NovelToon NovelToon

Do Not Leave Me

Bab 1 | Transmigrasi

"Mak lampir lu hati-hati dong!!"

Nina menarik ujung almamater Rey. "Kak, a-aku nggak apa-apa," ucapnya.

Rey menatap ke arah perempuan itu. Ia menghela nafas dan merubah tatapannya menjadi lembut. "Lu jangan terlalu baik sama tuh cewek, bukan cewek tapi mak lampir!" Tukasnya.

Soya menatap mereka dengan malas sambil bergelayut manja di lengan Relvan. "Apa sih? lebay banget!! Cuma ketumpahan gitu doang, tinggal di lap apa susahnya?" Celetuknya.

Relvan menyentak tangan Soya yang merangkul tangannya, ia sungguh merasa risih. "Ck. Jauh - jauh lu dari gue!" Sentaknya, namun Soya tak perduli. Ia kembali bergelayut di lengan cowok itu.

"Gak tau diri banget lu! Minta maaf kek gitu!" Sergah Angga.

"Gak merasa bersalah banget!" Timpal Rizhan.

"Heh, bocil gak usah ikut-ikutan! Pulang sono lu minum susu!" Ucap Soya. Ia menatap ke arah Relvan sok imut. "Sayang, nanti temenin aku ke mall y-"

Pluk!

Azriella seketika menutup buku yang dibaca oleh temannya itu. Sintia, gadis itu nampak tersentak ketika novel yang ia baca tiba-tiba ditutup oleh seseorang, ia sontak menatap orang itu dengan cemberut.

"Ih gue kan belum selesai bacain nih cerita buat lu," rengeknya.

Azriella memandang Sintia dengan malas. "Cerita apa sih yang elu bacain itu?" Tanyanya.

Pura-pura tidak tahu saja, jujur ia sudah bosan dibacakan cerita tak jelas oleh temannya itu. Pertanyaan itu membuat Sintia menatap Azriella dengan antusias.

"Novel romansa, gue rekomendasi buat lu. Happy ending buat tokoh utamanya. Pokoknya lu harus baca!!" Ia nampak memaksa Azriella membaca bukunya.

"Gak ah," tolak Azriella, sungguh ia geli membaca novel percintaan seperti itu. Jangan mengira ia tidak normal ya, ia masih normal kok. Masih suka dengan lawan jenis. Cuma belum waktunya aja.

"Ah lu gak asik! Gue mau mogok makan deh kalau kayak gitu!"

Sintia malah mengancam Azriella, membuatnya mau tak mau harus menuruti perkataan Sintia. Sebenarnya ia bisa saja mengabaikan temannya itu, namun kemarin Sintia sempat nekat mogok makan hanya karena ia menolak menginap di rumahnya. Alhasil, Azriella lagi yang dihubungi oleh mama temannya itu.

Sialan banget punya temen kayak gini! Untung sayang.

Sekarang sudah bisa ia tebak, jika ia menolak maka Sintia beneran akan mogok makan. Azriella nampak menghela nafas panjang.

"Iya deh, entar gue baca," sahutnya rada tak ikhlas. Bibir yang tadinya cemberut kini tergantikan dengan lekuk senyum, Sintia menatap Azriella.

"Deal? Gak boleh bo'ong." Sintia memicingkan matanya membuat Azriella mengangguk sedikit malas.

Melihat respon tersebut, Sintia langsung memasukan buku itu ke dalam tas nya tanpa Azriella perintah. Wajahnya terlihat sumringah, bahagia sekali nampaknya.

Azriella tak mencegah, ia membiarkan nya saja. Terserah lah, suka-suka Sintia.

Mereka semua terdiam kala dosen memasuki ruangan. Dan kemudian pembelajaran pun dimulai.

Tak terasa jam pulang sudah tiba. Azriella membereskan buku-bukunya yang berada di atas meja, ia meraih tas dan berjalan keluar kelas beriringan dengan Sintia.

Mereka berpisah di teras kelas, karena ia masih ada kegiatan hari ini jadi akan pulang terlambat. Sintia melambaikan tangan ke arahnya.

"Bye-bye! Jangan lupa dibaca! Awas enggak!"

Azriella mendecakkan lidah. "Iya Tia. Lu udah puluhan kali ngingetin gue," keluhnya.

Sintia nyengir lebar dan berlalu pergi. Azriella memandangi punggung temannya yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Pagi, di sebuah ruangan tepatnya di kelas XI-IPS1 masih terdengar ramai layaknya pasar tradisional padahal bel masuk sudah berbunyi sedari tadi menandakan jam pembelajaran sudah berlangsung.

Sebagian murid sangat bersemangat, sisanya terlihat loyo, letih, lesu karena pagi ini adalah jadwal pelajaran matematika.

Untung saja guru matematika memberi tahu ketua kelas bahwa beliau akan datang terlambat jadi mereka masih ada waktu bersantai walau sebentar. Tapi tak berselang lama terdengar langkah kaki seseorang menuju kelas.

Tap

Tap

Tap

Bunyi ketukan sepatu tersebut membuat suasana yang tadinya ramai kini menjadi senyap dan sedikit tegang.

krieettt...

Suara deritan pintu terbuka. Mereka menelan saliva ketika melihat siapa yang memasuki kelas, guru killer di Global Internasional Boarding School atau GIBS. Nama beliau Bapak Ajun.

Kehadirannya pun tak jarang para siswa deg-degan, lemas dan berkeringat dingin. Sungguh mengerikan sekali auranya.

"Pagi anak anak!" Ucap Pak Ajun.

"Pagi, Pak!" Jawab semua murid serempak kecuali satu orang di antara mereka.

"Maaf Bapak terlambat karena tadi ada urusan penting, dan mari kita sambung pembelajaran Minggu kemarin," sambung Pak Ajun sambil mengembangkan senyum manis tapi tidak bagi mereka karena itu pertanda ada kejutan pahit di pembelajaran kali ini

Apa lagi 'kan kalau bukan tugas??

"Psst.. Sya, bangun!"

Salah satu murid berbisik seraya membangunkan temannya yang sedang tertidur. Ini masih pagi tapi sudah mengantuk, apa orang ini tadi malam tidak tidur?

Tak ada sahutan sama sekali, ia merasa heran dan mencoba membangunkannya sekali lagi. "Oi Sya! bangun dulu. Itu Pak Ajun udah masuk entar lu malah kena hukum lagi," bisiknya pelan.

"Lu kenapa dah se pagi ini udah tidur, begadang ya?"

Masih tak ada respon apapun. Murid itu memukul pelan lengan orang tersebut, tak bergerak? Apa kah dia--

Ia seketik menggelengkan kepalanya, guna menepis pikiran gelap yang sempat terlintas. Mustahil 'kan anak ini tiba-tiba tak bernyawa? Masih sibuk dengan pikirannya, tiba tiba ia dikagetkan oleh suara seseorang.

"Itu yang tidur dibelakang siapa?"

Suara lantang Pak Ajun menggema di dalam ruangan, suasana hening tersebut menambah kesan mencekam di dalam kelas.

Tak ada yang menjawab pertanyaan itu . Pak Ajun yang geram pun segera berjalan menghampiri murid yang sedang tertidur itu.

Brak!

Gebrakan meja mengagetkan semuanya tak terkecuali murid perempuan yang tengah terlelap itu.

*Azriella POV

Aku tersentak kaget dan reflek berdiri, kepala ku terasa pusing karena tiba tiba saja terbangun dan beranjak dari tidur. Suara gebrakan meja masih menggema ditelinga, deru nafas ku tak beraturan ditambah jantung ku yang berdetak sangat cepat.

Dengan rakus aku menghirup oksigen di sekitar sembari menetralkan detak jantung. Mata ku menilik ke sekeliling, hening. Aku mengernyit heran ketika semua mata tertuju pada ku.

Mataku mengamati wajah mereka satu persatu. Alisku mengerut, aku tak mengenali wajah mereka semua yang kini terlihat memakai seragam SMA.

hah?!

Otak ku seketika mendadak linglung.

Sebenarnya apa yang terjadi?

*Azriella POV end

................

Semua mata masih tertuju pada Azriella yang masih melamun, mencerna apa yang baru saja terjadi pada dirinya.

"....SYA"

"RISYA!"

Suara bentakan tersebut sontak membuyarkan lamunan Azriella. Gadis itu terlihat bingung dengan situasi yang ada, apakah ia mimpi? Apakah ia masih tertidur?

"Hah?" Ia terlihat cengo sambil memiringkan kepala. Bukan kah nama dia Azriella mengapa jadi Risya, apa Bapak-bapak itu salah sebut nama??

Atau mungkin salah orang?

"Kenapa kamu tidur di jam pelajaran saya?" Tanya Pak Ajun dengan garang sambil melototkan matanya.

"Hah?" Azriella masih seperti orang linglung. Suaranya pun terdengar aneh sekarang. Eh?! Suaranya... kenapa berubah?!

"Hah, hoh, hah, hoh! kamu ini kayak tukang keong!" Celetuk Pak Ajun.

Mereka yang mendengar itu ingin tertawa tapi ditahan takut dihukum oleh Bapak galak itu.

"Saya pak?"

"Bukan! Tukang bakso depan sekolah!"

"Eh..hehe m-maaf, pak!" Azriella nampak cengengesan imut.

Ia mengerjap bingung, merasa tak nyaman dengan situasi ini karena hampir seluruh pasang mata di kelas ini memandang ke arahnya.

"Ya sudah! Cepat sana kamu cuci muka dulu sebelum saya yang nyuciin muka kamu!!"

Mendengar ucapan itu Azriella langsung berlari keluar kelas mencari toilet. Masa bodo dengan omelan yang akan diterimanya nanti, itu akan menjadi urusan belakangan.

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...tbc...

Bab 2 | Novel

Novel dengan judul "Give Me Love" ini menceritakan tentang seorang anak beasiswa cantik yang tiba-tiba harus berurusan dengan ketua geng motor yang dingin membuatnya tak bisa lepas dari masalah yang ada.

Karena pertemuan gadis itu saat masuk SMA kala ia tak sengaja menumpahkan minuman ke baju lelaki berwajah dingin, membuatnya harus berurusan dan menjadi babu lelaki itu selama tiga puluh hari sampai akhirnya cinta menyatukan mereka berdua.

Kisah cinta mereka tak berjalan mulus, karena ada tokoh ketiga di antara mereka yang terus mencoba memisahkan keduanya.

Relvano Hyperion, ketua geng motor Tiger Black dengan wajah dingin dan datar, sorot matanya terlihat tajam, memiliki ketampanan di atas rata-rata hingga membuatnya menjadi dikenal oleh banyak orang. Relvan juga termasuk anak dari salah satu donatur pemegang saham terbesar nomor satu di sekolah. Keluarganya termasuk orang terkaya nomor dua di dunia.

Berserta ke-empat teman yang menemaninya. Mereka juga termasuk anggota inti geng motor Tiger Black.

Sigrayen Diva Serville. Biasa dipanggil Sigra oleh teman-temannya, ia tak mau dipanggil Diva katanya itu kayak nama cewek. Sigra adalah wakil ketua Tiger Black yang tak kalah tampan juga walau dinginnya berada satu tingkat di bawah Relvano, tapi akan hangat jika bersama keluarga.

Erlangga Lee atau yang biasa mereka panggil dengan nama Lele sedangkan yang lain memanggilnya dengan nama Angga. Teman yang receh di geng-nya dan di temani satu teman yang se-frekuensi dengannya. Ryshaka Raditya atau bisa dipanggil Rey.

Jangan lupakan Rizhan Pratama juga, sosok bayi besar mereka yang sangat menggemaskan.

Nina Erabel, anak beasiswa yang termasuk cantik. Gadis yang baik hati serta golden child kebanggaan sekolah. Ia begitu ceria dan ramah yang selalu memberikan kesan positif untuk orang orang di sekitarnya. Itu yang menyebabkan nya disukai banyak orang termasuk ketua geng motor Tiger Black.

Soya Aila Aldic, sang antagonis dalam cerita. Sosok yang tak kalah pintarnya dengan protagonis, gadis yang sangat cantik dan di kagumi banyak orang tapi tak sedikit juga yang membencinya. Gadis yang bertahun-tahun sibuk mengejar cinta Relvano tapi sayangnya tak pernah ter-notice oleh lelaki itu.

Karena satu hal itu membuat Soya menjadi gelap mata, hingga tanpa berpikir panjang ia selalu membully siapa pun yang berusaha mendekati pujaan hatinya. Termasuk anak beasiswa yang didekati Relvano.

Enak saja 'kan? Ia yang berjuang malah orang lain yang mendapatkan. Namun ia tak pernah sadar jika tindakannya itu dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain di masa mendatang.

Sedangkan Risya Erin Serville sendiri adalah seorang figuran dalam cerita. Tak banyak hanya beberapa kali saja namanya disebutkan. Anak bungsu keluarga Serville, keluarga terkaya nomor satu di dunia. Cucu pemilik sekolah. Tapi tidak ada yang tahu soal itu identitasnya yang sengaja disembunyikan dari publik. Gadis yang terlihat pendiam juga anti sosial namun sialnya cantik itu termasuk anak yang populer di sekolah mereka.

**

Di awal awal bab hanya ada perkenalan para tokoh termasuk male lead (ML) dan female lead (FL) berserta status dan bagaimana kehidupan mereka sehari-hari. Konflik akan benar-benar datang pada pertengahan sampai mendekati akhir cerita, itu yang tertulis di buku. Puncaknya saat si antagonis berusaha melukai protagonis hingga membuat amarah para pawang protagonis meledak dan berakibat fatal pada si antagonis.

Novel seperti ini memang sangat pasaran, rata-rata inti dari ceritanya pun sama dengan yang lainnya. Mungkin hanya alur dan plot serta judul saja yang membedakan.

Cerita dimana sang antagonis yang membully protagonis. Protagonis yang selalu di bela oleh male lead (tokoh utama). Hingga membuat seorang antagonis terjerumus ke dalam lingkaran permainan yang ia buat sendiri dan berakhir dengan ending si antagonis menderita sedangkan protagonis serta male lead hidup dengan bahagia.

Tapi..

Kenapa selalu begitu?

Apakah antagonis tidak berhak untuk bahagia juga?

"Hahhhh!! Gue dimana sih, perasaan gue udah kuliah deh kok malah cosplay jadi anak SMA?!" Azriella menarik rambutnya karena frustasi. "T-tapi masih cocok sih, secarakan gue anak yang cantik baik hati dan tidak sombong," lanjutnya dengan bangganya memuji dirinya sendiri.

Azriella sedang berada didalam toilet. Padahal di luar ada kaca tapi ia tak melihat dan langsung masuk dalam salah satu bilik yang ada di sana. Ia menundukkan pandangan, menatap lekat ke arah baju seragam dan tak sengaja ia juga menatap name tag yang ada di almamater yang tengah dipakainya.

"Risya Erin .S."

Azriella mengernyit heran. Nama siapa ini?? Kok kayak kenal, ya?

"Hmm.. kayak pernah denger deh," gumamnya sambil mencoba mengingat di mana ia pernah mendengar nama itu.

Risya

Risya

Risya

Oh! Matanya terbelalak kaget, ekspresi wajahnya sudah tak terkendali lagi ketika ingatan itu melintas di kepalanya.

Bukan kah itu nama salah satu figuran dalam novel yang ia baca?? Novel dengan judul "Give Me Love."

S*alan! Apakah ini hari sial dia? Kenapa dia bisa berada disini?!

"Aaaahhh!! Kok bisaa sih?!!" Azriella berteriak keras hingga suara ketukan pintu mengagetkannya.

"Oi yang di dalem! Lu kenapa?"

Suara seseorang diluar terdengar dan bertanya sambil terus menggedor pintu. orang itu hanya kebetulan lewat, karena mendengar teriakan jadi ia sontak masuk ke sini.

Azriella langsung terdiam dengan wajah masam. "Woi gak usah di gedor juga ya b*ngs*t, berisik!" Sahutnya dengan tidak santai.

"Ya mangap!" Teriak orang itu dari luar.

"Ck! Siapa si ganggu orang aja!" Sungut Azriella.

Ia pun membukakan pintu toilet guna melihat siapa orang minus akhlak yang menggedor pintu dan tertampanglah seorang lelaki berdiri di hadapannya.

Azriella mengernyit heran dan sempat bertanya dalam hati, mengapa lelaki ini masuk ke toilet perempuan? Seperti tidak punya kerjaan saja! Dia 'kan lelaki!!

"Apa si?!" Dengan ngegas ia bertanya, matanya melirik name tag lelaki tersebut.

"Alby Hidayat," gumamnya dalam hati.

"Eh sorry-sorry!" Lelaki yang bernama Alby itu meminta maaf sambil menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.

"Gue kira lu kenapa-kenapa tadi," lanjutnya. "Lagian ngapain teriak di toilet segala?"

Azriella menaikkan sebelah alisnya. "Suka-suka gue!" jawabnya ketus kemudian melenggang pergi meninggalkan Alby seorang diri.

(note: sekarang Azriella kita panggil Risya)

Selepas dari toilet, kini Risya melangkahkan kakinya menuju kelas. Bel istirahat sudah berbunyi, tapi sekarang ia sedang berada dalam mood yang tidak baik alhasil ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

Untung saja Risya dapat mengingat dimana alamat rumah sang figuran yang pernah tertulis di dalam cerita, karena selain abangnya kumpul di rumah ketua mereka, mereka juga pernah kumpul di rumahnya walau tidak pernah bertemu dengan dia.

"Oi! Gue balik ya, izinin gue. kalo ada guru yang nanya bilang aja kalo Risya gak enak badan," ucap Risya pada salah satu anak di kelas.

"Oke, Sya!"

Kemudian ia mengambil tasnya dan berjalan keluar. Menyusuri koridor sekolah dengan santai tapi ada saja yang masih mengganggunya. Seseorang berlari dan menabrak bahunya untung saja ia tak terjatuh karena sempat berpegangan pada dinding.

"Lu kalo jalan liat-liat dong! Udah dikasih mata empat juga masih aja kagak lihat orang segede gini! Kalo gak butuh lagi sini bilang ke gue biar gue congkel mata lu terus gue buang ke Amazon!" Risya mengoceh geram.

Kenapa juga orang satu ini sudah di kasih mata tapi tidak digunakan?

"Buset! Cantik cantik tapi ngeri juga," gumam Angga sambil mengusap dadanya yang rata. Ya iyalah rata, masa menonjol??

Ini Angga alias Erlangga Lee.

"Sorry, gue gak sengaja. Maapin ya?" sambungnya lagi.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut bidadari cantik di depannya ini, ia hanya terus memandangi Angga. Yang di tatap malah salah tingkah karena di pandang se-intens itu oleh Risya.

Angga ingin berucap lagi tapi tidak jadi karena Risya lebih dulu melangkah pergi tanpa mengatakan apapun, meninggalkan ia dan ke empat temannya yang hanya diam sedari tadi.

"Itu Risya, kan?" Kini Rey mulai membuka suara. Ryshaka Raditya, salah satu teman diantara keempat orang tadi. "Ternyata aslinya cantik ya? Gue gak pernah lihat dia langsung soalnya," lanjut Rey.

"Lu kenal sama dia?" Tanya Relvano Hyperion aka Relvan dengan datar, tumben sekali dia kepo.

"Hooh, adek kelas kita. Kenal di sosmed doang si, liat di Instagram. Gue kagak pernah ketemu juga padahal satu sekolah, dan baru kali ini gue liat dia" jawab Rey.

"Rizhan juga pernah lihat, memang cantik orang nya," timpal Rizhan Pratama dengan antusias.

Sedangkan satu orang lainnya, Sigrayen Diva Serville, hanya terdiam tanpa ingin menambahkan obrolan teman-temannya. Lelaki itu memilih sibuk dengan pikirannya sendiri, entah apa yang ia pikirkan itu.

Yang jelas hanya ia sendiri yang tahu.

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...tbc...

Bab 3 | Penyebab?

Kini, Risya sudah berada di depan pintu rumahnya. Rumah dengan dua lantai yang mewah nan megah bak istana dengan pagar berwarna silver tua.

"Gede juga, ya? emang deh orang kaya bukan maen, bikin rumah gak nanggung-nanggung," gumamnya pelan sambil terkekeh kemudian melangkah masuk dan di sambut oleh bibi asuh Risya, Bi Iyem.

"Kok tumben cepet pulang non?" Tanya bi Iyem. Tangannya hendak menggapai tas yang di bawa anak majikannya itu tapi langsung di cegah oleh sang empu.

"Gak usah, Bi," cegah Risya. "Biar Caca aja yang bawa. Caca cuma kecapean pengen istirahat, makanya cepet pulang. Bibi bikinin Caca minum aja ya, haus soal nya." Ia berucap seraya tersenyum manis.

(Note: Caca itu nama panggilan kesayangan orang rumah untuk Risya)

"Owalah, ya sudah bibi bikinin minum dulu. Non Caca tunggu di atas aja biar bibi yang ke sana," sahut Bibi.

"Siap, Bi!" Seru Risya sambil mengangkat tangan ke pelipis membentuk hormat dan di selingi dengan tawa kecil.

Bi Iyem hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah nona mudanya itu. Risya memang akan lebih banyak bicara jika dengan orang orang terdekatnya.

Setelah bersih bersih dan mandi. Kini Risya merebahkan diri di kasur king size-nya. Kamar dengan corak silver putih beraroma vanilla ini sangat sesuai dengan seleranya.

Tok!

Tok!

Tok!

"Non! Ini Bibi." Suara Bi Iyem terdengar dari luar, membuat Risya mau tak mau harus bangkit dari rebahannya dan membukakan pintu untuk wanita paruh baya tersebut

Ceklek!

"Ini, Non, udah Bibi bikinin sekalian sama makanannya," ucap Bi Iyem.

"Makasih, Bi!" Sahut Risya.

"Sama-sama atuh, Non. Kalau ada apa-apa panggil Bibi aja. Bibi pamit kebawah dulu," ucapnya sebelum berlalu dari hadapan Risya.

Risya hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya meminta di buatkan minum itu hanya lah alibi agar bibi tidak curiga dan bertanya lebih jauh mengapa ia pulang lebih cepat.

Tapi dari pada tidak di minum dan makanannya tidak dimakan 'kan sayang juga kalau terbuang.

Selesai makan, kini Risya merebahkan diri di kasur. Matanya menatap ke arah langit-langit kamar, ia juga mulai memikirkan di mana letak kesalahannya hingga ia bisa terlempar ke dalam novel yang tak berujung manis ini.

"Ini aneh." Risya mulai bergumam. "Gue gak punya masalah apa-apa deh, misal kecelakaan gitu atau apa, gue kan cuma tidur terus tiba-tiba gue bangun udah ada di sini."

Risya masih berfikir keras akan kasus yang baru kali ini ia alami, kepalanya terasa nyut-nyutan dan serasa ingin pecah saja.

"Jiwa yang punya tubuh ini kemana coba? Lu gak ada niatan buat ngasih ingatan elu ke gue gitu? Tega banget emang," keluhnya dengan dramatis.

"Apa dosa gue banyak banget ya sampai-sampai di uji begini sama Tuhan? Atau jangan-jangan ini ada hubungannya lagi sama kakek kakek yang waktu itu?"

Kakek-kakek yang terakhir ia temui sebelum berakhir di dunia ini.

Risya merenung, ingatannya kembali berputar pada kejadian sebelumnya.

Sore itu, Azriella duduk di halte sembari menunggu angkot yang lewat, hiruk pikuk pengemudi masih memenuhi jalanan tapi aneh nya sedari tadi belum ada satu pun angkot yang terlihat.

Tadi pagi ia diantar oleh kakaknya, Agastia. Sebenar nya ia berniat ingin naik gojek dan pulang nya naik angkot tapi kakaknya melarang dan mengatakan bahwa kakak saja yang mengantar, katanya biar sekalian karena kampus dan kantornya itu searah.

Ia mengiyakan saja apa yang kakaknya bicarakan, sungguh ia malas untuk berdebat.

Kenapa tidak pakai motor atau mobil sendiri saja? Bukan karena apa, hanya saja ia malas untuk mengemudi.

Azriella pun masih sabar menunggu dan berfikir positif, mungkin saja karena sudah sore jadi jarang ada angkot yang lewat sini.

Hari ini ia pulang terlambat dikarenakan jadwal kuliah yang padat ditambah ada kegiatan yang wajib dia ikuti hari ini.

Tadi ia sempat mengabari kak Agas untuk tidak usah menjemput, kakaknya itu sempat panik dan ia pun buru-buru menenangkan dengan mengatakan bahwa ia bakal baik-baik saja. Jadi tidak perlu khawatir.

Ia merasa tak nyaman jika harus meminta kak Agas untuk menjemput, walau itu adalah kakak kandungnya sendiri tetap saja Azriella takut mengganggu kerjaan kakaknya.

Karena kak Agas biasanya akan pulang kantor saat malam hari. Akhir-akhir ini, jadwal mereka sama - sama padat, jadi jarang ada waktu untuk family time kecuali weekend itu pun jika tugas kakaknya bisa dikerjakan di rumah.

Walaupun begitu, Azriella sangat menyayanginya karena dia adalah keluarganya satu-satunya.

Azriella terdiam seraya melirik jam di pergelangan tangan, lima belas menit lagi jam akan menunjukkan pukul tujuh belas kosong kosong. Ia menghela nafas panjang, cukup membosankan ternyata jika hanya berdiam diri saja sedari tadi.

"Baca novel aja kali ya?" Ia berbicara pada dirinya sendiri.

Ia pun mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas. Itu adalah buku novel yang dipinjamkan sahabatnya tadi pagi.

"Give me love," gumamnya saat membaca tulisan di cover tersebut. Ia terlihat meringis walau tak merasakan sakit.

"Ini buku yang dibaca Sintia tadi ya?" Azriella nampak mengernyit. "Males banget baca," lanjutnya lagi.

Kenapa harus merekomendasikan cerita seperti ini padanya? Apa tidak ada cerita lain saja??

Walaupun begitu, tangannya tetap membuka novel tersebut. Cukup lama ia membaca, hingga ikut terbawa suasana. Berbagai macam ekspresi wajah ia tunjukkan. Beruntung ia tidak menangis, bisa gawat kalo ada yang lihat.

Ia paling tidak suka di anggap lemah apalagi di kasihani, karena itu menjaga image saat di luar rumah sangat penting.

"Gila ni cewek! Apa-apaan, dih!"

"Nangis mulu lo kerjaannya!!"

"Pasti nih matanya di pasangin pipa rucika, air matanya mengalir sampai jauh."

"B**gs*t juga nih cowok!"

"Ah elah!"

"Anak set*n!"

Mulutnya tak henti-hentinya mengoceh sedari tadi. Berbagai macam sumpah serapah terus ia keluarkan, macam tak perduli kalau ada yang mendengar.

"Tuh kan! Cerita apaan yang kek gitu? Isinya orang t*lol semua, kalo cinta mah boleh aja, tapi gobloknya gak usah di bawa-bawa juga kali!" Gerutunya.

"Emang bener dah, harusnya gue tetep nolak tadi pagi."

Dengan kasar ia menutup novel tersebut. Azriella mendongak seraya mengedarkan pandangan matanya, sampai netranya tak sengaja melihat seorang kakek-kakek hendak menyeberang jalan.

Kendaraan masih ramai berlalu lalang, Azriella reflek berdiri dan melangkahkan kaki ke arah kakek tersebut.

Sesampainya di sana, ia lekas memegang lengan kakek itu bermaksud agar mudah menuntunnya menyeberang, namun si kakek nampak tersentak dan ia merasakan keterkejutan itu.

"Maaf, Kek, biar saya bantu Kakek nyebrang," terangnya.

Si kakek nampak terdiam dan kemudian menganggukkan kepala lalu Azriella langsung bawa si kakek menyeberangi jalan.

"Makasih ya, udah bantuin kakek."

"Iya, Kek, sama-sama," balas Azriella.

"Nak."

Kakek itu kembali berucap. Tangannya terangkat mengusap kepala Azriella. Gadis itu menikmati usapan di kepalanya tanpa mengelak. Dan hanya diam, sambil menunggu kalimat apa yang ingin kakek itu utarakan.

Si kakek memandang Azriella lekat sebelum melanjutkan ucapannya. "Jika satu keinginan terbesarmu terwujud, mungkin kau boleh sesekali untuk bersikap egois. Ambillah jika itu hakmu, sekalipun itu di dalam mimpimu."

Gadis itu lantas terdiam dengan dahi yang berkerut, ia mengernyit dan kelihatan bingung. Azriella benar-benar tak paham dengan maksud ucapan yang dilontarkan si kakek yang masih terlihat memandang ke arahnya.

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

.......

...tbc...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!