NovelToon NovelToon

Di Antara Perbatasan Senja

Berteman

Pagi itu di salah satu sekolah favorit yang menjadi incaran para siswa yang baru saja menamatkan sekolah menengah pertama mereka terdapat banyak siswa siswi yang berlalu lalang menuju kelas mereka, jam pertama sudah di mulai sejak 7 menit yang lalu namun masih saja ada beberapa anak yang telat.

Arjuna salah satu murid kesayangan para guru jurusan di sekolah itu sudah tidak asing lagi di kalangan para siswa. Banyak guru yang sudah mengenalnya karena kepintarannya dalam menyerap berbagai ilmu yang di berikan guru yang mengajar tentang pelajaran umum maupun guru pembimbing di jurusan itu. Mengambil jurusan di bidang Teknologi Komputer, karena ingin lebih dekat dengan dunia teknologi.

namun hal itu tidak membuat dirinya di sukai dan di kagumi, dia malah mendapat banyak hinaan dan cacian. Pembullyan sudah tidak asing terjadi pada kehidupannya.

Juna sedang berjalan menyusuri lab jurusan Akutansi, dia memang telat hari ini. Dia harus membantu untuk mengerjakan beberapa projects yang dia ikuti. Itung-itung untuk menambah keuangan nya yang sedang menipis.

"Kak Juna" Juna mengentikan langkahnya ketika mendengar ada yang memanggilnya, dia pun menoleh dan mendapati seseorang yang sepertinya junior nya di jurusan yang sama.

"Iya ?"

"Di suruh kak Dion ke lab desain sekarang" Anak itu menjawab sambil menundukkan kepala dan pergi ketika mendapatkan anggukan dari sang senior.

Juna pun mulai melangkahkan kakinya menuju kelas nya, Dion adalah salah satu murid yang populer di sekolah itu yang satu jurusan dengannya, Dia adalah salah satu orang yang paling gemar menindas juna. Tiada hari tanpa menindas begitulah kelakuannya.

"Sudah gw bilang gw ngga suka di persulit" Juna menghentikan langkahnya ketika mendengar suara perempuan yang selalu dia perhatikan. Perempuan yang selalu membuat ulah namun dapat membuatnya jatuh cinta sejak pertama kali melihat perempuan itu.

"kamu harus ikut ke ruang BK, sudah berapa kali telat tapi tidak mau tanggung jawab" Perempuan itu sepertinya sedang di sidak oleh ketua OSIS.

"ribet ya lu, siapa ngatur-ngatur gw, minggir sana."

"Jangan kamu pikir kamu bisa seenaknya ya, kamu jangan memperburuk citra sekolah. Sudah salah tetap harus di beri poin."

"Buset dah jadi orang sok rajin banget sih, pagi-pagi udah mempersulit hidup orang aja. Mending lu minggir jangan sampai gw ngajak lu olahraga di sini".

Jehan ya, siapa yang tidak mengenalnya, hampir satu sekolah mengetahui namanya. Siswa paling nakal yang sering mempersulit sekolahnya namun tak jarang menjadi dambaan dan incaran murid laki-laki tak terkecuali Arjuna.

"lama banget masih ngapain" nah mampus kan tu OSIS mana mampu ngurusin kalau udah begini.

"Tu ketua OSIS dari tadi ngajak ribut, pengen gw jambak aja rasanya"

"ribet lu tinggal trabas aja susah banget, ngga usah banyak bicara buang tenaga aja". Salah satu temannya menyahut. Jehan mempunyai banyak teman cowok tidak di sekolah ini saja tapi di luar sekolah banyak yang menjadi temannya. Salah satu nya ke empat temannya yang sekarang berada di sampingnya. Satu perempuan dan Tiga laki-laki.

"Lu minggir apa gw buat di pecat jadi ketua osis" ketika Arga sudah berbicara siapa yang berani menjawabnya. Salah satu teman jehan yang paling berbahaya sukanya ngajak perang para guru.

"Kalian itu telat, harusnya kalian mempertanggung jawabkan tindakan kalian bukannya se enaknya." ucap sang ketos

"Siapa lu ngatur-ngatur kita" mereka berlima pun masuk tanpa menghiraukan ketos itu berjalan menuju ruangan masing-masing.

"Han lo ke kelas dulu sama gibran, gw mau ke toilet bentar" Jehan berlari tanpa menunggu jawaban dari temannya. Arjuna masih diam saat gadis itu berlari ke arahnya dan menabraknya.

"Ck, siapa lagi sih cari masalah mulu perasaan" Ucap gadis itu sambil berdiri merapikan rok nya

"Maaf, kamu ngga papa" ucap arjuna pelan sambil mencoba membersihkan pakaian gadis itu.

"Ngga usah sentuh gw, lain kali liat-liat dong" gadis itu pun berjalan kembali tanpa menoleh ke arahnya.

Juna hanya diam memperhatikan langkah gadis itu tanpa berani mengejarnya, juna pun akhirnya melanjutkan langkahnya menuju kelas, dia juga ikut telat karena melihat pertengkaran gadis itu bersama ketua OSIS.

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.10 menandakan bahwa waktu istirahat sudah tiba. Para siswa keluar kelas menuju kantin untuk membeli makan dan minum sedangkan Jehan dan kedua temannya berada di kelas sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri.

"Kita ke Lab yuk, ngapain gitu bosen gw jadi anak pendiem kaya gini" Gibran berkata sambil melihat hp nya, memang kita tidak terbiasa se anteng ini. Pasti kalau tidak nyuri buah jambu di sekolah sebelah ya pergi untuk mengotak-atik sistem komputer sekolah. Begitulah kelakuan mereka yang selalu membuat para guru marah. Bahkan pernah mereka ke pergok sedang mengambil buah mangga dan jambu di sekolah sebelah dan berakhir guru sekolah sebelah yang melaporkan mereka ke kepala sekolah.

"Lagi males gw, pengen makan orang"

"serem banget lo je kalau ngomong pengen makan orang terus" Kata Gibran sambil membuka buku nya.

"Hanna sama arga kemana ya, kenapa ngga ke sini" ucap gadis itu sambil berdiri merapikan pakaian nya.

"Mau kemana" Ucap teman mereka yang paling irit bicara di antara mereka ber lima siapa lagi kalau bukan johan. Si cowok paling dingin yang di sukai banyak cewek.

"Keluar, kalian pergi aja kemana, jangan ikut gw"

"Gitu ya lo sekarang ngga mau ajak kita" Ucap gibran

"Bodo" gadis itu pun keluar dari kelas, dia sedang ingin mencari mangsa untuk pelampiasan rasa bosannya.

"Udah berani ya lo sekarang, gw suruh lo ke sini jam berapa kenapa baru ke sini sekarang" mendorong bahu arjuna dengan kasar, siapa lagi jika bukan dion.

"Aku masih ada urusan tadi" Ucap juna sambil menatap dion

" Gw ngga peduli, yang gw mau lo urusin sekarang desain gw. Gara-gara lo gw dapat tugas tambahan".

"Ck sia-sia lu punya tangan, gunanya buat apaan ?" Ucap Jehan sambil melipat tangan di dada. Sepertinya menarik juga membuat masalah dengan kakak senior nya yang sok oke itu.

"Siapa lo ikut campur, anak kelas 10 aja belagu" ucap dion sambil menatap sinis jehan.

"Wah ada juga yang belum kenal sama gw, mau kenalan" ucap jehan sambil tersenyum miring.

"ngga level kenalan sama adek kelas sok jagoan" ucap dion

"lo pikir lo siapa, sombong banget. Udah ngerasa hebat" ucap Jehan

Dion tidak menjawab dan pergi dari hadapan gadis itu, meninggalkan Juna dan Jehan. Jehan menatap laki-laki di depannya yang diam saja ketika di tindas.

"Diem aja kaya ngga punya temen" gadis itu menatap sinis kepada juna yang hanya diam.

"Kamu sudah tau, begitulah aku memang tidak mempunyai teman" ucap juna pelan

"menyedihkan" ucap jehan sambil menatap remeh ke juna.

"Apa kamu mau menjadi temanku" ucap juna pelan, dia tidak tau mengatakan apa. Hanya ucapan itu keluar dari mulutnya. Bisa-bisanya dia berharap kepada gadis itu.

"Apa untungnya kalau gw jadi temen lo" ucap jehan

"Aku tidak tau" ucap juna

"oke, lo bisa jadi temen gw mulai sekarang" ucap jehan, gadis itu pergi begitu saja karena bel sudah berbunyi menandakan istirahat sudah berakhir.

ketika bel pulang sekolah berbunyi mereka ber lima pun keluar, berjalan bersama menuju kantin sekolah. Parkiran sedang sangat ramai, jadi mereka menunggu senggang terlebih dahulu baru pulang.

"Hari ini, kita kumpul yuk kangen gw sama anak-anak" ucap gibran sambil memakan snack yang berada di tangannya.

"Ngga bisa gw, lagi sibuk" ucap hanna, satu-satunya temen perempuan jehan.

"Kalau kalian bertiga gimana" ucap gibran lagi sambil menatap jehan, johan, dan arga.

"Kalian aja gw juga ngga bisa" ucap jehan sambil mengambil tas nya. Dia berjalan menuju motor nya dan memakai jaket hitam nya. Gadis itu memakaikan helm ke kepalanya dan menjalankan motor nya di ikuti oleh teman-temanya.

mereka mengendari motor dengan kecepatan tinggi, membalap kendaraan lain yang berada di depan mereka. Begitulah mereka tiada hari tanpa ngebut.Sedangkan Arjuna saat itu dia sedang berada di kantin membeli makan siang, hari ini dia harus menyelesaikan desain milik dion karena dia membutuhkan banyak uang.

bukan seperti anak lain yang berkecukupan, Arjuna adalah anak yang tidak memiliki orang tua hidup sendirian dengan usaha sendiri. Banyak yang mengatakan kalau orang tua nya membuangnya tapi ntah lah Arjuna sendiri tidak tau.

Di tindas

"Juna" ucap seorang pria yang usia nya setengah baya menghampiri Arjuna.

"maaf ya pak, saya terlambat tadi masih ada pekerjaan di sekolah" ucap juna sambil menunduk.

"tidak apa, kamu bisa membantu bapak mencuci mangkuk. Setelah itu kita lanjut jualannya". Begitulah keseharian juna di lakukan dengan bekerja dan mencari uang, tanpa peduli dengan beberapa teman seusianya yang hidup bebas tanpa beban, dia harus bisa mencari uang untuk kehidupannya sendiri.

"pembeli nya banyak tadi pak ?" ucap juna sambil mencuci mangkuk kotor.

"seperti biasa nak, sepi. Ya wajarlah sekarang penjual bakso ngga cuma bapak, banyak penjual yang bakso nya lebih enak dari buatan bapak". ucap pria setengah baya itu yang sedang mengelap meja.

"kamu sudah makan siang belum, makanlah dulu jika belum".

"tidak pak, juna sudah makan tadi siang" setelah selesai mencuci juna membersihkan tangannya menggunakan serbet. Juna termenung dengan pikirannya, biaya sekolah semakin banyak sedangkan dia bingung harus mencari uang kemana lagi.

"pak" ucap juna pelan

"ada apa, kenapa wajahmu terlihat lelah dan kusut begitu. Kamu sedang ada masalah nak ?"

"tidak pak, juna hanya memikirkan pekerjaan sekolah"

"jika kamu mempunyai banyak tugas, pulang lah nak, biar bapak yang menjaga warung".

"tidak pak, juna bisa membantu bapak sampai tutup, lagi pula tugas sekolah bisa juna kerjakan nanti". ucap juna

🌹🌹🌹

"nak juna ini bakso untuk kamu, nanti jangan bergadang kalau capek istirahat saja dulu" ucap bapak sambil menatap juna.

"iya pak, jika begitu juna pamit dulu"

"iya" ucap bapak sambil memperhatikan juna yang mengambil sepedanya.

kasian juga anak itu, harus menanggung beban sendirian, padahal mungkin jika itu orang lain mereka tidak akan se tabah juna menerima takdir. Atau mungkin malah akan mengatakan jika tuhan tidak adil, namun anak itu tetap melapangkan hatinya. Berusaha menerima takdir yang di berikan tuhan kepadanya dan mencoba menjalaninya.

saat sudah sampai di rumahnya yang sederhana, juna pun menuntun sepedanya menuju pintu rumah, membuka pintu yang terkunci dan masuk ke dalam. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mandi, setelah itu melaksanakan shalat isha. Juna berdoa kepada tuhan betapa dia bersyukurnya hari ini.

"terimakasih atas segala nikmat yang engkau beri hari ini ya allah, terimakasih karena sampai saat ini juna masih tinggal di tempat yang nyaman, masih bisa makan makanan yang enak, masih bisa melihat indahnya dunia. Kuatkan bahu juna untuk bisa lebih kuat menghadapi kerasnya kehidupan ya allah".

tak lupa dia menyematkan nama perempuan yang dia suka, mendoakan yang terbaik untuk perempuan itu. Juna tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta, karena sejak dulu fokusnya hanya bisa sekolah di sekolah yang dia incar.

setelah selesai beribadah dia berjalan menuju dapur, membuka bungkusan bakso itu, hampir setiap malam dia makan bakso karena memang setiap dia bekerja dia di beri satu bungkus bakso untuk makan malamnya, terkadang juna juga membantu penjual nasi goreng, sate ayam, dan masih banyak lagi. Semua dia kerjakan demi memenuhi kebutuhannya.

dia mengambil tas yang berada di sampingnya dan mulai mengerjakan tugas sekolah hari ini, dia tidak ingin menunda pekerjaan selelah apapun badannya. Dia akan tetap menyelesaikannya.

"hem, bukannya harusnya jawaban nya begini ya. Apa aku yang tidak memperhatikan penjelasan guru tadi" juna mencoba mengingat penjelasan gurunya tadi siang, memang terkadang dia sedikit sulit untuk bisa berkonsentrasi berfikir. Setelah beberapa jam berkutat dengan bolpoin dan buku yang berada di genggamannya, akhirnya juna menutup buku itu. Jam sudah menunjukkan pukul 23.15 waktunya untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Pagi harinya, juna bersiap untuk berangkat ke sekolah, dia mengayuh sepedanya menuju tempat dimana sekolahnya berada, dia selalu berangkat pagi karena memang dia orang yang disiplin apalagi dia naik sepeda jadi harus sampai di sekolah tepat waktu.

saat di jalan dia melihat seorang pria paruh baya yang ingin menyebrang dia pun mengehentikan sepedanya dan membantu kakek itu untuk menyebrang.

"terima kasih ya nak, sudah menolong kakek" ucap sang kakek yang punggungnya sudah sedikit membungkuk itu, penampilan nya pun kusut.

"kakek dari mana ?" ucap juna sambil memperhatikan sang kakek.

"kakek habis menjual barang bekas, kakek sekarang ingin mencari barang bekas lagi nak"

"kakek istirahat saja, jangan terlalu lelah kek" juna kasihan melihat kakek itu, disaat umurnya yang sudah tua tetap bekerja keras, padahal seharusnya kakek itu beristirahat dan menjaga kesehatan tubuhnya.

"iya nak, ya sudah kakek pergi dulu ya" ucap kakek itu.

"sebentar kek" juna merogoh tas nya dan mengambil beberapa lembar uang, lalu memberikannya pada kakek tua itu.

"ini kek, rezeki untuk kakek. Ini memang tidak banyak tapi semoga cukup untuk membeli makanan kakek hari ini" sebenarnya itu uang saku juna hari ini, namun dia tidak akan tega melihat kakek ini bekerja dalam kondisi lapar.

"tidak perlu nak"

"jangan di tolak kek, juna ikhlas memberikannya untuk kakek, jika begitu juna permisi dulu ya kek, doakan yang baik untuk juna hari ini".

"baiklah semoga tuhan memberkatimu nak" ucap sang kakek sambil mengelus kepala juna.

juna pun berjalan kembali menuju di mana sepedanya berada, mengayuh kan pedal sepedanya melaju menuju sekolah. Saat sudah tiba di sekolah juna melihat ada dion dan teman-temannya sedang berada di parkiran, memang hari sudah cukup siang karena tadi waktu juna terpotong untuk membantu kakek tua yang dia temui.

juna pun menuntun sepedanya di parkiran paling belakang, saat melewati rombongan dion juna pun di hadang oleh dion dan teman-temannya.

"apa sih yang bisa lo banggain dari diri lo, apa sama sekali ngga ada yang unggul dari diri lo" ucap dion dengan pandangan mengejek. Juna sendiri hanya diam tanpa berniat menjawab dia kembali menuntun sepedanya namun saat dia akan melangkah dia merasa sepedanya di tarik.

dia pun terjatuh bersama sepedanya lalu tanpa perasaan dion dan teman-temannya menendang sepeda itu sampai terlempar mengenaskan.

"sampah aja di bawa ke sini, ngga pantes tau ngga" ucap salah satu temen dion. Juna pun ingin berdiri mengambil sepedanya namun terduduk kembali saat tangan nya di injak dengan kuat oleh dion.

Saat juna ingin berontak tiba-tiba tangan nya terlepas dan dia dapat melihat dion terjatuh sambil mengusap bibirnya yang berdarah dan mukanya yang kotor.

"DASAR BINATANG KALIAN SEMUA"

arjuna mengenal suara itu, dia pun mendongak dan mendapati jehan sedang berdiri dengan muka yang terlihat tenang namun dengan tatapan mata yang tajam.

"Siapa kalian sampai berani menindas orang lain hah" jehan memang tidak suka penindasan, siapa pun yang berani menindas orang lain dan jehan melihatnya maka jangan harap dia akan tinggal diam.

"memalukan nama baik sekolah cih" gadis itu berdiri sambil melepas sarung tangan yang terpasang di telapak tangan gadis itu.

"lu lagi, bisa ngga sih ngga usah ikut campur urusan gw. Lo siapa nya si cunguk ini hah sampai segitunya ngebelain".

"apa urusannya sama lo heh, mending kalian keluar aja dari sekolah ini daripada jadi sampah yang bikin sekolah jadi buruk" perempuan itu masih belum puas, inggin rasanya dia memberikan pelajaran ke mereka semua.

"sombong banget adek kelas, apa perlu gw beli ini sekolah trus gw keluarin lo dan pacar lo yang kampungan ini" ucap dion sambil memandang jijik ke arah jehan.

Arjuna hanya diam, memang dia bisa apa, mau berontak pun percuma dia akan tetap di tindas. Mau berontak atau pun diam akan sama-sama merugikannya.

"APA PERLU GW BELI MULUT LO, TRUS GW BUANG KE LAUT" gadis itu menatap tajam ke arah dion, berani sekali laki-laki itu mengatakan sesuatu yang mengusik harga dirinya. Bahkan berani meremehkannya dengan tatapan nya itu.

"BRAK"

jehan semakin marah melihat laki-laki yang sudah dia anggap musuhnya itu menendang tubuh juna hingga laki-laki itu berpindah tempat.

"Kurang ajar ya lo, manusia apa bukan sih hah" karena sudah kesal jehan pun melempar helm nya ke arah dion berdiri dan mengenai kepala laki-laki itu. Tanpa menunggu waktu jehan menghampiri juna yang kepalanya sudah mengeluarkan darah dan membantu laki-laki itu berdiri.

mencari tempat yang sepi jehan lebih memilih pergi ke kantin, dia melepaskan tas nya dan mengambil sesuatu. Juna dapat melihat bahwa gadis itu mengambil obat yang di tata rapi di kotak p3k.

"udah pernah gw bilang kalau di tindas itu jangan diam aja" gadis itu mengomel sambil menuangkan rivanol ke kapas.

"aku juga ingin membalas mereka tapi aku bisa apa, aku hanya orang rendah yang tidak akan bisa berbuat apa-apa" ucap juna sambil menahan perih di wajahnya.

Papa pulang

"aku juga ingin membalas mereka tapi aku bisa apa, aku hanya orang rendah yang tidak akan bisa berbuat apa-apa" ucap Juna sambil menahan perih di wajahnya.

"Kenapa ngomong kaya gitu, semakin lo diam semakin sering lo ditindas" ucap Jehan sambil mengambil obat merah.

"kekuasaan akan mengalahkan segalanya, dan aku yang tidak punya kuasa apa-apa bisa apa?"

"menyedihkan, ogah sebenarnya gw punya temen lemah kaya lo, tapi ya udah lah gw ngga rela juga ngelihat orang-orang memperlakukan lo dengan seenak mereka. Mulai sekarang jangan menjauh dari gw". gadis itu pun menata kembali obat nya dan menyimpan dalam tas nya.

"apa kamu beneran mau temenan sama aku?" ucap Juna, laki-laki itu ragu dan tidak percaya diri bagaimana bisa seorang jehan yang pemilih itu menerima nya menjadi teman. padahal banyak yang mencaci nya bahkan tidak ingin berdekatan dengannya.

"hey kakak senior, aku sudah mengatakan kalau aku mau menjadi temanmu apa itu masih kurang jelas" gadis itu mulai merubah kata-kata nya menjadi lebih sopan. Ya begitulah Jehan dia akan bersikap berbeda kepada teman-temannya.

"kenapa sekarang jadi aku kamu, tadi gw lo" ucap Juna pelan.

"ck, terserah gw lah" sebenarnya Jehan memang begitu, sikap sanggarnya hanya benteng. Saat Jehan ingin berdiri dia mendengar suara sesuatu yang ternyata berasal dari perut laki-laki itu.

"lapar ?" ucap Jehan sambil melihat laki-laki di sampingnya.

"hem" Juna hanya menanggapi dengan anggukan, memang laki-laki itu belum sarapan, uang untuk beli makan pun sudah dia berikan kepada bapak paruh baya tadi.

"pesen makanan sana" ucap Jehan sambil memainkan ponselnya.

"tidak, nanti saja" ucap Juna sambil menundukkan kepalanya.

Jehan berdiri menuju ke arah kantin depan dia memesan nasi dan es teh, lalu mengambil beberapa snack. Ketika semua yang dia perlukan sudah siap dia pun membawa semua nya ke tempat Juna duduk.

"nih, dimakan dulu. Jangan suka nunda makan. Trus ini snack nya buat kamu semuanya aja. Aku mau cabut dulu" gadis itu pun pergi tanpa menunggu jawaban dari Juna. Dia ada praktek hari ini jadi tidak bisa menemani laki-laki itu makan.

Juna hanya tersenyum dia bukan nya menunda makan, hanya saja dia tidak yakin uang nya akan cukup, sepertinya dia harus mengambil uang tabungannya untuk membayar itu semua. Juna pun mulai menyuapkan nasi itu ke mulutnya. Tangannya masih terasa perih karena di injak oleh dion tadi jadi dia makan dengan gerakan pelan. Setelah menghabiskan sarapannya juna pun berdiri dan melangkah menuju ke depan.

"bu, total nya berapa ya, makanan dan snack yang di ambil perempuan tadi ?" tanya Juna sambil mengambil uang di dompetnya.

"oh yang diambil sama mba Jehan ya, udah di bayar tadi sama mbak Jehan nya" ucap sang ibu kantin sambil tersenyum ke arah Juna.

"udah di bayar bu ?" tanya Juna memastikan

"iya udah di bayar"

"ya sudah bu jika begitu" akhirnya Juna pun pergi meninggalkan kantin, dia heran kenapa gadis itu membayar makanannya dia tidak meminta untuk di belikan makanan. Juna pun melangkah menuju kelas nya. Dia yakin akan mendapat panggilan dari guru BK setelah ini karena telat masuk kelas.

🌿🌿🌿

"Jehan" Jehan menoleh ketika mendengar ada yang memanggilnya.

"kak Juna" gadis itu pun meletakkan es yang berada di gelas kaca yang dia minum.

"belum pulang ?" ucap jehan, gadis itu menatap luka di pelipis arjuna.

"belum, tadi kenapa di bayar. Padahal aku ngga minta lo" ucap Juna sambil mengambil duduk di depan gadis yang dia sukai itu.

"ngga papa, aku iklhas kok. Itu luka nya gimana, masih sakit ?" Juna hanya tersenyum, tidak pernah dalam hidupnya di khawatirkan oleh orang lain. Jadi ketika mendapat perhatian kecil seperti ini dia merasa terharu.

"sudah tidak apa-apa, tadi juga udah kamu obati. Pasti akan cepat sembuh". Gadis itu hanya mengangguk meminum kembali minumannya, dia sedang menunggu Gibran dan Hanna yang sedang ada pelajaran tambahan. Sedangkan Johan dan Arga pulang duluan karena sedang ada kepentingan.

"sepeda kamu.." saat Jehan ingin mengucapkan sesuatu Juna lebih dulu memotongnya.

"tidak apa-apa nanti aku benerin aja" ucap Juna sambil mengambil minuman dingin di kulkas.

lagi-lagi Jehan mengangguk, sejenak suasana berubah hening, Juna yang bingung ingin bicara apa. Dan Jehan yang memang malas bicara.

"weh, siapa nih. Tumben deket sama cowok. Pacarnya Jehan ya kak ?" Tiba-tiba Hanna dan Gibran datang sambil menatap ke arah Juna dan Jehan.

"udah lama nunggu nya Je" ucap Hanna sambil duduk di depan Jehan, sedangkan Gibran berada di depan Juna sambil terus menatap wajah Arjuna tanpa berkedip.

"buat gw yang nggak suka menunggu jelas lama" ucap Jehan sinis

"trus ngapain lo tunggu" ucap Hanna sambil menerima minuman dingin dan bakso yang dia pesan.

"mau ngga Bran" ucap Hanna yang di acuhkan oleh Gibran. Cowok itu terus menatap Juna.

"lu ngapain anjir natap kak Juna kaya gitu" ucap Jehan

"oh Juna namanya, siapanya lo" tanya Gibran

"dasar kepo, udah yuk balik"

"tunggu dulu lah je, orang baru pesen makan nih main pulang aja" ucap Hanna sambil mempercepat makan nya. Setelah makanan Hanna tandas mereka pun mulai berdiri dan memakai jaket serta sarung tangan. Dan pergi meninggalkan Juna sendirian.

Juna memperhatikan Jehan dan teman-temannya yang sudah hilang di balik pagar. Laki-laki itu pun berdiri dan membayar minuman yang dia ambil. Ada masalah baru sekarang. Sepedanya rusak jadi dia harus membawa nya ke bengkel untuk di perbaiki.

saat Juna sampai di tempat dimana dia memarkirkan sepedanya. Dia terkejut sampai mengerjapkan matanya, bukannya terkejut melihat kondisi sepeda nya yang mengenaskan seperti tadi lagi, namun terkejut karena sepedanya yang tadinya perlu perbaikan sudah kembali seperti semua tanpa lecet sekalipun. Bahkan pedal nya tadi yang copot sudah terpasang dengan rapi. Siapa yang memperbaikinya, apakah dia sedang salah lihat. Namun tidak itu benar sepedanya, karena hanya dia yang bersekolah naik sepeda. Apakah sepeda anak ibu kantin tapi tidak mungkin itu jelas persis seperti sepedanya.

Arjuna pun menaiki sepeda itu, dia sangat berterimakasih dengan orang baik yang memperbaiki sepedanya. Siapa pun itu Juna benar-benar berterimakasih.

🌹🌹🌹

"Jehan" Jehan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara yang sangat dia rindukan.

"papa" ucap Jehan pelan

"Sini nak" dengan semangat Jehan pun menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di kursi meja makan.

"papa pulang, astaga Je seneng papa udah pulang lagi ke Indo" ucap Jehan sambil mencium pipi orang tuanya.

"memang Je, papa kamu itu terlalu sibuk sama pekerjaan nya sehingga pulang aja dua bulan sekali" ucap mama sambil mengupas buah.

"tau ni papa, ternyata pekerjaan lebih penting dari keluarga sendiri."

"ngga gitu sayang, ya udah papa salah papa minta maaf. Kamu duduk dulu gih. Udah makan siang belum ?"

"belum, Je ngga laper, Je mau ke kamar aja dulu. Mau mandi gerah banget dari luar."

"ya udah kamu mandi dulu aja nak, trus habis itu turun makan dulu. Apa kamu ambil roti bawa ke atas."

"iya mah" Jehan pun mengambil satu piring kecil dan mengambil roti bakar dengan selai Blueberry. lalu menuang minuman dingin ke dalam gelas. Dan membawa ke kamarnya.

"Je ke kamar dulu ya mah pa" ucap Jehan sambil naik ke atas

"Iya" ucap mama dan papa nya sambil tersenyum ke arahnya.

Jehan adalah putri satu-satunya dari keluarga Dawson, mempunyai satu kakak laki-laki yang juga sedang mengerjakan bisnis nya di luar Negeri. Sangat dekat dengan kakak nya membuatnya cenderung berteman dengan banyak laki-laki. Jehan adalah gadis baik dan cantik yang tidak suka sesuatu yang rumit atau membuat kepalanya sakit. Sedikit bar-bar dan masih sulit untuk bisa mengontrol emosi. Padahal papa dan kakak nya terkenal dingin dan tenang. namun berbeda dengan Jehan yang terkadang masih sedikit sulit mengendalikan emosinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!