POV Anggika
Hai...!!!
"Namaku Anggika dan kerap di panggil Anggi oleh teman-temanku di sekolah. Aku adalah seorang gadis yang sangat periang dan ceria dimana hari-hariku selalu ku lalui dengan bermain bersama teman-teman sekolahku, kadang aku bermain di rumah temanku dan kadang pula bermain di beberapa tempat wisata lainnya bersama teman-teman ku.
"Karna aku merupakan gadis yang sangat suka dengan pemandangan dan berpetualangan bersama sahabat ku. Ku memiliki dua orang sahabat yang selalu mengerti aku dan juga perjalanan hidup aku. Aku merupakan anak yang kurang berada bahkan untuk sekolah, aku mendapatkan beasiswa dari sekolahku karna prestasi yang sangat bagus"
"Aku di sebut sebagi kutu buku di sekolahku, karna sehabis istirahat dan keluar kelas, aku selalu menyempatkan diri untuk masuk ke perpustakaan dan juga setiap kali aku ke kantin, aku selalu membawa buku untuk mempelajari materi-materi yang akan menjadi bahan pembelajaranku di kelas.
"aku memiliki sahabat yang bernama Sabila dan Akifa. Mereka adalah sahabat aku dari SD sampai sekolah menengah atas. Aku semasa SMP sering belajar sekolah beladiri non formal di sekolah, hingga aku pulang sekolah lebih sore sampai sekarang. Namun terkadang kedua orang tuaku saat aku sudah sampai di rumah selalu melemparkan kesalahan padaku, semua pekerjaan rumah selalu aku kerjakan meski badanku semuanya terasa remuk dan sakit, karna di sekolah harus les beladiri dan sampai rumah aku harus mengerjakan pekerjaan rumah."
Setelah semua aku kerjakan, itulah waktu istirahatku yang sedikit ku gunakan untuk tidur sejenak hingga tak pernah aku dengar ucapan halus saat membangunkan aku dari tidurku, ayah ibuku memperlakukan aku sebagai pembantu di rumah.
Kedua orang tuaku tak pernah memberikan keadilan padaku namun apa boleh buat, aku tak bisa melawan kedua orng tua yang sudah berusaha membesarkan ku.
Orang tuaku selalu memarahiku setiap hari, meskipun bukan hal besar atau kesalahan besar yang aku perbuat, namun justru selalu membangkitkan amarah kedua orang tuaku. Kadang Aku berpikir apakah aku adalah putri mereka atau tidak.
Rumah ku berada di sebuah tengah-tengah kota yang begitu luas, karna kami hidup sederhana, ayah ibuku bekerja di sebuah ruko bangunan di tepi jalan raya dan mengambil penghasilan mereka disana. Kakak ku masih kuliah dan dia adalah satu-satunya yang menjadi anak kesayangan orang tuaku, mereka memperlakukan anak sulungnya sebagai anak yang istimewa dan selalu memberikan yang terbaik serta memanjakannya.
Sifatnya yang keras kepala sangat bertolak belakang denganku yang hanya bisa diam saat di caci maki oleh ayah ibu ku.Kakaku bernama Sherina Priscilla, dia merupakan gadis cantik dan terlihat anggun. Namun sayang, dia memiliki sifat yang egois, angkuh dan tak berhati.
Sherin memiliki begitu banyak teman cowok dan juga beberapa kekasih, tidak seperti aku yang tidak begitu peduli dengan cowok lain. Namun aku memiliki seorang kekasih yang sangat aku cintai. Namun rasa cintaku tidaklah sepenuhnya untuk kekasihku, karna aku selalu menolak saat berhubungan badan dengannya.
Dia juga mengerti akan aku yang tidak suka dengan hal-hal mesum seperti itu. Entahlah hatinya masih mencintaiku atau tidak karna aku bukan wanita yang suka menjajakan tubuhku pada sembarangan orang, termasuk dengannya. Meskipun dia adalah kekasihku, namun aku selalu menjaga jarak dengannya.
Aku curiga dengan kekasihku yang bernama Rendy Mananta ini adalah orang yang pernah melakukan suatu hubungan di belakangku bahkan melakukan hubungan intim di belakangku bersama perempuan lain, karna setiap aku berbicara dengannya, arah pembicaraannya selalu mengarah ke hal-hal mesum, setiap kali aku bicara.
Namun aku justru tidak tau, jika dia adalah jodohku dan dia adalah orang yang akan menjadi suamiku suatu hari nanti.
"Anggi dimana kamu, bangun cepat. Hari ini ayah sama ibu akan pergi bersama kakakmu, karna hari ini hari libur. Kamu tidak boleh ikut, karna kamu tidak lah penting jika kamu ikut" suara ibu Mirna berbicara pada Anggi.
"ma, kenapa hanya kak Sherin saja yang boleh ikut sedangkan aku tidak?" tanya Anggi.
"kamu itu tidak pantas untuk berlibur, kamu hanya pantas berada di rumah. Dan ingat, selama kami liburan, kamu harus selalu menjaga dan melakukan pekerjaan rumah setiap hari. Kamu tidak boleh membiarkan rumah kotor. Karna kami bertiga akan berlibur selama seminggu" ucap ibu Mirna pada Anggi.
"ma, kenapa mama tidak mengajakku, aku juga ingin seperti kak Sherin yang selalu di bawa kemana-mana oleh ibu dan ayah" ujar Anggi.
"diam kamu, jika ibu bilang tidak boleh ya tidak boleh, kamu itu hanya menyusahkan saja, lagian kamu itu lebih pantas di rumah" ujar Mirna membuat hati Anggi sakit karna mendengar ucapan yang menyakitkan dari mulut ibunya.
Anggi hanya diam dan tak berani menjawab, dia menghormati ibunya yang sudah membesarkannya dan selalu menjaganya setiap hari sampai sebesar sekarang.
Anggi mencoba untuk tidak menangis, namun sayang dirinya tak bisa membendung air mata dan tertumpah begitu saja. Dirinya memang tak bisa menahan air mata, membuat dirinya menjadi orang yang lemah.
Hati siapa yang tak sakit dikala tak mendapatkan keadailan begini kepada kedua orang tuanya, aku sangat tak bisa membayangkan jika orang lain berada di dalam posisiku. Namun aku tak mampu untuk melawan, aku takut jika aku melawan, aku akan menjadi anak yang durhaka pada mereka.
Aku memutuskan ingin menikah dengan kekasihku rendy yang selama ini menjalin hubungan dengan dia selama satu tahun.
Aku mencoba menelponnya hingga deringan ketiga barulah dia mengangkat panggilanku.
"ren, Lo dimana?" tanyaku pada Rendy, memang suaranya terbilang sangat aneh di sebrang telpon. Suaranya seperti ornag yang baru selesai berlari dan ngos-ngosan mungkin dia tengah berolah raga atau tengah fitness di sana, dan akupun tak ingin memikirkan itu.
"sayang, a-aku dia tempat gym nih aku lagi nge-gym emangnya ada apa" suara Rendy terdengar begitu kelelahan.
"ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu" ucap Anggi.
"bicaralah"
"aku ingin menikah denganmu" ucap Anggi
sedetik
dua detik
tiga detik
"a-apa kamu serius" ucap Rendy di sebrang telpon.
"iya, aku mau menikah denganmu " ucap Anggi yang sudah memutuskan ingin menikah dengan kekasihnya.
"tapi kamu kan belum lulus sekolah" ucap Rendy pada kekasihnya.
"tapi kamu kan tau, aku sudah lelah dengan keluarga aku disini, yang selalu gak berlaku adil padaku" ujar Anggi.
"oke nanti kita pikirkan dulu ya, aku mau pulang sekarang, nanti aku telpon kamu di rumah" ucap Rendy.
"baiklah, makasih ren"
Panggilan pun terputus dan entah perasaan darimana datangnya saat ini, aku begitu merasa takut sekaligus gugup, entah antara sedih atau senang karna sudah nekad untuk mengajak kekasihku untuk menikah muda. Meski umur Rendy sudah terbilang matang, tapi aku yang masih muda ingin mengajaknya menikah.
Aku tanpa berpikir dulu sebelum berbicara, bahkan semester dua saja belum selesai tinggal dua hari lagi tapi aku akan menghindari orang tuaku dan akan menikah dengan kekasih yang sudha lama aku impikan dan aku sayangi.
POV end..
Bersambung.....
Terimakasih sudah mamapir
Sekitar jam 9 pagi, kedua orang tua Anggi beserta kakaknya Sherin telah berangkat untuk pergi liburan, Anggi yang hanya menatap kepergian mereka dengan wajah sendu di jendela kamarnya, hatinya ingin sekali berteriak namun tak bisa, karna menolak agar tak di dengar oleh ibunya yang kejam.
Antin hanya menitikkan air mata kesedihan, selam hidupnya dia tak pernah di ajak liburan oleh kedua orang tuanya, meskipun dia selalu pergi berlibur dan berpetualangan bersama para sahabatnya, tapi ia juga ingin merasakan berlibur bersama kedua orang tuanya.
Selepas kepergian tiga orang yang membencinya, antin tertidur hingga sore hari. Iya terbangun saat mendengar deringan ponselnya di atas meja. Antin tanpa melihat si penelpon dia mengangkat panggilan tersebut.
"hallo"
"hey kamu lagi dimana, ayo datang kesini kita lagi senang-senang Lo malah dirumah"
"hah" Antin melihat di ponselnya tertera nama Sabila.
"hello kok diem, kamu masih hidup kan" ujar Sabila yang tak mendengar jawaban sahabatnya.
"hallo emm iya, aku baru bangun nih. aku ngantuk banget" ucap Anggi karna memang dirinya sangat mengantuk sekali.
"heh lu datang dong, atau gw jemput Lo okeh" ucap Sabila dan mematikan langsung telponnya.
"Nanti Dul..." panggilan terputus membuat Anggi menggerutu kesal. Lalu dia melihat jam di ponselnya ternyata sudah jam 4 sore hingga matanya melotot.
"mampus pasti gue di marahin ibu lagi nih,,, aku belum siapkan makan malam buat mereka" ucapnya yang lupa jika keluarganya pergi berlibur.
"eehh tunggu-tunggu, bukannya ibu, bapak sama kak Sherin pergi berlibur, buat apa aku ketakutan begini. Hah lega rasanya tidak ada mereka dan tidak ada yang marah-marah setiap hari" ujar Anggi senang lalu setelah itu dia menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, Anggi sudah selesai dengan ritual mandinya. terdengar ketukan pintu dan Anggi yakin yang mengetuk itu adalah Sabila dan Akifa sahabatnya.
Ceklek
Pintu di buka dan benar saja yang mengetuk adalah Sabila dan Akifa. "duh lu belum siap-siap, sekarang dah lambat banget, ehh bentar-bentar apa lu nggak di marahin nanti sama ibuk sama bapak lu ya kalau lu mau keluar?" tanya Akifa.
"iya, secara kan mereka itu tidak pernah setuju jika kamu pergi kemana-mana apalagi sekarang kan sudah malam" ucap Sabila.
"kalian tenang saja oke, mereka tidak akan marah-marah sama aku karna keluar malam ini, karna mereka tidak ada disini. Mereka pergi liburan" ucap Anggi.
"waduh, kok lu gak ikut?" tanya Akifa.
"kan kalian tau sendiri, mereka tidka suka dengan aku, mana mau mereka ngajakin aku" ucap Anggi
"benar juga ya, kasian banget kamu yang sabar ya sayangku" ucap Sabila bergantian memeluk sahabatnya dengan Akifa.
"udah kalian tenang saja, aku juga bersyukur mereka pergi, jika mereka tidak pergi, mana mungkin aku bisa keluar bersama kalian" ucap Anggi.
" iya ya, kalau mereka tidak pergi pasti kamu akan diam terus di rumah" ungkap Akifa.
"oke karna sekarang kamu sedang sendiri di rumah kamu ini, kita keluar untuk menikmati santai nongkrong di tempat biasa sepulang dari sekolah bagaimana?" tanya Sabila.
"tapi" ucap Anggi ragu dan melirik ke arah sahabatnya.
"tenang pokoknya Lo jangan khawatir, gw traktir kalian berdua" ucap Sabila membuat Akifa bersorak gembira dan Anggi tersenyum melihat kedua sahabatnya itu.
"baiklah gw mau siap-siap dulu ya," ucap Anggi.
Anggi pergi ke kamarnya untuk mengganti baju serta mengambil ponselnya lalu mereka berangkat menggunakan mobil Sabila.
Di antara ketiga bersahabat itu memang Anggi lah yang merupakan gadis yang hidup sederhana dan kurang berada, tidak seperti kedua sahabatnya yang kaya raya.
Namun persahabatan mereka bukanlah memandang dari seberapa besar harta yang dimiliki orang tua dan juga seberapa banyak penghasilan tiap bulan orang tua. Mereka adalah sahabat yang selalu saling menyayangi satu sama lain.
Anggi adalah seorang gadis yang baik hati, ramah dan tentu terlihat polos. Namun semua itu jika dia tidak berhadapan dengan orang-orang jahat dan selalu menghinanya, dia akan terlihat seperti gadis yang ceria. Namun Anggi selalu menyembunyikan perihal yang dia alami setiap hari dengan orang tuanya itu. Kecuali dengan kedua sahabatnya, dia akan selalu menceritakan tentang hidupnya oleh kedua sahabatnya meskipun akhirnya mereka akan mengalami sakit hati bersama.
Setelah sampai di tempat mereka biasa nongkrong di sebuah cafe kecil milik kakak dari Sabila barulah mereka turun dari mobil dan segera memasuki cafe itu. Tempat ternyaman mereka setiap hari berada disana, mereka setelah pulang dari sekolah, mereka pasti akan menuju ke cafe ini bersama-sama.
"bebs kita ke ruangan kakak aku aja yuk, disana kakak tengah kesepian dan gk ada teman buat bercanda lagian cafe ini bebas hanya aku saja jika ajak temen cewek" ucap Sabila.
"gk enak ah nanti malah ganggu kerja kakak kamu lagi" ujar Anggi.
"hey tadi kakak aku menelpon dan kita di suruh ke sana, kita tidak akan ganggu dia karna di sana ada ruangan pribadi dan ruangan santainya kita bisa nonton Drakor di sana" ujar Sabila.
"ayo lah Anggi kamu ikut saja, nanti kita tinggalin disini sendiri mau Lo" ucap Akifa dan berhasil membujuk sahabat satunya itu.
"baiklah " ucap Anggi pasrah.
"nah gitu dong"
Mereka langsung menuju ruangan milik kakak Sabila dan benar saja di sana hanya ada kakaknya Sabila saja yang tengah melakukan sesuatu dari laptopnya.
"Hay kak" ucap Sabila menuju ke arah kakaknya.
"Hay adek, masuk dek" ucap Alex kakak Sabila mempersilahkan ketiga gadis itu masuk.
"Hay kak Alex" sapa Akifa.
"Hay kak" sapa Anggi.
"Hay juga Akifa, Anggi kalian apa kabar kok Sabila gak bilang kalau dia bawa teman" ujar Alex.
"emang gak boleh ya bawa teman?" tanya Sabila.
"bukan begitu dek, tapi biar kakak siapkan makanan serta minuman untuk kalian dan kakak juga bis bergabung dengan kalian" ucap Alex.
"ooh gitu, nggak apa-apa kak, kami belum haus juga" jawab Anggi.
"tidak bisa gitu doang Anggi, ya udah kakak ambilkan beberapa cemilan serta minuman buat kalian ya" ucap Alex dan di angguki Anggi lalu Alex pun segera pergi untuk menyiapkan beberapa cemilan untuk ketiga gadis yang ada di dalam ruangan pribadinya.
Bersambung.....
Setelah di baca jangan lupa like, komen dan votenya ya. Ini novel baru aku, semoga kalian suka.
Gadis cantik yang masih terlelap dan menyatu dalam mimpi indahnya, seolah burung berkicau di depan kamarnya hanyalah sebuah rayuan untuk kembali menarik selimut tipisnya.
Cuaca yang mendung serta dinginnya suasana pagi seolah menyapa dan membuat para anak Adam tak ingin bangkit dari singgasana kenyamanannya. Begitu juga dengan gadis cantik yang masih terlelap dan bergelut dalam mimpi indahnya.
Terlihat dari senyum lebarnya, menandakan dirinya tengah bermimpi yang sangat indah, sehingga senyumnya tak pernah luntur dan menikmati bahagia di dalam mimpinya.
Namun kini senyumnya harus luntur dan bahagianya harus berakhir karna teriakan dari seseorang yang sangat iya benci. Mimpinya harus hilang dan tidurnya harus terganggu oleh wanita yang selama ini selalu memberikan hukuman serta cacian dan makin yang setiap hari menjadi santapan rohani bagi gadis itu.
Ailin, gadis itu terbangun dari tidur nyenyaknya dan menatap wanita setengah baya itu dengan tajam. Begitu juga sebaliknya, wanita setengah baya itu menatap balik mata Ailin dengan tak kalah tajamnya.
"Anak tidak tau diri, bangun kamu Ailin, cepat dasar anak tidak tau di untung, ku sengaja bangun siang-siang ya, kamu tidak pantas bangun siang" pekik wanita itu yang tak lain adalah nyonya Lin ibu kandung Ailin.
Ailin masih saja mengumpulkan nyawa tak menghiraukan ucapan nyonya Lin.
"cepat bangun, buatkan kami sarapan, apa kamu sengaja mau membuat kami mati kelaparan hah" teriak nyonya Lin lagi.
"brisik" jawab Ailin membuat nyonya Ailin geram. Namun saat baru akan bicara Ailin sudah masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan lebih keras.
Daaarr
Nyonya Lin begitu terkejut dan langsung memegang dadanya, melihat ke arogan anaknya. Iya semakin membenci anak keduanya itu, entah apa alasan nyonya Lin dan semua anggota keluarganya membenci anak gadisnya Ailin.
"dasar anak pembangkang, lihat saja nanti kamu akan aku buat malu di depan saudara dan kakek nenek kamu, ingat kamu hanyalah gadis bodoh dan hanya bisa menghabiskan uangku di rumah ini" teriak nyonya Lin.
Ailin yang mendengar dirinya di hina oleh ibu kandungnya, hanya mengepalkan tangannya sehingga buku-buku jari tangan nya memutih. Ailin memejamkan matanya, dan menetralkan perasaannya yang hancur untuk kesekian kalinya mendengar hinaan dan cacian dari para anggota keluarganya.
Mulai dari ayahnya, ibu, kakek nenek dan ke tiga saudaranya. Tak ada yang menyayanginya. Ailin membuka kembali matanya dan menatap cermin di dalam kamar mandi itu dengan tajam seolah ingin memecahkan cermin di depannya.
Hari ini adalah Ailin akan mencari kerja, Ailin akan melakukan pekerjaan apapun yang terpenting bisa menghasilkan uang. Agar dirinya tidak menggunakan uang yang di berikan oleh ibunya. Ailin memang sering menerima semua uang yang di berikan nyonya Lin, namun iya tak pernah menggunakan nya, iya selalu menyimpannya di lemari untuk menjaga kemungkinan suatu hari nanti mereka memperhitungkan biaya yang Ailin keluarkan, dan antin akan siap untuk memberikan uang yang selama ini iya simpan.
Ailin menggunakan baju kaos dan celana jeans serta switer yang menutupi tubuh rampingnya. Tingginya semampai dan body yang aduhai serta berparas cantik, dengan wajah alami membuatnya terlihat manis. Ailin sudah siap dengan penampilannya dengan rambut kuncir kuda menjadi ciri khasnya membuat dirinya terkesan sangat cantik dan manis.
Ailin keluar dari kamarnya dan melihat tatapan para anggota keluarganya yang terlihat sangat tidak suka padanya seolah dirinya di tatap dengan jijik oleh semuanya.
"ngapain aja di dalam, kamu sengaja ya mau buat kami kelaparan, kamu itu seharusnya bangun dari pagi dan setelah kami duduk di sini tinggal makan" ucap Alona kakak tertua Ailin.
Ailin hanya diam tanpa niat menanggapi ucapan saudaranya.
"kamu itu tuli ya, kalau orang bicara itu di lihat bukan di cuekin, biar kmu paham" ucap nenek arabella sinis.
"Ailin, kmu tidak sopan banget sih, nenek kamu sedang bicara kenapa kamu malah tidak mendengarnya" tunjuk tuan mole.
"bisa tidak sehari saja tidak menggangguku, dan mengintimidasi ku, tinggal duduk saja tunggu makanan Kalian apa susahnya sih" ucap Ailin yang sudah jengah dengan perdebatan tak faedah dari keluarganya.
"Ailin" pekik nyonya Lin.
"ibu sudah, nanti kita bisa mati kelaparan kalau terus saja begini, apa kalian mau masakan nya tak jadi-jadi karna kalian terus saja ribut" sela tuan Andres ayah kandung Ailin.
Nyonya Lin ingin sekali menjawab ucapan Ailin namun iya juga tak ingin membuat anggota keluarganya mati kelaparan karna terus saja berdebat.
Setelah beberapa menit, masakan antin sudah siap dengan nasi goreng telur serta beberapa beberapa menu sarapan lainnya yang di buat Ailin.
"kamu mau kemana?" tanya tuan Andres pada Ailin yang sudah terlihat rapi dengan penampilannya.
"keluar" begitulah jawaban singkat Ailin membuat tuan Andres marah.
"ayah tanya kamu mau kemana Ailin, kenapa kamu semakin dewasa kamu tak pernah mendengarkan ucapan ayah" ucap tuan Andres.
" apa belum cukup jawabanku" tanya Ailin dingin.
"bre****k, sejak kapan kamu bisa menjawab seperti itu" tuan Andres bangkit dan mencekik leher Ailin.
Dan semua anggota keluarga, hanya bisa menonton dan seolah menikmati drama pagi di depannya sembari menyantap hidangan yang di sediakan Ailin.
Ailin kesusahan bicara dan nafasnya tercekat tapi tak ada seorangpun yang peduli padanya. Ailin sudah berharap hari ini iya mati, dan bisa bebas dari keluarga terkutuk itu. Namun dirinya harus hidup karna banyak keinginan yang belum iya raih.
"lep_pas" suara Ailin tercekat Namun tuan Andres semakin kuat membuat Ailin tak bisa bernafas.
bruk plak
Ailin sudah geram dengan perlakuan ayahnya yang hanya bisa mengancam dan main fisik itu. Ailin menghempaskan tangan ayahnya dengan sekali tepukan pada lengan tuan Andres membuat tuan Andres meringis kesakitan.
"maaf, aku harus pergi. bersihkan bekas makan kalian, karna aku tidak akan pulang cepat" Ailin berkata dingin dan berlalu pergi membawa tasnya setelah melakukan aksinya di depan orang tua dan seluruh keluarganya.
"Ailin sialan, berani kamu melakukan itu awas kau tidak akan ku beri makan kamu selama seminggu" teriakan nyonya Lin sembari membantu suaminya berdiri karna dorongan antin yang kuat membuat tuan Andres terpental dan mencium lantai dengan bokongnya.
Bersambung....
Gimana ceritanya, bagus apa tidak, di komen ya. Maaf jika kata-katanya masih belum sempurna, biar nanti author perbaiki.
Salam sayang dariku muaacchh😘😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!