terbata-bata.
"Sekarang pergi!" teriak Daniel.
Teriakan Daniel bahkan menggema ke seluruh ruangan dan membuat semua orang di ruangan itu semakin ketakutan. Pak Adi dan Bu Ida bergegas pergi dengan tubuh gemetar. Mereka ketakutan melihat lelaki itu bak seekor naga yang tengah marah dan siap membakar seluruh ruangan itu dengan apinya.
"Ayo cepat, Yah. Ibu takut," pekik Bu Ida sambil memeluk tangan Pak Adi dengan erat.
"Ayah pun sama, Bu. Ayah tidak menyangka bahwa Tuan Daniel begitu mengerikan. Sebenarnya apa yang terjadi pada lelaki itu?" sahut Pak Adi.
"Entahlah, sebaiknya percepat langkahmu, Yah," lanjut Bu Ida.
Dengan setengah berlari Pak Adi dan Bu Ida keluar dari rumah megah tersebut. Mereka tidak ingin tinggal berlama-lama di tempat itu. Setelah memasuki mobil bututnya, Pak Adi segera melaju bersama Bu Ida kembali ke kediaman mereka. Di sebuah komplek perumahan sederhana yang terletak di pinggiran kota.
Di perjalanan menuju kediaman mereka.
"Mungkin inilah alasan Adelia kabur, Yah. Adelia tidak berani menikah dengan Tuan Daniel karena sifatnya yang begitu mengerikan. Apa Ayah perhatikan saat ia marah tadi? Ia terlihat seperti monster yang siap mencabik-cabik mangsanya," tutur Bu Ida sambil bergidik ngeri.
"Kalau benar begitu, kenapa Adelia tidak menolak lamarannya sejak awal? Sekarang malah kita 'kan yang harus bertanggung jawab! Mana uang Tuan Daniel dibawa kabur Adelia lagi," kesal Pak Adi sembari memacu kendaraan beroda empat yang sudah mulai berkarat tersebut.
Ya, Daniel sudah memberi sejumlah uang kepada keluarga Pak Adi sebagai modal untuk menyambut hari pernikahannya bersama Adelia nantinya. Namun, sekarang Adelia malah kabur entah kemana dan tidak satupun di antara mereka tahu apa alasannya.
"Sekarang kita harus bagaimana, Pak?" tanya Bu Ida dengan wajah ketakutan.
"Ya, kita harus cari keberadaan Adelia. Mumpung masih ada waktu," sahut Pak Adi yang tidak kalah cemasnya.
Wajah Bu Ida semakin murung. Dia bahkan tidak tahu di mana anak gadisnya itu berada. Bahkan Adelia tidak bercerita apapun kepadanya sebelum pergi meninggalkan rumah.
"Bagaimana jika kita tidak menemukan Adel?" lirih Bu Ida yang sekarang mulai putus asa.
"Itu artinya kita harus siap mengganti kerugian Tuan Daniel 10 kali lipat! Apa kamu tidak dengar apa yang ia ucapkan tadi?! 10 kali lipat," kesal Pak Adi dengan penuh penekanan.
Mendengar kata '10 kali lipat' membuat napas Bu Ida menjadi tersendat-sendat. Bayangkan saja, jika seandainya lelaki pemarah itu mengalami kerugian sedikitnya 100 juta, itu artinya ia dan suaminya harus mengganti 100 juta dikali 10.
Membayangkan banyaknya deretan angka nol yang berjejer di belakang angka satu, membuat dada Bu Ida terasa sesak, bahkan untuk menarik napas pun terasa sangat sulit.
"Di mana kita bisa menemukan uang sebanyak itu, Yah?"
Pak Adi mendengus kesal. "Ini akibat ulah anak gadismu! Kita semua jadi kena getahnya 'kan!"
Tiba-tiba terlintas ide konyol di pikiran Bu Ida. "Bagaimana jika kita gantikan posisi Adelia dengan Dania? Dia juga cantik dan aku yakin Tuan Daniel pun tidak akan menolak," pekik Bu Ida sambil tersenyum lebar menatap Pak Adi.
Pak Adi terdiam sejenak sambil berpikir keras. "Apa kamu yakin Tuan Daniel setuju?"
"Ya, aku sangat yakin!" jawab Bu Ida mantap.
Pak Adi menghembuskan napas berat. "Ah, semoga saja. Walaupun sebenarnya aku tidak yakin."
"Yang harus kita lakukan sekarang adalah meyakinkan Dania agar ia bersedia menggantikan posisi Adelia, jika seandainya kita tidak berhasil menemukan anak itu. Bagaimana menurut Ayah?" sambung Bu Ida dengan sangat antusias.
Yang ada di pikiran wanita itu hanya satu, jangan pernah melepaskan sosok Tuan Daniel. Lelaki kaya raya yang ingin ia jadikan sebagai menantunya dan berharap dengan begitu, keluarga kecilnya pun bisa menikmati sedikit kekayaan milik Tuan Daniel.
"Terserah padamu lah, Bu. Ayah sih menurut saja," jawab Pak Adi yang kini fokus pada kemudinya.
...***...
Selang beberapa saat kemudian, pasangan itu tiba di kediaman mereka.
"Ah, kirain setelah Adelia menikah nanti, kita bisa ikut menikmati kekayaan Tuan Daniel. Eh, ternyata," kesal Pak Adi sambil membanting pintu mobil bututnya yang sudah berusia puluhan tahun tersebut.
"Iya, benar. Ibu pun berpikir begitu. Ya, paling tidak kita bisa pindah ke komplek perumahan yang lebih bagus dan mengganti si butut ini!" sambung Bu Ida sembari menepuk mobil butut milik Pak Adi.
Pasangan itu masuk ke dalam sebuah rumah minimalis berwarna cream tersebut kemudian duduk bersantai di ruang depan untuk sejenak. Selain untuk melepaskan penat, mereka juga mencoba merehatkan pikiran kusut mereka.
"Ibu benar-benar pusing. Padahal sebelum bertemu Tuan Daniel, Ibu merasa sangat lapar dan sekarang, jangankan lapar, rasa hausku pun rasa sirna setelah melihat kemarahan lelaki itu," keluh Bu Ida sambil menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan tersebut.
Sedangkan Pak Adi hanya diam. Ia menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan kosong menerawang. Ia benar-benar pusing dan bingung dengan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarganya saat ini.
Tidak berselang lama, terdengar suara sepeda yang sedang diparkirkan di halaman depan rumah mereka yang berukuran kecil tersebut. Bu Ida dan Pak Adi saling pandang dengan pikiran masing-masing. Setelah beberapa saat, mereka pun saling melempar senyum.
"Kamu dengar itu, Yah? Sepertinya Dania sudah datang," ucap Bu Ida sambil tersenyum semringah menatap Pak Adi.
"Kamu benar, Bu. Sebaiknya kita tunggu dia masuk kemudian kita ajak dia bicara," jawab Pak Adi dengan wajah penuh harap. Ya, saat ini harapan satu-satunya terletak pada Dania. Jika seandainya mereka tidak berhasil menemukan Adelia.
Terdengar suara drap langkah kecil dan pelan dari teras luar dan akhirnya seorang gadis cantik dengan wajah teduh, masuk ke dalam rumah mereka. Gadis itu tersenyum ketika mengetahui bahwa Ayah dan Ibunya sedang duduk di ruangan tersebut.
"Ayah, Ibu," sapa gadis itu sembari menghampiri kedua orang tua tersebut. Tidak lupa, ia juga menyalami dan mencium punggung tangan mereka.
"Oh ya, Dania. Duduklah sebentar, ada yang ingin Ayah dan Ibu bicarakan kepadamu," ucap Bu Ida sambil tersenyum lebar menatap gadis itu.
"Baiklah," sahut Dania yang kemudian duduk tepat di hadapan kedua orang tua tersebut dan masih dengan senyuman hangatnya yang teduh.
Pak Adi menghembuskan napas berat sebelum ia mulai membuka perbincangan mereka saat itu.
"Begini, Dania sayang. Saat ini Ayah dan Ibu benar-benar membutuhkan bantuanmu. Kami sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Karena yang mampu menolong kami saat ini hanya kamu, Dania sayang," lirih Pak Adi yang kini memasang wajah penuh harap di hadapan Dania.
Dania terdiam untuk sesaat sambil terus memperhatikan ekspresi Ayah dan Ibunya. Ibu tiri lebih tepatnya. Ya, Bu Ida adalah Ibu tiri Dania sedangkan Pak Adi adalah Ayah kandungnya. Sedangkan Adelia sendiri adalah anak kandung Bu Ida dari mendiang suaminya terdahulu.
"Selama Dania sanggup, dengan senang hati pasti akan Dania bantu, Yah, Bu," jawab gadis itu.
Jawaban yang diberikan oleh Dania membuat Bu Ida dan Pak Adi senang. Mereka saling tatap dan melemparkan senyum satu sama lain.
"Ah, Ayah senang mendengarnya. Benar 'kan, Bu?" ucap Pak Adi dengan senyum semringah.
"Ya, itu benar, Dania." Bu Ida pun ikut melemparkan senyuman hangatnya kepada Dania. Padahal jarang-jarang wanita paruh baya itu tersenyum. Malah sebaliknya, Bu Ida tidak pernah menampakkan wajah ramah kepada Dania sebelumnya.
"Memangnya bantuan seperti apa yang harus Dania berikan kepada kalian, Yah?" tanya Dania heran.
"Dania sayang, kamu sudah tahu 'kan bahwa Adelia nekat kabur dari rumah sejak beberapa hari yang lalu. Nah, saat ini Tuan Daniel sangat marah. Lelaki itu bahkan sudah mengancam Ayah dan Ibu. Jika kita tidak bisa menemukan Adelia, itu artinya kita harus mengganti seluruh kerugian Tuan Daniel sepuluh kali lipat! Bayangkan itu, Dania. Sepuluh kali lipat," tutur Pak Adi dengan wajah kusutnya.
Lagi-lagi Dania terdiam. Terlihat gadis itu tengah berpikir keras, memikirkan ucapan Sang Ayah barusan. Sekarang bukan hanya Bu Ida dan Pak Adi yang saat ini dilanda kecemasan, bahkan dirinya pun ikut cemas. Dari mana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Sedangkan pekerjaan Pak Adi yang hanya seorang Pemborong Bangunan.
Dania yakin, biaya yang dikeluarkan oleh Tuan Daniel tidaklah sedikit untuk mempersiapkan pernikahannya bersama Adelia dan sekarang mereka harus menggantinya dengan biaya yang di luar nalar, sepuluh kali lipat.
"Lalu, apa yang harus Dania lakukan?" tanya Dania dengan alis yang saling bertautan.
"Dania, jika kami tidak berhasil menemukan Adelia, bisakah kamu menggantikan posisi kakakmu dan menikah dengan Tuan Daniel?" tanya Pak Adi dengan wajah penuh harap menatap putri semata wayangnya itu.
"Apa? Menggantikan posisi Kak Adel?" pekik Dania. "Tapi, apa menurut kalian Tuan Daniel akan setuju? Secara aku ...." Dania memperhatikan penampilannya saat itu dan ia sadar bahwa dirinya tidak layak menggantikan posisi Adelia secara Adelia itu cantik, modis dan pandai bersolek.
...***...
"Soal itu kamu tidak usah ambil pusing, yang penting saat ini kamu bersedia menjadi istri pengganti untuk Tuan Daniel. Tapi, jika Adelia kembali sebelum hari pernikahan, kamu tidak perlu melakukan itu, Dania," tutur Bu Ida.
Dania menatap lekat Pak Adi dan Bu Ida secara bergantian hingga akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya pelan. Pertanda ia setuju dengan permintaan kedua orang tua itu.
"Ya, baiklah. Dania setuju," jawab Dania sambil membuang napas beratnya.
"Yess!" Terlihat jelas raut bahagia dari pasangan paruh baya tersebut. Bu Ida dan Pak Adi benar-benar senang setelah mendengar jawaban dari Dania. Mereka berpelukan dan bahkan Pak Adi tak canggung mencium kedua pipi Bu Ida di hadapan Dania.
Dania merasa tidak nyaman berada di ruangan itu hingga akhirnya ia memilih bangkit dari posisi duduknya kemudian segera pergi dari ruangan tersebut.
"Dania ke kamar dulu ya, Yah, Bu."
"Ya, Sayang. Sebaiknya kamu beristirahat dan tenangkan pikiranmu," jawab Pak Adi dengan wajah semringah.
Setelah Dania kembali ke kamarnya, Pak Adi dan Bu Ida kembali berbincang. Membicarakan masalah pernikahan tersebut.
"Sekarang Dania sudah oke. Kini tinggal menanyakannya kepada Tuan Daniel dan semoga saja lelaki itu bersedia menerima Dania sebagai pengantin penggantinya," tutur Bu Ida.
"Ya, Bu. Semoga saja lelaki pemarah itu bersedia menerimanya," jawab Pak Adi, masih dengan senyum semringahnya.
"Tapi, sebelum kita mengajak Dania bertemu dengan Tuan Daniel, sebaiknya kita make over dulu Putrimu itu, Yah. Kita butuh duit untuk yang cukup banyak untuk membawanya ke salon, biar dia terlihat lebih cantik dan seksi sama seperti Adelia," tutur Bu Ida lagi.
"Ya, kamu benar, Bu. Aku juga sempat berpikir seperti itu," sahut Pak Adi sambil memikirkan di mana ia bisa mendapatkan uang untuk me-make over Dania.
Sementara itu di kamar Dania.
Gadis itu duduk di tepian tempat tidurnya sambil memikirkan soal menjadi pengantin pengganti kakak tirinya. Sebenarnya jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam, Dania tidak siap, gadis itu menolak. Namun, jika ia tidak melakukannya, bagaimana dengan nasib Ayah dan Ibu tirinya.
"Ya, Tuhan ... semoga saja hati Kak Adelia terbuka dan bersedia kembali untuk menjadi pengantin Tuan Daniel."
Malam itu Dania tidak bisa tidur dengan tenang. Hati dan pikirannya terus tertuju pada pernikahan yang tidak pernah diinginkannya itu. Ia juga heran kenapa Adelia menolak menikah dengan Tuan Daniel. Padahal selama ini mereka berdua memang menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Entah Adelia sudah memiliki tambatan hati yang lain atau apa, tidak ada yang tahu, bahkan Ibunya sendiri pun tidak tahu. Namun, kalau menurut Dania sendiri tidak mungkin Adelia kabur dengan laki-laki lain. Secara Tuan Daniel adalah lelaki yang bisa dibilang sempurna tanpa cela. Berwajah tampan dan seorang pengusaha sukses.
"Apa mungkin ada sesuatu di diri Tuan Daniel yang membuat Kak Adelia tidak tahan dan memilih mundur dari pernikahannya? Tapi apa?!" gumam Dania.
Keesokan harinya.
"Bagaimana, Yah? Ayah sudah mendapatkan uangnya?" tanya Bu Ida dengan tergesa-gesa menghampiri Pak Adi yang baru saja tiba kemudian memarkirkan motor maticnya di halaman depan rumah mereka.
"Sudah, Bu. Untung Pak Jaka masih bersedia memberikan pinjaman kepada Ayah, kalau tidak ... hmm, Ayah tidak tahu harus ke mana lagi mencarinya," jawab Pak Adi sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Ah, syukurlah. Mana duitnya," ucap Bu Ida sambil mengulurkan tangannya ke hadapan sang suami.
"Sebentar dong, Bu." Setelah melepaskan helm yang masih melekat di kepalanya, Pak Adi segera merogoh saku celananya kemudian menyerahkan uang yang baru saja ia dapatkan dari meminjam kepada atasannya itu.
"Nah, gunakan seperlunya saja. Jangan boros-boros!" ucap Pak Adi mengingatkan.
Dengan wajah semringah, Bu Ida menyambut uang tersebut kemudian menghitungnya. Pak Adi memasang wajah masam karena Bu Ida menghitung uang di perkarangan rumah mereka.
"Sudahlah, Bu. Bawa masuk dulu, baru di hitung. Apa Ibu tidak malu kalau kelihatan tetangga sebelah?" celetuk Pak Adi sambil merangkul pundak istrinya itu.
"Maaf, Pak. Saking semangatnya Ibu sampai lupa," jawab Bu Ida.
Pak Adi dan Bu Ida pun segera masuk ke dalam rumah sederhana mereka kemudian duduk di sofa ruang depan, di mana Dania juga berada di sana. Pak Adi melemparkan senyumnya kepada anak gadisnya itu dan segera dibalas oleh Dania.
Dania tahu kedua orang itu baik ketika ada maunya saja. Padahal biasanya mereka selalu mengacuhkannya, termasuk Pak Adi. Selama ini mereka begitu membanggakan sosok Adelia yang berhasil menjadi seorang model yang cukup terkenal setelah berhasil memenangkan kontes pencarian model berbakat beberapa tahun yang lalu.
Dengan modal tubuh langsing semampai serta wajah yang cantik, membuat Adelia terpilih menjadi salah satu pemenang di antara ratusan wanita yang juga menginginkan posisi itu.
Kini harapan hanya tinggal sebuah harapan. Anak gadis yang begitu mereka banggakan kini menghilang entah kemana dan meninggalkan beban yang sangat berat untuk kedua orang itu. Bahkan Dania yang tidak ada urusannya pun, kini harus ikut masuk ke dalam permasalahan yang diciptakan oleh Adelia.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!