NovelToon NovelToon

Topeng.

1.

Dunia sudah berubah, seiring berjalannya waktu, dunia semakin maju dan banyak orang yang tak siap pun tertinggal. Sebagian ada yang berpura-pura, memasang wajah degan seribu sandiwara yang siap dilakonkan. Inilah dunia yang baru, dunia yang penuh kepura-puraan. Sangat jarang ada yang berbuat tulus dan tak menginginkan apa-apa. Dunia topeng, itulah bagaimana aku menyebutnya.

Aku, terlahir di tengah hiruk-pikuk kota yang bising. Tak ada kawan, semuanya siap jadi pemangsa di saat yang tak terduga. Tunjukkan kelemahanmu, dan kamu akan mati lebih dulu.

Dunia terbagi menjadi dua sisi, di sisi terang selalu penuh dengan kegembiraan dan kedamaian, orang-orang selalu memasang senyum bahagia di bagian ini. Di sisi lain, dimana ada terang, disitu pasti ada kegelapan. Sisi gelap penuh dengan kejahatan dan saling memangsa. Si kuat akan memangsa yang lemah, menginjak-injak mereka tanpa belas kasih.

Aku, si tanpa nama, penguasa dunia bagian gelap. Aku mencabik, menembak, dan menghabisi lawanku tanpa pandang bulu. Siapa yang maju, siapa yang menang, itu urusan belakang. Hanya satu kata 'Lawan' dan buat mereka yang menghalangi hancur tanpa bisa bangkit kembali. Terlalu repot menurutku kalau harus mengurus dendam dari orang-orang yang pernah menantang diriku, lebih baik habisi saja hingga akar masalahnya selesai.

Bosan dengan kegelapan, aku mendaki puncak gedung tertinggi. Menikmati kilau lampu yang terlihat seperti permata berkelap-kelip dari bagian dunia terang, bukannya aku tak pernah mencoba meraih cahaya-cahaya tersebut, hanya saja semakin aku berusaha semakin menjauh cahaya itu dari diriku.

"Aku akan meninggalkan dunia ini dan berdiri di atas puncak cahaya!" kataku dengan penuh keyakinan.

"Dengan tubuh kecil ini tak akan sulit untuk menyelinap!" ya, aku hanya seorang bocah yang belum dewasa. Anak kecil berumur tiga belas tahun. Namun, aku memiliki tekad dan kekuatan untuk melawan. Hingga aku bisa menjatuhkan orang yang lebih dewasa. Entah hanya karena itu berbekal otak yang licik atau faktor keberuntungan semata. Yang jelas, aku, si tanpa nama, mendominasi dunia bagian gelap.

Aku melompat turun dari gedung yang tadi kutempati, itu bukan hal yang sulit bagiku. "Woi, sedang melihat keindahan yang tak akan pernah lu dapatkan, ya? Ha-ha-ha, makanya jangan menghayal dengan otak kecil itu?!" sungguh aku tak ingin mencari masalah, tapi kenapa masalah selalu menghampiriku.

"Enyahlah!" ucapku datar mencoba untuk tak menggubris.

"Woi, woi, lihat tempramen buruknya itu. Lu pikir gak ada yang bisa ngalahin lu apa?" sepertinya orang yang banyak bicara ini pemimpinnya.

"Hingga sekarang belum ada!" kataku mengambil langkah untuk pergi dari sini.

"Ha-ha-ha, lihat si sombong ini, bos. Dia ingin kabur karena kalah jumlah." dasar idiot, mengepung seorang anak kecil dan harus bangga dengan itu. Otaknya bisa dipastikan bermasalah.

"Dengar, aku tak mau membuang waktu dengan omong kosong berkepanjangan ini. Kalau mau berkelahi, ayo lakukan dengan cepat!" orang-orang bodoh seperti mereka memang harus diberi pelajaran agar paham dimana posisi mereka.

Mereka menyebar, mengepung diriku. Ada lebih dari sepuluh orang, lawan yang tak seimbang jika aku hanya anak kecil yang tidak bisa memutar otaknya. Meski mungkin akan sedikit susah dan memakan waktu lama, tapi aku yakin bisa mengalahkan mereka semua.

Satu jam berlalu, orang-orang yang tadi mengepungku, telah terkapar tak berdaya di tanah semuanya. Aku duduk di atas badan si bos, napasku terengah, dan aku cukup menderita beberapa pukulan. "Oi, bagaimana kalau kita buat kesempatan saja?" aku menawarkan pertaruhan yang tak mungkin mereka tolak.

"A, a, apa itu? Jangan katakan omong kosong ingin menjadi bos kami, ya!" sial, memikirkan hal seperti itu saja aku malas. Aku suka melakukan semua sendiri, dengan begitu aku tak memberi peluang untuk siapa pun berkhianat padaku.

Aku berpikir sejenak sebelum membuka kembali mulutku. "Akan kubiarkan kamu memegang posisiku untuk sementara. Hmm, katakan saja kalau aku ingin mencari suasana baru. Dari pada harus ada yang tahu, lebih baik aku buat kesepakatan dengan kalian!"

"Ahh, satu lagi, silakan karang cerita tentang ini sesuka kalian. Bagaimana? Apa kalian menerima tawaranku?"

"Sialan, kenapa gak dari tadi? Buat apa kita berantem kalau begini?" aku tak menggubris meski dia terdengar setengah marah.

"Satu geplakan ringan mendarat di punggung si bos tadi. "Jadi, terima apa tidak?"

"Tentu saja! Hanya orang bodoh yang akan melepas kesempatan seperti ini."

Aku menarik garis tipis di bibirku, dengan ini aku lebih gampang keluar dan menjalankan rencanaku. "Jangan sampai kalian tergeser! Jaga baik-baik tempatku, oke?!" kesepakatan terjalin dan kesempatan untukku terbuka lebar. Aku tak berharap bisa kembali, tetapi aku tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Si bos yang tadi rupanya baik juga, dia memberi beberapa uang simpanannya untukku. Aku, si tanpa nama pun menghilang sejak malam itu.

2.

Aku saat ini berada di antara dunia gelap dan dunia terang. Hujan deras menyambut kedatanganku ke tempat baru ini, aku belum memikirkan bagaimana dan dimana aku akan tinggal selama di sini. Aku mengambil langkah maju, menginjak dunia yang baru. Kegelapan tertinggal di belakangku, seolah ingin menggapai dengan seribu bayangan tangan yang tak kasat mata.

"Kukira akan seindah apa, rupanya hanya penuh dengan gemerlap lampu dimana-mana," gumamku lirih sambil terus berjalan.

Aku berbelok ke gang yang paling gelap di sini. "Huh, ternyata ada kegelapan juga di sini. Kukira hanya ada cahaya memenuhi dunia terang ini. Rupanya tetap sama, dimana ada cahaya, disitulah ada bayangan kegelapan!" aku meringkuk mencoba mengintai dari gang ini, terlalu sepi, bahkan sangat sepi. Padahal hanya hujan seperti ini dan tak kulihat satu pun manusia yang tinggal di sini.

"Apa aku harus masuk ke salah satu rumah dan meminjam beberapa barang dari sana, mungkin aku juga bisa mendapat makanan?!" pikirku menyusun rencana singkat untuk bertahan beberapa hari di sini.

Baru saja aku akan menjalankan rencana dadakan yang kubuat barusan, suara benturan keras terdengar. Aku menoleh dan melihat sebuah mobil terbalik. "Sebuah kecelakaan? Serius? Betapa rapuhnya orang-orang yang tinggal di sini?!" ejekku berkomentar. Aku mendekat mobil di depanku hancur sana-sini, pengendaranya terluka parah, darah mengucur dari kepalanya.

"To ... long ...," rintihnya lirih, sepertinya dia meminta bantuan dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya.

"Anda bisa mendengar saya?" tanyaku tenang.

"To ... long ..., antarkan tuan muda saya ke rumahnya. Beliau sudah ditunggu oleh semua keluarga yang tak pernah dilihatnya. Kamu ..., pasti akan mendapatkan imbalan yang setimpal ...," katanya putus-putus. Aku melirik kursi belakang dan melihat seorang anak kecil kurang lebih seumuran denganku. Aku menyeringai kecil, bukankah ini kesempatan yang dibuatkan dewa untukku. Jika keluarganya tak pernah melihat, maka aku bisa menjadi dirinya. Namun, aku tak ingin meninggalkan seorang anak kecil yang tak bersalah hanya untuk kepentingaku sendiri.

"Baiklah, akan saya bantu!" ucapku setuju. Otak licikku menyusun rencana baru, aku bisa pergi ke keluarga anak itu bersama dengannya. Sampai di sana aku bisa berpura-pura tak sadarkan diri dan melihat bagaimana ke depannya aku bertindak. Jika bisa aku akan menggantikan tempatnya, tapi jika tidak aku akan menjadi kawan dan penyelamat hidupnya saja.

"Ini alamatnya ... dan ini telepon, mungkin seseorang akan menelepon." pria itu semakin terlihat sekarat, mungkin lilin kehidupannya sebentar lagi akan padam.

"Saya mengerti!" aku membuka pintu belakang dan membawa anak yang tak sadarkan diri itu keluar. Aku harus segera menjauh, sebelum tiket masuk di tanganku ini direbut orang.

"Masalah arah bisa kupikirkan nanti, yang jelas aku harus menjauh dari sini dulu! Lagipula aku bisa bertanya nanti."

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Dua jam berlalu mencari alamat yang harus kutuju. Astaga, kalau aku tak mendapat apa-apa, ini akan menjadi kerugian pertama dalam hidupku. Aku menatap rumah di depanku, luas dan megah. Tipe rumah orang kaya. "Mari kita lihat apa yang terjadi saat kamu sadar, tuan muda!" aku menyeringai kecil, membiarkan dia tergeletak di dekat semak-semak. Aku menukar bajuku dengan pakaian yang dia kenakan, tak lupa kalung yang dipakainya kuambil dan kupakai di leherku. Sebagai sentuhan akhir, aku mengambil batu dan melukai diriku sendiri. Membuat lecet di sana-sini sebelum melukai kepalaku.

Kembali kuseret anak tadi, dia kutaruh di dekat pagar dan aku tergeletak di sampingnya, sedikit jauh dari pagar. Tentu saja sebelum berpura-pura pingsan aku menendang pagar dan membuat sedikit kegaduhan. "Permainan dimulai, kawan!"

3.

Aku mendengar banyak suara langkah kaki mendekat, keributan seketika terjadi. Aku juga merasa diriku diangkat, sepertinya aku dibawa masuk ke dalam. Suara perempuan menangis terdengar jelas dari belakang, mungkin dia menangis sambil mengikuti orang yang menggendongku. Suara tegas memerintahkan agar aku dan anak itu ditempatkan di kamar yang sama, aku cukup senang dengan putusan itu. Bagaimana pun aku bisa mengetahui kalau anak itu sadar dan apa saja yang orang-orang bicarakan selama aku berpura-pura tak sadar.

"Bagaimana ini, pa? Yang mana cucu kita yang asli?" ah, jadi yang menangis tadi rupanya nenek anak ini.

"Kita pikirkan itu nanti, lagipula dunia kedokteran sudah maju, kita bisa melakukan tes pada mereka berdua. Sekarang, kita harus membiarkan mereka diobati dulu!" sial, aku lupa akan hal itu. Ayolah, apa tak ada yang bisa dijadikan bukti tanpa harus mengikuti tes. Bisa-bisa aku gagal kalau itu terjadi.

Selesai diobati, baju kami diganti. Orang yang membantuku mengganti pakaian pun memanggil majikannya. "Nyonya, nyonya, lihat ini." hampir saja aku mengumpat kalau aku tak ingat harus terus berpura-pura pingsan. Bagaimana tidak, dengan bodohnya wanita itu berteriak di dekatku. Mendengar dia memanggil si nenek dengan sebutan nyonya, dia pasti pelayan. Akan kuingat suaranya dan kubalas nanti.

"Jangan berteriak!" bagus kek, kakek telah mewakili apa yang ingin kulakukan.

"Ada apa, Tin?" giliran suara si nenek yang kudengar.

"Maaf sudah mengagetkan tuan dan nyonya, tapi saya menemukan ini di tangan tuan kecil ini. Bukankah ini mirip seperti milik tuan muda yang ada di foto, maksud saya foto besar yang dipajang di ruang keluarga, nyonya."

Suara langkah terburu-buru, mungkin kedua pasangan itu tak sabar untuk melihat benda yang dimaksud pelayan yang berteriak tadi. Ho-ho, pilihan yang tepat mengambil kalung anak itu.

"Ha-ah, sekarang kita berdua tak perlu repot-repot melakukan tes. Tanpa dites pun kita bisa menebak dengan pasti siapa cucu kita di antara mereka berdua, bukan?!" aku tersenyum puas dalam hati, kalau begini semua akan berakhir sesuai keinginanku. Sebenarnya masih ada satu masalah, kalau anak di sebelahku ini sadar dan ingat semuanya. Maka aku harus mengarang cerita yang sekiranya masuk akal. Namun, kalau dia lupa segalanya. Itu akan menjadi peluang untukku bertukar posisi dengan dirinya.

"Akhirnya, akhirnya, kita menemukan Rama kecil kita, pa!" astaga, apa aku akan menjadi calon cucu dari perempuan yang cengeng ini. Kenapa semua harus dilakukan sambil menangis, ngomong ini nangis, bilang itu nangis, dikit-dikit nangis. Padahal tangisan tak memberikan solusi apa pun.

"Ya, dan kita akan menjaganya mulai sekarang!"

"Ayo kita bicara dengan dokter tadi. Biarkan mereka berdua istirahat!" akhirnya, semua orang tadi keluar juga. Aku sedikit lelah terus-terusan memejamkan mata.

Aku menengok ke samping, melihat Rama yang ada di sebelahku dengan wajah datar. "Kuharap kamu segera bangun agar aku bisa tahu jalan cerita mana yang harus kulalui!" gumamku pelan. Sebut saja aku egois, aku tak peduli. Keegoisan itu diperlukan untuk bisa tetap hidup di dunia yang kejam. Aku memang tak banyak tahu tentang dunia terang, tetapi bagiku semua dunia sama. Aku harus memikirkan diriku sendiri terlebih dahulu, jangan mau dibodohi dengan rasa iba yang menjerumuskan ke lubang pengkhianatan.

"Jika dewa itu memang ada, biarkan semua berjalan. Biarkan aku yang menjadi 'Rama' di sini!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!