Sarah berlari ke sana sini dalam kamar bedakan kecil sebuah asrama yang disediakan perusahaan tempat ia bekerja, sebuah tempat dengan ukuran 5 x 5 dengan satu kamar, satu kamar mandi dan ruang samping yang bisa disebut dapur yang ia gunakan sebagai pantri. kamar bedakan yang terbuat dari lantai kayu membuat suara riuh seakan menggambarkan kepanikan sang penghuni yang kesana kesini.
“cepetan Sar!” teriak Daren
“ntar loe ketinggalan bis!” lanjutnya
Sedang Sarah masih sibuk mempersiapkan pakaian dan beberapa barang penting yang akan dia bawa selama seminggu ia cuti di tempat sang bibi.
“iya gue dah siap, bentar lagi!” teriaknya dari dalam
“Ntar kalau kesorean, loe bakalan dapat bis malam!” ucap Daren lagi yang sudah siap menunggunya di depan dengan suara motor yang sudah menyala.
“iya.. iya..!” Sarah keluar dengan membawa tas besar
“Penerbangan loe jam berapa?” Tanya sarah balik pada Daren
“Ntar jam delapan gue udah cek in, ntar gue telpon loe kalau dah mau berangkat!” Daren membantu Sarah menaikkan tas besarnya ke motor.
“loe janji ya..?” ucap Sarah yang merasa tak rela melepas sang sahabat.
“pasti nyai!” jawab Daren dengan panggilan khasnya.
Bergegas Daren mengendarai motornya menuju terminal karena ia tak ingin sang sahabat ketinggalan bis.
Selama di Perjalanan menuju terminal, Sarah meneteskan air mata. Ia sangat tidak ingin kehilangan sahabat bulenya tersebut, karena selama ini dia hanya memiliki Daren yang sangat memahaminya.
Perjalanan terasa begitu cepat, karena Sarah tak rela berpisah dengan Daren. Entah karena perasaannya yang selalu membuatnya betah bersama Daren, atau memang jarak yang mereka tempuh yang Sarah anggap dekat, tapi waktu seakan begitu singkat hingga akhirnya ia menginjakkan kakinya di terminal perpisahan ia dan Daren.
Ingin rasanya Sarah memeluk Daren, karena mungkin ini adalah kesempatan terakhirnya melihat sang sahabat yang sekaligus orang yang ia sayangi. Tapi Daren seakan tak mempermasalahkan perpisahan mereka. Ia terlihat biasa dan tak mempu memahami isi hati Sarah yang terpatri untuknya.
“cepetan! Nanti loe ketinggalan” ucap Daren menurunkan tas Sarah dan menyuruhnya cepat
Sarah pun berlari menuju loket dan alhasil, Sarah ketinggalan bis sore. Ia pun terpaksa menunggu bis malam.
Karena Daren juga harus pergi, maka malam itu ia menunggu bis sendirian. Padahal seperti biasa sahabatnya itulah yang selalu menemaninya menunggu bis seperti sekarang.
“Huh..” Keluh Sarah menunduk memainkan kedua kakinya.
Rasa bosan dan lelah menyatu, mengiringi perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Sepi sendiri menunggu disana, sedih karena akan berpisah dengan sahabat, dan galau karena harus kembali ke rumah sang tante yang memiliki sebuah rencana yang akhir akhir ini seakan meledakkan kepalanya.
Ting tong! Suara pesan masuk di ponsel miliknya. Sebuah pesan dari lelaki yang tangisi.
‘dah dapat bis?’ Tulis pesan Daren
‘udah, Cuma nunggu bentar lagi baru berangkat’ jawab Sarah
‘Banyak penumpangnya?’ tanya Daren khawatir
‘Cuma gue’ jawab Sarah singkat
‘Hati – Hati!’ jawab Daren
‘iya.. ‘ jawab Sarah malas
‘Gue malas banget pulang’ jawab Sarah lagi
‘Jangan terlalu dipikir!’ jawab Daren
‘Coba aja loe gak balik, gue bakalan pinjam loe’ balas Sarah
‘Gue?’ Tanya Daren
‘iya.. gue pinjam beberapa bulan buat jadi suami gue’ balasnya dengan icon tertawa
‘hahaha.. iya.. gue pasti bantu loe, tapi gimana lagi, masalah loe barengan sama gue harus balik!’ jelasnya
‘iya.. kemana ya gue nyari solusinya?’ jawab Sarah
‘susah nyai, bibi loe memang rada sedikit gila sih.. hahahaha’ jawabnya lengkap dengan icon tertawa lebar
‘loe tau tempat sewa suami gak?’ candanya
Tiba tiba bis malam yang akan Sarah tumpangi datang. Sarah memasuki bis dan mengambil duduk di tengah. Suasana sangat mengerikan, karena malam itu dia hanya sendirian. Seakan seperti sebuah film horor dimana ia akan berakhir menjadi korban penculikan.
‘ntar gue tanya mbah google’ jawab Daren dengan tertawa kembali pada pesannya
‘Serius.. klo gak dapat calon suami dalam bulan bulan ini, gue bakalan dikawinin ma tante gue sama pria yang kemarin gue tunjukin ke loe’ jawabnya
‘hahahha.. gue gak setuju banget loe ma dia!!!’ jawab Daren
‘gue bingung..’ Jawab Sarah
‘loe bilang aja kita pacaran, ntar gue balik ngelamar loe, buat ngulur waktu’ jelas Daren
‘Percuma, tante gue kan tau loe cuma sohib gue’ jelasnya
‘iya sih..’ jawab Daren
‘loe dah cek in ya?’ jawab Sarah
‘iya, tapi delay.. jadi masih lama’ Jawab Daren
----
Sarah menyandarkan dirinya membuat posisi senyaman mungkin karena perjalanan masih jauh, karena dinginnya cuaca malam itu, tanpa ia sadar ia pun terlelap. Perjalanan yang memakan waktu 1 jam, membuatnya lupa dan larut sendiri dalam mimpi.
Seorang lelaki dewasa dengan penampilan kantoran yang begitu rapi menghentikan perjalanan bis yang mencegat di tengah perjalanan. Tampak mobil yang ia tumpangi seperti tak berfungsi. Bis pun perlahan dan berhenti dan lelaki itu memasuki bis tersebut yang terkesan kosong.
Karena lelah menunggu sedari sore, lelaki itu mencoba menyembunyikan tubuhnya di kursi kursi bis tersebut. Ia ingin beristirahat karena lelah akan mobilnya yang mendadak mogok sore itu.
Suara nyaring khas telpon smartphone jadul terdengar membahana membuat Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya.
“Halo..”
“Udah di jalan te” lanjutnya
“Iya.. ntar aja kita omongin itu kalau saya dah dirumah ya..” lanjut Sarah dengan ekspresi begitu malas
“Iya te” Sarah menutup telponnya setelah mendengar ceramah panjang dari sang tante.
“Huh...” suara keluh nafas Sarah kembali terdengar
Dia pun kembali menghubungi Daren
“Di, barusan tante gue telpon lagi” keluhnya pada sang teman
“Terus?”
“Dia ngasih gue waktu sampai bulan depan, kalau gak! bulan depan proses pertemuan dan lamaran bakalan dilaksanakan” suara sedih Sarah sangat terdengar jelas
“Wah.. tante loe gak main main kalau punya rencana buat loe” jawab Daren merasakan kesedihan sarah.
“Gue harus gimana? gue gak mau merit ma tu cowok, loe tau sendiri kan, kalau gue masih punya cita cita buat diri gue sendiri, tapi selain alasan itu, gue memang gak sudi banget merit ma tu orang” keluhnya lagi
“Iya.. gue tau, loe tenang dulu ya..! jangan panik! N jangan mikir yang gak gak ya?” tegas Daren
Lelaki itu merasa takut jika si sahabat akan tidak mampu menahan hidupnya, ia takut Sarah mengambil jalan yang 'tidak tidak'.
“Iya.. ya udah! gue bentar lagi nyampe, ntar kalau dah mau berangkat telpon gue ya!”
Sarah menyadari ada supir bus yang sedang mendengarkan pembicaraannya yang kurang nyaman untuk didengar orang lain.
Saat mendekati tujuannya, Sarah sibuk membenahi tas tasnya karena sebentar lagi ia akan turun. Ia memasukkan syal dan power bank yang masih tersambung dengan ponselnya.
“Saya turun disini pak” pinta Sarah pada supir bis tanpa menyadari, ponsel tersebut lepas dari kabel charger.
Sarah melambaikan tangan pada Yuni yang telah terlihat menunggunya. Bis pun berhenti tepat di depan Yuni.
Melihat adik sepupunya yang menunggu disana. Ia menyerahkan tas miliknya untuk dibawa, ia pun menaiki motor Yuni, berlalu dari sana tanpa menyadari adanya pemumpang lain di bis itu.
Bis pun kembali melanjutkan perjalanan menuju terminal terakhir.
Kriiinggg... kriiiinnggg.. krriiiinnnggg.. suara telpon memekik telinga
Andre yang dari tadi santai melihat perkembangan berita ekonomi melalui tablet miliknya terkejut. Suara telpon itu
berasal dari kursi depan yang beberapa kursi di depannya
Ia melangkah ke depan untuk melihat suara telpon tersebut yang tak henti hentinya berdering. Ia melihat sebuah HP sederhana dan tertulis yang menghubungi dengan nama ‘My man’
Andre membiarkannya. Kemudian HP itu terus berdering, hingga ia tidak tahan dengan suara memekik tersebut dan mematikannya. Tanpa ia sadari, Adre justru memasukkan HP tersebut kedalam saku celananya.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Salam buat kakak kakak pembaca yang baik hati
Semoga cerita ini mampu hadir di hati para kakak semua
Terima kasih jika sudi membaca dan saya sangat berterima kasih banget jika kakak semua menjadikan Novel ini sebagai favorit. H_A
Andre turun di terminal terakhir, disana ia sudah ditunggu oleh Pak Budi, supirnya yang selalu setia mengantarnya.
Hari ini ia mengantar sang kekasih untuk kembali ke ibu kota agar meneruskan penerbangan kembali ke negeri menara Eiflel berada. ia memilih tak menggunakan sang supir karena permintaan sang kekasih yang hanya ingin berdua dengannya.
“pak!” sapa Budi membuka pintu untuknya
“saya sangat lelah pak” ucapnya
“maaf pak! Seharusnya tadi saya jemput saja”
“ahh.. tak apa pak, soalnya kalau nunggu bapak malah lebih lama lagi!” ucapnya menyandarkan diri dan mobil pun meluncur dengan halus. Sehalus cat mahal yang terlihat dari mobil mewah berlambang trisula miliknya. di perjalanan Andre hanya memejamkan mata, lelah tubuh dan benaknya seakan seimbang, menghabiskan waktu bersama selama dua hari memang telah menguras tenaganya untuk memuaskan sang kekasih di kamar mereka. dan lelah batin karena ia belum nememukan jalan keluar untuk masalah yang sedang menghimpitnya
"sayang, apa tidak bisa kita menikah di tahun ini dan kamu tetap kuliah?" tanya Andre lagi pada Susan.
Perempuan itu bersandar dilengan kekasih dan terus menggambar pola pada dada Andre.
"Tidak bisa cinta! kamu tahu sendiri 'kan?" ucapnya manja
Pembicaraan itu seakan seakan membuyarkan semua harapan Andre untuk memperkenalkan Susan sebagai calon istrinya.
Andre semakin ingin menenggelamkan diri di jok belakang mobil mewah yang membawanya menuju apartemen.
Sesampainya di rumah, Andre sangat lelah. Ia langsung merebahkan dirinya di kasur yang telah rapi dan bersih. Ia melupakan semua kejadian hari ini dan ingin membalas rasa lelahnya selama beberapa hari bersama sang kekasih dengan tidur dan tidur.
Berbeda dengan Sarah yang terus mencoba menghubungi ponsel miliknya yang dari tadi sudah tidak aktif lagi. Dia mengingat di bus itu tidak ada siapapun selain dia, jadi sangat tidak ponsel itu hilang atau diambil seseorang disana.
Ia meminta sepupunya untuk kembali ke tempat persimpangan ia turun,
"kemungkinan ponsel itu jatuh disana Yun" ucapnya menuju persimpangan yang kini sangat sepi.
Namun, Sarah hanya menemukan kekecewaan, karena ponsel jadul itu tetap tidak terlihat wujudnya. Sarah terus melihat lihat di sepanjang jalan yang mereka lalui. Berharap bisa menemukannya
Sarah bersikeras ingin menemukan ponsel tersebut karena malam ini Daren pasti akan menghubunginya lagi. Tapi, hingga kembali ke dalam kamarnya, akhir Sarah kecewa, ponsel itu tak bisa ia temukan.
Sarah kembali dengan tangan kosong, Ponsel tua itu telah hilang. Satu satunya alat komunikasi dengan Daren sang sahabat yang dia sayangi atau bisa disebut lelaki yang telah menyentuh hatinya.
Andre terbangun ditengah malam, ia berjalan malas menuju pantri untuk meminum segelas air untuk sekedar menyegarkan tenggorokannya yang kering, ia pun kembali mencoba merebahkan dirinya di sofa. Ia merogoh saku untuk mengambil ponselnya, tapi yang ia temukan bukanlah miliknya. Sebuah Smartphone keluaran tahun pertama, jadul, jelek dan kusam. Sejenak Andre mengingat ponsel tersebut, dan sedetik kemudian, Ia baru teringat ponsel orang lain yang ia temukan di bis tadi.
“ahh.. kok aku jadi pencuri HP orang” tatapnya pada ponsel yang sudah terlihat kusam.
Andre menyalakan kembali ponsel tersebut dan melihat ada banyak pesan masuk dari seseorang bertuliskan ‘My man’.
Tanpa sengaja ia membaca pesan pesan dan obrolan mereka. Terlihat jelas di mata Andre jika My man bukanlah pacar dari gadis pemilik ponsel, melainkan hanya seorang sahabat dari obrolan mereka. Dia terus membaca obrolan dan curhatan perempuan itu tentang desakan keluarganya.
Ia pun kembali melihat galeri foto sang pemilik ponsel, hanya ada beberapa foto yang terkesan dipaksakan karena kamera yang buram, dan beberapa foto yang terlihat cantik yang dikirim dari pesan bernama ‘My man’.
“lucu!” senyumnya melihat foto perempuan itu dengan hidung berwarna merah karena colekan saus.
Andre berpikir sejenak menatap foto foto tersebut,
mungkinkah tuhan mempertemukan ku dengan jalan keluar untuk masalah ku dan Susan? Benak itu terlintas.
Tapi dia kembali meragu, apakah gadis ini akan bersedia atau tidak untuk bekerja sama dengannya.
Akhirnya ia hanya melelapkan diri dalam dinginnya malam, tanpa peduli lagi pada ponsel tersebut.
Sarah kembali mencoba menghubungi telponnya pagi itu.
Aktif! benaknya girang dan panggilan itu diangkat oleh seorang lelaki dengan nada bariton dan terdengar berwibawa.
“Halo, halo..” sapaan Sarah penuh dengan senyuman karena panggilan itu telah dijawab. Hal itu pertanda bawah ponsel itu telah ditemukan seseorang.
“Ya!” Jawab Andre singkat dengan nada rendah
“Maaf ini saya Sarah, pemilik ponsel ini” ucap Sarah dengan semangat
“Ya!” Jawab Andre masih dengan nada rendah & seolah tidak peduli
“Maaf dengan siapa saya bicara?” tanya Sarah sopan
“Andre”Jawabnya sangat cuek dan jutek
Sarah mengerutkan keningnya, suara itu terdengar begitu dingin dan tak bersahabat.
“Boleh saya tau alamat anda, saya ingin mengambil ponsel saya, sebelumnya terima kasih sudah menemukan ponsel saya” karena terlalu senang ia melupakan rasa terima kasih pada lelaki tersebut.
“Nanti saya kirim alamatnya” Jawab Andre lagi
“Terima kasih.. bener bener terima kasih” Ucap Sarah senang
Andre menutup teleponnya. Entah kenapa ia selalu membawa ponsel itu.
Sang supir hanya melirik dari kaca spion depan melihat sang tuan muda tidak menggunakan ponsel yang biasanya ia gunakan, bahkan sekarang menggunakan ponsel usang, jadul dan lusuh.
Andre melirik balik ke arah Pak Budi, sang supir setianya.
“Kenapa pak?” Andre seakan mampu merasakan lirikan sang supir
“Gak papa pak” jawab Pak Budi canggung kembali fokus menyetir
“ponsel saya beda ya?” Singgung Andre tersenyum
Pak Budi hanya melirik kembali dan tersenyum
“Baru ya pak?” dengan tawa ditahan
“Heum!” jawab Andre mengiyakan tidak peduli
Perjalanan pun diteruskan
Andre sibuk dengan pekerjaannya, Ia melupakan HP ‘kecil’ yang ia temukan kemarin dan ponsel itu pun akhirnya mati karena kehabisan baterai.
Sudah dua hari Sarah menunggu pesan dari Andre, tapi tidak ada satu pesan pun yang masuk pada ponsel sepupunya itu. Dia pun beranggapan ponselnya telah diambil oleh lelaki yang kemarin menjawab teleponnya.
"masa sih Yun, HP butut gitu masih ada yang mau? dijual juga gak bisa lho" keluhnya saat duduk bersama
“belum ada pesan juga ya?” tanya Sarah lemas
“Belum kak” Jawab Yuni dengan raut wajah minta maaf
“Ntar anterin aku ke gerai ponsel ya? Mungkin orang itu gak akan balikin” ucap Sarah lemes
“Mungkin ada yg mau sama tu HP kak” Jawab Yuni dengan wajah mengejek ponsel Sarah yang jelas tidak ada yang menginginkannya
Sarah hanya tersenyum kecut. Ia tahu di jaman sekarang jika dijual pun harganya mungkin hanya untuk beli pizza saja tidaklah cukup.
*
Andre menyandarkan dirinya untuk beristirahat siang itu. Ia mengambil dokumen yang dari kemarin belum sempat ia lihat dari dalam tas. Ketika ia mengambil dokumen tersebut. Terlihat ponsel jadul milik Sarah yang masih betah di dalam tas miliknya.
Andre pun baru mengingat bahwa ia harus mengembalikan benda klasik tersebut. Ia mencoba menghidupkannya, tapi sudah tidak bisa. Bergegas ia keluar dan mendatangi beberapa tempat penjualan ponsel dan mengecharge ponsel tersebut.
Andre menyalakan ponsel tersebut dan begitu banyak pesan masuk. Termasuk dari Yuni. nama yang tertulis saat sang pemilik ponsel menghubunginya kemarin. Andre akhirnya menghubungi nomor tersebut dengan nomornya sendiri
“Halo.. maaf apa ini nona Yuni?” tanyanya sopan
“Betul saya sendiri. Maaf dengan sapa ya?” Jawabnya manis
“Saya orang yang kemarin menemukan handphone teman anda” jelasnya
“Oo.. sebentar! itu HP milik Kak Sarah!”
jawabnya ikut merasa senang
“Kaaaakkk...!!” panggil Yuni ke sarah yang sedang berada di dapur
“HP kakak .. tuan HP yang telpon” ucapnya menyerahkan ponsel
“halo!”
“Halo .. maaf beberapa hari ini saya sibuk, jadi lupa untuk mengembalikan HP anda” jelas Andre dengan nada bicara santai
Sejenak Sarah menatap ponsel Yuni mencoba meyakinkan dirinya mendengar suara itu terdengar berbeda dari sebelumnya.
“Gak papa, maaf sebelumnya, bisa saya ambil HP saya?”
“bisa Kita ketemu sore ini di cafe XXXX?” tanyanya
“Dimana itu?” tanya Sarah
Andre mengernyitkan keningnya
Cafe sebesar itu perempuan ini gak mengetahuinya? Benak Andre
“Ya di kota!” Andre masih bingung, Masih ada orang tidak mengetahui cafe sebesar itu
“Oo .. ok! Saya kesana nanti jam 5, gimana?”
“OK!” jawab Andre dan mengakhiri obrolan
“gimana kak?” tanya Yuni yang masih menunggu disana
“nanti jam lima dia kembalikan HP ku... janji ketemuan di cafe XXXX, kamu tau gak itu dimana?” tanyanya lagi
“iiihhh!” wajah Yuni dengan ekspresi ngeri
“kenapa Yun?” tanyanya
“kakak bawa duit ya.. takutnya orangnya minta dibayarin makan disana” jawab Yuni
“gampang!” jawabnya santai
“disitu super mahal kak” jelas Yuni
“heh!!” kini Sarah yang merasa ngeri
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Sore itu matahari bersinar begitu cerah, Andre dengan gagahnya turun dari mobil mewah berwarna hitam. Berjalan menuju cafe tersebut dengan langkah tegap sesuai dengan tubuhnya yang atletis. Ia masih mengenakan setelan jas dan menggunakan kaca mata hitam dan membuat semua wanita yang ia lewati berdecak kagum akan ketampanannya.
Beberapa tamu wanita di cafe tersebut menatap ke arah Andre yang memasuki resto dengan melepas kaca mata miliknya, sejenak ia melihat beberapa wanita, tapi tak terlihat wanita yang membuat janji dengannya.
‘saya akan mengenakan sweeter berwarna navy’ pesan itu tertulis
Meski Sarah tak mengatakan ia mengenakan pakaian apa, Andre pasti bisa mengenali perempuan tersebut karena ia mampu melihatnya di ponsel milik Sarah.
Saat Andre berada di dalam cafe, ia mengedarkan pandangannya, namun bayangan Sarah saja tak terlihat disana. semua perempuan disana bersama pasangan mereka, meski saat ini seolah semua mata tertuju padanya. Akhirnya Andre memutuskan memilih duduk di dekat jendela.
Langkah ragu Sarah memasuki cafe terasa canggung. Bayangan membayar mahal makan disana terlihat jelas. cafe itu begitu besar dan ia pun merasa gugup dengan uang yang bawa hari ini.
Tenang sar! kamu kan bawa ATM! bisik benaknya menguatkan langkahnya memasuki tempat tersebut. meski dengan sedikit gugup.
Dia hanyalah perempuan pinggiran kota yang hanya mampir ke kota besar tersebut jika memiliki keperluan. Ia juga tentu bukan seorang perempuan yang memiliki kemampuan bersantai atau berjalan jalan di tengah ramainya kota dengan segala jajaan barang barang yang tentu disukai setiap wanita. Berkilau, brended, mahal atau booming, semua hal tersebut tak pernah ia ikuti. Ia hanya seseorang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja demi membalas semua jasa para bibi yang telah membantu membesarkannya.
Andre melihat jelas Sarah yang melihat lihat memasuki cafe. Ia mengangkat tangannya pada Sarah dengan menunjukkan ponsel Sarah yang ada di genggamannya
Sarah tersenyum berjalan ke arah Andre, ia tak menyangka jika ponsel itu ditemukan oleh seorang lelaki yang sangat tampan dan terlihat begitu berkelas.
Rasa risih dan rendah diri mulai membuat Sarah ragu untuk duduk satu meja dengan lelaki yang justru terlihat jauh berbeda kelas dengannya.
Bak itik dan angsa! mungkin itulah ungkapan yang saat ini terlihat ketika Sarah mendekat.
“Andre!” sapa Andre mengulurkan tangan dengan wajah datar tanpa ekpresi
“Sarah” jawabnya tersenyum canggung karena seolah semua mata telah menatap ke arah mereka.
Mungkin dalam pandangan semua orang, sangatlah tidak mungkin lelaki tampan itu hanya menunggu seorang perempuan biasa dengan tampilan yang bisa dibilang tak cocok berada disana.
"Silahkan!" Tunjuk Andre pada kursi di depannya
Sarah hanya melihat Andre sebagai pria tampan. Ia tidak mengekpresikan kekaguman pada ketampanannya. Baginya pria tampan hanya enak dipandang bukan dikagumi, karena kebanyakan dari mereka tidak akan pernah menganggap orang orang sepertinya ada.
Di mata Sarah, ia hanya kagum pada sosok yang peduli dengan sesama, seperti Daren yang sangat ramah pada orang orang disekitar mereka yang tak berpunya, meski ia dikagumi wanita karena 'kebuleannya'
Saat ini, Sarah hanya ingin mengambil ponsel miliknya dan berterima kasih. Tapi Andre justru memintanya untuk tinggal sejenak. Bahkan Ia belum mengembalikan ponsel jadul itu pada Sarah karena saat Sarah mendekat padanya, ia bahkan kembali memasukkan ponsel itu dalam saku jas miliknya
“Kamu gak tinggal di kota ini?” Andre mencoba memulai obrolan
“Gak, saya tinggal di luar kota” jelas Sarah
“sorry, aku gak tahu kalau kamu bukan dari daerah sini"
“tak apa, saya yang perlu kok, jadi bukan masalah!”
“Gak usah formal bicaranya, santai aja” Andre tersenyum tipis
Suguhan minuman dingin pun mendatangi mereka. jus itu terlihat menggiurkan saat dahaga Sarah yang begitu kering karena cuaca panas sore itu.
Seberapa mahal ya ni minuman! benaknya bicara saat menikmati tegukan juss itu melalui tenggorokannya.
Sarah meminum jus yang dipesan Andre hingga beberapa tegukan setelah Andre mempersilakan. Ia berjalan lumayan jauh dari halte bis tempat ia turun hingga membuatnya merasa sangatlah haus.
Andre menatap Sarah. perempuan yang terlihat begitu sederhana, bahkan duduk bersama disana seakan tidak cocok untuk mereka berdua. Sarah hanya mengenakan sweeter berwarna navy dan celana jeans. Rambutnya diikat sederhana. Wajahnya pun bahkan hampir tanpa polesan make up, hanya ada sedikit bias dari sisa sisa lipstik yang pudar. Ia mempunyai mata sendu, tatapan matanya seperti sedih, tapi bibirnya seolah seperti tersenyum. Wajah Sarah seperti memiliki misteri baginya, seperti sebuah kesedihan yang tersembunyi dibalik senyum ceria yang dimilikinya.
“Rumah kamu di kota kemarin kamu turun?” Andre memecah kesunyian diantara mereka
“Bukan, disana rumah tante saya”
“Lagi liburan ya?” tanya Andre seakan mencoba menginterogasi
“Cuma berkunjung di waktu cuti”
“Cuti? Kamu kerja?”
“ya, di salah satu pabrik xxxxxx”
Pertanyaan pertanyaan pendek yang membuat suasana seperti sebuah penyidikan.
“Oo...” Andre kembali meminum jus miliknya
“Kamu sendiri?” Tanya sarah
“Sama, aku juga kerja” jawabnya santai
“hmmmm... maaf... Boleh ku minta HP ku?” tanya Sarah ingin segera mengakhiri pertemuan itu
Bukankah ia hanya ingin mengambil ponselnya, tidak lebih dan tidak kurang, tapi sekarang ia justru duduk santai bersama seakan mereka mempunyai janji temu penting.
“O iya, aku lupa” Andre langsung merogoh kantongnya untuk mengeluarkan ponsel milik Sarah
“ini! sudah ku charge” Andre menyerahkan ponsel Sarah dan disambut Sarah dengan kedua tangannya
“Terima kasih banyak karena udah menyimpannya” Sarah melihat kembali HP yang ia terima.
“Kemarin kemarin ponselnya sempat mati. Tapi itu udah ku charge lagi” jelasnya
“Sekali lagi terimakasih...” Sarah membalik tubuhnya memanggil pelayan disana untuk meminta bon
“Gak usah,aku yang traktir!” jawab Andre
“Gak, biar aku yang traktir, sebagai terima kasih karena udah nemuin HP ku” paksa Sarah, ia sendiri juga penasaran dengan harga dua minuman yang mereka nikmati
“gak.. aku memaksa” jawab Andre
“Nomor kamu boleh ku simpan kan?” tanya Andre ragu
Sejenak Sarah melihat ke Andre dengan tatapan menganggap aneh
“tidak boleh?” tanya Andre merasa tatapan Sarah yang mengandung kebingungan
“ah bukan begitu..” jawabnya merasa tak nyaman dengan tatapan penghakiman dari Andre
“boleh dong?” tanyanya lagi
“tentu” senyum Sarah
Buat apa ya nyimpan nomor ku? Benak Sarah bertanya
“kalau begitu aku duluan, nanti takut kemaleman” Sarah ingin mengakhirinya
“tadi naik apa?” tanya Andre
“naik bis” jawabnya
“biar ku antar” tawar Andre
Sarah semakin merasa aneh dengan sikap Andre. lelaki itu tidak mungkin memiliki maksud padanya.
“maaf.. tapi aku gak ingin merepotkan” tolak Sarah sopan
“santai aja” ucapnya mengangkat tangan meminta bon pada pelayan.
“tapi sungguh.. aku bisa pulang sendiri” Sarah tetap menolak
“kalau gitu aku antar kamu ke halte” Andre berdiri dan memberikan dua lembar uang dengan jumlah yang jauh untuk harga dua jus yang ia minum
“kembaliannya buat kamu aja” ucapnya pada sang pelayan
O.. segitu harganya! benak Sarah melihat Andre
“terima kasih tuan” jawab pelayan dengan senyum lebar
“ayo!” ajak Andre merasa tidak canggung pada Sarah dan seakan akan sudah mengenalnya
Mereka pun berjalan keluar meninggalkan cafe.
Andre meminta Sarah memasuki mobilnya
“haltenya cuma di ujung sana” tunjuk Sarah
“aku lewat sana kok” jelas Andre memaksa
Memaksa banget sih ni orang! Benak Sarah mulai tak nyaman
Namun akhirnya dia tetap memasuki mobil mewah tersebut.
Saat di halte, Andre berhenti.
“terima kasih atas semuanya” ucap Sarah
“sama sama ... maaf aku lancang melihat ponselmu” ucap Andre
Sejenak Sarah terdiam.
“ooh.. tak apa.. terima kasih ya” ucapnya kini keluar dari mobil Andre
Sesaat ia melihat ke Andre yang melambaikan tangan padanya
Tipikal sok kenal! Benak Sarah kembali bicara
Dan mobil mewah itu pun meninggalkan Sarah sendiri disana.
Sarah melihat jam yang sudah menunjukkan hampir senja. Ia berharap tidak ketinggalan bis sore. sambil menunggu bis. Sarah pun melihat ponselnya
Ia melonjak terkejut, karena tak ada pesan baru yang masuk, semua pesan telah terbaca.
Gila!!! Tu orang kepoan ternyata! Gumam Sarah dalam hati karena melihat semua pesan yang masuk telah dibuka oleh Andre.
“dia baca gak ya?” ucapan itu keluar tanpa sendirinya
*
Ting!
Pesan masuk pada ponselnya dan tertulis nama Andre
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!