Nadira bukan gadis yang berasal dari keluarga kaya. Hanya gadis biasa yang berhasil menjadi sangat kaya berkat usaha dan kerja kerasnya.
Nadira bukan CEO perusahan, tapi memiliki saham di dua perusahaan besar dan memiliki dua belas cafe yang tersebar di enam kota besar di Indonesia.
Parasnya yang cantik membuat Nadira disukai oleh banyak pria, sayangnya Nadira tidak pernah tertarik dengan cinta dan pria.
Nadira memiliki banyak uang, itu sudah lebih dari cukup baginya.
Nadira pernah menderita karena tidak memiliki uang, tapi dia tidak pernah merasa menderita tidak memiliki pria disampingnya.
Nadira wanita mandiri. Bisa melakukan banyak hal sendiri. Tidak heran kalau peran pria di hidup Nadira tidak begitu penting.
Nadira penggemar dari idola k-pop, lebih tepatnya penggemar dari penyanyi solo kelahiran Busan -Korea Selatan -Bryan Byun.
Bryan adalah alasan Nadira bisa sampai dititik ini. Nadira sukses karena dari dulu tujuannya menjadi rich fan bagi Bryan Byun.
Bahkan, Nadira sampai membeli saham di agensi yang menjadi lebel bagi idolanya itu.
Dan Bryan Byun menjadi salah satu alasan Nadira tidak memiliki pasangan.
Nadira tidak berharap Bryan menjadi pasangan atau jodohnya. Hanya saja Nadira sudah cukup bahagia menjadi penggemar Bryan.
Nadira pernah berada dalam titik terendah dalam hidupnya, dan saat itu yang Nadira lakukan hanya mengidolakan sosok Bryan.
Nadira baik dan royal, mungkin ini alasan Nadira sampai disebut sugar mommy.
Lagipula, siapa yang akan memberikan tempat tinggal dan kendaraan secara percuma pada orang yang baru ditemuinya?
****
Juan, pemuda yang entah darimana asalnya, yang tiba-tiba datang dan memberi warna yang berbeda dalam hidup Nadira.
Mahasiswa semester tiga jurusan ekonomi dan bisnis yang hampir setiap hari membuat Nadira pusing, sejak mereka bertemu di cafe.
Juan memiliki pemikiran aneh, tidak dewasa dan sering menempel pada Nadira tapi entah kenapa Nadira tidak merasa risih pada Juan.
"Serius kita beda lima tahun?!"
"Kenapa aku ngerasa kakak lebih muda dari aku ya?"
"Masa ada yang bilang kakak sugar mommy?"
"Kakak gak kepikiran nyari pacar?"
"Gimana kalo kita pacaran?"
"Kita ini best couple, kakak pendek, aku tinggi."
"Dasar jomblo!"
"Bryan terus! akunya kapan?"
"Nonton yang aku maksud itu nonton ke bioskop, bukan nontonin Bryan."
"Siapapun yang ganggu kak Dira bakal berurusan sama gue!"
Juan laki-laki yang membuat Nadira nyaman berada di dekatnya. Memang membuat pusing dan mengganggu, tapi Nadira menyukai Juan yang memberi warna berbeda di hidupnya.
Juan menggemaskan dimata Nadira. Berbeda dari laki-laki yang biasa Nadira temui, nyaris mendekati tipe ideal Nadira. Sayangnya Juan lebih muda dari Nadira.
*****
Javier dan Jericho, yang Nadira tahu mereka kakak Juan. Hanya itu. Nadira tidak tertarik mengetahui hal lain tentang mereka.
*****
Bryan Byun, sosok sempurna bagi Nadira. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik namanya selalu berada dipikiran Nadira.
...*****...
...Tentang Nadira yang tidak tertarik dengan cinta, dan Juan yang belum mengerti arti cinta....
...Sugar mommy, sebenarnya Juan tidak menyukai julukan itu....
...Tapi,...
...suka tidak suka, begitulah orang memandang Nadira yang memberi Juan banyak hal....
...*****...
...Terimakasih buat kalian yang sudah mampir dan membaca sugar mommy,...
...**Buat visual, ini hanya imajinasi penulis. Kalian bisa bayangin sendiri sesuai imajinasi kalian....
...Jangan lupa like dan komen ya**......
Seorang wanita terlihat menikmati secangkir kopi saat terjadi keributan di salah satu cafe elit Jakarta. Keributan itu terjadi karena ada pelanggan yang tidak membayar pesanannya.
"Makanya, kalau gak bisa bayar gak usah sok makan di cafe." maki salah satu pelayan cafe.
Si wanita menghela nafasnya. Merasa pening mendengar seseorang berbicara sangat keras. Sangat mengganggu telinga, inner wanita itu.
"Biar saya yang bayar." perhatian orang-orang kini tertuju pada wanita itu. Dia beranjak dari kursihnya dan menghampiri sumber keributan.
"Dia kenalan saya." semua karyawan di cafe itu terperanjat karena wanita itu mengaku mengenal pemuda yang telah mereka maki.
"Tolong sekalian total dengan pesanan saya."
"Maaf, saya tidak tahu anak ini kenalan anda."
Tidak ada yang berani menyebut uang yang harus dibayar. Lagipula, siapa yang berani menagih uang pada pemilik cafe?
Pengunjung cafe memperhatikan mereka sambil menikmati pesanan dan ada beberapa pria yang terus menatap si wanita karena merasa kagum.
Semua mengenal wanita itu, sosok yang sangat dikagumi banyak orang. Bukan hanya pria, banyak wanita yang juga mengaguminya.
Cantik, kaya, pekerja keras, memiliki etika yang sangat baik, benar-benar wanita yang nyaris sempurna dimata orang-orang.
Nadira, nama wanita yang menolong pemuda yang baru saja dimaki-maki karena tidak bisa membayar pesanannya.
Nama Nadira pernah tranding sebagai wanita yang berhasil sukses berkat usaha dan kerja kerasnya. Pantas banyak yang mengenalinya.
"Kalian melakukan pekerjaan kalian dengan baik, tidak perlu meminta maaf." wanita itu terlihat tenang saat bicara.
"Tapi-"
"Lain kali, bicara baik-baik. Jangan langsung memaki pelanggan, hanya karena dia lupa membawa uang."
"Saya mengerti, sekali lagi maafkan kami."
"Hm." wanita itu -Nadira bergumam membalas permintaan maaf karyawannya.
"Maaf sudah membuat keributan dan membuat kalian tidak nyaman. Silahkan nikmati kembali hidangan kalian."
Nadira meminta maaf pada pengunjung lain di cafenya. Semua karyawannya ikut meminta maaf dan dibalas senyuman oleh para pelanggan. Ini alasan cafe Nadira ramai pengunjung, karena mereka mengutamakan kenyamanan pelanggan.
Beberapa pria yang daritadi memandangi Nadira semakin kagum. Benar-benar wanita yang sempurna, pikir mereka.
Nadira menatap pemuda yang memandanginya dengan wajah bingung yang kentara. Tentu saja pemuda itu bingung karena sebenarnya mereka tidak saling mengenal.
Nadira hanya asal mengatakan bahwa pemuda ini kenalannya hanya untuk menolongnya. Nadira kasihan melihatnya dimaki-maki di depan banyak orang di cafe.
"Ayo, pergi." Nadira menarik tangan pemuda itu keluar dari cafe miliknya. Nadira tahu pemuda itu masih bingung, tapi tidak ada waktu untuk menjelaskan semuanya.
Suara bisik-bisik terdengar sebelum mereka keluar dari cafe, tapi Nadira tidak memperdulikannya dan terus melangkah keluar dari cafe.
Lagipula, mereka membisikan hal baik untuk Nadira dan membisikan hal yang kurang baik untuk pemuda yang ditolongnya.
"Tunggu!" pemuda yang tidak Nadira kenali itu menahan langkahnya tepat di depan pintu cafe, dan membuat langkah Nadira ikut terhenti.
"Benar kamu mengenalku?" tanyanya bingung. "tapi seingatku, ini pertemuan pertama kita."
Nadira mendengus. Sepertinya pemuda ini tidak mengerti, Nadira hanya menolongnya.
"Kita memang tidak saling mengenal, aku hanya menolongmu yang dimaki-maki oleh mereka. Kamu tidak mengerti situasinya?"
"Oh? begitu ya? aku kira kita benar-benar saling mengenal." reaksi pemuda itu membuat mata Nadira memicing.
"Aku kira kamu juniorku di kampus, hehe."
Junior? Nadira tidak salah dengar?!
"Aku bukan anak kuliah, dan bahkan aku ini lebih tua darimu. Dasar bocah." kesal Nadira.
"Ho?" pemuda yang dipanggil bocah itu melihat Nadira dengan pandangan menyelidik. Seperti tidak percaya Nadira lebih tua darinya.
"Berapa usiamu?"
"Tidak sopan bertanya usia!"
"Kenapa? aku hanya bertanya!"
"Sudahlah, aku harus pergi sekarang. Tidak perlu berterimakasih. Selamat tinggal."
"Hey!" lengan hoodie Nadira ditarik dan membuat langkah wanita itu terhenti.
"Dasar pamrih." cibirnya sambil memasang wajah lucu. "Baiklah, terimakasih."
Nadira terpaku melihat senyuman pemuda di depannya. Tampan dan manis, kata yang mendeskripsikan pemuda ini.
Nadira tidak memiliki ketertarikan terhadap pria, tapi pemuda ini mampu membuatnya terpesona hanya dengan senyumannya.
Hey! Nadira normal, dia bahkan menyukai pria dari negeri ginseng. Hanya saja Nadira merasa pria tidak menarik di hidupnya.
Pria hanya memberi uang pada wanita, tapi meminta wanita memberikan segalanya. Tidak semua pria, tapi kebanyakan pria seperti itu.
"Tapi aku masih belum mengerti kenapa mereka membebaskan kita?"
Nadira menganga mendengarnya. Pesona pemuda ini lenyap begitu saja.
Nadira benar-benar tidak tahu pemuda seperti apa yang dihadapinya sekarang.
"Kita belum bayar, tapi mereka membiarkan kita pergi. Apa mereka membebaskan kita begitu saja karena kamu cantik?"
Hah? Nadira tidak bisa berkata-kata lagi.
"Kalau benar, aku harus makan bersamamu biar bisa makan gratis setiap hari."
Plak!
Nadira memukul lengan pemuda itu, dan membuatnya sedikit menggaduh.
"Cafe itu milikku, bodoh. Mana mungkin ada cafe yang tidak meminta bayaran hanya karena pelanggannya cantik."
"Hoh? jadi kamu pemilik cafenya? keren!"
Nadira menggeleng melihat reaksi pemuda asing yang membuatnya kesal itu.
"Tapi aku serius, kamu memang cantik."
"Ya, terserah! aku harus pergi sekarang. Lain kali jangan lupa bawa dompetmu."
"Tunggu!" Nadira memejamkan mata saat lengan hoodienya kembali ditarik.
"Kenapa lagi? kamu mau apa? kamu tidak dengar kalau aku harus pergi?"
"Aku tidak memiliki tempat tinggal."
"Serius kita beda lima tahun?!" sebenarnya perbedaan usia bukanlah hal mengejutkan.
Tapi, saat orang yang dikira junior ternyata jauh lebih tua. Siapa yang tidak terkejut?
"Apa? jangan body shaming ya!" Nadira cukup mengerti arti tatapan pemuda bernama Juan.
Ngomong-ngomong, Nadira menampung Juan yang katanya tidak memiliki tempat tinggal. Atau lebih tepatnya diusir oleh orang tuanya.
Sebenarnya, Nadira bisa saja mencari tempat kost atau membelikan rumah untuk pemuda itu. Tapi Juan pasti tidak bisa hidup sendiri.
Nadira dan Juan baru selesai melakukan sesi perkenalan. Juan terkejut mengetahui Nadira lebih tua lima tahun darinya. Karena ... ekhem, Nadira lebih pendek dari gadis angkatannya.
"Jangan suuzan. Aku gak body shaming kok."
Nadira mendecih. Jelas-jelas Juan memberi tatapan seolah Nadira berbohong dengan mengatakan dirinya lebih tua lima tahun.
Juan terlihat tidak mempercayai usia Nadira, dan itu sedikit mengganggu. Ditambah lagi tatapan Juan pada Nadira. Ah, menyebalkan.
"Tapi kamu keliatan masih muda loh, Dira."
"Heh!" Nadira melotot. Merasa tidak terima Juan memanggil namanya tanpa embel-embel kakak. "yang sopan! aku lebih tua dari kamu."
"Apa tadi? aku keliatan masih muda? kamu pikir aku setua itu? kita berdua hanya beda lima tahun ya. Dasar bocah." sungut Nadira.
Ingin dihargai sebagai yang lebih tua, tapi tidak terima dianggap tua. Begitu kira-kira.
Tapi Nadira memang belum tua, dia baru akan berusia dua puluh lima tahun oktober nanti.
Teman-teman seangkatan Nadira banyak yang sudah menikah, tapi bukan berarti Nadira tua.
"Iya, maaf. Gak usah marah-marah dong, kak."
"Hm." Nadira malas berdebat, dan memilih menyibukkan dirinya dengan ponsel. Sudah lama juga Nadira tidak membuka sosmed.
Bryan adalah nama yang pertama Nadira cari saat membuka akun sosial medianya. Nadira ingin melihat postingan idola asal Busan itu.
Nadira jarang sekali membuka sosial media, karena sebenarnya Bryan sedang menjalani wajib militer dan percuma membuka sosial media. Tapi Nadira tiba-tiba saja merindukan Bryan dan ingin melihat postingan lamanya.
"Kakak suka sama Bryan?" pertanyaan Juan membuat Nadira menatap pada pemuda itu.
"Kamu kenal Bryan heh?" Nadira membalikkan pertanyaan. Menatap Juan yang saat ini duduk disampingnya dengan jarak yang cukup dekat.
Juan menarik sedikit tangan Nadira, menunjuk username yang ada di layar ponsel wanita itu. Ternyata Juan hanya melihat username Bryan.
Nadira kecewa, dia pikir Juan sama sepertinya yang mengidolakan idola kelahiran Busan itu.
"Kenapa sih suka sama kpop-kpop gitu, kak?"
"Suara Bryan bagus." jawab Nadira seadanya, tanpa harus berlama-lama untuk berpikir.
Suara Bryan bagus sekaligus menenangkan, kesan pertama Nadira saat mengenal Bryan.
"Karena ganteng juga kan?" goda Juan. Demi tuhan, kalau mereka bukan Nadira dan Juan, mungkin salah satunya atau keduanya sudah salah tingkah. Melihat dekatnya wajah mereka.
"Iya, Bryan ganteng." Jawab Nadira seadanya. "dan dia laki-laki yang sempurna menurut aku."
Juan mengerjapkan mata. Tidak mengerti apa yang sedang Nadira bicarakan saat ini. Juan hanya melihat Nadira sangat menyukai Bryan.
Juan belum pernah menyukai siapapun. Juan anak bungsu di keluarganya, karena itu Juan menjadi anak kesayangan orang tuanya. Juan bahkan tidak boleh dekat dengan perempuan.
Juan diusir juga sebenarnya dengan harapan si bungsu itu akan menyadari kesalahannya dan minta maaf karena sudah berani balapan.
Tadinya Juan hanya mengikuti tantangan dari temannya, tapi siapa sangka Juan diusir oleh orang tuanya dan berakhir seperti sekarang.
Juan tidak sepenuhnya menyesal, karena Juan bisa bertemu dan mengenal Nadira gara-gara diusir. Anggap saja Juan ingin hidup mandiri.
"Aku lapar." Keluhan Juan membuat Nadira tertawa, entah apa yang lucu menurutnya.
Nadira hanya merasa Juan menggemaskan saat bicara. Ayolah, Nadira lemah melihatnya.
Nadira menampung Juan di rumahnya juga karena Juan menggemaskan. Apalagi saat Juan merengek dan meminta tolong padanya.
"Pesen makanan online aja gimana? aku males masak." Nadira mencari aplikasi di ponsel untuk memesan makanan mereka.
Sebenarnya bukan malas masak, Nadira hanya tidak ingin Juan keracunan oleh masakannya.
Nadira biasa masak untuk dirinya sendiri, tapi kurang percaya diri memasak untuk orang lain. Karena mungkin saja selera mereka berbeda.
"Mau makan apa?" Juan nampak berpikir.
"Mending makan diluar aja gak sih, kak?"
"Aku gak biasa makan makanan online." Juan menjelaskan saat mendapat tatapan bertanya dari wanita baik hati yang baru dikenalnya itu.
"Sebentar aku ambil kunci mobilnya dulu di kamar." Nadira menyimpan ponsel diatas meja bergegas pergi ke kamar mengambil kunci.
Juan menatap Nadira yang semakin menjauh dari pandangannya. Juan tidak percaya ada orang sebaik Nadira, padahal mereka baru bertemu. Bahkan Nadira keterlaluan baiknya.
Sebenarnya, sebelum Juan diijinkan tinggal di rumah Nadira. Mereka sempat berdebat kecil, tapi pada akhirnya Nadira tetap berbaik hati.
"Maaf, mah. Tapi kayaknya aku betah disini."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!