NovelToon NovelToon

The Degree

Organisasi Rahasia

Tahun 2050, sebuah undangan misterius dari organisasi yang tidak diketahui tersebar ke sepuluh ribu orang dari berbagai negara. Tidak tercantum organisasi yang mengirimkannya dan setiap orang yang menerima undangan tersebut boleh menolak dengan syarat memberikan undangannya kepada orang lain atau mati.

Meski mencurigakan namun setiap orang yang diundang tidak menolaknya karena tercantum hal menarik dari kata-kata yang terukir pada suratnya:

“Kepada siapapun yang menerima undangan ini, kalian adalah orang terpilih dari milyaran manusia. Bagi siapapun yang ikut serta, tolong simpan undangan ini. Kami berjanji akan mengabulkan apapun yang kalian inginkan jika menerima undangan kami. Manusia harus berevolusi. Kalian akan menjadi orang pertama yang menyaksikannya.”

Sebagian mencurigai undangannya, sebagian tertarik mengikutinya. Berbagai macam pendapat muncul namun pada akhirnya sepuluh ribu orang bergabung. Mereka dijemput oleh petugas misterius dan diarahkan ke sebuah tempat yang jauh dari dunia luar.

Ray Morgan, pria berusia dua puluh tahun yang menerima undangan misterius. Mata hitam yang tampak membosankan, juga rambut hitam acak-acakan. Wajahnya terbilang bagus dan seperti blasteran, pria yang memiliki tampilan biasa-biasa saja di luarnya namun wajahnya membuat apapun yang dia gunakan jadi cocok.

“Ada cukup banyak orang dari belahan dunia lain.”

Mulai dari orang asia, barat hingga afrika juga hadir. Ray mengagumi bagaimana organisasi misterius ini memiliki uang berlimpah untuk mengumpulkan semua orang dari negara yang berbeda di sini.

Lebih hebatnya lagi tempat mereka saat ini sangatlah tertutup, terakhir Ray ingat, mereka masuk dengan cara turun dari lift.

Memang cara terbaik menyembunyikan sesuatu dari muka bumi adalah masuk ke dalamnya. Pikirnya.

Ray tidak tahu ada di kedalaman berapa dia berada namun yang pasti kerahasiaan tempat ini sangat terjaga. Baik langit-langit maupun lantainya terbuat dari beton. Tempatnya tidak dingin ataupun hangat, dan membuat temperatur suhu yang cocok untuk semua kalangan. Ruangannya juga tidak gelap, mereka tidak mampu melihat apapun selain besi.

“Aku harap tidak menjadi kelinci percobaan untuk menghirup gas beracun.” Ray hanya memiliki kekhawatiran tentang apa yang harus dia lakukan nantinya. Jika itu percobaan terhadap gas beracun maka tawaran yang ada di undangan adalah palsu.

Jika itu gas beracun, berhasil atau tidaknya tetaplah sebuah bencana.

“Aku juga takut itu terjadi.”

Gadis cantik dengan ponytail dan sedikit pendek menyela. Wanita yang terlihat cantik dengan kemeja putih dan rok hitam serta kaus kaki hitam, gambaran nyata sekertaris wanita.

Ray yakin wanita itu berbicara kepadanya, dengan tangan yang Dilipat ke belakang, gadis itu menatap Ray dan memperkenalkan dirinya.

“Aku Terumi Sakura, panggil saja Terumi.” Terumi tersenyum dengan lembut dan cantik.

“Ray Morgan. Panggil saja Ray. Namamu sangat khas dari Jepang namun bahasa yang kamu gunakan Indonesia. Apa mungkin blasteran atau kamu menetap dalam waktu lama?”

Hanya ada dua kemungkinan antara dia memiliki salah satu orang tuanya dari Jepang atau merantau ke negara ini untuk bekerja. Yang terakhir sedikit meragukan karena mau bagaimanapun gadis itu terlihat masih muda.

“Aku orang Jepang asli namun aku telah tinggal di Indonesia dua tahun lalu sejak mulai kuliah dan mempelajari budayanya.”

“Begitu. Jika kamu tertarik dengan budayanya itu bagus karena ada begitu banyak hal yang bisa kamu pelajari.”

Indonesia adalah salah satu negara dengan budaya terbanyak di dunia. Jika ingin mempelajari semuanya maka seseorang tidak akan pernah bisa mengatakan telah mempelajari semuanya. Ada banyak pulau dengan ras dan bahasa berbeda, siapapun yang mencintai budaya tidak akan pernah bosan dengannya.

“Ya. Aku ingin mempelajari sebanyak mungkin tetapi undangan ke tempat ini menarik minatku lebih dari apapun. Bagaimana denganmu?” Terumi mencondongkan kepalanya seraya bertanya.

“Aku ... sama denganmu. Sudah cukup lama aku merasa bosan dan undangan ini menjadi harapanku menghilangkan kebosanan.”

Ray memasukkan tangannya ke kantung jaketnya, keduanya tidak lagi bertukar kata. Tak lama sesuatu berupa drone raksasa turun dari langit-langit dan menghadap semua orang. Seorang pria berjas hitam yang bagian kepalanya ditutupi sepenuhnya berdiri di atas drone.

“Aku baru melihat drone sebesar itu. Menurutmu siapa pria itu?” Terumi bertanya dengan tatapan yang masih fokus kepada pria tersebut.

Jika orang itu bersusah payah menyembunyikan seluruh wajahnya, mengubah suaranya, orang yang tampak mampu mengendalikan drone tersebut sesuai keinginannya maka hanya satu jawaban yang seratus persen tepat.

“Dia pasti bagian dari organisasi rahasia yang menyebarkan undangannya. Aku yakin itu.” Ray menunjukkan tatapan sedikit tajam ke pria itu.

“Tetapi aku tidak mengerti apa tujuannya dengan menunjukkan dirinya.” Terumi menempelkan telunjuknya di dagu seraya berpikir.

“Pastinya untuk menunjukkan bahwa ini bukan sebuah gurauan.”

Ray dan Terumi menatap ke arah lain, kepada pria yang berbicara. Ray hampir salah mengira pemuda itu sebagai anak SMP namun tidak seharusnya anak SMP memiliki kumis.

“Aku Leo Anggara. Meski tubuhku kecil, aku sudah kuliah.”

“Panggil aku Ray.”

“Terumi.”

Menyelesaikan perkenalan kecil mereka, sesuatu berdering dari surat undangan yang mereka terima. Bukan hanya mereka tetapi semua partisipan menemukan hal yang sama.

“Ini ... bukan kertas biasa?” Terumi bingung karena ada hologram notifikasi di kertas hitamnya.

Semua tulisan yang ada sebelumnya telah menghilang dan menyisakan kertas hitam kosong yang menampung layar hologram.

Ray menyentuh notifikasi tersebut dan segera setitik cahaya biru muncul dan menuju keningnya. Semua partisipan mengalami hal yang sama selama beberapa detik sebelu cahaya tersebut menghilang.

“Dengan ini kalian semua bisa memahaminya satu sama lain terlepas dari mana asal kalian.” Pria yang berdiri di atas sebuah drone akhirnya berbicara.

Semua orang terkejut dan menjadi berisik. Bukan karena tidak percaya namun mereka terkejut karena kini bisa memahami ucapan satu sama lain. Banyak yang menuntut penjelasan namun Ray hanya diam karena yakin orang itu akan mengungkapkannya.

“Tak perlu terkejut. Kami hanya menanamkan chip kecil ke dalam otak kalian melalui sinar sebelumnya untuk memungkinkan kalian memahami bahasa satu sama lain.” Pria itu kemudian menepuk tangannya satu kali, lampu di ruangan padam dan menampilkan layar besar di belakangnya.

“Ini terlambat namun kami ucapkan selamat datang. Kalian adalah sepuluh ribu orang beruntung yang akan menjadi manusia-manusia pertama yang berevolusi. Pertama dan paling utama, kami adalah organisasi rahasia, kalian bisa memanggil kami dengan sebutan, Secret. Tujuan kami hannyalah satu, mendorong manusia menuju ke tahap selanjutnya.”

Semua orang menjadi hening karena ucapannya. Evolusi, kata yang tentunya tidak asing di telinga. Manusia selama ini mencoba mendorong peradaban dan berevolusi menjadi benar-benar modern juga canggih. Tetapi, sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali yang mencoba evolusi langsung terhadap manusia itu sendiri.

Di dunia ini, percobaan terhadap manusia terbilang tabu atau ilegal. Karena itu mereka sangat membatasi informasi, kah. Pikir Ray.

Jika perlu pengawasan informasi seketat itu, maka artinya tak ada cara apapun untuk semua orang yang ada di sini pergi membeberkan. Ray menduga bahwa arah dari uji coba ini akan menuju ke arah mana.

“Sebagian dari kalian pasti menyadari bahwa ini adalah revolusi besar, sebagian merasa takut dan khawatir, dan sebagian menantikannya. Kalian datang dari negara berbeda-beda dan tujuan berbeda-beda. Ada yang datang karena tertarik kepada hadiah yang ditawarkan, ada yang datang untuk merubah hidup. Lalu ada juga yang datang karena bosan.”

Pria itu terus berbicara, sampai layar besar di belakangnya menampilkan sesuatu bertuliskan, "Degree".

Pria itu merentangkan kedua tangannya dengan dramatis, “Kalian ... akan jadi orang-orang beruntung yang merasakan kemewahan dari bagian evolusi manusia, Degree.”

Degree

“Degree ... apa itu?”

“Mungkin sejenis teknologi baru?”

“Apa jangan-jangan itu makanan?”

“Tidak mungkin itu makanan, bodoh.”

“Mungkin saja itu benda hebat yang diciptakan oleh seorang jenius.”

Partisipan mulai berbicara diantara mereka. Pertanyaan dan asumsi dari masing-masing mulai diserukan. Pria itu— Secret hanya diam dan mendengarkan berbagai asumsi yang muncul dari partisipan. Sampai seseorang memberanikan diri berbicara kepadanya.

“Tidak bisakah kamu menjelaskannya langsung dan berhenti mendengarkan?” Pria dengan rambut pirang menunjukkan ketidaksenangannya dan berkata sedikit marah.

“Kalau begitu, kami akan memulai dengan hal ini terlebih dahulu. Pertama kalian serahkan undangan yang kalian dapat kepada para petugas yang akan menghampiri kalian. Ini untuk mencegah adanya pemalsuan atau sejenisnya. Lalu, kami akan menyuntik kalian dengan cairan yang kami kembangkan. Itu adalah Degree yang akan kalian miliki nantinya.”

Sebuah pintu terbuka dan ribuan robot dengan perawakan manusia mulai keluar dan menghampiri partisipan satu-persatu. Ray menyerahkan undangan yang dia miliki, sebagai gantinya dia menerima suntikan dengan cairan yang bercahaya aneh.

Ray sedikit curiga namun setelah melihat orang lain menerimanya tanpa efek apapun dia segera menyerahkan diri. Tidak ada perubahan apapun kepada dirinya setelah suntikan tersebut. Robot yang bertugas kemudian memasangkan sebuah jam yang sangat sulit, bahkan mustahil dilepas terkecuali dengan memotong tangannya sendiri.

Setelah semua orang menyelesaikannya, Secret mulai berbicara.

“Tidak ada penyusup. Tidak ada keganjilan. Terima kasih telah kooperatif dan tetap kondusif.” Secret mengangguk setelah melihat layar hologramnya dan kembali melanjutkan penjelasannya.

“Kami baru saja memberikan kalian serum yang kami kembangkan, Serum D. Serum itulah yang akan membantu manusia berevolusi dan memberkahi manusia dengan kemampuan yang kami sebut, Degree.”

Degree adalah sebuah gelar atau julukan terhadap individu tertentu dan akan memberkahi individu tersebut. Contohnya, jika seseorang menerima gelar "Regenerasi" maka individu tersebut akan mampu menumbuhkan bagian tubuhnya yang terpotong dan kekuatannya tidak bisa dihentikan dengan cara apapun.

Tak peduli Degree apa yang didapatkan oleh seseorang, gelar tersebut akan memiliki kemampuan yang mencerminkan Degree yang didapatkan oleh individu tersebut seperti yang dicontohkan.

“Jadi misalnya, jika aku menerima Degree "Manusia laba-laba" maka aku bisa melakukan apapun yang dilakukan laba-laba? Seperti berjalan di tembok dan menembakkan benang seperti di film?!”

Secret mengangguk ringan terhadap pertanyaan tersebut, “Ya, kamu akan bisa melakukannya. Degree yang kalian dapat akan mengikuti karakteristik tertentu yang mencerminkan diri kalian atau yang selama ini kalian perjuangkan dan dambakan. Kami tidak bisa campur tangan terhadap Degree macam apa yang akan kalian dapatkan. Misalnya saja, bisa saja seseorang mendapatkan Degree "Einstein" maka orang itu akan memiliki tingkat kecerdasan yang sama atau lebih tinggi darinya.”

Degree tidak muluk-muluk persoalan kekuatan dan karakteristik hewan atau kemampuan tertentu. Bagian penting dari Degree adalah melahirkan orang dengan Degree penting bagi masa dunia contohnya Degree yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

Dengan adanya Degree, seseorang bisa menjadi sangat pintar tanpa belajar, bahkan sangat kuat tanpa melatih tubuhnya. Itu benar-benar ciptaan yang sangat luar biasa melebihi Artificial Intelligence.

Penemuan ini jelas akan membantu manusia untuk berevolusi dan menuju ke masa depan yang jauh dari bayangan manusia.

“Ini seperti sesuatu yang akan kamu temukan di dalam cerita fiksi ilmiah.” Terumi bergumam dan terlihat sedikit takut, dia meletakkan tangan kanan di dadanya.

“Kalian pasti berpikir ini tidak nyata, ini hanya rekayasa dan penipuan. Akan kami tegaskan, bahwa ini kenyataan. Kami berhasil membuatnya namun tidak tahu seberapa jauh Degree bisa berkembang. Karena itu, kami mengundang kalian sebagai kelinci percobaan untuk mengetahui sejauh mana batas yang dicapai Degree.”

“Jadi kita yang menerima undangan adalah subyek percobaan.” Ray menarik kesimpulannya.

“Ya, meski begitu ini tidak merugikan kalian dalam banyak hal. Justru ini menguntungkan kalian.”

Serum D memiliki jumlah yang terbatas dan jika tiba waktunya mengedarkan, hanya akan ada segelintir orang yang mampu memilikinya. Selain jumlah tentu harganya akan setinggi langit karena dari perkataan Secret, mereka telah memulai uji coba ini dalam waktu lama dan menghabiskan cukup banyak biaya.

“Tidak hanya menerima Kekuatan seperti layaknya fantasi, tetapi kalian yang menerima Serum D, tanpa terkecuali, akan mendapatkan perpanjangan umur.”

Tanpa terkecuali, semua partisipan terkejut bukan main karena kata-kata tersebut. Bahkan Ray mengangkat alisnya dengan kejutan yang baru saja diberikan.

“Sebagai makhluk hidup yang bernafas, kita ditakuti oleh hantu bernama kematian. Umumnya manusia tidak akan bisa hidup lebih dari seratus tahun. Bahkan jika ada cara membuat kita hidup sepanjang itu, akan menyakitkan karena tubuh tak lagi muda dan rapuh keriput. Untuk itulah Serum D hadir.”

Serum D tidak hanya memberikan Degree, tetapi juga membantu manusia berumur panjang dan tetap terlihat muda meskipun sudah berumur tujuh puluhan tahun.

Orang seperti apa yang tidak akan tertarik menggunakan Serum D? Jika telah dipasarkan maka tidak ada keraguan bahwa Secret akan menjadi Dewa di dunia ini.

“Luar biasa, kan? Kalian adalah sepuluh ribu orang beruntung karena bisa menerima ramuan panjang umur ini.” Secret merentangkan kedua tangannya lagi dengan nada yang sedikit riang.

Setiap partisipan berteriak dan merasa bersemangat, tentunya ada pihak yang tidak langsung percaya dan curiga akan kebenarannya seperti halnya Ray.

Tidak peduli seberapa tidak masuk akalnya, sesuatu seperti ini bukan sesuatu yang bisa manusia capai. Tidak dengan zaman ini. Pikir Ray.

Ray tidak menyangkal serum seperti itu bisa diciptakan namun dia jelas menyangkal bahwa Serum D tampak seratus atau beberapa ratus tahun lebih cepat.

Sampai kini manusia masih berusaha mengembangkan kecerdasan buatan dan menciptakan alat dengan kecepatan cahaya. Asumsi Ray, sesuatu seperti Serum D akan mungkin tercipta ketika manusia telah pada tahap menciptakan kendaraan berkecepatan cahaya.

“Jadi, bagaimana cara kami mengetahui Degree yang kami miliki?” Pria pirang sebelumnya bertanya dengan serius.

“Mudah saja. Kamu hanya perlu mengakses jam tangan yang kami berikan untuk kalian. Cara mengaksesnya tidak perlu kami beritahukan karena kalian tidak akan asing dengannya.”

Ray menyalakan jam tangannya dan hologram selebar ipad muncul. Memang cara pengoperasiannya sangat mudah bagi mereka yang tidak asing dengan android dan teknologi modern. Lagipula di zaman seperti ini tidak akan ada orang yang tidak mengerti cara menggunakannya.

“Permisi, aku tidak mengerti caranya!” Suara seorang gadis menggema.

... sepertinya memang ada orang gaptek di zaman ini.

Selagi semua orang mengakses jam dan mengidentifikasi Degree yang mereka miliki, Secret sekali lagi menyampaikan.

“Meski kami yang membuat jamnya, kalian tidak perlu khawatir. Kami tidak akan mengetahui Degree seperti apa yang kalian miliki dan kerahasiaan kalian akan terjaga hanya pada diri kalian.”

Tangan Ray yang mengakses Degree terhenti karena kata-kata tersebut.

Jika tidak ada pengawasan apapun terhadap Degree yang kami miliki, bagaimana cara mereka mengatasi jika ada pemberontakan? Ini aneh. Pikirnya.

Untuk beberapa alasan Ray meyakini bahwa ada makna tersirat dari setiap kata-kata yang diucapkan Secret. Pastinya tujuannya bukan hanya untuk memberikan Serum D secara gratis, harusnya ada hubungan simbiosis mutualisme.

Mengecek Degree yang dia miliki, Ray mengerutkan alisnya. Dia sama sekali tidak memahami apa makna dari Degree miliknya sama sekali. Untuk saat ini dia akan coba mengkonfirmasi milik yang lainnya apakah hanya dia mendapat Degree unik.

“Ray, Leo, kalian dapat apa?” Terumi menghampirinya dengan riang.

Leo menggaruk kepalanya dengan bermasalah, “Aku mendapatkan Degree Singa Tidur. Itu memang aneh namun tampaknya ini sesuai dengan diriku. Lalu, kamu?”

Terumi tersenyum masam dan sedikit enggan untuk mengatakannya, “Ya, ini memalukan. Degree milikku adalah, Fanatik Budaya.”

“Pft! Degree macam apa itu!” Leo sedikit tertawa ketika mendengarnya

Sebelumnya dia mengakui menyukai budaya Indonesia namun Ray tidak menduga akan mencapainya ke titik fanatik. Memang bukan hal yang buruk namun ada hal tidak bagus datang dari fanatik meski tidak banyak berpengaruh apapun.

Itu mungkin terdengar tidak berguna dalam banyak prospek selain sesuatu yang berhubungan dengan budaya. Namun tidak ada yang tahu apakah itu benar-benar berguna atau tidak karena bahkan pembuatnya tidak tahu seberapa jauh batas Degree.

Singkat makna, budaya adalah pola perilaku ataupun sesuatu yang diwariskan secara turun-temurun. Budaya tidak selalu baju adat, alat musik dan tarian, tetapi ada hal lain lagi termasuk ke dalam kategori budaya.

“Bagaimana denganmu, Ray? Apa Degree milikmu.” Terumi mengalihkan pembicaraannya agar dirinya tidak terus diejek Leo.

Ray sedikit diam dan tidak tahu harus apa. Dalam hal ini, Degree miliknya patut dirahasiakan karena tidak ada yang tahu akan jadi apa ke depannya. Selain itu, tujuan Secret menawarkan Serum D pasti bukan untuk membuat senang.

“Kalian pasti sudah memeriksa Degree yang kalian miliki. Aku yakin ada yang kecewa dan tida puas tetapi Degree apapun yang kalian dapat adalah gambaran dari diri kalian. Jika kalian tidak menerima Degree tersebut maka sama artinya kalian tidak menerima diri sendiri.” Secret berkata demikian karena menyadari orang-orang yang terlihat kecewa.

Mendengar hal tersebut sedikit mengurangi kekecewaan mereka namun hanya sedikit.

“Hey, jika ini sudah selesai kapan aku bisa keluar dan menunjukkan kekuatanku kepada orang-orang di luar?” Pria pirang yang sama sebelumnya bertanya.

“Keluar? Siapa yang mengatakannya, kami tidak mengatakan siapapun bisa keluar.”

“Hah? Kamu bercanda, apa kamu bermaksud mengurung kami di sini?!”

“Kami tidak pernah menuliskan siapapun yang datang bisa kembali begitu saja. Kami hanya mengundang untuk datang dan tidak mengantar untuk pulang.”

“Dia memang tidak menyebutkan apapun tentang itu dalam suratnya.” Ray ingat betul tentang isi suratnya.

Terumi terkejut bukan main dan menutup mulutnya, “Itu artinya ... kita tidak akan pernah keluar dari tempat ini?”

Tugas

“Jangan bercanda! Tidak mungkin kami mau terperangkap di sini selamanya!”

“Jika tahu seperti ini aku tidak akan pernah mengikutinya!”

Orang-orang mulai marah dan mengumpat, berbagai reaksi bisa ditemukan. Dimulai dari kemarahan, kesedihan bahkan orang-orang tenang seperti Ray juga ada.

Manusia dikutuk untuk bebas. Kebebasan adalah sesuatu yang sangat menggambarkan manusia. Mengurung manusia di satu tempat takkan membuat mereka puas dalam aspek apapun.

“Kami tak pernah mengatakan bahwa kalian tidak bisa keluar dari sini. Ada jalan keluar. Itu hanya berlaku bagi mereka yang menyelesaikan tugas.”

Semua orang kembali terdiam atas perkataan Secret. Wajar karena selain tidak menerima fakta mereka akan dikurung layaknya burung, ada dorongan kuat untuk memamerkan Degree kepada dunia luar.

Mereka pastinya tidak berpikir bahwa sebelum Serum D diumumkan, orang-orang yang memiliki Degree akan dianggap aneh dan besar kemungkinannya diburu untuk bahan penelitian. Saat menemukan sesuatu yang tidak biasa, manusia tidak memiliki keraguan merusak alam atau bertingkah tidak manusiawi.

“Tugas seperti apa?”

“Berbagai macam. Kami akan memberikan tugas kalian melalui jam yang telah kalian gunakan. Sebagai catatan, jam itu tidak bisa dilepaskan dengan cara apapun, bahkan jika nuklir menghantamnya jam akan bertahan.”

Jam dengan sifat amerta, itu penemuan lain yang sangat hebat. Entah bagaimana caranya mereka mungkin menemukan logam terkeras di dunia.

“Tugas yang kami berikan adalah bentuk penelitian dan untuk mencari data yang kami inginkan. Barang siapa yang menyelesaikan semua tugas-tugas maka keinginan apapun yang mereka inginkan akan dikabulkan.”

Sebuah gerbang besar terbuka, lorong panjang dengan lampu redup menyinarinya. Di dalamnya terdapat banyak pintu logam yang dijalankan mesin.

“Untuk tugas pertama, kalian bisa melihat di jam masing-masing.”

Mengikuti instruksi yang diberikan, Ray menemukan pesan yang bertuliskan:

—Nomor peserta 56. Masuklah ke pintu 99 bersama orang bernomor sama denganmu.—

Orang dengan nomor peserta yang sama, kah? Artinya aku akan berkelompok dengan seseorang. Pikirnya.

Semua orang memiliki perintah yang sama dengan nomor peserta dan pintu yang berbeda. Ray kemudian mencoba mengkonfirmasi nomornya dengan orang-orang yang dia kenal.

“Nomorku 234, pintu 344. Bagaimana dengan kalian?”

“Aku sama dengan Leo, sepertinya kita akan berpasangan. Bagaimana denganmu, Ray?” Terumi terlihat bermasalah dan sedikit berharap ketika melihat Ray.

“Sepertinya kita akan berpisah, nomorku 56 dan pintu ke 99.”

Cukup mengecewakan karena akan berpisah dengan orang yang dia kenal namun Ray tidak begitu memusingkannya.

Secret kemudian meminta untuk bergegas menyelesaikan tugas pertama yang baru saja diinstruksikan.

“Tidak ada batas waktu untuk tugas tersebut. Namun kami akan memberikan peringatan, jika kalian terlalu lambat menyelesaikan, semakin sulit tugas-tugas lain yang akan datang nantinya.”

Mereka tidak bisa berlama-lama dalam menyelesaikan tugas yang tersedia jika tidak ingin kesulitannya meningkat.

“Kalau begitu, kita berpisah. Semoga kita bertemu lagi di lain kesempatan.” Leo dan Terumi pergi ke arah lain dan melambaikan tangannya.

“Mohon jaga dirimu baik-baik, Ray.” Terumi tampak memiliki kekhawatiran berlebih.

“Ya. Sampai jumpa.” Ray tak berniat membuang waktunya dan menuju pintu tempatnya diarahkan.

Di sana sudah ada tiga orang berdiri di pintu 99, dia wanita dan satu orang pria. Ray tak tahu bagaimana cara untuk membuka pembicaraannya dan hanya diam sedikit menjaga jarak, begitu niatnya.

“Apa kamu berada di ruang yang sama? Perkenalkan, aku Tyson, Degree-ku Pembuka Pintu.” Pria dengan rambut menutupi satu matanya membuka percakapan.

“Aku Misa, Degree-ku Terang.” Wanita dengan rambut pirang yang tangan kirinya memegang erat Tyson ikut memperkenalkan diri.

Ray menunggu wanita lainnya memperkenalkan diri namun wajahnya apatis dan benar-benar menjauhkan dirinya. Sorot matanya begitu tajam seakan bisa melukai dan rambut pendeknya sangat pantas dimiliki. Menyadari tatapan Ray, wanita itu mendengus kasar dengan enggan.

“Aku Justina.”

“Aku Ray, salam kenal.”

Melihat Tyson dan Misa begitu dekat mereka pasti pasangan. Ray sedikit terkejut karena ada orang yang sudah mengenal satu sama lain sebelum datang ke tempat ini. Memang bukannya tidak mungkin itu terjadi namun tetap saja mengejutkan.

Bagian lain yang mengganggu adalah pasangan kekasih itu tidak ragu sekalipun mengungkapkan Degree mereka. Memang tidak ada salahnya namun Ray tidak akan mengungkapkan miliknya karena tujuan dari tugas dan Secret sendiri masih abu-abu.

Bersama-sama memasuki pintu yang ternyata adalah sebuah lift, mereka segera dibawa pergi ke suatu tempat. Ray tidak bisa memastikan apakah mereka turun atau naik, kiri atau kanan. Liftnya bergerak terlalu mulus sehingga sulit menebaknya.

Tak lama lift berhenti, jam mereka menampilkan notifikasi misi lain.

—Jalan menuju pintu keluar dan pecahkan sandi. Berhati-hatilah, musuh ada di segala tempat.—

Mereka berempat memiliki perintah yang sama. Kemudian pintu lift terbuka dan yang mereka temukan adalah sebuah lorong panjang yang sangat gelap.

“Ini lebih gelap dari malam. Kita tidak akan tahu apa yang akan menanti jika memaksa untuk berjalan.”

“Ray benar. Misa, bisakah kamu menggunakan Degree milikmu?” Tyson sepakat dan meminta Misa dengan lembut.

“Akan aku coba.” Misa mengulurkan tangan kanannya dan memejamkan mata, wajahnya terlihat kesulitan dan begitu dia membuka matanya—

“—Degree — Light!”

Cahaya terang muncul dari telapak tangannya, Misa terlihat senang karena berhasil melakukannya, Tyson juga demikian. Hanya Ray dan Justina yang bereaksi datar.

Entah dengan Justina, sejujurnya Ray terkejut bahwa akan semudah itu menggunakan Degree, baru kali ini dia melihat penggunaan Degree.

“Mari kita pergi.” Misa berkata riang dan dengan semangat memimpin jalan.

Mengikuti di belakangnya, tak lama mereka menemukan jalan bercabang yang dihalangi dinding cahaya merah dan biru. Jalannya juga berwarna merah dan biru di masing-masing pintu. Dinding tersebut memunculkan tulisan bahwa hanya dua orang yang diizinkan memasuki satu jalan.

“Kita harus dipecah lagi, ya? Namun tampaknya tergantung jalan mana yang kita pilih, tugasnya akan berbeda.” Tyson mulai membuat asumsinya.

Ray diam-diam setuju. Di sana tertulis bahwa tujuan akhirnya adalah tempat yang sama, yang berbeda kemungkinan besar adalah apa yang akan mereka dapatkan dari jalan yang dipilih.

“Bagaimana jika begini. Aku dan Ray akan mengambil jalan merah, sementara Misa dan Justina akan mengambil satunya.”

Momen klise di mana jalan merah selalu memiliki arti berbahaya dan langkah logis adalah mengirim dua pria untuk mengatasinya. Namun itu hanya jika mereka berada di film.

“Kamu bodoh, ya? Bagaimana jika kami wanita menerimanya sesuatu yang berat? Tanpa kalian pria, kami mungkin dalam bahaya. Jauh lebih tepat saling berpasangan.” Justina untuk pertama kalinya mengungkapkan pendapat.

Tentunya, Ray lebih menyukai hal itu, dan juga pasangan sudah jelas. Tyson akan pergi dengan Misa karena keduanya sepasang kekasih.

“Kalau begitu sebagai gantinya, aku dan Misa akan mengambil jalan merah. Kalian berdua hati-hati, ya.”

“Sampai jumpa!” Misa melambaikan tangannya dengan senang.

Ray dan Justina jatuh dalam keheningan. Mereka berdua tipe orang yang canggung, tidak sulit membayangkan perjalanan mereka akan menemukan keheningan.

“Mohon kerja samanya ...” Reid coba membuat percakapan tetapi Justina dengan acuh berjalan ke jalan biru.

Ray hanya bisa menghela napas dan mengikutinya di belakang. Sejauh ini tidak ada kejanggalan apapun sampai Ray menemukan sesuatu yang tidak pada tempatnya, dia mempercepat langkahnya dan menarik bahu Justina.

“Jangan sentuh aku-!” Justina mengumpat namun Ray memotongnya sebelum Justina menjadi marah.

“Lihatlah jalan di depan sana, ada sesuatu yang ganjal.”

Menekan amarahnya dengan wajah tidak senang, Justina ikut menatap hal yang dimaksud Ray namun tidak menemukan apapun, “Apa maksudmu?”

“Lihat di pojok dinding. Sejauh ini tidak ada yang seperti itu, jika asumsiku benar benda itu memancarkan cahaya tak kasat mata. Tidak dipastikan apa yang terjadi jika kita menyentuhnya namun lebih baik tidak ambil risiko.”

Seketika mereka berdua diam selama kurang lebih satu menit, jam tangan mereka berdering di waktu yang sama. Sebuah pemberitahuan tugas muncul dengan format yang sama.

—Hindari laser mematikan jika tidak ingin terpotong. Dua orang satu langkah satu gerakan, lebih akan dikenakan sanksi.—

“Apa maksudnya?” Justina tidak begitu memahami perintah yang diberikan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!