NovelToon NovelToon

Adiva

Adiva 01 : Kasih Sayang Yang Tulus

"Pagi Ayah" sapa Adiva sambil tersenyum.

"Pagi nduk, hari ini kamu ada acara?" tanya ayahnya yang heran melihat anaknya sudah rapi.

"Mau antar Tuan Muda Axel kelas berenang Yah," jawab Adiva sambil duduk di samping Ayahnya yang sedang meminum kopi.

"Oalah begitu, diantar Pak Mamat kan nduk? jangan biarkan tuan muda Axel menyetir sendirian. Belum punya SIM" kata ayahnya dengan cemas.

"Iya Yah sama pak Mamat kok diantar, nyonya Heni juga berpesan untuk diantar pak Mamat" ucap Adiva tersenyum lalu berpamitan mencium tangan ayahnya.

"Hati-hati nduk" Ucap ayahnya dengan tersenyum.

"Assalamu'alaikum Yah" dan lalu pergi keluar.

"Waalaikumsalam nduk"

Rumah Adiva termasuk rumah yang nyaman, terdapat 3 kamar dan 2 kamar mandi serta ruang sholat, dapur yang tergabung ruang makan, ruang keluarga, dan ruang tamu ada loteng tempat menjemur pakaian lalu ada taman kecil di depan rumahnya. Adiva menghampiri bundanya yang sedang menyiram tanaman.

"Sudah mau berangkat sayang? Hati-hati yah, bekalnya dimakan berdua dengan tuan muda Axel, sejak dulu dia selalu suka masakan bunda, dan jangan lupa berbagi" ucap bundanya.

"Iya Bun. assalamu'alaikum" sambil mencium tangan bundanya.

"waalaikumsalam" dan melanjutkan menyiram tanaman.

...- - - ...

Adiva berjalan sekitar 10 menit menuju rumah keluarga Pratama.

Ayahnya pak Ahmad sudah bekerja selama 10 tahun, dahulu ayahnya hanya membantu istrinya bu anisa di toko kue sebagai kasir.

Sejak nyonya Heni belanja ke toko kue bu anisa, nyonya Heni menawarkan pekerjaan untuk pak Ahmad sebagai tukang kebun. Dikarenakan keluarga Pratama baru saja pindah ke daerah itu, oleh sebab itu membutuhkan tukang kebun.

Dilihat dari kejujuran pak Ahmad dan kegigihan nya bekerja membuat Tuan dan Nyonya Pratama kagum sehingga setelah 3 tahun bekerja, pak Ahmad diangkat menjadi kepala asisten rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap keuangan para pekerja di rumah keluarga Pratama.

Tuan Arga Pratama selaku Presdir dari PT. Angkasa Jaya Pura yang bergerak di bidang Cargo dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan istrinya nyonya Heni mantan Puteri Indonesia tahun 1992 kini bergerak di industri modeling cabang Purwokerto. Keluarga Pratama sangat baik terhadap karyawan yang ada di tempat kerja maupun di rumahnya.

"Mba Adiva sudah di tunggu tuan muda Axel. Sedari dari menggerutu" ucap asih pengasuh Axel sejak kecil.

"Iya bu Asih, tadi Adiva kasih makan Mimo dulu makannya lama. Yaudah Adiva ke kamarnya Tuan Muda Axel dulu ya bu" ucapnya dan langsung ke lantai 2 rumah itu. Ditangga Adiva berpapasan dengan tuan Muda Julio anak sulung keluarga Pratama.

"Adiva, tuh Axel sudah menunggu mu di kamarnya" ucap Julio dengan tersenyum.

"Tuan muda Julio sudah pulang dari Amerika? kapan?" tanya Adiva.

"jangan tuan muda, cukup kak Julio saja. kamu sudah seperti adikku Va" ucap Julio sambil mengacak rambut Adiva.

"Iya iya kak Julio ganteng, kapan pulang?" tanya Adiva lagi.

"Tadi shubuh, oh iya oleh-oleh dari kakak ada di kamar Axel. Kesana saja" ucapnya dan lalu pergi dari hadapan Adiva.

Adiva langsung menuju kamar Axel.

"Nah ini nih, aku sudah menunggu mu 1 jam Adiva, kamu kemana saja?" ucap Axel kesal.

"Dasar tidak sabaran, aku baru saja memberikan Mimo makan. Kata kak Julio ada hadiah untukku mana?" tanya Adiva menanggih.

"oh Mimo, tuh hadiahnya di atas meja komputer" ucapnya sambil menunjuk meja komputer.

"wah ini tanda tangan dosennya kak Julio dan ada foto bersama dosennya. Semoga aku bisa kuliah di sana" kata Adiva kegirangan. Karena impian Adiva bisa kuliah di Stanford mengambil jurusan kedokteran.

"Kenapa kamu begitu girang hanya karena tanda tangan dan foto, anak seusia kita akan senang jika oleh-olehnya berupa barang" tanya Axel bingung.

"Sejak lama aku ingin kuliah di Stanford, ambil jurusan kedokteran. Setelah jadi dokter aku akan ambil spesialis dokter anak di Indonesia dan bekerja di RS ternama. Itu impian ku sejak kecil Xel, maka dari itu aku selalu belajar dan mengambil beasiswa di sekolah dan selalu ikut les gratis yang diberikan oleh sekolah sebagai penunjang ku" ucap Adiva dengan senang.

"Aku iri padamu Va, Ayah dan Bundamu sangat baik dan banyak waktu untukmu. Bahkan usahamu untuk mencapai mimpi itu sungguh besar, berbeda denganku. Cita-cita ku menjadi artis tidak dibolehkan oleh papa, papa menuntut ku untuk meneruskan bisnisnya. Karena kak Julio dan kak Mario sudah punya bisnis sendiri." ucapan Axel membuat Adiva terdiam dan menuju Axel.

"Xel, kamu harus bersyukur kamu terlahir sebagai pewaris, dan juga hidupmu enak. Status sosialmu tinggi, papa dan mamamu juga sangat baik, mereka bekerja juga untuk kelangsungan hidupmu Xel. Jadi jangan patah semangat, kamu mungkin tidak bisa menjadi artis, tapi kamu bisa membuka perusahaan yang bergerak dibidang dunia hiburan, bahkan artis-aktor pun akan berebutan ingin bekerja sama denganmu. Semangat yah Xel" kata Adiva sambil tersenyum.

Percakapan mereka di dengar oleh Nyonya Heni, bahkan Nyonya Heni ikut tersenyum.

"Makasih ya Va, kamu memang sahabatku. Terima kasih sudah tulus berteman denganku. Kalau ada apa-apa katakan padaku ya Va" Ucap Axel sambil menepuk pundak Adiva.

"iya, ayo kita berangkat, kelas renangmu akan segera di mulai"

Mereka berdua diantar oleh pak Mamat supir keluarga Pratama yang khusus untuk mengantar jempur Axel.

Saat di ruang keluarga terdapat Nyonya Heni dan Julio.

"Nyonya, Adiva dan Axel pamit dulu ya, dan kak Julio Terima kasih hadiahnya. Assalamu'alaikum" kata Adiva sambil menyalami nyonya Heni dan Julio.

"Waalaikumsalam sayang" jawab Nyonya Heni.

"Sama-sama Va, semoga cita-cita mu tercapai. Hati-hati ya waalaikumsalam. Jaga Adiva Xel" pesan Julio kepada adiknya.

"iya, Ma dan Kak aku pergi dulu assalamu'alaikum" ucapnya berpamitan.

"Waalaikumsalam" ucap mereka bersamaan.

"Jul, kamu tahu. Adiva membawa perubahan untuk Axel, Axel semakin tumbuh menjadi sosok yang bijaksana. Mama yakin itu semua karena Adiva, Adiva gadis yang baik, cantik pula. Tidak salah mama memperkerjakan pak Ahmad." ucap Nyonya Heni senang.

"Itu memang benar Ma, Julio juga merasa begitu. Pak Ahmad dan Bu Annisa juga baik dan mereka orang yang jujur dan Tulus." balasnya dengan tersenyum.

- - -

Diperjalanan menuju kelas renang, Adiva membaca buku pelajaran kimianya. Sedangkan Axel memainkan ponselnya.

"Va? apa kamu menerima Farhan jadi pacarmu?" tiba-tiba Axel bertanya hal pribadi.

"Hah? Farhan yang sekelas denganmu?" Tanya Adiva kembali.

"Iya, apa kamu menerima nya?" Tanya Axel kembali.

"Tidak, aku anti dengan pacaran. Sebentar lagi ujian kenaikan kelas 2, Ayah dan Bunda melarang ku berdekatan dengan cowok" balas Adiva cepat.

"bagaimana denganku? aku cowok, ganteng pula. Kenapa orang tuamu tidak melarang?" tanya Axel penasaran.

"ihh dasar oon, kita kan sejak kecil sudah berteman, orang tuaku paham keluarga mu dan bekerja dengan keluarga mu. Jadi kalau kamu macam-macam ayah bisa lapor ke Tuan Arga hahaha" jawab Adiva tertawa.

Pak Mamat yang mendengarnta pun tersenyum tipis.

"Macam-macam katamu, badan kurus kerempeng seperti mu bukan tipe ku Va, jangan ngarep deh" ucap Axel tak mau kalah.

"Terserah lah, tipe mu kan si Medina, cewek populer yang terkenal akan bodynya yang kata mu aduhai itu" kembali Adiva mengejek.

"sudah lah bukan urusanmu" kata Axel kesal.

"yang mulai duluan kan kamu Xel, dasar aneh. Udah diem aku lagi belajar, kamu nanti fokus renang, sebentar lagi perlombaan renang tingkat provinsi akan dimulai. Awas kalau kalah aku hukum kamu" kata Adiva mengancam.

"iya bawel" balas Axel singkat.

-Bersambung-

bagaimana gaes? Semoga suka ya sama cerita pertama aku di Mangatoon.

jangan lupa vote, sukai, dan follow, share juga yah. Biar makin rame.

comment yuh 🥰🥰🥰

Adiva 02 : Sosok Adiva

*Pritttt

Tanda pluit sudah berbunyi berarti waktunya istirahat. Adiva menghampiri Axel lalu memberikan handuk untuk menutup badannya.

"Xel kemampuan kamu semakin keren, aku rasa mendali emas bisa kamu dapatkan Xel, tahun lalu kamu meraih mendali perak" kata Adiva memuji Axel.

"Aku ingin buktikan sama kak Mario yang selalu mengejekku itu, maka dari itu aku berlatih keras." kata Axel terseyum dan meminum teh hangat dari tumblernya.

"Wah kacungnya Axel makin hari makin cantik saja, heran banget anak pembantu kenapa secantik itu" ucap salah satu cowok yang bernama Kana, dia senior Axel dan Adiva di sekolah.

Satu sekolah juga tahu kalau ayahnya Adiva bekerja di rumah Axel.

"Iya, selain cantik dia juga jenius, baru satu tahun sekolah di SMA kita, sudah banyak menyumbangkan prestasi." Ucap Farel.

"Kenapa dia selalu mengikuti Axel? apa tidak ada kerjaan lain?" tanya Nadiv heran.

Dari ketiga laki-laki senior Axel ini, Nadiv yang paling tampan bahkan orang tuanya memiliki bisnis di bidang entertainment. Tak heran kenapa Nadiv sering menjadi model iklan karena ketampanannya.

"Kata anak-anak di sekolah, mereka sudah sejak kecil berteman. Gue rasa dia juga pacaran sama si Axel, atau bahkan sudah menjual tubuhnya. Hahaha, cewek cantik tapi miskin seperti itu yang dibanggakan hanya kecantikannya" kata Kana dengan mengejek.

"Jaga bicara lo Kan, keluarga Axel bukan orang biasa. Jika dia mendengar, udah habis lo ditangannya" kata Farel memperingati.

"gue penasaran sama tu cewek" gumam Nadiv dalam hati.

Setelah kelas renang, Adiva pergi ke toilet. Sedangkan Axel masih di ruang ganti.

Setelah selesai Adiva menunggu Axel di lobi dekat tempat latihan.

Sambil menunggu dia membaca buku kimianya.

"Gue Nadiv, lo Adiva kan. Anak Olimpiade kimia?" tanya Nadiv tiba-tiba dan mengulurkan tangan.

"Iya, ada apa ya? apa kita saling kenal?" tanya Adiva bingung.

"Gue kelas 12 IPA 2, senior lo di sekolah." kata Nadiv sok akrab.

"Oh iya kak Nadiv, maaf aku nggk tau kalau kakak senior aku, aku Adiva Ahmad Cantika kelas 10 IPA 3" katanya sambil bersalaman.

"Lo cantik Va, lo punya nomer Wa?" tanya Nadiv mulai modus.

"Makasih kak, tapi maaf aku nggak punya ponsel kak, biasanya menghubungi aku ke nomer telpon rumah atau toko kue bunda atau langsung ke nomer bunda. Ini toko kue bunda aku kak" ucap Adiva sambil memberikan kartu nama dari toko kue bundanya yaitu Berkah Bakery.

"Sayang banget, udah remaja nggak punya ponsel. ok gue bakal hubungi lo" katanya sambil mengambil kartu nama itu.

"aku pamit ya kak, senang berkenalan dengan kakak" katanya pamit dan tersenyum.

"ok sampai ketemu besok di sekolah" kata Nadiv tersenyum.

Tak lama setelah itu datanglah Kana dan Farel, "Wah gila lo, baru aja kenalan sama cewek jenius dan cantik dari sekolah kita. Gimana dapat kan nomer WAnya?" tanya Kana girang.

"Orang tua posesif kayaknya, gue cuma dapat nomer telpon toko kuenya. Makin penasaran gue sama dia, gue ikut taruhan lo berdua deh" kata Nadiv tersenyum tipis.

"gue nggk ikutan deh, Axel orangnya beda. Kalau dia tau Adiva jadi barang taruhan lo berdua, abis kita bro" ucap Farel memperingati.

"cuma taruhan kecil doang, nggak bakal masalah. Intinya kalau lo Div berhasil tidur sama tu cewek, gue kasih deh mobil BMW gue" kata Kana menantang Nadiv.

"Parah lo berdua" kata Farel kesal.

"deal, selain cantik dia juga baik." kata Nadiv tersenyum tipis.

Mereka tertawa bersama, sedangkan Farel sudah was-was.

Adiva menghampiri Axel "Xel kamu kenal Nadiv anak kelas 3?" tanya Adiva penasaran.

"Oh Nadiv anak Basket? kok kamu bisa kenal Va?" tanya Axel heran.

"Tadi dia disini, mungkin menemani temannya latihan" jawab Adiva asal.

"oh mungkin menemani Kak Kana, dia atlit renang juga, sudah sering menyumbangkan mendali emas di kejuaran tingkat apapun, dia senior ku di kelas renang" kata Axel.

Axel memandang Adiva dari samping dan heran kenapa Adiva menanyakan tentang Nadiv padanya.

"Kamu lagi kasmaran sama yang namanya Nadiv itu? katanya nggak mau kenal cowok selain aku. Plinplan!" ucap Axel mengejek.

"ih bukan gitu Xel, aku cuma kagum aja. Dia sopan dan juga tampan, selebihnya tidak ada" kata Adiva tersenyum.

"aku bilangin pak Ahmad baru tau rasa kamu. Kagum itu sama aku dong, jangan sama yang lain. Dasar cewek" kata Axel kesal.

Dan pergi lebih dulu meninggal kan Adiva yang heran melihat sikap Axel.

"Tungguin aku Xel, ih" kata Adiva kesal dan menyusul Axel.

- - -

Hari senin adalah hari yang sibuk bagi anak sekolah, selain melaksanakan upacara bendera, anak SMA Negeri 1 Purwokerto juga harus hapalan ayat Al-Quran secara acak.

"Va, kamu kebagian ayat apa?" tanya Axel sambil menggunakan sepatu.

"Surat Ar-Rahman ayat 1-5, kalau kamu Xel?"

"Aku Al-Fatihah heheheh, sedang beruntung aku mendapatkan surat pendek" ucap Axel sambil tertawa.

"perhatikan juga tajwid nya, jangan asal" kata Adiva memperingati.

"iya-iya" kata Axel malas.

Mereka berangkat sekolah diantar oleh pak Mamat, seperti biasa Axel dan Adiva membawa bekal yang sama dari bundanya Adiva. Hal ini tidak menjadi masalah oleh keluarga Pratama karena permintaan Axel sendiri.

Setelah upacara bendera selesai, mereka memasuki kelas masing-masing dan melaksanakan hapalan ayat.

"Medin lo udah coba buat minta tolong si Adiva kacungnya Axel?" tanya Sarah teman satu gengnya.

"Males gue, orang banyak bandingin gue sama dia. Padahal cantikan dan populeran gue dari pada anak pembantu itu" kata Medin dengan sinis.

"Coba aja kasih uang, dia kan miskin butuh uang." saran Caitlyn.

"Nanti jam istirahat gue coba, kalau nggk bisa juga. Gue bakal minta tolong kakak gue, Farah buat desak dan bully dia" ucap medina tersenyum sinis.

Farah meruapakan ketua geng cewek-cewek populer yang terkanal suka membully, terdiri dari 9 cewek. 3 dari kelas 12, 3 dari kelas 11 dan 3 dari kelas sepuluh.

Farah sudah lama mengejar-ngejar Nadiv yang merupakan kapten basket sekolahnya. Farah juga sering jadi model iklan yang dinaungi oleh perusahaan orang tua Nadiv sendiri.

"Va? kamu kenapa bisa pinter banget sih? kamu makan apa sih?" tanya Marsya yang duduk sebangku dengannya.

"Aku makan seperti biasa Sya, ya cuma seimbang kan antara belajar dan ibadah. Biar lancar semuanya, walaupun aku belum berjilbab, aku berusaha taat terhadap aturan agama kita" kata Adiva menjelaskan.

"Oh gitu, oh iya kamu puasa sekarang?" tanya Marsya, karena seperti biasa Adiva selalu puasa senin Kamis.

"aku lagi cuti dulu puasanya, nanti makan bareng ya dikantin. Bunda bawain aku bekal yang lumayan banyak nih" jawab Adiva sambil menunjukkan tas bekalnya.

"bareng Axel juga?" tanya Marsya.

"iya, itu kan udah rutinitas aku hehehe." jawabnya tersenyum.

"kamu nggak malu, mereka suka memanggil kamu kacungnya Axel?" tanya Marsya memastikan.

"Ya nggak lah, Axel menganggap aku sahabatnya bukan kacungnya, itu terserah orang lain saja" jawabnya dengan santai.

Tak terasa bell istirahat terdengar, para murid berhamburan keluar kelas untuk menikmati waktu istirahat.

"Wah Axel makin tampan saja, lihat-lihat dia tersenyum" ucap salah satu murid perempuan yang ngefans terhadap Axel.

Axel berjalan bersama ketiga temannya, ada Sahrul dan Fahrul kembar tidak identik, dan juga Aman. Mereka berempat satu kelas yaitu IPS 2.

"Lihat, kegantengan kita bertiga membuat cewek-cewek di sekolah memuja kita bro" ucap Sahrul dengan kepedean.

Aman sifatnya pendiam, sedangkan Fahrul dan Sahrul kembar kocak.

"Kepedean banget lo" ucap Fahrul.

"Sirik aja lo" kata Sahrul menjawab.

"Va ayo ke kantin" kata Axel pada Adiva.

Adiva tersenyum dan berjalan disisi Axel. "Gimana hapalannya lancar?, minggu depan kira-kira surat pendek atau panjang ya va?" tanya Axel pada Adiva.

"Lancar kok Xel, apapun hapalannya semoga di lancarkan" kata Adiva santai.

Mereka berenam duduk di meja kantin, "Pasti Axel dan Adiva bawa bekal. Kalian pesan apa bisa gue list" tanya Sahrul santai.

"Aku teh manis dan soto ayam" ucap Marsya.

"Gue es kopi goodday sama soto ayam juga deh" kata Fahrul.

"Gue nasi goreng sama aqua" kata aman.

"Jangan pesan es ya Va, nanti batuk" ucap Axel memperingati.

"iya bawel, aku pesan salad buah aja ya Rul" ucap Adiva.

"Ok"

Sahrul memesan makanan di ibu kantin, pesanan mereka datang.

Axel membawa jus dari rumah, jadi tidak memesan apapun.

Tiba-tiba Adiva dihampiri oleh Nadiv dan kedua temannya.

"Hai Va, nih es susu cokelat buat lo" kata Nadiv perhatian.

Semua murid yang ada di kantin kaget melihat adegan itu.

"Sorry nih bro, Adiva alergi susu cokelat. Dan dia nggak boleh minum es. Lebih baik lo kasih aja ke sama yang lain" ucap Axel santai.

"Eh iya kak maaf ya. Dan sebaiknya tidak perlu memberikan apapun kepadaku kak" tolak adiva halus.

"Oh gitu, ya sudah. Kalau lo butuh apa-apa kasih tau gue ya" ucapnya tersenyum.

Adiva hanya mengangguk canggung.

"Lo ada hubungan apa Nadiv Va?" tanya Aman yang heran.. Aman yang pendiam pun ikut bingung.

"Nggak ada hubungan apa-apa kok Man, udah yuk lanjut makan. Xel udah jangan gitu wajahnya" kata Adiva sambil menegur Axel yang kesal dengan Nadiv.

- - -

"Kurang ajar tuh cewek, sok kecantikan banget" kata Farah melempar botol minuman.

Geng Farah sedang berkumpul di basecampnya. "Sabar kak, lagi pula kak Nadiv kayaknya cuma penasaran doang sama si Adiva. Jangan terpancing emosi, kakak kan sudah populer lebih cantik darinya" ucap Medina menenangkan kakaknya.

"Sudah satu tahun dia sok seperti itu, kapan ulang tahun mu Medin? kita permalukan dia di ulang tahun mu" ucap Farah kesal.

"2 hari lagi kak, hari ini setelah pulang sekolah aku akan bagian undangannya" ucap Medina.

"ok, susun rencana." kata Farah tersenyum sinis.

Tiba-tiba "kak ada berita penting, ini tentang kak Nadiv" ucap Amel anggota dari kelas 11.

"Apa Mel?" tanya Farah penasaran.

"Kata Kak Kana pacarku, dia dan Kak Nadiv sedang taruhan mobil BMW dengan bertaruh apakah kak Nadiv bisa tidur dengan Adiva" ucap Amel dengan lantang.

"hahahahha, benar kan kak apa yang aku katakan. Kak Nadiv hanya penasaran padanya" ucap Medina tertawa.

"Kita lancarkan saja usaha Nadiv, aku akan menelponnya nanti" ucap Farah tertawa.

- - -

-Bersambung-

alhamdulillah sudah dua episode, semoga teman-teman suka ya sama ceritanya.

Jangn lupa vote dan like yah teman-teman. Terima Kasih

Adiva 03 : Hancur

"Xel? kamu malam ini pergi ke ulang tahun Medina?" tanya Adiva.

"Kamu datang?" tanya Axel berbalik.

"Datang sepertinya, sudah izin dengan bunda. Tapi asalkan kamu ikut, kamu ikut ya Xel" mohon Adiva padanya.

"hmm, yasudah lah aku ikut." ucap Axel malas.

Mereka berada di mobil jalan pulang, setelah pembagian undangan ulang tahun kemarin, membuat Adiva bingung. Setahunya, Medina membencinya, mengapa malah mengundangnya.

"Xel, kita beli kado dulu yah di toko kado dekat toko kue bunda" ajak Adiva senang.

"iya, pak mamat tolong ke toko kado dekat toko kue bu Annisa ya pak" kata Axel santai.

Malam pesta ulang tahun itu pun di mulai, Adiva dan Axel mendapat pujian dari keluarga Pratama.

"Kamu cantik sekali sayang" puji nyonya Heni.

"iya benar Mam, apalagi gaun merah yang dia kenakan, membuatnya tambah menawan" ucap Julio memuji.

Tuan Arga pun memuji Adiva "Jaga Adiva nanti ya Xel, jangan asik sendiri" pesan tuan Arga pada anak bungsunya.

"iyah pap, tenang saja" ucap Axel santai.

Axel menggunakan kemeja putih, dan celana jeans hitam serta sepatu nike jordan kesayangannya.

Sedangkan Adiva menggunakan Dress selutut yang tidak terlalu ketat, lalu rambut panjangnya digerai begitu saja.

Drees code dari pesta ini yaitu, Cewek merah, cowok putih.

Mereka berdua pun berpamitan dan diantar oleh pak Mamat tak lupa membawa kado.

Sampailah mereka di hotel Aston tempat acara itu berlangsung.

Sangat mewah dan megah, Adiva memberikan kado kepada EO yang mengurusnya.

Dan duduk di salah satu meja, dimeja itu ada 3 teman Axel dan juga Marsya.

"Lihat-lihat kacung Axel berubah jadi Cinderella hahaha" ejek Amel dengan teman se gengnya.

"Lihat saja nanti Adiva malam ini kamu bakal hancur" gumam Farah dalam hati.

Acara berjalan dengan sempurna, di tengah-tengah acara, tiba-tiba nama Adiva disebut dan disuruh maju kedepan panggung.

"Karena nama lo yang tertera di kertas game, jadi lo harus main game tidak atau iya, kalau tidak lo harus minum soda ini, kalau iya lo harus makan kue ini." ucap Sarah selaku MC acara.

"iya baiklah" ucap Adiva santai.

"pertama, iya atau tidak. Apa lo pernah ditembak sama cowok?" tanya Sarah.

Adiva langsung memakan kue itu.

"kedua, iya atau tidak. Apa lo pernah bolos?"

Adiva langsung meminum soda.

"Ketiga, iya atau tidak. Apa lo pernah turun rangking?"

Adiva langsung meminum soda.

"keempat, iya atau tidak. Apa lo pernah pacaran?"

Adiva meminum soda.

"Kelima, iya atau tidak. Apa lo pernah masuk bk?"

Adiva meminum soda.

"Pertanyaan nggak bermutu, game nggak bermutu" ucap Axel kesal.

"Game selesai, thanks Adiva. Keren lo, tepuk tangan untuk Adiva, ini hadiah buat lo karena udah ikut game ini. Ponsel IP tipe 11" ucap Sarah seperti meremehkan Adiva.

Adiva menerima hadiah dan kembali duduk. "Ponselnya buat bunda, alhamdulillah" katanya senang.

"Ini minum air putih, biar nggk sakit tenggorokan kamu Va" kata Axel memberikan segelas air putih.

"Div, gue bakal buat si Axel dan teman-temannya lengah. Lo lancarkan aksi lo, di soda itu udah gue obat. Nikmati malam lo, di kamar 303" ucap Kana dengan tertawa.

"Ok, mobil BMW besok udah digarasi rumah gue, awas kalau nggak" kata Nadiv tersenyum tipis.

"Xel kok aku gerah ya, padahal disini ber AC." ucap Adiva bingung.

"Wajah kamu merah Va, kamu ke toilet aja dulu basuh wajah. Mau aku anterin? atau Marsya anterin?" tanya Axel bingung.

"Aku sendiri aja Xel, titip tas yah" ucapnya sambil berdiri. Dan Axel pun mengangguk.

"Kesempatan bagus bro, sana bro susul Adiva. Ni kartu kamarnya" ucap Kana dengan tertawa jahil.

Farel yang mendengarnya pun, bingung dan kasihan terhadap Adiva.

"Axel harus tahu ini" ucap Farel dalam hati.

"Kan, gue balik dulu ya. Abang gue ada perlu sama gue" kata Farel izin.

"Nggak seru lo, padahal bentar lagi Nadiv bakal ngerjain tu kacung" ucap Kana.

"Gue nggak ikut-ikutan." ucapnya sambil pergi.

Di toilet, Adiva kebingungan dengan dirinya.

Badannya terasa panas.

Adiva keluar dari toilet dan ternyata ada Nadiv yang menunggunya.

"Eh kak, menunggu siapa kak?" ucap Adiva bingung.

"Aku menunggumu Va, ada yang mau aku berikan padamu Va. Ayo ikut aku" ucap Nadiv menarik tangan Adiva.

"Hah? maaf kak, jangan pegang tanganku.. Aku ingin kembali ke Axel" ucapnya menolak.

"Kamu kenapa Va? kenapa dengan wajahmu?" ucap Nadiv membuat adiva risih.

"Kak aku tidak tau kenapa aku kepanasan" ucapnya dengan gelisah. Keringat sudah bercucuran.

"Kak aku mau ke Axel dan pulang, maaf" ucapnya ingin pergi. Namun ditahan oleh Nadiv.

"Kakakku dokter, dia sedang menginap dihotel ini. Ayo aku bawa kamu ke sana, agar diperiksa" ucap Nadiv membujuk Adiva.

"Tapi nanti panggil Axel ya kak, takut dia cemas kak. Baiklah kak ayo" ucap Adiva mengiyakan.

Adiva dirangkul oleh Nadiv dengan alasan agar tidak terjatuh.

Sampai di kamar Adiva bingung mana kakaknya Nadiv. "Loh mana kak dokternya?" ucap Adiva dengan gelisah.

"Tunggu dia sedang di loby, ayo Va duduk dulu" kata Nadiv membujuk.

"Kakak panggilkan Axel please! " ucapnya memohon.

Tiba-tiba Nadiv *******Adiva, "kak!!" kata Adiva teriak dan kaget.

Nadiv terus melancarkan aksinya ingin ********** Adiva.

"Apa kata lo?, jadi mereka mau ********** Adiva. Kurang ajar, dimana kamarnya?" tanya Axel marah.

Farel, Axel, dan ketiga temannya serta Marsya sedang berbicara di tempat sepi hotel ini agar tidak ketahuan oleh Kana dan yang lainnya.

"Kamar 303, gue udah bawa kartu kamar cadangan karena akses bokap gue di hotel ini. Selamatkan Adiva, sorry gue baru kasih tau lo sekarang" ucapnya menyerahkan kartu kamar itu.

"panggil polisi, dan juga hubungi orang rumah gue. Marsya lo ikut gue" kata Axel geram dan berlari ke kamar itu. Fahrul dan Sahrul menghubungi polisi dan orang rumah Axel. Sedangkan Aman menemani Axel.

"kak Jangan, aku mohon. Kakak baik, aku mohon kak" kata Adiva dengan memohon.

Membuat Adiva menangis dan berteriak.

"Axel tolong aku" ucap Adiva menangais tiba-tiba pintu kamar terbuka.

*bugh *bugh

"Banci lo," Nadiv dipukul oleh Axel hingga tersungkur.

"Bawa Adiva ke kamar mandi" ucap Aman pada Marsya, Marsya hampir menangis melihat kondisi sahabatnya itu.

"Kurang ajar lo Div," ucap Axel terus menghajar Nadiv hingga babak belur.

"Udah Xel, biar polisi yang urus dia dan mereka yang terlibat, sekarang lo bawa Adiva pulang. Biar gue dan Marsya yang ngurus ni banci" ucap Aman lantang dan menatap Nadiv jijik.

Setelah menggunakan baju, Adiva tidak dibawa Axel pulang, namun dibawa ke kamar yang sudah Axel pesan, untuk membantu meringankan kondisi Adiva. Bersama Marsya dan juga Aman.

 

-Bersambung-

Bagaimana kelanjutannya, ayo ikuti terus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!