" Tapi yah, kenapa harus Moa yang harus menikah? bukankah ada kak Ansel? " protes Moa saat dirinya di beritahu kan perjodohan nya dengan pengusaha kaya raya.
" Moa, Ansel laki laki. Tidak ada wanita yang mau dengan pria yang perusahaan nya hampir bangkrut. Zoe Ackerley adalah pengusaha kaya raya. Tuan Ackerley sendiri yang menawarkan bantuan pada perusahaan kita, jika kamu bersedia menikah dengan putra nya yang bernama Zoe. Ini adalah kesempatan emas untuk menyelamatkan perusahaan Ayahmu Moa. " kata Ibu tiri Moa
Moa menatap Ibu tirinya jengah. Wanita itu selalu saja ikut campur dalam setiap masalahnya. Dan pasti ujung ujung nya ayah nya akan lebih membela istrinya di banding dirinya.
Moa berpikir kembali, mungkin ini jalan yang tepat agar keluar dari rumah terkutuk nya. Toh selama ini dia tidak merasa dianggap anak oleh ibu tirinya.
Moa menatap ayahnya, ia tahu sebenarnya ayahnya tak tega, hanya saja dia selalu di butakan oleh cinta wanita sihir itu, sehingga Ayahnya hanya bisa diam dan menuruti kemauan istri tercintanya.
" Baiklah, terserah ayah saja. Hanya saja aku ingin satu syarat. Aku akan tetap melanjutkan kuliah ku walau sudah menikah nanti. " pinta Moa.
Saat ini Moa baru saja masuk perguruan tinggi dan baru masuk semester kedua. Itu tandanya dia baru setahun yang lalu lulus sekolah sma. Masih terlalu muda untuk Moa menikah karena masih banyak cita citanya yang belum ia raih.
" Itu bisa di bicarakan nanti setelah kalian sudah resmi menikah sayang. Terima kasih nak, kamu sudah tahu cara membalas budi pada orang tua mu. " lagi lagi ibu tiri Moa yang menjawab.
" Aku ke kamar dulu yah. " pamit Moa tanpa memandang atau menggubris ibu tiri nya yang memperlihatkan senyum palsu.
" Lihatlah yah, kamu lihat sendiri bagaimana putri mu memperlakukan aku. Dia sama sekali tidak menganggap aku ibunya. " kata Marynez memanas manasi suaminya.
" Sudahlah bu!! Moa hanya syok mendengar dirinya akan di jodohkan. " kata Branden membela anaknya
" Itu juga karena salah ayah terlalu memanjakanya. Sangat berbeda dengan Audrey, dia selalu patuh pada kita. " jawab Marynez membanggakan anak semata wayang nya buah cinta mereka
Moa Neilson memiliki satu adik tiri buah cinta dari ayah kandung nya dengan ibu tirinya bernama Audrey, sedangkan Ansel kakak tiri Moa adalah anak ibu tirinya yang di bawa dari pernikahan sebelumnya.
Moa dengan Ansel terpaut usia tiga tahun, sedangkan Audrey dengan nya hanya terpaut usia dua tahun saja. Sekarang Audrey baru mengenyam pendidikan sma kelas dua.
Audrey tak pernah menganggap Moa adalah kakak nya, ia hanya bersikap sopan jika sedang di depan ayahnya. Jika ayah nya pergi ke kantor Audrey selalu mengajak ribut Moa, dia selalu mengganggu ketenangan Moa.
Moa merebahkan tubuhnya di ranjang, di tatap langit langit kamarnya. Tak pernah terbayangkan masa mudanya akan hilang sebentar lagi karena terikat sebuah pernikahan. Bahkan pernikahan itu terjadi karena sebuah perjodohan, bukan karena sebuah perasaan cinta.
Moa meraih foto di bawah bantalnya, foto dirinya dengan seorang pria yang sudah diam diam mencuri hatinya selama ini, namun Davin belum mengutarakan cinta nya walau pun sudah dekat dalam kurun waktu yang lama.
" Seandainya kamu juga mencintaiku, aku pasti akan memilih kabur dan menikah dengan mu. " kata Moa sambil menatap fotonya.
Namun pada kenyataannya Davin tidak pernah mengutarakan perasaan nya, jadi tidak mungkin pula jika Moa berharap mengajak nya kabur.
Moa mencoba memejamkan matanya, berharap ia bisa tidur dan melupakan semua kesedihan tentang rumitnya masalah kehidupan nya. Dan benar saja Moa sudah berhasil terbang ke alam mimpi yang membuatnya bahagia, walau hanya sebatas dalam mimpi.
Pagi menjelang, Moa membersihkan diri bersiap akan masuk kuliah. Karena hari ini dia ada jam mata kuliah pagi.
Moa sudah ditunggu keluarga besarnya. Sudah tradisi dari keluarga tersebut membiasakan makan bersama, baik sarapan atau makan malam, tapi jika makan siang mereka sendiri sendiri, karena sibuk dengan aktivitas masing masing, juga ayahnya yang sedang bekerja.
" Jalan nya cepat sedikit bisa tidak sih kak, aku sudah mau terlambat nih ! " protes Audrey, padahal Moa sudah jalan dengan tergesa gesa.
Moa tak menghiraukan suara adiknya, memilih duduk di kursi biasanya. Mereka pun sarapan dengan tenang. Sampai keheningan itu terpecahkan dengan suara Marynez yang berbicara pada Moa.
" Moa, keluarga Ackerley menginginkan pernikahan kamu di selenggarakan Minggu depan. Aku harap kamu mempersiapkan diri dari sekarang. Apa bisa kamu tidak perlu kuliah dulu. Aku takut terjadi sesuatu padamu, karena biasanya, para pengantin jika kurang satu minggu di larang bepergian atau dalam masa di pingit. " kata Marynez dengan menatap Moa.
Moa menatap tak percaya pada Ibu tirinya, lalu pandangan nya berpindah pada Ayah nya. Mencari kebenaran dari ucapan ibu tirinya barusan. Namun Branden hanya diam saja, seolah mengisyaratkan apa yang di katakan istrinya adalah benar. Membuat Moa menatap nanar satu persatu orang orang yang berada di meja makan tersebut.
" Apa ini akhir dari penderitaan ku, atau ini justru akan menjadi lanjutan kesedihan hidupku nanti. " batin Moa.
Moa hanya diam saja, karena yang berada di meja makan semua terdiam semenjak Marinez mengumumkan kabar pernikahan Moa yang akan segera di gelar minggu depan.
Moa masih saja tak percaya, jika secepat itu pernikahan akan di gelar, bahkan tanpa adanya pertemuan dan pengenalan sebelumnya, ia akan segera bertemu dalam acara sakral. Moa merasa dirinya sama saja telah di jual oleh keluarga nya untuk menyelamatkan kekayaan mereka. Tanpa berpikir dan perduli bagaimana perasaan Moa saat ini. Sejak ibu kandung nya meninggal dunia dan Ayahnya menikah lagi atau lebih tepatnya setelah Marynez melahirkan Audrey, Moa tidak pernah merasakan namanya kasih sayang. Semua perhatian dan kasih sayang Marynez juga Ayahnya hanya tercurahkan pada Audrey saja. Bahkan Ansel pun juga mungkin merasakan hal yang sama dengan dirinya.
Sejak saat itu, Moa menjadi pribadi yang tertutup juga penyendiri. Hidupnya hanya ia gunakan untuk belajar, dan di dalam kamar saja. Bahkan ia justru lebih dekat dengan para Asisten rumah tangga dari pada dengan keluarga. Karena ia selalu di suruh ibu tirinya untuk membantu para Asisten rumah tangganya, mulai dari bersih bersih atau bahkan memasak sejak kecil. Hingga sekarang pekerjaan membatu Asisten justru membuatnya menjadi pribadi yang mandiri dan bisa melakukan sesuatu sendiri.
Alasan Moa semakin kuat menerima perjodohan ini karena ia benar benar muak dengan tingkah ibu juga adik tirinya yang semakin semena mena terhadapnya. Walaupun ia tidak tahu bagaimana sifat calon suaminya kelak.
...Moa Neilson...
Satu minggu berlalu, hari yang di tentukan pun tiba. Sekuat hati Moa mempersiapkan hari ini. Namun tetap saja air matanya tak bisa di bendung, air mata itu lolos begitu saja seolah menyiratkan luka yang mendalam di hatinya.
Mia hanya bisa berharap jika suaminya nanti adalah orang yang bisa menyayanginya. Setidaknya bisa mengerti perasaan nya.
Semua sudah sibuk dengan tugas masing masing. Semua tamu sudah berdatangan. Karena memang keluarga Moa tidak mengundang banyak tamu atas permintaan pihak keluarga Ackerley. Keluarga Ackerley menginginkan acara ini di gelar tertutup tanpa mengundang khalayak ramai. Hanya sanak saudara dekat saja yang di ijinkan di undang. Membuat hati Moa semakin tercabik, karena selain tidak di anggap oleh keluarga, pernikahan nya pun juga seperti tidak diharapkan pula oleh pihak suaminya.
Setelah menunggu beberapa saat, Pihak mempelai laki laki sudah datang dengan hanya membawa Saudaranya yang berada dalam mobil yang sama. Dan mungkin itu hanya Ayah dan adik wanitanya saja.
Pukul sembilan pagi, proses ijab qabul di mulai. Karena Penghulu pun juga sudah hadir.
Moa di ijinkan keluar setelah terdengar kata Sah juga lantunan doa menggema di luar ruangan.
Dengan menunduk Moa mencium tangan suaminya atas bimbingan dari Penghulu. Namun ia sama sekali tidak mendapat balasan ciuman kening dari Suaminya.
Moq semakin nyakin jika Suaminya memang tidak mengharapkan pernikahan ini, seperti dirinya. Namun Moa masih diam, bagaimana pun ini sudah menjadi pilihan nya.
" Bersabarlah Moa. Anggap saja setelah ini kamu tidak punya hutang budi dengan keluargamu, karena sudah membesarkan mu. " batin Moa menyemangati dirinya sendiri.
Setelah acara selesai, pihak keluarga Ackerley pun juga pamit undur diri. Moa bahkan tidak sempat melihat seksama bagaimana wajah Ayah mertuanya, atau Saudaranya yang menemani Suaminya ke sini, karena sejak tadi ia hanya menunduk.
Merasa diabaikan oleh Zoe, Moa bangkit dari kursi pengantin itu. Meninggalkan Zoe yang masih saja sibuk dengan ponselnya.
Moa beranjak menaiki tangga, karena kamarnya terletak di lantai dua. Ia mulqi masuk ke kamarnya, dan melepaskan satu persatu pakaian kebaya yang melekat di tubuhnya.
Moa melamun di depan cermin menatap pantulan bayangan tubuhnya di cermin itu. Sangat cantik, dan sempurna.
Sangat belia, karena umur Moa baru menginjak usia sembilan belas. Namun di usia sangat muda ini, di sudah tidak lajang lagi. Kini ia sudah menyandang status seorang istri.
Moa mulai membersihkan wajahnya dengan pembersih wajah, sehingga kini wajahnya bersih tanpa make up.
Moa bingung harus berbuat apa, jika ia nanti bertemu dengan suaminya. Haruskah ia memberikan mahkota berharganya juga pada suaminya. Bagaimana pun ia sudah di jual oleh keluarganya demi menyelamatkan
perusahaan mereka.
Terdengar pintu di buka. Seorang Pria jangkung masuk ke dalam kamar. Ia melepas jas yang ia pakai. Terlihat lelah dan gerah yang tersirat.
Laki laki itu duduk di tepi ranjang dan mulai membuka sepatunya. Kemudian laki laki itu melihat pantulan cermin terlihat wajah Moa yang juga sedang melihat dirinya.
" Sekalipun kamu tidak berpakaian pun aku tidak tertarik dengan gadis kecil seperti dirimu. Aku mau menikahi mu, karena aku hanya menuruti keinginan Ayah ku. Sebagai wujud baktiku karena aku selalu menolak keinginan nya. Jangan berharap kamu bisa menyandang status Tuan Muda Ackerley, hanya karena kamu sudah sah menjadi istriku. Perlu kamu tahu, aku sudah mempunyai kekasih dan kami berencana menikah setelah dia berada di puncak popularitas nya. Tentu kamu mengenal Jenifer Jill bukan?? Dia adalah Nona Muda Ackerley yang sesungguhnya kelak. " kata Zoe memperingati Moa. Karena ia melihat Moa, hanya menggunakan kaos tanpa lengan juga celana pendek.
Hati Moa teriris mendengar penuturan suaminya. Karena benar dugaaan nya, Suaminya tidak menginginkan pernikahan ini seperti dalam bayangan nya. Namun Moa berusaha menguasai diri. Moa menarik nafas dan menjawab.
" Anda tenang saja Tuan. Aku mengerti batasan ku. Jika memang Anda tidak menginginkan pernikahan ini, aku akan mengikuti kemauan Anda. " jawab Moa
" Bagus jika kamu tahu diri. Tapi memang seharusnya begitu, karena kamu sudah di tukar oleh keluarga mu dengan sebuah materi. " jawab Zoe meremeh kan Moa.
Lagi lagi Moa merasa sangat rendah di mata Zoe. Berlahan Moa pun bangkit dari kursi riasnya dan mengambil baju ganti kedalam kamar mandi.
Moa berendam melarutkan segala kesedihan nya agar setelah ia bangun dari berendam, kesedihan itu hilang bersama dengan kotoran yang melekat di tubuhnya.
Lama Zoe menunggu di luar kamar, namun Moa tak kunjung keluar. Membuat kesabaran nya habis. Karena selama ini ia tidak pernah sekalipun menunggu. Namun sekarang ia di buat menunggu oleh seorang anak kecil walau ia adalah istri sahnya.
" Keluar..... !!! Aku ingin membersihkan diri. " Zoe menggedor pintu kamar mandi milik Moa.
Namun jangankan di buka, sahutan dari dalam pun ia tidak dapatkan.
" Sialan anak itu. Berani sekali menentang ku. Dia pikir, dia siapa. " gumam Zoe masih terus menggedor pintu kamar mandi. Untung saja pintu kamar Moa kedap udara, jika tidak mungkin semua keluarga Moa akan berlari dan menengok apa yang terjadi, karena Zoe masih terus menggedor pintu kamar mandi semakin kuat dan semakin kencang.
Saking kuatnya dan penuh tenaga, saat pintu kamar mandi di buka oleh Moa, Zoe bahkan jatuh tersungkur ke kamar mandi. Moa seolah tak merasa terjadi sesuatu pun terus saja melangkah. Ia tidak mau meladeni ucapan Zoe. Karena dari dalam kamar mandi sebenarnya Moa mendengar dia mengatai sumpah serapah terhadapnya. Membuat hati Moa pun ikut panas. Namun punya daya apa Moq untuk melawan, jadi dia hanya bisa diam tak menggubris perkataan Zoe saja.
" Bre**** !! Dasar gadis sampah. Berani sekali kamu mengerjai aku. Kamu pikir kamu siapa??? Jika bukan karena keluargaku, kamu dan keluarga mu sudah berada di jalanan jadi gelandangan. Hutang keluargamu itu tidak bisa di bayar sekali pun menjual rumah berserta seluruh aset berharganya,camkan itu. " kata Zoe yang masih dalam keadaan belum bangun.
Moa yang berhenti pun hanya bisa melanjutkan berjalan ke meja riasnya untuk mengeringkan rambutnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika ia tidak akan mau di tindas lagi. Sekalipun itu adalah Suaminya, ia tidak mau di caci lagi. Ia tidak mau terlihat mengenaskan, dimata suaminya. Karena itu akan membuat jiwa Zoe semakin ingin menindasnya.
Lama Moa bercermin, akhirnya ia beranjak pergi meninggalkan kamar, berencana akan turun melihat bagaimana situasi keluarganya terkini. Adakah rasa terima kasih terhadapnya, atau justru biasa saja seperti dahulu yang hanya menganggapnya boneka.
...Zoe Ackerley...
Moa menuruni tangga, di lihat semua keluarganya berada di ruang tamu. Mereka sedang bergembira, karena terlihat jelas ada kebahagiaan dalam perbincangan mereka.
Moa melihat semua keluarga nya satu per satu, namun tidak ada satu pun yang mengucapkan terima kasih padanya. Bahkan Ansel yang biasanya baik terhadapnya pun diam saja. Dia bahkan sejak tadi siang di acara pernikahan pun sama sekali berbicara atau mengucapkan selamat untuk nya.
Ada rasa sesak di dadanya, sekarang ini mereka dapat bercengkrama itu karena siapa, namun kenapa semua seolah buta dengan pengorbanan Moa.
Akhirnya Moa memilih ke dapur membantu para Asisten rumah tangga mempersiapkan makan malam untuk mereka. Justru dengan para Asisten rumah tangga itu, Moa mendapat ketenangan, karena mereka semua menganggap Moa bagian dari mereka.
Lama Moa membantu akhirnya selesai, ia tinggal menaruh hidangan di meja makan.
Zoe yang sudah selesai membersihkan diri, melihat sekeliling ruangan tidak menemukan Moa, akhirnya ikut turun melihat suasana keluarga Moa. Ia juga berencana akan berpamitan pada keluarga Moa, untuk memboyong Moa ikut bersama dirinya. Jika tinggal satu atap dengan keluarga Moa, ia takut segala perlakuan nya pada Moa di beritahukan pada Ayahnya oleh keluarga Moa.
Zoe menuruni tangga satu per satu, di kihqt di bawah hanya ada keluarga Moa, namun ia tidak menemukan Moa diantara mereka.
Zoe tetap menuruni tangga berlahan, kemudian ia melihat meja makan ada Asisten rumah tangga yang sedang menghidangkan makanan. Kemudian ia menangkap sosok yang ia cari. Moa baru saja keluar dari dapur dengan membawa mangkuk sayur besar.
Zoe berhenti di tangga dan bersandar di dinding. Ia bisa tersenyum melihat Moa yang ikut sibuk membantu para Asisten mempersiapkan makan malam untuk mereka.
Sungguh Zoe merasa hangat melihat pemandangan itu. Karena jarang ia melihat gadis seusia Moa mau bekerja atau bahkan membantu Asisten rumah tangga. Bahkan Jenifer kekasihnya pun yang sudah jauh lebih dewasa di banding Moa sama sekali tidak bisa memasak. Yang ia tahu hanya merias diri dan berkarir.
Lama Zoe bersandar akhirnya ia di sadarkan dengan panggilan ibu mertuanya. Marynez memperlihatkan senyum setulus mungkin juga kata kata yang sangat lembut pada Zoe. Bahkan Moa saja yang bertahun tahun menjadi anaknya belum pernah di perlakukan selembut itu.
" Nak Zoe , sini turun ikut makan malam bersama !! " panggil Marynez
Zoe hanya menjawab dengan senyuman saja dan melanjutkan melangkah menuruni tangga.
Ia duduk di kursi biasa Moa tempati. Karena Moa belum selesai mempersiapkan hidangan. Audrey tetap duduk di kursi biasa yang ia tempati, yaitu di samping tepat Zoe. Dengan senang hati Audrey mengambilkan nasi untuk Zoe, juga lauk pauknya sekalian. Dan anehnya semua yang di meja makan itu pun tidak ada yang melarang perbuatan Audrey pada Zoe.
" Maaf, sebaiknya Moa yang melayaniku. " kata Zoe
Zoe justru sangat risi juga benci dengan tingkah agresif Audrey padanya. Ia lebih suka di layani oleh Moa dari pada Audrey. Ya walaupun sebenarnya Zoe juga membenci Moa, setidaknya Moa tidak seagresif Audrey yang terang terangan memperlihatkan senyum menggoda.
Moa yang sudah selesai mempersiapkan hidangan pun ikut duduk. Melihat kursinya di tempati oleh Zoe, akhirnya Moa memutuskan duduk di kursi ujung berhadapan dengan ayahnya. Sangat jauh dengan tempat duduk yang di tempati oleh Zoe.
" Moa, apa kamu tidak dengar suamimu minta di layani oleh mu. Seharusnya kamu tahu tugasmu ! Tugasmu itu melayani suamimu, bukan membantu para pembantu. Apa gunanya mereka di gaji disini jika kamu yang mengurusi pekerjaan mereka. " ucap Marynez.
Padahal dulu jika Moa tidak membantu Marynez akan mengadukan pada Ayahnya jika Moa menentang setiap ucapan nya.
Tak mau berdebat, Moa pun mengambilkan nasi untuk Zoe. Setelah bertanya tentang lauk yang di inginkan suaminya. Moa mengantarkan nasi itu ke depan Zoe.
Zoe menarik Moa agar tidak beranjak menjauh darinya.
" Adik ipar, bisakah kamu duduk di tempat Moa tadi. Aku ingin duduk berdampingan dengan istriku. " kata Zoe. Ia sudah sangat risi diajak berbicara oleh Audrey.
Audrey merengut, ia melihat ibunya agar membela dirinya. Namun ibunya justru mengisyaratkan agar menurut pada Zoe. Audrey sangat jengkel, akhirnya berdiri. Ia berjalan dengan sengaja menyenggol pundak Moa dengan kencang. Namun lagi lagi tidak ada satu pun yang terusik dengan sikap Audrey pada Moa. Sebenarnya Moa sangat panas, segala pengorbanan nya tidak di hargai sama sekali oleh seluruh keluarga nya. Bahkan ayah nya pun juga seolah sudah merelakan Moa di perlakukan tidak adil oleh istri juga anaknya.
Moa hanya bisa mengepalkan tangan, dan menahan amarah nya agar tidak meluap keluar. Ia duduk di samping Zoe dan segera mengambil nasi sebanyaknya juga lauk sebanyaknya. Ia harus mengisi perutnya agar tidak sakit karena merasa selalu tersakiti. Cukup hatinya saja yang tersiksa tapi perutnya jangan Pikir Moa.
Zoe merasa aneh dengan porsi makan istrinya yang melebihi porsi makan dirinya. Padahal tubuhnya bisa di bilang sangat kurus. Zoe dapat menangkap pemikiran, jika sebenarnya Moa tersiksa batin. Makanya walaupun makan sebayak nya, namun tidak membuatnya Gemuk, karena hatinya selalu tersakiti.
" Tenang saja Moa, setelah ini, hanya aku yang boleh menyiksa dirimu. " batin Zoe
Setelah makan malam selesai, semua berkumpul di ruang keluarga. Hanya Moa yang masih sibuk membatu para pembantu untuk merapikan meja makan.
Zoe pun mengutarakan maksud hatinya untuk membawa Moa ikut bersama dirinya, karena Moa sudah sah menjadi istrinya. Tanpa ada penolakan dari keluarga Moa. Zoe pun dengan mudahnya bisa membawa Moa ikut bersama dirinya besok. Bahkan ibunya terlihat sangat bahagia saat mendengar Moa akan ikut Zoe pindah dari rumah ini. Seolah mengisyaratkan jika Moa adalah beban untuk mereka.
Moa yang sudah selesai merapikan meja makan bersama para Asisten rumah tangganya pun akan kembali ke kamar. Namun dengan basa basi Marynez memperlihatkan kelembutan seorang ibu terhadap anaknya untuk ikut bergabung bersama dirinya di ruang keluarga itu. Alih alih menjawab, Moa justru seolah tidak mendengar ucapan Ibu tirinya. Ia berjalan tanpa menoleh sedikit pun pada Marynez.
Terlihat wajah sangat kesal yang tertahan dari raut wajah Marynez, namun ia segera menutupi saat Zoe melihatnya. Akhirnya Zoe yang melihat Moa tidak ikut bergabung bersama mereka pun, ikut naik ke atas.
" Lihat lah Pa, anakmu itu semakin kurang ajar tidak menganggap aku hidup di sampingnya. Padahal aku selalu tulus menyayangi nya tanpa membeda bedakan. " ucap Marynez mempropokatori suaminya.
" Sudahlah bu, toh besok juga Moa akan ikut bersama suaminya. " jawab Branden ikut bangkit pergi meninggalkan ruang keluarga dan masuk ke ruang kerjanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!