"Lo rebut pacar gue!"
Arthan Sebastian masuk ke dalam kamar kembarannya dan melempar pria itu dengan tas miliknya yang berat, ya bagaimana tidak berat ada laptop di dalam sana. Mendapat lemparan itu membuat Ardhan tersentak, dia bahkan sedang bermain game, tapi tiba-tiba kembarannya itu masuk ke dalam kamar dan melemparnya.
Berdecak sebal Ardhan bangun dan menatap kembarannya yang kini menatapnya dengan tajam bahkan penuh permusuhan. Saat masuk semakin dalam ke kamarnya dia juga meraih bantal yang ada di sofa lalu melempar lagi pada Ardhan.
Merasa jengkel Ardhan menghampiri kembarannya itu.
"Apasih Than?!" Kata Ardhan kesal
Arthan tak menjawab dia malah kembali melempar Ardhan dengan bantal sofa yang masih ada dua lagi.
"Gak jelas lo." Kata Ardhan sambil menepis tangan kembarannya
"Pengkhianat lo Dhan." Kata Arthan
"Kenapa lagi sih?!" Tanya Ardhan yang sudah benar-benar jengkel dengan kembarannya
"Lo rebut pacar gue! Lo jalan sama dia!" Bentak Arthan
"Hah?"
Ardhan memasang wajah bingungnya dia menatap kembarannya itu dengan tidak mengerti.
"Siapa yang jalan sama cewek lo? Jelas jelas gue di rumah terus." Kata Ardhan tak terima.
"Lo jalan sama Tania! Gak usah bohong gue tau." Kata Arthan lagi.
"Bohong apa? Gila lo ya." Kata Ardhan dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya.
"Lo jalan sama Tania kemarin sore pulang dari kampus." Kata Arthan dengan penuh penekanan.
Ardhan terdiam sejenak lalu teringat kejadian kemarin.
"Bukan jalan, dia minta antar balik, yaudah karena dia pacar lo gue antar balik lagian udah mau malem juga dia sendirian di halte." Kata Ardhan menjelaskan.
"Basi, lo suka sama Tania kan?!" Tuding Arthan.
Berdecak sebal Ardhan mengambil bantal dan melempar ke wajah kembarannya itu dengan jengkel.
"Cewek lo kali yang suka sama gue." Kata Ardhan kesal.
"ANJ.."
"Mau ngomong apa lo?! Mau ngomong apa barusan hah? Gue bilang Mami tau rasa lo." Kata Ardhan.
"Jangan deketin Tania lagi! Dia pacar gue." Kata Arthan lagi.
"Bilang ke cewek lo gue gak minat sama cewek kecentilan kayak dia." Kata Ardhan tanpa minat.
"Jangan ngomong sembarangan tentang Tania." Kata Arthan tak terima.
"Memang kenyataan, lagian udah gue bilang cari cewek tuh yang bener Than dari dulu punya cewek enggak pernah bener." Kata Ardhan.
"Berisik"
"Dih di kasih tau juga, lo ganteng cari cewek tuh yang bener ganteng ganteng, tapi kerjaannya di selingkuhin, enggak ngerti lagi gue sama lo Than." Kata Ardhan membuat kembarannya itu semakin kesal.
"Berisik banget nih bocah." Kata Arthan.
Ardhan tertawa pelan lalu mengambil ponselnya yang ada di atas ranjang.
"Laptop lo rusak mampus enggak bakal di beliin sama Papi ini udah empat kali lo ganti laptop dalam satu bulan." Kata Ardhan sambil menatap kembarannya itu dengan menyebalkan.
"Enggak rusak jatuhnya juga di kasur." Kata Arthan antara takut dan kesal.
Ardhan terdiam sejenak lalu mengambil tas Arthan dan menjatuhkannya ke bawah.
"Sengaja Than." Kata Ardhan sambil tersenyum.
Ardhan tertawa lalu berlari keluar kamar meninggalkan Arthan yang terdiam untuk beberapa saat lalu berteriak memakinya.
"ARDHAN"
Suara tawa Ardhan terdengar membuat Arthan langsung berlari keluar kamar mencari kembarannya.
Ternyata kembarannya itu sudah ada di bawah, cepat sekali kakinya panjang sih baru aja keluar masa tau tau udah sampai bawah aja, mana lagi sama Mami.
"Laptopnya rusak tuh Mi." Kata Ardhan begitu kembarannya itu datang dan duduk di samping Maminya.
"Rusak lagi? Baru satu minggu yang lalu kamu ganti laptop loh Arthan." Kata Devina sambil menghela nafasnya pelan.
"Dia yang rusakin Mi di jatuhin tas aku ke lantai." Kata Arthan sewot.
"Lo duluan ya yang lempar gue pake tas." Kata Ardhan tak terima disalahkan.
"Hus udah ah kalian ini tiap hari ribut terus." Kata Devina.
Arthan dan Ardhan kedua anak itu selalu saja bertengkar membuat Devina pusing sendiri menghadapinya. Apalagi Arthan yang kalau marah atau kesal pada Ardhan sampai sedikit berlebihan.
Jangan tanya berapa banyak barang yang sudah anak itu hancurkan, mulai dari ponsel, laptop hingga TV yang ada di kamarnya.
"Kasih tau tuh Mi cari cewek yang bener dari dulu kalau cari cewek enggak pernah bener." Kata Ardhan.
"Diem lo." Ketus Arthan.
"Memang pacar Arthan sekarang siapa?" Tanya Devina dengan penuh kelembutan.
"Tania namanya Mi dia baik kok...."
"Baik, tapi centil hobinya nempel sana sini." Kata Ardhan.
"ARDHAN!"
Ardhan hanya mengangkat bahunya acuh lalu mengambil brownis yang ada di meja dan memakannya, mengabaikan perkataan Arthan juga tatapan penuh permusuhannya.
"Dia nih Mi pengkhianat jalan sama Tania." Kata Arthan.
"Lo bener-bener ya? Udah gue bilang gue gak jalan cuman antar dia balik...."
"Basi alasan lo Dhan." Kata Arthan.
"Terserah lo." Kata Ardhan lelah.
"Udah udah jangan ribut terus." Kata Devina lagi.
Arthan masih terlihat emosi dia melempar lagi kembarannya dengan bantal membuat Ardhan yang sedang makan tersedak.
"Arthan jangan gitu sayang." Kata Devina yang langsung memberikan minum untuk anaknya.
"Mau bunuh gue lo ya?!" Maki Ardhan kesal.
Tenggorokannya jadi sakit karena tersedak, dasar Arthan kurang ajar.
"Iya!"
"Arthan jangan ngomong gitu." Kata Devina sambil menghela nafasnya pelan.
"Terserah! Mami memang belain Ardhan terus." Kata Arthan
"Tuh kan kalau lagi kesel pasti gitu." Kata Ardhan jengkel.
"Memang kenyataan ya." Kata Arthan.
Devina memijat pelan dahinya melihat Arthan dan Ardhan yang selalu bertengkar.
"Bisa gak sih kalau kesel sama gue gak usah bawa-bawa Mami?!" Kata Ardhan.
"Udah Ardhan Arthan berhenti nanti Mami bilang ke Papi kalian ya?" Kata Devina yang sudah kesal juga.
Keduanya langsung diam, tapi Arthan masih menatap dengan sengit kembarannya.
"Gak usah buta karena cewek Than masalah gini aja lo besar-besarin! Cewek lo yang memang keganjenan, bukan cuman gue cowok yang pernah antar dia balik kalau posisinya belum mau malam gue juga enggak bakal mau nganterin dia, gini-gini gue masih punya hati Than enggak mungkin biarin cewek di halte sendirian dengan posisi udah mau malam." Kata Ardhan.
Arthan tak menjawab, tapi dia masih menatap dengan tajam kembarannya.
"Gila lo karena cewek centil kayak Tania sampai kayak gini, ada banyak cewek yang mau sama lo Than." Kata Ardhan lagi.
"Udah sayang, sana pada mandi udah sore sebentar lagi malam." Kata Devina berusaha melerai.
"Lo kira gue gak tau? Lo sering beliin ini itu untuk Tania sampai minta uang lebih ke Papi diam-diam, buka mata lo lihat cewek lo kayak mana." Kata Ardhan.
Merasa kesal Ardhan langsung berjalan menjauh dan pergi ke kamarnya meninggalkan Arthan yang diam sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Melihat itu Devina menghela nafasnya pelan dia mendekat dan meminta Arthan untuk duduk lalu memeluknya dengan sayang.
"Udah ah jangan ribut terus sama Ardhan kadang kamu juga harus dengerin kembaran kamu, dia ada benarnya Arthan." Kata Devina.
"Iya memang cuman Ardhan yang bener." Kata Arthan.
"Bukan gitu Arthan, tapi Mami tau semenjak kamu pacaran sekolah kamu terbengkalai sayang, Mami enggak ada bedain kamu sama Ardhan." Kata Devina dengan penuh kelembutan.
Devina menangkup wajah Arthan lalu mengusap pipinya dengan sayang.
"Enggak ada yang bedain kamu dengan Ardhan, memang kalau kamu rusakin hp, tv, atau laptop Mami sama Papi marah? Mami sama Papi itu sayang sama kalian." Kata Devina.
Arthan terdiam sejenak lalu menghela nafasnya pelan dan mengangguk sebagai tanggapan.
"Sekarang ke kamar terus mandi ya? Udah jam enam jangan mandi malam-malam enggak baik." Kata Devina.
Sekali lagi Arthan mengangguk lalu berdiri dan pergi ke kamarnya.
Begitu masuk ke dalam Arthan langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang dia mengeluarkan ponselnya yang ada di saku celana. Pertama kali Arthan melihat pesan mencari pesan dari kekasihnya dan ternyata ada, tapi begitu membacanya pesan itu membuat senyumnya pudar.
Tania❤
Arthann ayo jalan nanti malam
Enggak usah marah terus ihh kalau gitu kita putus aja deh
Ardhan kan cuman antar aku
Kamu ngambekan enggak kayak Ardhan
Tak membalas pesan itu Arthan melempar ponselnya dengan penuh kekesalan tak peduli benda itu akan retak atau gimana. Menghela nafasnya kasar Arthan memejamkan matanya sejenak.
Dia mencintai Tania, tapi kata Ardhan memang benar juga dia sering minta uang tambahan pada Papi nya untuk membelikan sesuatu buat Tania, tapi gadis itu masih sering kali protes padanya. Bangun dari tempat tidurnya Arthan berdiri di dekat cermin dia menyentuh wajahnya dan menatap pantulan dirinya di cermin.
"Gue ganteng, tapi kenapa Tania masih aja deketin cowok lain sih? Bahkan termasuk Ardhan"
Arthan lalu membuka bajunya dan menatap pantulan dirinya di cermin, tubuhnya bagus karena dia rajin olahraga.
"Gue di pelet kali ya? Masa sebucin ini sama Tania ah bodo amat." Kata Arthan lelah.
Arthan lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, sambil menenangkan fikiran dengan berendam air hangat.
Tania, sudah setengah tahun mereka berpacaran.
Kalau di ingat sudah banyak sekali barang yang Arthan berikan mulai dari tas, baju, sepatu dan yang paling parah Arthan pernah membelikan ponsel untuk kekasihnya.
Ah sudahlah Arthan pusing memikirkannya!
°°°°
Arthan dan Ardhan si kembar itu tumbuh dengan penuh kasih sayang. Mereka selalu dimanja oleh kedua orang tuanya sejak kecil.
Keduanya juga selalu berada di satu sekolah yang sama. Sejak kecil mereka memang sering bertengkar dan berdebat, tapi mudah untuk berbaikan hingga di sekolah menengah atas perdebatan semakin sering muncul.
Arthan yang bandel dan Ardhan yang penurut.
Arthan yang pemalas dan Ardhan yang rajin.
Arthan yang playboy dan Ardhan yang anti pacaran.
Semakin lama kepribadian mereka pun semakin berbeda dan perdebatan semakin sering muncul.
Arthan pun semakin emosional dia mudah marah dan tersinggung sangat berbeda dengan Ardhan yang selalu berhasil menahan emosinya.
Terkadang Arthan tidak suka dibandingkan, tapi terkadang dia juga sadar bahwa Ardhan memang jauh lebih baik darinya. Seperti sekarang ketika malam-malam dia memilih pergi keluar untuk hangout bersama teman-teman dan kekasihnya Ardhan memilih diam di rumah.
Ardhan memilih untuk berkutat dengan kumpulan buku-bukunya.
"Arthan pulangnya jangan di atas jam sembilan ya?" Kata Devina sebelum anaknya itu pergi.
"Siap Miii." Kata Arthan.
Tapi, Arthan juga beruntung meskipun sering membedakan orang tuanya tetap sayang dia tidak pernah di marah kalau pergi main ketika malam asalkan tetap tau waktu.
Arthan berjalan keluar rumah dia memakai helm miliknya dan naik ke atas motor scoopy kesayangannya.
Sepanjang perjalanan Arthan mulai berpikir tentang banyaknya perbedaan antara dia dan Ardhan. Wajah mereka cukup mirip, tapi sifat mereka jauh berbeda.
Arthan jelas sayang dengan kembarannya, tapi dia sering merasa kesal dan marah kalau semua orang selalu membandingkannya dengan Ardhan yang memang berbeda dengannya. Sebenarnya Ardhan sangat baik dan perhatian ketika ada tugas karena tau Arthan pasti belum mengerjakan Ardhan akan masuk ke dalam kamar dan melempar bukunya.
'Tuh cepetan salin sambil di baca biar ngerti nanti balikin ke kamar gue'
Terkesan ketus, tapi sangat membantu Arthan gitu-gitu Ardhan sayang dengannya ternyata.
Dua puluh lima menit perjalanan motor Arthan berhenti di salah satu cafe yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah. Selesai memarkirkan motornya Arthan melepas helm miliknya lalu masuk ke dalam sambil mencari yang lainnya.
"Arthan"
Suara gadis yang sangat dia suka Arthan menoleh dia melihat Tania yang melambaikan tangannya membuat Arthan mendekat, tapi senyumnya hilang seketika melihat seseorang yang duduk di samping kekasihnya.
Bima, teman Tania yang juga rivalnya ketika memperebutkan gadis itu.
Dengan wajah muram Arthan menarik kursi cukup kasar dan langsung duduk di samping kanan Tania membuat teman-temannya kini saling pandang. Ada dua teman Arthan di sana yang memang menunggu kedatangannya, mereka juga jengah dengan kehadiran Tania dan Bima.
Tapi, mengusir Tania sama saja mengundang emosi Arthan.
"Ardhan enggak di ajak?" Tanya Tania.
"Bisa enggak jangan tanya orang yang enggak ada di sini?" Tanya Arthan kesal.
Sudah di rumah dia kesal dengan Ardhan sekarang kekasihnya itu malah nambah membuat kesal.
"Aku kan cuman tanya kenapa sih galak banget enggak kayak Ardhan sama Bima." Kata Tania.
"Terserah"
Arthan mengambil minuman dingin yang masih utuh di meja dan meminumnya hingga tersisa setengah.
"Kamu nyebelin sekarang! Udahlah aku pergi aja sama Bima." Kata Tania dengan wajah cemberut.
"Yaudah sana!"
Tania berdecak kesal dan langsung mengajak Bima untuk pergi membuat Arthan mengumpat pelan begitu keduanya pergi.
"Brengsek"
"Hubungan lo udah terlalu toxic Than." Kata Sagala sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Lo di pelet kayaknya Than." Kata Revan dengan tawanya.
Arthan berdecak kesal, tapi memang kayaknya dia di pelet deh.
Aneh banget bisa segila ini karena Tania.
"Gue enggak ngerti sih Than kenapa lo bisa segila ini sama Tania padahal sama yang dulu di kekang aja langsung lo putusin." Kata Sagara
"Tau ah pusing." Kata Arthan.
Keduanya hanya bisa tertawa, tapi jujur sih Arthan bisa dapat cewek yang jauh lebih baik dari Tania bahkan kalau di bandingkan mantan Arthan yang dulu jauh lebih cantik dari Tania.
Bukan hanya lebih cantik, tapi lebih baik juga, memang Arthan buta hanya karena cinta.
Oh iya satu-satunya hal yang bisa membuat Arthan dan Ardhan akur hanya satu.
Zelline Naufa Sebastian.
Adik perempuan mereka satu-satunya. Si cantik yang sangat penurut dan pintar.
Gadis itu selalu mendapat peringkat tiga besar di sekolahnya hingga Zelline berhasil memangkas satu tahun sekolahnya.
Zelline yang seharusnya masih berada di bangku sekolah menengah pertama kini sudah memasuki sma.
Hanya Zelline saja yang bisa membuat kedua Kakaknya akur dan berhenti bertengkar.
Jarak usia mereka tak terlalu jauh.
Zelline sudah memasuki kelas sebelas. Sedangkan kedua Kakaknya sudah memasuki semester kedua perkuliahan.
°°°°
Oke ini di part awal aku kasih pengenalan tokoh dulu yaaaa🥰
Jadi, seperti yang udah aku bilang kemarin cerita ini berfokus pada anak-anak perempuan Devina sama Adara yaaa❣️
Nanti anak perempuan Devina sama Adara ada di satu sekolah yang sama.
Nah kalau Nathan sama Nadhin terus Arthan sama Ardhan mereka ceritanya udah kuliah yaaa🤗
Jadi, ada empat part pengenalan tokoh yang pertama Arthan dan Ardhan terus Nathan sama Nadhin.
Habis itu Zelline dan yang terakhir Naura sama Maura.
Setelah part pengenalan tokoh kita baru masuk ke jalan ceritanya supaya kalian enggak bingung, jadi yang mungkin enggak baca Istri Manja Ziko sama My Possessive Twins enggak bingung bacanya🤗
Happy reading yaa semoga kalian semua suka dengan cerita aku yang baru iniii❣️
"Nadhin udah gue bilang jangan bolos terus!"
Nathan masuk ke dalam kamar Nadhin dan langsung mengomeli kembarannya itu yang sama sekali tidak merasa bersalah setelah tidak masuk di dua mata kuliah.
Jangan tanya Nathan tau dari mana karena pasti temannya yang memberi tau pria itu.
Nathan dan Nadhin tumbuh menjadi anak yang tampan juga cantik. Mereka selalu akur dan jarang bertengkar, tapi Nathan selalu sakit kepala kalau sudah menghadapi kenakalan kembarannya.
Bolos kuliah dan terkadang bertengkar dengan temannya.
Dan Nathan selalu merahasiakan itu semua dari orang tuanya agar Nadhin tidak dimarahi.
"Nadhin!"
Nadhin menghela nafasnya pelan. Dia meletakkan ponselnya di atas ranjang dan menatap kembarannya itu dengan malas.
"Kenapa Nathan?" Tanya Nadhin.
"Bolos kan lo? Kata Nula lo enggak masuk hari ini." Kata Nathan.
Tuh kan benar dugaan Nadhin pasti temannya yang satu itu yang membocorkannya pada Nathan.
"Gue baru bolos sekali di mata kuliah itu Tan." Kata Nadhin.
"Tetep aja lo enggak boleh kayak gitu Nadhin! Gue aduin Mama sama Papa lo nanti." Ancam Nathan.
Nadhin berdecak kesal, "Iya maaf."
"Maaf doang, tapi besok diulangin lagi." Kata Nathan sewot.
"Ya ampun iya Tan enggak lagi, cerewet banget sih." Kata Nadhin.
"Kuliah dulu yang bener, lo ngapain bolos? Kemana? Gue bakal gebukin Adnan kalo dia yang ngajakin lo bolos! Tuh cowok memang selalu ngajarin lo yang enggak bener." Kata Nathan dengan penuh kekesalan.
"Ihhh bukan karena dia." Kata Nadhin dengan cepat.
Nathan menghela nafasnya pelan lalu mencubit kuat pipi gadis itu.
"Sakitttt"
"Ini terakhir kali gue denger lo bolos! Kalo sekali lagi lo kayak gini gue bakal aduin ke Mama sama Papa dan satu lagi Nadhin, jangan pacaran lo masih kecil." Kata Nathan.
"Gue udah gede yaaa udah kuliah." Kata Nadhin sambil memasang wajah cemberutnya.
"Udah gede, tapi masih hobi nonton barbie, pokoknya nurut! Enggak usah pacaran, jangan buat gue mukulin orang yang pacarin lo." Kata Nathan tegas.
"Ya masa gue jomblo teruss." Protes Nadhin.
"Lo masih jomblo aja kuliah lo terbengkalai, gimana kalau punya pacar? Bukan kuliah yang ada lo pacaran tiap hari, nanti malem gue cek lagi HP lo." Kata Nathan.
Setelah mengatakan itu Nathan pergi dan meninggalkan kembarannya yang masih terlihat cemberut karena perkataannya.
Nathan memang menyebalkan!!!
Pria itu selalu saja ikut campur masalah percintaannya. Padahal kan Nadhin juga ingin punya pacar.
Belum lagi yang seperti itu bukan hanya Nathan saja, tapi juga kedua sepupunya yang menyebalkan.
Ya, Arthan dan Ardhan yang sering ikut campur juga selalu berada di kubu yang sama dengan kembarannya.
Ugh menyebalkan!!!
Kini Nadhin mengambil lagi ponselnya dan melihat pesan yang dikirimkan Adnan sebagai balasan.
Adnan :
Din, besok jadi kan?
Gue udah beli tiket nonton dua
Besok gue jemput ya!!!
Wajah Nadhin langsung berubah muram. Kalau begini bagaimana caranya dia bisa pergi keluar bersama Adnan?
Nathan pasti tidak akan mengizinkan lalu pria itu pasti akan memprovokasi Papanya nanti.
Tapi, tidak kali ini dia akan berhasil.
Dia harus berhasil pergi dengan pria yang sudah lama dia sukai!
Nanti Nadhin akan berusaha membujuk Mamanya lalu merengek pada Papanya agar diberikan izin.
Pokoknya Nadhin tidak mau kalah!!!
••••
"Gue enggak mau basa basi! Tujuan gue ngajak lo ketemu untuk ngasih tau lo supaya jauhin kembaran gue!"
Nathan melipat kedua tangannya di dada sambil menatap pria yang kini duduk dihadapannya.
Tanpa sepengetahuan kembarannya Nathan mengajak pria bernama Adnan itu bertemu dan meminta dia untuk menjauhi Nadhin.
Pokoknya Nadhin tidak boleh pacaran!
Tidak untuk sekarang karena Nadhin masih kecil!
"Tan? Serius lo? Nadhin udah kuliah, dia bukan anak kecil lagi." Kata Adnan.
"I don't care! Sekali gue bilang jauhin ya jauhin! Dia bukan cuman kembaran gue, tapi dia juga adek gue dan gue enggak mau dia nangis-nangis karena cinta." Kata Nathan jujur.
"Tapi, gue enggak bakal buat dia nangis Tan." Kata Adnan.
"Tapi, gue enggak percaya, jadi sekali lagi gue bilang jauhin Nadhin." Kata Nathan dengan penuh keseriusan.
"Oke kalau gitu gue bakal tegasin kalau gue enggak akan ngelakuin hal itu." Kata Adnan.
"Jangan mancing emosi gue Adnan Gautama." Kata Nathan sambil menatap pria di hadapannya itu dengan tajam.
"Gue sayang sama Nadhin dan gue enggak mau jauhin dia!" Kata Adnan lagi.
Nathan mengalihkan pandangannya ke arah lain karena merasa kesal.
"Mau lo bawa dua rombongan si Arthan sama Ardhan untuk ngancem gue juga gue enggak bakal mau jauhin Nadhin." Kata Adnan.
Nathan kali ini kembali menatap Adnan dengan mata elangnya. Pria ini sangat keras kepala sekali rupanya.
"Kalau perlu gue sendiri yang bakal izin ke orang tua lo supaya lo enggak bisa nyuruh gue jauhin Nadhin kayak gini." Kata Adnan.
"Apa yang lo mau dari Nadhin? Lo cuman mau manfaatin dia kan?" Tebak Nathan yang malah membuat Adnan tertawa.
"Gue bukan cowok kayak gitu gila." Kata Adnan.
Nathan menghela nafasnya pelan, bukan salahnya bersikap seperti ini karena dulu Nadhin pernah didekati seorang pria yang ternyata hanya menjadikan gadis itu bahan taruhan saja.
Jangan tanya seberapa murkanya Nathan yang langsung memukuli pria itu hingga harus berakhir di rumah sakit.
Jadi, Nathan selalu waspada tiap kali ada yang ingin mendekati adiknya.
Apalagi waktu kejadian itu Nadhin sampai menangis berhari-hari dan mengurung diri di dalam kamar.
Nathan hanya tidak ingin kembarannya mengalami kejadian seperti itu lagi.
"Gue enggak pernah berpikiran untuk manfaatin Nadhin dan untuk apa juga? Yang dari orang tua gue udah banyak Tan." Kata Adnan lagi.
"Apa jaminan lo kalau lo enggak akan nyakitin kembaran gue?" Tanya Nathan dengan alis bertaut.
"Apapun, gue enggak akan larang atau melawan lo kalau lo mau pukulin gue semisal hal itu sampai terjadi." Kata Adnan serius.
"Deket, hanya sebatas itu, tapi gue enggak akan pernah kasih izin untuk pacaran, seenggaknya untuk saat ini." Kata Nathan.
"Oke, gue catet." Kata Adnan.
Kini Nathan mengambil minuman miliknya dan menenggaknya hingga tersisa sedikit.
"Lo macem-macem sama kembaran gue habis lo sama gue." Kata Nathan.
Adnan tertawa sebagai tanggapan lalu mengangguk patuh. Dia juga tidak mungkin macam-macam pada kembaran dari pria itu.
Dia masih sayang nyawa soalnya.
Nathan terlalu menyeramkan.
••••
Nathan keturunan Papa Devano yang posesif.
Nadhin keturunan Mama Adara yang waktu sekolah suka nakal.
Kalau Maura sama Naura gimana ya???
Part selanjutnya masih pengenalan tokoh yaaaa❣️
"Kakak udahhh!"
Zelline berteriak cukup kuat sambil berlari menghampiri kedua Kakaknya yang tengah berhadapan dengan salah satu teman laki-lakinya.
Teman yang mengajak Zelline pergi diam-diam kemarin dan membuat kedua Kakaknya marah besar.
Jika cuman bicara mungkin tidak papa, tapi Arthan sudah memukul Laurent, teman Zelline dengan cukup kuat hingga pria itu tersungkur.
Kedua Kakaknya itu melakukannya di parkiran sekolah dan membuat banyak pasang mata menatap ke arah mereka.
"Kakakkk"
Zelline menarik lengan Arthan agar menjauh.
"Pegangin Dan." Kata Arthan pada kembarannya.
Ardhan kembali menarik tangan Laurent agar berdiri dan Zelline dapat melihat ada luka di sudut bibir pria itu.
Baru saja Arthan akan memukul pria itu lagi Zelline sudah menahannya. Memegangi lengannya sambil menatap Kakak laki-lakinya itu dengan penuh permohonan.
"Awas lo sampe berani ngajakin Zelline jalan diem-diem." Kata Arthan dengan penuh ancaman.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya satpam sekolahan yang mendapat laporan bahwa ada pertengkaran di parkiran sekolah.
"Punya mulut dipake kalo mau ajakin adek gue jalan bilang!" Kata Ardhan sambil mendorong tubuh Laurent hingga terjatuh lagi.
"Hey kalian! Kenapa buat ribut seperti ini?! Sudah semuanya bubar!" Titah pak satpam yang membuat kumpulan siswa yang belum pulang itu langsung bubar.
Zelline menatap Laurent dengan penuh rasa bersalah. Baru saja dia ingin mendekat, tapi Ardhan sudah menahan lengannya.
"Ayo pulang." Kata Ardhan pada adik perempuannya itu.
"Tapi..."
Belum sempat menyelesaikan perkataannya Zelline sudah ditarik menjauh oleh kedua Kakaknya yang membawa dia pergi memasuki mobil.
Mereka memang pergi bersama supir karena si kembar sejak awal memang ingin menemui langsung orang yang sudah mengajak adiknya pergi diam-diam.
Zelline hanya bisa pasrah dan tidak bisa menolak apalagi marah. Dia duduk diam dibelakang dengan sang Kakak yang berada di kedua sisinya.
Sebenarnya kalau hanya jalan saja mungkin mereka tidak akan semarah ini, tapi kemarin Laurent memang sempat memeluknya dan itu sama saja dengan mengajak si kembar bertengkar.
Kalau sudah begini Zelline jadi tidak enak pada Laurent.
"Nurut kalo dibilangin! Kata gue sama Ardhan kan enggak usah pacar-pacaran..."
"Tapi, Zelline enggak pacaran Kak." Kata Zelline pelan.
"Terus pelukan itu apa maksudnya? Lo masih kecil Zel enggak usah pacar-pacaran nanti kalo putus nangis gue sama Arthan yang emosi." Kata Ardhan.
Zelline tak menjawab lagi. Gadis itu diam selama perjalanan pulang dengan wajah cemberut.
Hingga mobil yang mereka naiki berhenti di rumah dan dengan segera Zelline turun dari dalam sana. Gadis itu masuk dengan terburu-buru membuat Arthan dan Ardhan hanya membiarkannya saja.
"Eh udah pulang... Loh Zelline kenapa sayang?" Tanya Devina.
Zelline menggelengkan kepalanya pelan dan langsung pergi menaiki tangga.
Brakkk!
Gadis itu menutup pintu kamarnya cukup kuat dan membuat Devina langsung menatap dua anaknya yang baru saja masuk.
"Kenapa lagi ini sayang?" Tanya Devina.
"Zelline tuh masih kecil udah pacar-pacaran." Kata Arthan.
"Tau, nanti kalo disakitin pacarnya nangis." Tambah Ardhan.
Devina menghela nafasnya pelan, dia jadi teringat kembarannya.
Dulu Devano juga begitu kalau Devina dekat dengan cowok dia pasti langsung ngomel. Dulu cuman percaya sama Ziko aja terus teman-temannya juga.
"Tapi, jangan berlebihan gitu loh marah sama adeknya kasian." Kata Devina mengingatkan.
"Iya Mamiii ini mau nyamperin Zelline dulu." Kata Arthan.
"Awas loh kalian jangan bikin adeknya ngambek dia kalo ngambek semua ikutan kena." Kata Devina.
"Iya Mamiiii cerewet ihh." Kata Ardhan yang membuat Devina menatapnya dengan kesal.
"Ardhan.."
"Hehe iya Mamiii yang paling cantik, ayo Tan." Kata Ardhan sambil mengajak kembarannya itu untuk menghampiri Zelline.
Devina hanya bisa tersenyum sambil menatap kedua anaknya yang sekarang pergi ke atas untuk menghampiri adik mereka.
Kalau boleh jujur masih mending Devano dari pada Arthan dan Ardhan. Kalau dulu Devano masih mengizinkan Devina bertemu dengan pria meskipun dia selalu waspada.
Tapi, kalau Zelline kedua anaknya bahkan tidak mengizinkan adik mereka memiliki teman seorang pria.
Sekarang kembali lagi ke Arthan dan Ardhan yang baru saja memasuki kamar adiknya. Mereka melihat Zelline yang sedang duduk sambil menelungkupkan wajahnya di meja belajar, masih lengkap memakai seragam sekolahnya.
Bahkan tasnya saja belum di lepas.
"Zel"
Zelline tak mau menjawab. Gadis itu terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk.
"Jangan ngambek kenapa kita berdua kan gak salah." Kata Arthan.
Perkataan itu membuat Zelline langsung menatap kedua Kakaknya dengan sebal.
"Sana keluar kalau cuman mau salahin aku." Kata Zelline kesal.
Ardhan tertawa pelan. Dia berjalan mendekat lalu mencubit gemas pipi adiknya.
"Ngambek aja, cepet ganti baju kita beli ice cream sama coklat." Kata Ardhan.
"Enggak..."
"Boleh beli sepuasnya." Kata Arthan menambahkan.
Dan Zelline langsung tersenyum. Dia segera bangun dan melepaskan tasnya.
"Sana Kakak keluar aku siap-siap dulu." Kata Zelline dengan penuh semangat.
Kedua Kakaknya itu tersenyum penuh arti lalu keluar dari dalam kamar Zelline. Memang sangat mudah membujuk Zelline yang tengah merajuk.
Adik mereka itu pecinta ice cream dan coklat.
Dibujuk pakai itu pasti akan langsung mau.
••••
"Papiiiii"
Zelline tersenyum lebar sambil berlari menghampiri Ziko yang baru saja pulang bekerja. Hal itu membuat Ziko tertawa lalu menciumi pipi anaknya itu dengan sayang.
Dia benar-benar sangat memanjakan Zelline sejak anak itu masih kecil dulu. Anak perempuannya itu benar-benar menggemaskan dan sangat mirip dengan Devina.
Bahkan mertuanya saja kalau sudah bertemu dengan Zellina pasti akan langsung memanjakannya.
Karena anak itu memang sangat menggemaskan.
"Mana Kakak kamu?" Tanya Ziko sambil mencubit pelan pipi anaknya.
"Main game di kamar Kak Arthan." Kata Zelline.
Ziko mengangguk singkat, dia menatap anaknya itu dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya.
"Kata Mami tadi Zelline ngambek, kenapa?" Tanya Ziko.
Dan anaknya langsung memasang wajah cemberutnya.
"Kakakk! Mereka tuh nyebelin banget Papiiii." Adu Zelline.
"Kenapa? Sini kasih tau Papi." Kata Ziko sambil mengajak anaknya itu untuk duduk.
Ziko tidak merasa lelah lagi sekarang, dia malah mengajak Zelline untuk menceritakan kekesalannya hari ini.
"Masa tadi Kakak ke sekolah terus mukul temen aku karena dia jalan sama aku kemarin, tapi Zelline memang salah karena enggak izin, tapi kan Papii harusnya Kakak jangan mukul." Kata Zelline dengan bibir mengerucut sebal.
Ziko tersenyum tipis, dia mengusap kepala anak itu dengan sayang.
"Nanti Papi kasih tau Kakak supaya enggak gitu lagi ya?" Kata Ziko.
Zelline langsung mengangguk dengan semangat. Kemudian anak itu memeluk Ziko dari samping.
Untuk beberapa saat Zelline berada dalam pelukan Ziko hingga...
"Mulai deh anak Papii pasti abis ngadu"
Dan Zelline langsung mendongak untuk menatap Arthan yang baru saja keluar bersama dengan Ardhan juga.
"Tuh kan Papiiii"
"Arthan Ardhan enggak boleh gitu ah jangan diledekin adeknya." Kata Ziko menegur.
"Papi harus tau, dia itu udah berani peluk-pelukan sama cowok." Kata Ardhan.
"Ihhhh"
"Eh benar Zelline?" Tanya Ziko yang mulai menunjukkan raut wajah tidak suka.
"Papiiii bukan Zelline, tapi dia yang peluk Zelline." Kata Zelline pelan.
Gadis itu menunduk karena tidak berani menatap wajah Papinya.
"Marahin aja tuh Pi"
Zelline langsung melotot. Dia bangun dan memukuli kedua Kakaknya itu dengan bantal.
"KAKAK ISHHHH"
Rumah Ziko tanpa keributan itu adalah hal yang mustahil untuk terjadi. Setiap hari pasti akan selalu ada keributan.
Yah apalagi kalau Arthan ada di rumah.
Anak itu selalu membuat semua orang rumah kesal sendiri sangking jahilnya.
Dan Zelline yang selalu menjadi korban kejahilan.
••••
Masih pengenalan tokohhh❣️
Next pengenalan tokoh terakhir yaitu Naura dan Maura terus besok kita mulai masuk ke ceritaa yaaaa🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!