Because Of You
Part 1
Author: Aresss
****
11.30. London, England
"Kau yakin ingin kembali Harry?"ujar Mac menatap Harry, sahabatnya dan Harry tersenyum.
"Yah... Aku Yakin"
"Apa kau masih berharap bisa menemuinya?" Mac menatap Harry dengan pandangan sedih.
"Aku..... Sejujurnya aku tidak tau, Mac. Aku berharap tidak akan bertemu dia lagi, tapi aku tau, di hati terdalamku mengatakan yang lain." Harry mengesap wine miliknya. Berusaha menikmati panas alkohol untuk mengelabui pikirannya, bahwa dia tidak berharap bertemu wanita itu.
"Bung..." Mac memukul lengan Harry "Kau adalah orang yang terhebat yang kukenal. Kau tidak pernah ragu-ragu mengambil keputusan. Kau bisa mengambil jalanmu sendiri. Dan aku disini hanya bisa berdiam menantikan kisahmu selanjutnya. "
"Yah, aku pun menantikan kelanjutannya Mac..."
****
Bandara Internasional John Fo. Kennedy, 18.00
Harry turun dari jet pribadinya.Seorang wanita berambut panjang menghampiri Harry dan segera memeluk wanita tersebut dengan erat
"Sister!!"seru Harry
"Harry.."ujar Cassie, kakak Harry melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Harry "Astaga....Aku terkejut melihatmu.Lihat dirimu... Begitu kumal dan jelek.. Lihat pria brewokan ini... London benar-benar mengubah penampilanmu."
"Hanya penampilan luar, Cassie... Tidak dengan di dalam diriku" ujar Harry sendu dan Cassie segera mengigit bibirnya, bingung haris merespon apa.
Cassie melepaskan kedua tangannya dari bahu Harry, dan mereka segera berjalan menuju mobil yang menjemput merek. Dengan orang-orang yang membawa koper Mac
"Bagaimana keadaan bisnismu?"Tanya Harry.
"Oh God.. Seharusnya kau bertanya keadaanku dan bukan keadaan bisnis..... Dan satu lagi Harry, bisnis keluarga kita." Cassie memutar bola matanya dengan jengkel.
"Aku melihatmu baik-baik saja, maka dari itu kutanya keadaan bisnismu.... " Cassie melotot "Um... bisnis kita"
"Yah... Hebat, seperti biasa"
"Baguslah, dua tahun yang hebat."
"Tentu.Dan kau harus kembali ke posisimu Harry, sebagai pemimpin aslinya ." Cassie menghelas nafas.
"Yah.."
"Silahkan masuk mobil, Sir."Mereka akhirnya masuk kedalam mobil berwarna hitam dan duduk dikursi penumpang.Mobil itu segera bergerak maju, melintasi dan menembus malam yang menghampiri kota New York.
"New York tidak berubah" komentar Harry menatap kota metropolitan yang tidak pernah tidur itu.
"Luarnya tidak berubah, tapi dalamnya berubah Harry..."
"Yah... Kau benar."
"Ada pesta besok malam, sebuah perjamuan khusus atas pulangnya putra tunggal penerus Perusahaan Swell setelah dua tahun menghilang, Harry."
"Keren... " ujar Harry tidak tertarik.
"Kau harus bercukur dan tunjukkan hasil bersemedimu selama dua tahun, adikku sayang"
***
Kenny menatap Scout yang sudah memakai jas abu-abu untuk pergi bekerja. Kenny menatapnya dengan tatapan benci yang tidak bisa dia sembunyikan.
Kenny membencinya dengan segenap hatinya.Dia membenci Scout yang telah merebut semua kebahagiannya secara paksa. Dia merampas semuanya.
"Jangan menatapku begitu. Tatapanmu tidak bisa membunuhku" kata Scout dan memincing matanya menatap Kenny dari cermin. "Kau harus bangkit berjalan sayang, jangan hanya berbaring" ledek Scout. Bergerak saja Kenny kesulitan, apalagi berjalan. Itu semua karna Scout memalsa kehendaknya kepada Kenny yang menghacurkan dan merusak dirinya selama dua tahun ini.
"Datanglah sarapan denganku di bawah, aku menunggumu" Scout keluar dari kamar dan menutup pintu dengan kasar
Kenny terdiam seraya memandang dirinya yang di cermin. Dia nampak seperti mayat hidup. Dia berusaha bangkit dan berjalan. Rasa sakit langsung menghantam ujung pahanya dan seolah seluruh tubuhnya akan remuk jika bergerak lagi.
Akan tetapi, Kenny hanya tetap melawan rasa sakit, berjalan tanpa pakaian menuju kamar mandi. Sejenak dia berhenti dan berdiri melihat dirinya di cermin. Menyedihkan. Ingin dia menangis, namun dia sudah terlalu biasa dengan keadaan seperti ini, tenaganya terkuras habis, dia tidak sanggup bahkan untuk meneteskan satu air mata.
Kenny hanya berjalan perlahan dan mulai membersihkan dirinya. Memakai baju dan berjalan turun ke bawah. Semua kegiatan kecil itu meremukkan badan Kenny. Sakit, sakit sekali.. Namun sudah dua tahun dia menghadapi ini, dan pikirinnya sudah mati rasa akan itu semua.
Dia duduk di meja panjang yang sunyi itu dengan Scout yang duduk didepannya. Dia menerima nampan sarapannya dari pelayan. Mereka makan dalam diam. Hanya dentingan suara sendok yang beradu dengan piring mereka sendiri.
"Aku ingin mengenalkanmu, Kenny. Sudah saatnya kau kukenalkan sebagai isteriku kepada rekan kerjaku." Kenny menatap Scout tidak mengerti.
"Aku tidak paham" ucap Kenny pelan.
"Lusa, aku akan mengajakmu di perjamuan rekan bisnisku, sayang. Dan ada kejutan besar disana." Kejutan? Kejutan apa lagi? Tanya Kenny dalam hati. Pikirinya lari memikirkan kejutan apa yang diberikan Scout. Siksaan? Pukulan? Apa? Dia tidak mendengar apa lagi yang dikatan Scout.
"Sayang....Kau.Mendengarkan.Aku.Bukan?" ujar Scout penuh penekanan pada setiap katanya saat Kenny hanya diam.Ucapannya sangat mengancam. Kenny segera sadar saat dia tidak mendengar apa yang dikatakan Scout.
" Yah, aku mendengarnya" Lalu Scout memukul tangannya di meja dengan kuat membuat Kenny terlonjak kaget. Scout berjalan dan menuju Kenny dan tubuh Kenny bergetar ketakutan di setiap langkah Scout yang mendekatinya.
"Kau menjadi lebih bisu" Scout meremas kedua lengan Kenny dengan keras.
"Aw..."ringih Kenny kesakitan.Air matanya sudah beruraian dari matanya. "Hentikan Scout"
"Kau bisa bersuara kan,sayang?.Dan tatap aku jika aku sendag berbicara sayangku."ucap Scout penuh penekanan "TATAP AKU!!"bentak Scout dan Kenny segera mengangkap kepalanya dan menatap Scout.
"Yah..Aku...AKu...Aku men..men..dengarnya"ujar Kenny dengan suara tergagap penuh ketakutan. Scout segera melepas lengan Kenny dengan kasar. Dia menghirup udara dengan kasar.
"Aku tidak ingin memukul seseorang saat ini"
Scout mengusap air mata Kenny. Segera dia mengecup bibir Kenny.Dan kembali menatap Kenny
"Jangan menangis sayang.Aku tidak suka melihat kau menangis. Jika kau menuruti apa yang kukatakan, semua akan baik-baik saja"
"Yah..."
"Kuharap kau mempersiapkan dirimu untuk kejutan yang kuberi." Scout meremas pundaknya dengan keras dan membuat Kenny meringis lagi.
Kapan?Kapan semua penderitaan ini berakhir pada Kenny? Tidakkah Sang Pencipta merasa bahwa penderitaan selama dua tahun ini tidak cukup untuk Kenny?Apa dosanya?
***
"Sudah kukatakan cukur breokan mu sampai habis" ucap Cassie kesal. "Semua wanita jadi lari karna breokanmu itu" Padahal malah sebaliknya, janggut Harry yang dicukur tipis malah menambah pesona dan daya tariknya. Semua wanita berusaha mendekatinya tapi Harry hanya menunjukkan senyum sopan penolakan.
Harry melihat semua orang yang berlalu lalang di pesta ini.Dia meneguk wine yang dipegangnya.Dia sungguh kesal pada Cassie. Dan dia berharap bisa keluar dari pesta ini.
Sejak tadi Cassie mengenalkannya enam..Bukan..Mungkin delapan. Mungkin sembilan...Mungkin...ah tidak tau!.Sudah banyak wanita yang dikenalkan oleh Cassie pada Harry.
Semua sangat cantik. Sangat luar biasa cantiknua. Harry akui itu.Tapi dia tidak merasa apapun.Dia seolah mati rasa saat melihat semua wanita yang sangat canggih dan matang itu.
Musik Celina Dion-What A wonderful World- memenuhi ruangan ini. Pesta penyambutan formal sudah selesai, dan semua orang memenuhi ballroom hotel untuk berdansa.
Lalu dia menjelajah di sepanjang ruangan. Dia memijit pipinya yang pegal karena harus tersenyum pada semua orang.Lalu matanya menangkap Cassie yang tengah membawa dua wanita ke arahnya.Ke arahnya!
Dua wanita sekaligus?Astaga. Harry terasa jengah dan terganggu. Sebelum Cassie sampai kesini,dia harus pergi.Harus. Harry segera berjalan,dan menghilang di kerumunan ornag-orang.
Harry berjalan lebih jauh,dan menatap kebelakang.Dia tidak ada disana lagi. Harry segera menaruh gelas yang sejak tadi dipegangnya.
Harry berjalan lagi.Beberapa orang menyapanya dan dia berusaha keluar dari kerumunan manusia ini.Semuanya mengambil kegiatan masing-masing.
Harry sedikit menjauh dari keraimain.Dia agak sedikit ke sudut ballroom ini.Dia kembali menatap sekitar.Hanya beberapa orang disini.
Hingga matanya melihat ke sudut ruangan.Disana seorang wanita duduk sendirian.Wajahnya memandang sekitar dan sesekali menundukkan wajah...Seperti gelisah.Dan meremas-remas jemarinya
Harry melangkahkan kakinya maju.Dia seperti terhipnotis melihat wanita itu.Dia mengenakan long dress warna soft pink. Rambutnya digulung ke atas.
Anak rambutnya jauh didepan telinagnya.Memberikan kesan elegan dan dewasa.Dia terhipnotis dengan wajah itu.Tampilan sederhana dan elegan.Tidak menor.
Hingga indra penciumannya menyeruak masuk denagn wangi vanilla yang sangat menenangkan untuk Harry. Wangi yang dia rindukan.Dai mabuk kepayang hanya dengan wangi itu.
"Kenny?"
***
Kenny sejak tadi gelisah.Tangannya tidak henti berkeringat.Dia tidak suka tempat ini.Jantungnya berdetak keras. Rasa tertekan dan tidak nyaman.
Scout dan Kenny terlambat datang ke pesta ini. Entah untuk apa pesta ini diakan. Scout menyuruh Kenny untuk diam sebentar, untuk mencari tuan rumah pesta ini.
Dia tidak tahan lagi di pesta ini.Dia ingin segera pulang tapi takut Scout yang datang bersama ke pesta ini akan marah dan akan menyiksanya lagi.Dan Kenny takut hanya membayangkannya.
Dia melihat kesana kemari,dia meremas jari jemarinya ,jantungnya berdetak keras.Sialan. Kenny ingin minum obat penenang miliknya.Tapi dia tidak membawanya.
Scout tidak pernah membawanya kemana-mana, tidak pernah memperkenalkannya pada dunia tentangnya. Tapi kenapa tiba-tiba hari ini dia ingin memamerkan dirinya?
Kenapa disebut memamerkan? Karena Scout benar-benar mengubah penampilannya. Dia sangat berbeda dari Kenny yang biasanya. Dan Kenny tidak tau maksud Scout melakukannya.
"Kenny?"suara lembut yang sangat dikenal dan dirindukan Kenny membuat tubuh Kenny menegang.
Wangi itu...Wangi yang sangat dikenal Kenny.Wangi musk bercampur kayu-kayuan yang sangat menenangkan. Wangi yang dihapal mati olehnya. Dia membalikan badannya.
"Harry....."
****
Thankq for reading gais. Jika ada saran dan kritik silahkan beri di komen. :)
Happy Reading Guys.
****
Kenny POV
"Harry..." aku berbisik dan mataku nanar oleh air mata. Aku menegakkan badanku. Harry... Yah Tuhan.. Betapa aku merindukan Harry. Dia lebih dewasa sekarang, janggut tipis yang menghiasi wajahnya menambah kemaskulinan Harry. Namun, sorot mata sendu itu membuatku meringis.
Aku ingin berjalan mendekatinya, memeluk, dan mencium wanginya sepuas hatiku. Tapi kami hanya lah bertatap tanpa melakukan apapun. Aku berharap dia memelukku, dan menghiburku. Kuharap dia bisa membaca kerinduan yang terlukis di mataku.
Namun aku tau, itu hanyalah di dalam bayanganku. Tidak mungkin Harry datang memelukku, seorang yang berkhianat dan meninggalkannya. Aku menghela nafas yang sejak tadi ku tahan.
"Hai.." ucap Harry akhirnya.
"Hallo....." ucapku serak. Emosi membuncah di dalam diriku. Aku berdehem keras dan menyapanya kembali dengan suara yang lebih mantap. "Hallo"
"Apa kabar?"
"Aku?" aku ingin mengatakan aku tidak baik-baik saja, tapi sungguh tidak pantas aku mengatakannya. "Aku baik... Kamu?"
Di tersenyum kecil.
"Baik... Sangat baik.."
"Mrs Sharp." suara baritton Scout mengejutkanku. Scout berada di samping kananku dengan lengannya melilit secara posesif di pinggangku.
Aku terkejut dan terperangah. Dan Harry hanya mengangkat sebelah alisnya, tanda keterkejutannya. Tak pernah sekali pun Scout bertingkah manis seperti ini. Mrs Sharp? Yang benar saja.
"Mrs. Sharp?" saut Harry.
"Oh. Anda Mr. Harry Smith, sang tuan rumah pesta ini?" Scout tidak menjawab pertanyaan Harry dan Harry pun tidak. "Maafkan atas keterlambatan kami akan pesta anda, Mr. Smith. Perkenalkan aku Scout Sharp dan ini isteri saya, Kenny Sharp. Senang atas undangan anda kepada kami dan selamat atas kembalinya anda."
****
Scout POV
Aku mengencangkan ikatan dasiku. Seharusnya tidak kutinggalkan Kenny sendirian. Para penjilat itu menahanku lebih lama. Andai mereka bukanlah kolega bisnisku, tidak akan sudi aku bicara pada penjilat gendut itu.
Tapi menyenangkan hati kolega bisnisku bukanlah tujuanku ke sini. Namun Kenny dan mantan kekasihnya. Aku ingin memamerkannya. Bukti kemenanganku atasnya.
Aku berjalan menyusuri ruangan yang penuh dengan para manusia itu untuk kembali ke tempat aku meninggalkan Kenny. Namun, saat aku mendekat sudah muncul kejutan lain. Bagus. Bagus sekali.
Aku tersenyum dan melangkahkan kaki mendekati mereka. Ahk... Tidak sabar diriku melihat wajah Harry. Aku yakin dia masih mencintai Kenny. But, sorry dude, dia sekarang isteri Scout Sharp.
"Mrs Sharp..." ucapku tegas namun lembut, aku segera melingkarkan tanganku pada pinggul Kenny yang ramping.
Dan... Suprise.. Lihat wajahmu sekarang. Begitu menyedihkan. Dia isteriku, Smith... Dia milikku. Dia punyaku. Dan dia adalah wanitaku dan bukan wanitamu lagi.
"Mrs Sharp?" sautnya dengan nada-nada yang sangat kusuka. Nada terkejutnya. Nada yang sangat indah.
Aku memperkenalkan diriku dengan nada yang kubuat sesopan mungkin. Aku meresap dan merekam bagaimana wajah Harry Smith sekarang. Oh.. Dan aku juga memperkenalkan Kenny Sharp, isteriku.
"Halo Mr. Sharp dan...." dia terdiam sebentar sebelum berdehem "Mrs Sharp. Terimakasih atas kunjungan dan waktu anda yang berharga. Kuharap kalian menikmati jamuan dan pestanya" Haha... Aku bisa membayangkan betapa terkejutnya dia. Aku meremas pinggul Kenny.
"Yah... Kami sangat menikmatinya..." aku dengan sengaja mengatakan 'kami' dengan penuh penekanan.
"Kalau begitu, nikmati waktu anda. Saya permisi. Sekali lagi, Terimakasih Mr.Sharp dan Mrs. Sharp" dengan itu, Harry berlalu dari kami. Pergi meninggalkan kami layaknya pecundang.
Kenny melepas tanganku dari pinggulnya, namun aku tidak mau. Aku tetap menahannya disana.
"Ini kejutaannya Mr.Sharp?" ucapnya nanar dan ketus
"Yah.. Kuharap kau menyukainya"
"Kau tega Scout, sungguh tega." aku tau dia akan menangis, namun Kenny tidaklah bodoh dengan tiba-tiba menangis di tengah kerumunan pesta ini. Dia akan menahannya dan menyiksa dirinya.
Aku mendekatkan Kenny ke diriku, membuat tubuhnya yang rapuh itu bersabdar sepenuhnya padaku. Dia rapuh, dan akulah yang membuatnya begitu karena dia pantas mendapatkannya.
"Aku ingin pulang" bisik Kenny. Suaranya begitu hancur dan sangat hancur Aku tidak pernah mendengar suara Kenny yang begini sejak dua tahun yang lalu.
Aku selalu berlaku kasar padanya, namun tidak pernah dia menunjukkan sisinya yang begini. Sisinya yang benar-benar hancur. Bahkan saat terkejamku padanya.
"Ken..." geramku rendah, mencoba mengancamnya agar tidak menangis.
"Scout... Aku ingin pulang" rengek Kenny, dan aku tidak ingat kapan terakhir kalinya dia memanggilku dengan namaku sendiri. Aku berhenti sejenak. Berusaha merekam suara Kenny saat menyebut namaku. "Kumohon... Aku ingin pulang"
"Baik. Mari kita pulang"
****
Kenny POV
Sepanjang perjalan pulang, aku hanya diam dan terus terisak tak memperdulikan supir dan Scout. Scout ada di sampingku. Aku hancur. Benar-benar hancur.
Scout memang ahlinya menghancurkan. Dia merusak dan menghancurkan fisik dan mentalku. Ini berat, terlalu berat untukku.
"Lap tangismu, Ken...." Scout menawarkan sapu tangan miliknya, namun aku menghiraukannya. Aku terlampau marah. Ini benar-benar di luar kendaliku. Dan Scout menarik tangannya kembali serta menggeram marah.
Aku sudah siap malam ini. Ini akan menjadi malam yang panjang dan penuh penyiksaan.
Aku tau Scout akan marah besar padaku dan segala amarahkan akan dilampiaskan padaku.
Kami keluar dari mobil sesampaonya di kediaman Scout. Aku melepas hillsku dan berjalan masuk lebih dulu, dimana pelayan sudah menunggu kami di depan rumah.
Aku melemparkan hillsku dan tas kecilku di lantai, tidak peduli lagi akan apapun. Aku berlari kecil menaiki tangga, tidak memperdulikan rasa sakit yang menusuk-nusuk seluruh badanku.
Sesampainya di kamar aku segera melemparkan diriku di tempat tidur dan membenamkan wajahku pada bantal. Aku menangis sejadi-jadinya. Menikmati waktu menangisku sebelum Scout datang menghukumku.
****
Thanq readers,saran dan kritik saya tampung. XOXO
Happy Reading Gais
****
Scout POV
"Bereskan barangnya itu" aku berkata kepada pelayan untuk membereskan barang Kenny yang di campakkannya dengan sembarangan.
Sepanjang berjalan menuju kamar, aku melepas jas dan dasiku. Aku masuk kedalam kamar yang tidak tertutup rapat dan segera menutupnya rapat. Kelemparkan jasku asal.
Suara tangis Kenny lah yang memenuhi ruangan itu. Suaranya pilu dan menyakitkan. Suara yang tidak pernah kudengar selama dua tahun ini walau aku sudah sering berlaku kasar. Suara patah hatinya.
Hah... Ayolah Ken... Berhenti menjadi cengeng. Akulah kini suamimu, bukan dia. Aku memandang Kenny yang menangis beberapa waktu sebelum aku berjalan ke lemari dan mengambil gaun tidur Kenny dan segera berjalan ke arahnya. Aku duduk disamping Kenny yang menangis
Aku menggosok punggungnya yang telanjang. Sungguh cantik dia malam ini, biasanya pun selalu cantik. Namun dia cantik bukan untukku tapi orang lain. Hah..
"Bangunlah Ken...." aku menggosok halus rambutnya, berusaha menenangkannya.
"Apakah....Apakah.. Apa yang akan kau lakukan?" ucapnya terbata.
"Bangkitlah berdiri...."
"Kumohon jangan malam ini....." bisiknya. Suaranya bergetar walau dia berusaha tegas dan kuat. Dia benar-benar hancur.
"Bangkitlah berdiri..." Akhirnya dia bangkit berdiri di lantai. Tubuhnya menghadap cermin.besar di depan kami. Aku berdiri di belakangnya dan melihat wajah hancur Kenny. Dan make-up semakin memperburuk wajah kenny.
Aku menarik napas dengan panjang, lalu menggosok dengan halus lengan Kenny yang telanjang. Begitu halus bak pualam. Dan bulu kuduk Ken meremang. Tentu meremang karna ketakutan dan bukan karna gairah.
Aku mencium rambutnya yang wangi, kusisihkan rambutnya dari punggungnya yang cantik. Aku mencium punggungnya. Meresap wangi surgawi unntukku.
Aku membuka kancing gaun kenny, menurunkannya perlahan dan gaun itu jatuh kelantai yang meninggalkan Kenny dalam balutan pakaian dalam. Kupeluk dia, menekan hasratku yang menggebu dalam jiwaku. Menekan kejantananku yang mengeras padanya, menunjukkan gairahku akan dia.
Tapi tidak untuk malam ini, aku tidak sanggup bercinta denganmu dalam keadaan ini ken, aku lebih mampu melakukannya saat kau menangis karna kesakitan bukan karena patah hati oleh pria lain. Mata kami bertemu, tapi tatapannya adalah tatapan kosong. Itu meremas diriku seketika.
Aku segera melepas pelukanku, dan segera mengambil gaun tidur kenny.
"Angkat tanganmu, ken" Kenny menurut dan aku segera memasukkan gaun tidur itu.
"Duduk" perintahku, dan dia menurut. Aku memeriksa laci meja kecil disamping tempat tidur, mencari sesuatu yang bisa membersihkan wajahnya. Tisu basah. Aku bersimpu di satu kakiku di depan Kenny, membuat tinggi kami sejajar.
"Tutup mata..." aku melap wajahnya dengan lembut. Menghapus sisa-sisa make-up. Aku menghapus pada wajah dan leher, berharap dengan menghapus make up yang mengerikan itu, aku menghapus kesedihannya, namun aku tau itu tidak mungkin.
Setelah selesai, aku menghela napas, Kenny membuka matanya. Kami bertatap wajah. Oh Ken.. Tatapan tanpa dosa itu. Sial. Dadaku bergetar bergemuruh melihat wajahnya yang malang.
Aku mengecup keningnya sangat lama, sangat lembut dan berusaha menyalurkan kekuatan untuknya walau mustahil.
"Good night, Ken..." bisikku dan segera membaringkan dan menyelimutinya.
Saat aku akan pergi, Ken berbisik dengan pelan dan sangat pelan dalam kamar kami yang besar. Suatu hal yang tidak pernah kudengar selama dia menjadi isteriku, suaranya yang akan kurekam dalam jejak memoriku.
"Thank you, Scout" Tentu Ken....Tentu
****
Harry POV
Scout Edward Sharp. Aku kembali melayangkan wajahku pada bio pribadi Scout. Rekan bisnis keluargaku sejak dulu secara turun temurun. Dia yatim piatu sejak berusia 16 tahun dan menjadi isteri dari Kenny di umur 27 tahun, tepat setelah kami putus dan tragedi yang menimpa keluarga Ken.
Scout, rekan bisnis kami yang kuat. Dia hebat, pintar, lihai dan sangat disegani setiap orang. Bagaimana mungkin aku tidak tau tentang dia? Dan kenapa tidak ada yang tau tentang pernikahan mereka?
"Kami hanya tau bahwa dia sudah menikah tanpa tau siapa pasangannya"
Aku terdiam, menunggu Pak Kim, sekretarisku melanjutkan perkataannya.
"Dia terkenal tertutup dalam urusan pribadinya, Sir" Aku menghela nafas, melonggarkan dasiku. Aku memejamkan mata dan membayangkan wajah Ken semalam. Mereka memang nampak serasi, tapi tidak dengan air muka Ken.
Aku tau ada yang tidak beres, aku yakin semua itu. Ada yang di sembunyikan. Yang ditutupi. Dan aku akan mencari tahu tentang itu.
Scout Sharp. Kuulang nama itu dalam hati, berusaha mendapatkan jawaban atas semua teka teki ini
****
"Apa jadawalku selanjutnya, Pak Kim?" tanyaku setelah kami keluat dari rapat direksi bersama Cassie.
"Makan siang dengan dewan Perusahaan X dan Perushaan W"
aku berhenti berjalan. Perusahaan X, perushaan Scout. Kenapa tiba-tiba?
"Ini bukan jadwal yang muncul secara tiba-tiba, tapi ini sudah terjadwal dua bulan sebelum anda datang, untuk merayakan kesuksesan kerjasama antar perusahaan kita, Sir" aku memejamkan mata. Sial.
"Harry..." Cassie berbisik dan mengerti. Dia meremas lenganku lembut. Tentu Cassie tau, dan dia pun baru tahu.
"Di mana, Pak Kim?"
"Restoran A"
"Mari kita berangkat dan jangan sampai membuat mereka kecewa"
***
"Maaf atas keterlambatan kami" Aku berucap sesaat kami.masuk dalam ruangan. Bau wangi menyerebak sesaat kami masuk. Semua sudah berkumpul di meja bulat masing-masing.
Saat aku berbicara dan menyalami setiap orang, aku mencari keberadaan Scout. Dan seperti dugaanku, aku menemukannya duduk, sedang menyesap minumannya seraya menatapku. Entah kenapa walau wajahnya datar, dia menyimpan emosi padaku melalui tatapannya.
Kami duduk dalam satu meja, sesama para pemimpin. Aku menyalam Scout. Ada jeda dalam genggaman kami. Seolah kami menyalurkan emosi yang tidak bisa di pahami orang lain.
"Bertemu lagi, Mr Smith" ucapnya
"Yah.. Mr. Sharp"
Kami melepas jabatan kami, dan acara jamuan makan segera dilanjut. Sepanjang acara aku terus-terusan melihatnya. Namun tidak dengan dia. Wajahnya datar, dia pendiam, dan hanya bicara jika di ajak.
Dia menerima suatu panggilan, wajahnya tiba-tiba mengeras. Aku berusaha membaca mulutnya. Namun aku tidak bisa menemukan apapun. Dan aku segera tau, saat aku menemukan dia melapalkan nama Kenny.
Kenny?.
Sekretarisnya mendatanginya,dia berbisik pada sekretasinya yang wanita itu. Sekretarisnya mengangguk dengan patuh. Lalu dia bangkit berdiri, dan mengajukan diri untuk pergi terlebih dahulu.
Mata kami bertemu dan dia menggangguk kecil padaku. Anggukan yang tidak kumengerti. Tapi aku tau dia mengucapkan namaku dari bentuk mulutnya dan aku pun begitu.
"Scout..."
"Harry..."
****
Thanqq for readinf gais... Silahkan komentar,berikan saya saran :)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!