Daratan Wuzhou adalah surganya Kultivator karena terdapat banyak sekali Aura yang akan membantu Seorang Kultivator menjadi semakin kuat.
Namun dibalik itu semua, tersimpan banyak sekali bahaya dan resiko yang mengancam sehingga hanya kultivator yang memiliki kultivasi tertentu yang dapat tinggal di Daratan Wuzhou.
Li Yuchen seorang Kaisar yang memerintah di Daratan Wuzhou. Li Yuchen yang memiliki Kekuatan yang hebat diakui sebagai Kaisar terkuat yang melegenda namun tanpa diduga masalah itu pun datang.
Li Yuchen yang sedang melakukan Pelatihan tertutup selama satu minggu di atas Puncak Gunung Ming Hao mendapatkan Hukum Alam karena memiliki kekuatan yang menentang Surga dan Neraka.
Li Yuchen yang harus menerima sambaran Petir sebanyak sembilan kali agar dapat berhasil.
"Ctttaaarrrr!, Ctttaaarrrr!, Ctttaaarrrr!" suara petir yang berasal dari Surga yang menyambar di atas puncak Gunung Minghao.
"Hah! Hah! Hah!" suara hembusan nafas Li Yuchen dengan tubuh yang penuh dengan luka dan keringat yang terus mengalir di sekujur tubuhnya.
"Aku harus bisa bertahan. Aku tidak akan kalah dari Petir ini!" teriak Li Yuchen dengan tekad yang sangat kuat hingga membuat wajahnya berubah semakin serius.
"Geledaaarrrr! Geledaaarrrr! Geledaaarrrr!" suara petir yang menyambar semakin kuat dan besar.
"Aaarrggghh!" teriak Li Yuchen dengan suara yang sangat keras dan berat.
Li Yuchen yang telah menerima enam kali sambaran petir masih berusaha agar dirinya dapat berhasil meskipun dengan satu kaki yang telah tertekuk ke tanah.
Li Yuchen yang tak ingin kalah menggerakkan kakinya untuk dapat berdiri dengan tegap kembali tapi tak disangka sambaran petir ke tujuh datang lebih cepat dan semakin kuat dari sebelumnya.
"Aku, Li Yuchen, Kaisar yang melegenda di Daratan Wuzhou, tak akan semudah itu mengaku kalah!" teriak Li Yuchen dengan tekad yang membara dan emosi yang menggebu-gebu hingga memancarkan kilatan api dari matanya.
"Bleeegggaaarrrr!!!" suara petir ke tujuh menyambar dengan sangat besar dan kuat.
"Aaarrrgghhhh!" teriakan Li Yuchen yang penuh dengan rasa sakit hingga membuat mulut dan matanya terbuka lebar.
Li Yuchen yang tidak sanggup menahan sambaran petir yang ketujuh pun akhirnya terjatuh ke tanah dengan luka yang terlihat di sekujur tubuhnya.
"Bruk!" suara Li Yuchen yang terjatuh ke tanah dengan posisi terlentang dengan tangan yang terbuka lebar dan ekspresi wajah kesakitan.
Li Yuchen yang terjatuh ke tanah tanpa sadar memejamkan matanya dan saat itu juga iblis di dalam hatinya muncul. Satu per satu kenangan-kenangan masa lalu yang menjadi penyesalan Li Yuchen pun muncul.
"Iblis hati! Ternyata sampai detik ini aku masih belum bisa melepaskan diri dari kejadian itu!" gumam Li Yuchen dengan suara rendah dengan ekspresi sedih dan mata yang sayup.
"Maafkan aku!" ucap Li Yuchen dengan nada yang penuh penyesalan dan perasaan yang hancur.
Li Yuchen yang tidak menyangka jika dirinya ternyata gagal dalam terobasannya saat ini merasa jika akhir dari hidupnya telah tiba.
"Sepertinya aku tidak akan bisa bertahan lagi. Petir ke-delapan dan ke-sembilan tak akan mampu aku tahan." ucap Li Yuchen yang bergerak bangun perlahan dengan sisa tenaga yang ada.
Li Yuchen yang memiliki jiwa seorang Petarung menolak kalah meskipun fisiknya sudah tidak bisa bertahan lagi.
"Ini dia datang dua Petir Surga dan Neraka!" gumam Li Yuchen dengan ekspresi wajah yang sulit dibaca.
Li Yuchen yang merasa jika ajalnya telah tiba tidak menyangka benda yang tidak diketahui apa itu ternyata yang menyelemarkan nyawanya.
Benda berbentuk Giok dengan Lambang Naga berwarna Hijau Tua yang disimpan Li Yuchen di dalam tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan cahaya hijau yang sangat menyilaukan.
"Ctak!" sinar hijau keluar dan mengelilingi Li Yuchen seperti sebuah pelindung.
"Geleeegggaaaarrrr!!!" suara petir ke-delapan yang menyambar yang membuat bukit-bukit kecil yang ada di sekitar Gunung Minghao menjadi dataran lembah yang luas.
"Geleeegggaaaarrrr!!!" suara sambaran petir ke-sembilan yang menyambar mengenai sinar di sekeliling tubuh Li Yuchen.
Petir Ke-sembilan yang mengandung kekuatan Surga dan Neraka yang terkuat menghancurkan Cahaya Pelindung Li Yuchen.
Li Yuchen yang melihat perlahan-lahan sinar hijau yang melindunginya akan segera hancur dibawah tekanan sambaran petir ke sembilan pun menyiapkan dirinya sendiri.
Li Yuchen pun mengeluarkan sisa tenaga yang ada di dalam dirinya lalu mengumpulkan seluruh Aura yang ada di Gunung Minghao dan menggunakannya untuk bertahan dari sambaran petir ke Sembilan.
Dalam hitungan detik cahaya itu pun retak dan dalam sekejap hancur berkeping-keping. Li Yuchen yang telah bersiap pun mengerahkan seluruh kemampuannya untuk bertahan dari Hukum Alam.
"Ctak! Ctak! Kraaaakkkkk!!!" suara cahaya yang pecah berubah menjadi butiran debu.
"Lonceng Bel Pelindung Langit!" teriak Li Yuchen sambil mengangkar tangannya ke atas dengan mata dan mulut yang terbuka lebar dan seketika itu juga sebuah bel besar terbentuk dari kekutan yang Li Yuchen ciptakan.
"Aaarrggghhhh!" teriak Li Yuchen dengan sangat keras dengan keringat yang terus mengalir di seluruh tubuhnya.
Li Yuchen yang menolak menyerah mengambil semua Aura yang ada di Gunung Minghao hingga akhirnya Li Yuchen berhasil selamat dari Hukum Alam Petir ke-Sembilan.
Li Yuchen yang kehilangan kekuatannya pun tak sanggup mempertahankan berat tubuhnya sehingga perlahan Kekuatan yang dilepaskan Li Yuchen pun menghilang.
Dikarenakan, Kekuatan Petir ke-sembilan yang memiliki kekuatan surga dan neraka membuat Pemandangan Gunung Minghao yang terkenal sebagai Gunung yang sangat kaya dan cocok untuk meningkatkan kultivasi.
Akhirnya berubah menjadi hamparan jurang yang sangat tinggi, terjal, curam dan gelap yang tak terlihat ujungnya.
"Akhirnya aku selamat!" ucap Li Yuchen dengan nafas lega dan ekspresi wajah yang getir.
Li Yuchen yang tidak memiliki tenaga apapun lagi hanya bisa terbaring di atas tanah di samping Jurang.
"Sepertinya aku akan tetap berada di sini sampai beberapa hari ke depan atau sampai ada seseorang yang datang menyelamatkanku!" gumam Li Yuchen dengan ekspresi wajah yang pasrah dan tanpa tenaga dengan luka yang ada di seluruh tubuh dan wajahnya.
"Kenapa di saat seperti ini aku selalu mengingat kejadian itu?" ucap Li Yuchen dalam hati sambil memejamkan matanya karena sangat kelelahan.
Namun saat Li Yuchen hampir kehilangan kesadarannya, Li Yuchen mendengar suara dari seorang wanita yang sangat familiar baginya.
"Yang Mulia!" teriak seorang wanita dengan nada yang samar-samar tak terdengar dengan jelas.
Suara itu terus memanggil namanya berulang-ulang kali hingga membuat Li Yuchen merasakan sedikit kehangatan di dalam hatinya.
"Yuchen! Yuchen! Yuchen!" teriakan yang menanggil nama Li Yuchen dari seorang wanita muda.
Li Yuchen yang memejamkan matanya pun membuka matanya kembali dan berusaha sekuat tenaga untuk dapat berdiri tegap meskipun rasa sakit itu terasa hingga ke tulang-tulangnya.
"Aaarrrggghhhh!" teriak Li Yuchen dengan sangat keras saat mencoba berdiri.
Li Yuchen yang tak bisa bertahan dari rasa sakit itu pun merasa dirinya akan segera terjatuh ke tanah tapi siapa disangka ada seseorang yang menangkap tubuhnya.
"Aroma ini! Sentuhan ini!" ucap Li Yuchen dalam hati saat dirinya berdekatan dengan seseorang yang menangkap tubuhnya yang akan terjatuh.
"Yang Mulia! Yuchen! Apa kau baik-baik saja?" tanya seorang wanita dengan wajah yang sangat cantik dan nada bicara yang lembut meski terdengar sedikit kekhawatiran di setiap katanya.
#Bersambung#
Jangan lupa Like, Komen dan tekan Love ya..
Terima kasih..
Li Yuchen yang melihat wajah orang yang menangkap tubuhnya pun merasa legah.
"Aku baik-baik saja hanya saja aku gagal." ucap Li Yuchen dengan nada rendah dan sedikit penyesalan dan ekspresi wajah yang lelah yang tidak bisa diungkapkan.
"Syukurlah jika yang mulia baik-baik saja." ucap wanita cantik dengan senyum lembut dan tatapan mata yang teduh yang sedang berdiri di depan Li Yuchen.
"Tentu saja. Ayo kita kembali ke Istana, Selir Yuwen." ucap Li Yuchen yang mengajak Selir Kesayangannya untuk kembali ke Istana dengan ramah dan nada bicara yang lembut.
Selir Yuwen, Shen Yuwen, adalah Selir Kesayangan Li Yuchen setelah kepergian Permaisurinya yang menghilang dan tak pernah kembali.
Selir Yuwen yang memiliki paras yang cantik, kulit putih dan lembut serta tubuh yang indah menjadikannya sebagai Selir yang sangat dicemburui oleh Selir lainnya.
Selir Yuwen tidak hanya memiliki wajah yang cantik tapi juga memiliki batas kultivasi yang tinggi sehingga diantara ketiga Selir yang dimiliki Li Yuchen hanya Selir Yuwen yang mendapatkan perhatian lebih.
Li Yuchen yang tidak ingin terlihat lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk bertarung lagi pun menggunakan sisa Aura yang ada di Gunung Minghao untuk membantunya berdiri tegap dan terbang kembali ke Istanya.
Namun tanpa diduga, saat Li Yuchen ingin terbang kedua Selirnya yang lain ternyata datang menyusul dirinya ke Gunung Minghao.
Li Yuchen yang awalnya merasa senang karena mendapatkan perhatian tiba-tiba merasa ada yang aneh dengan sikap ketiga Selirnya.
"Kenapa mereka bertiga datang kemari?" tanya Li Yuchen dalam hati dengan ekspresi wajah yang datar dan tanpa ekspresi sambil melihat kedatangan dua Selirnya, Selir ling dan Selir Xue.
"Hamba menghadap Yang Mulia, maafkan kelancangan kami yang datang tanpa diundang Yang Mulia. Kami mendengar suara Petir yang menymbar berkali-kali dan kami sangat mengkhawatirkan Yang Mulia." ucap kedua Selir secara bersamaan dengan ekspresi wajah yang cemas dan nada bicara yang menggebu-gebu.
Li Yuchen yang mendengar perkataan Kedua Selirnya itu pun merasa sangat senang dan seketika perasaan gelisah itu hilang meski tetap ada rasa curiga di dalamnya.
"Aku baik-baik saja." ucap Li Yuchen sekali lagi untuk menyakinkan ketiga Selirnya bahwa tidak terjadi hal buruk padanya sambil merentangkan tangan menerima pelukan dari Ketiga Selirnya.
"Yang Mulia!" ucap Ketiga Selir secara bersamaan dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dibaca sambil melemparkan dirinya ke pelukan Li Yuchen.
Li Yuchen yang percaya akan kata-kata Ketiga Selirnya pun menurunkan kewaspadaannya tapi ternyata Li Yuchen diserang tanpa diduga.
Salah satu Selir Li Yuchen ternyata menyembunyikan pisau beracun dibalik lengan bajunya dan saat Li Yuchen menurunkan kewaspadaannya mereka pun menyerang Li Yuchen.
Li Yuchen yang tidak menyangka jika Selir Yuwen yang merupakan Selir yang sangat disayang dan dimanja olehnya tega melakukan itu padanya.
Tak hanya itu ternyata Kedua Selirnya yang lain pun mengetahui rencana dan tindakan Selir Yuwen tapi mereka hanya diam dan ikut membantu.
"Ka-kalian!" ucap Li Yuchen dengan terbata-bata dengan salah satu kaki yang tertekuk jatuh ke tanah sambil memasang wajah terkejut dan tak percaya.
"A-apa yang kau lakukan? Apa kau sudah kehilangan akalmu?" tanya Li Yuchen kepada Selirnya dengan ekspresi wajah yang marah sambil menahan rasa sakit yang diakibatkan oleh tusukan pisau yang beracun.
"Kehilangan akal? Mungkin saja! Hahaha." ucap Selir Yuwen yang telah menjaga jarak dari Li Yuchen sambil tertawa senang dengan ekspresi wajah yang bahagia.
"Bagaimana rasanya? Apakah sakit sekali Yang Mulia? Hahaha!" ucap Selir Ling dengan tawa ringan dibalik kipasnya sambil berbicara dengan nada yang sinis.
"Saudari, kau tidak perlu berkata seperti itu. Bukankah itu sudah jelas bagaimana rasanya? Hahaha!" ucap Selir Xue dengan tawa yang halus dan dengan nada bicara sinis.
Li Yuchen yang menyadari jika Selir-selirnya ternyata berencana untuk membunuhnya dengan racun yang mematikan yang bahkan dapat membunuh seorang kultivator dengan kultivasi yang tinggi.
"Sial! Racun ini sangat menyakitkan. Untunglah aku sudah melatih tubuhku sampai ke ranah yang tidak bisa dibayangkan orang lain jika tidak maka saat ini aku pasti sudah tiada!" ucap Li Yuchen dalam hati sambil mencabut pisau yang tertancap di dadanya dengan ekspresi wajah menahan rasa sakit.
"Aarrgghhh!" keram Li Yuchen dengan suara yang tinggi sambil menghembuskan nafas berulang kali.
Selir Yuwen yang melihat Li Yuchen yang tidak langsung kehilangan nyawanya setelah terkena racun khusus yang telah disiapkannya menjadi marah.
"Kenapa Yuchen tidak langsung meninggal? Ini pasti karena harta yang ditemukannya itu. Aku harus mendapatkan harta itu!" ucap Selir Yuwen dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat hingga membuat kuku-kukunya yanh panjang masuk menembus ke kulit tangannya.
Sementara Kedua Selir yang lain yang melihat Selir Yuwen melukai dirinya sendiri pun tidak bisa menghentikan dirinya untuk memberi sindiran.
"Saudari Yuwen, apakah tanganmu yang halus itu sudah tidak kau perlukan lagi? Jika tidak maka aku bersedia membantumu melakukannya." ucap Selir Xue dengan sorot mata yang tajam seolah menghina.
"Saudari Xue tidak perlu berkata seperti itu, aku yakin Saudari Yuwen pasti tidak sengaja melakukannya karena rencana yang sudah tersusun rapi ternyata gagal!" ucap Selir Ling dengan nada sindiran yang pedas ambil menutup mulutnya dengan kipas.
"Kedua Saudari sangat perhatian tapi sepertinya Kedua Saudari melupakan apa yang akan terjadi jika rencana ini gagal!" jawab Selir Yuwen dengan ekspresi wajah yang dingin sambil melirik ke arah Selir Ling dan Selir Xue.
Selir Ling dan Selir Xue yang mendapatkan sindiran pedas dari Selir Yuwen pun menutup mulut mereka dengan rapat dan tak berani berkomentar kembali.
Selir Yuwen yang tidak ingin dikuasai oleh kemarahan pun mencoba menarik nafas dan bernegosiasi dengan Li Yuchen yang menurutnya sudah sekarat saat ini.
"Jangan berpura-pura kuat Yuchen. Aku tau kau saat ini pasti sedang sangat menderita. Aku bisa memberikan penawar racun itu padamu tapi kau harus menyerahkan harta yang kau temukan itu padaku." ucap Selir Yuwen dengan nada sombong dan angkuh sambil memandang ke arah Yuchen seolah melihat seekor semut.
Li Yuchen yang mendengar apa yang dikatakan oleh Selir Yuwen akhirnya mengerti alasan dari semua yang telah terjadi padanya saat ini.
"Jadi hanya karena sebuah Harta, Selirku tega membunuhku. Ternyata aku sudah terlalu baik hati sekarang." ucap Li Yuchen dalam hati dengan senyum pahit yang terukir jelas di wajahnya.
Li Yuchen yang sangat marah dan kecewa pada dirinya sendiri pun tertawa dengan sangat keras hingga membuat Ketiga Selirnya menjadi kebingungan.
"Hahaha..." suara tawa Li Yuchen yang terdengar sangar keras hingga ke seluruh Gunung Minghao yang telah berubah bentuk.
"Apa yang kau tertawakan? Cepat serahkan harta itu, jika tidak, aku pastikan penawar racun dari racunmu itu akan aku hancurkan." ucap Selir Yuwen yang wajahnya sudah merah karena menahan amarah.
"Kau ingin Harta yang aku temukan? Hah! Jangan bermimpi! Harta itu tidak akan pernah menjadi milikmu!" ucap Li Yuchen dengan nada angkuh dan dengan ekspresi wajah yang dingin seperti es.
#Bersambung#
Jangan lupa Like, Komen dan tekan Love ya..
Terima kasih..
Setelah mendengar apa yang dikatakan Li Yuchen, Ketiga Selir menjadi sangat marah hingga kehilangan kontrol akan dirinya hingga membuat ketiganya mengeluarkan jurus untuk membunuh Li Yuchen.
"Jika aku tidak bisa membunuhnya sekarang dengan tanganku. Jangan panggil aku Selir Yuwen!" ucap Selir Yuwen yang marah sambil mengeluarkan sebuah Jurus.
"Selendang Kematian!" ucap Selir Yuwen lagi sambil menggerakkan selendang yang ada di sekeliling tubuhnya hingga mengeluarkan Aura berwarna ungu menuju ke arah Li Yuchen.
"Jika kau tidak ingin menyerahkan Harta itu kepada kami maka tidak perlu membiarkanmu hidup lagi." ucap Selir Ling yang kesal karena telah menunggu tapi tidak mendapatkan apapun.
"Tarian Belati Kipas!" ucap Selir Ling yang mengeluarkan Jurus dengan menggerakkan kipas yang ada di tangannya hingga udara yang tercipta berubah bentuk menjadi belati tajam dengan Aura berwarna hijau.
"Jangan khawatirkan tentang Harta itu karena setelah kematianmu maka kami bertiga pasti akan menjaga Harta itu dengan sangat baik." ucap Selir Xue dengan tawanya yang menyeramkan.
"Cakaran Iblis!" teriak Selir Xue sambil menggerakkan kedua tangannya bersilang ke arah Li Yuchen hingga mengeluarkan Aura berbentuk Cakar Hewan berwarna merah darah.
Li Yuchen yang yakin jika dirinya tidak akan bisa menahan ketiga serangan itu bersamaan pun memilih untuk menghancurkan dirinya bersamaan dengan Harta yang diingikan Ketiga Selirnya.
Namun tanpa diduga, ada seorang Pria yang berwajah tampan yang datang menghentikan Selir Yuwen, Selir Ling dan Selir Xue yang ingin membunuh Li Yuchen.
"Dinding Surga!" teriak Seorang Pria yang kemudian terbentuklah dinding yang sangat tinggi dan tebal di depan Li Yuchen yang menghentikan semua serangan yang mengarah ke arah Li Yuchen.
"Booommm!" suara benturan keempat kekuatan yang sangat keras hingga menghasilkan angin dan kabut yang sangat tebal.
Li Yuchen yang awalnya telah siap pun membuka matanya saat tidak ada rasa sakit yang ditunggu tidak kunjung datang.
Li Yuchen pun melihat sebuah Jurus yang sangat dikenalnya ada di depan matanya,melindungi dirinya dari serangan ketiga selirnya hingga perlahan tembok itu pun menghilang.
Li Yuchen pun mengangkat kepalanya dan melihat ke arah orang yang menyelamatkan nyawanya yang merupakan sahabatnya sendiri sehingga membuat Li Yuchen menjadi sangat senang.
Namun perasaan senang dan bahagia itu tidak bertahan lama karena Li Yuchen akhirnya menyadari kebenaran dari semua yang terjadi di hari itu.
"Hua Ping!" ucap Li Yuchen dalam hati dengan ekspresi wajah yang datar dan tanpa ekspresi sambil melihat ke arah Seorang Pria yang terbang di depannya.
"Kakak Ping, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menghentikan kami menghabisinya?" tanya Selir Ling dengan nada manja dan sedikit perasaan kesal karena telah gagal menghabisi Li Yuchen.
"Kalian ini sangat cantik tapi otak kalian tidak bisa dipakai untuk saat seperti ini!" sindir Hua Ping dengan kata-kata yang pedas dan ekspresi wajah dan tatapan mata yang dingin.
"Apa maksud Kakak Ping?" tanya Selir Yuwen dengan nada manja dengan ekspresi wajah yang penuh dengan rasa penasaran.
"Apa kalian tidak lihat jika Yuchen ingin menghancurkan dirinya dengan Harta itu bersamaan? Jika aku tidak menghentikan tindakan kalian maka Harta itu sudah pasti hilang sekarang!" ucap Hua Ping dengan nada tinggi dan ekspresi wajah yang marah sambil terbang turun ke arah Ketiga Selir.
"Hua Ping! Apa maksud semua ini? Uhuk!" tanya Li Yuchen yang menolak kenyataan yang ada di depan matanya sambil memuntahkan darah hitam dari mulutnya.
"Sepertinya Racun itu tidak dapat membunuhmu secara langsung tapi aku yakin racun itu pasti telah menyebar ke seluruh tubuhmu. Jadi sebaiknya kau serahkan saja baik-baik Harta itu padaku dan matilah dengan tenang." ucap Hua Ping dengan nada bicara yang kasar dengan wajah tanpa ekapresi dan sorot mata yang tajam dan dingin.
"Kakak Ping, tidak perlu banyak bicara lagi padanya. Segera habisi saja dia dan rebut Hartanya." ucap Selir Xue dengan nada lembut dan manja sambil memeluk tangan kiri Hua Ping dengan manja.
"Yang dikatakan Saudari Xue benar sekali Kakak Ping. Segera habisi Yuchen dan ambil hartanya lalu kita gelar pernikahan yang sangat mewah." ucap Selir Yuwen dengan ekspresi wajah yang nakal sambil memeluk dan memukul dada Hua Ping dengan kekuatan yang kecil hingga membuat Li Yuchen melihatnya merasa sangat jijik.
"Seger selesaikn semua ini dan kita lanjutkan percakapan manja kita di Paviliun Bunga Kakak ping!" ucap Selir Ling yang juga dengan tanpa rasa malu memeluk tangan kanan Hua ping.
Li Yuchen yang tidak menyangka jika ketiga Selirnya ternyata telah bermain api dibelakangnya bersama sahabatnya sendiri.
Li Yuchen bahkan tidak menyangka jika, Hua Ping, Sahabat yang telah dianggapnya sebagai Saudara ternyata tega merebut wanitanya, mengincar harta dan tahtanya bahkan ingin membunuhnya.
"Hahaha..." tawa Li Yuchen yang sangat keras setelah menyadari kebodohan dan kenaifannya selama ini.
"Melihat sikap dan tingkah laku kalian berempat saar ini membuatku ingin muntah. Wanita J****g seperti kalian bertiga sangat pantas bersama dengan Anjing Penjilat yang seumur hidupnya hanya bisa mengemis dibawah kakiku!" ucap Li Yuchen dengan kata-kata yang kasar dan sindiran yang pedas sambil memberikan tatapan menghina dan merendahkan untuk keempatnya.
Li Yuchen yang tidak ingin mati ditangan Penjahat dan bahkan lebih tidak rela menyerahkan semua harta miliknya pun memfokuskan seluruh kekuatannya dan meledakkan dirinya.
Hua Ping yang menyadari rencana Li Yuchen pun memerintahkan Ketiga Selir untuk menghentikan Li Yuchen.
"Gawat! Li Yuchen ingin meledakkan dirinya sendiri. Kalian bertiga cepat hentikan!" teriak Hua Ping dengan sangat keras sambil mengeluarkan jurus untuk menghentikan Li Yuchen.
Namun, tanpa diduga keempatnya tidak berhasil. Li Yuchen berhasil menghindar dan memilih untuk jatuh ke dalam Jurang Gelap yang terbentuk dari Sambaran Petir Ke-Sembilan.
Tubuh Li Yuchen pun meledak di dalam Jurang. Jurang yang sangat gelap berubah menjadi sangat terang karena api yang keluar dari tubuh Li Yuchen.
Li Yuchen pun menghilang tanpa jejak dan berubah menjadi butiran debu bahkan tidak terlihat Harta yang jatuh ke dalam Jurang yang Gelap.
"Sial!" teriak Hua Ping yang marah sambil memukul tanah yang ada di depannya dengan satu tangan hingga membuat tempat itu menjadi hamparan debu.
Li Yuchen yang berfikir jika dirinya telah meninggal tidak menyangka jika dirinya mendapatkan kesempatan kedua untuk membalas dendamnya.
Li Yuchen pun membuka matanya dan melihat dirinya berada di suatu padang rumput hijau yang sangat luas dan tidak dapat terlihat ujungnya.
Namun di dalam padang rumput itu, Li Yuchen melihat sebuah Pagoda yang sangat tinggi. Li Yuchen yang penasaran akan apa yang ada di dalam Pagoda tersebut pun berencana untuk melihat isinya.
Li Yuchen pun berjalan mendekat tapi saat jarak antara dirinya dan Pagoda hanya sekitar 100 meter. Li Yuchen pun terpental sangat jauh seolah dirinya menabrak sebuah tembok yang sangat tebal hingga membuat kepala Li Yuchen sangat sakit.
"Aarrgghhhh!" teriak Li Yuchen dengan sangat keras hingga akhirnya Li Yuchen tersadar jika dirinya berada di tempat yang lain lagi.
#Bersambung#
Jangan lupa Like, Komen dan tekan Love ya..
Terima kasih..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!