NovelToon NovelToon

Pesona Lelaki Simpanan

Awal mula

Aku tidak pernah menduga, seorang sepertiku bisa merasakan cinta. Terdengar klise namun itulah adanya.

Namaku Owen Nikolai Zwart, aku harus merasakan patah hati karena cinta pertamaku adalah anak dari orang yang telah melenyapkan nyawa Ayah kandungku.

Namun, bukan hal itu yang membuatku putus asa, melainkan gadis itu telah menikah dengan orang lain saat aku menemukannya lagi. Gadis itu bahkan tidak pernah mengingatku sama sekali, berkebalikan denganku yang beberapa tahun kebelakang selalu melewati hari dengan memikirkan gadis yang sama, Zahra Alhana. Aku bahkan mencari keberadaannya sejak pertemuan pertama kami yang berhasil menghadirkan perasaan sialan itu.

Yeah, dunia kadang sekejam itu. Ayah Zahra telah membunuh Ayahku. Namun, semesta mempertemukanku dengan Zahra. Pertemuan pertama yang membuatku jatuh cinta pada gadis itu, karena dia telah menyelamatkan nyawaku dari insiden kecelakaan.

Akupun memutuskan untuk berdamai dengan keadaan, melupakan dendam untuk membunuh semua orang yang berkaitan dengan pembunuh Ayahku. Dendam itu memang telah membelengguku sejak usia 7 tahun. Tapi, aku mencoba melupakannya karena mengingat Zahra adalah gadis yang telah menyelamatkan nyawaku dan juga telah mencuri hatiku. Ibu kandungnya juga telah terbunuh karena dendamku itu, jadi ku rasa semua telah impas.

Sekarang usiaku 32 tahun dan aku tidak pernah mau terlibat lagi dengan kata bertajuk "cinta" yang pernah mengecewakanku disaat aku bahkan belum memulainya.

Ya, aku merelakan Zahra begitu saja karena aku sadar dia lebih berhak bersama orang yang dia cintai dan mencintainya daripada aku yang sama sekali tak memiliki tempat dihatinya.

Aku bukan menyerah, tapi aku realistis. Aku anggap semua ini sebagai bentuk perdamaian untuk menentramkan hatiku yang penuh luka dan dendam. Aku melepaskan diri dari jeratan itu.

#######

Setelah memilih berdamai dengan keadaan, aku memutuskan untuk kembali ke Negaraku semata-mata untuk melupakan Zahra pula.

Hampir semua anak buah yang setia padaku sudah ku bebaskan dari dunia hitamku. Hanya Jared yang sekarang menemaniku sebagai tangan kanan sekaligus orang yang membantuku dalam hal apapun.

"Tuan, jadwal penerbangan Anda sudah hampir tiba ..." kata Jared.

Aku menatapnya sekilas, lalu tanpa kata mulai berjalan menuju pesawat yang akan mengantarkanku kembali ke Negara asal.

Perjalananku kali ini terasa lebih damai daripada yang sudah - sudah, mungkin karena aku sudah melepaskan belenggu dendam itu.

Hampir 8 jam mengudara, akhirnya pesawat itu pun tiba disebuah Bandara di Negara asalku.

Aku berjalan lebih dulu didepan Jared, mengabaikannya yang membawakan beberapa barang bawaanku yang tak terlalu banyak.

Brak ...

"Maaf, maafkan saya, Nona!" Terdengar suara Jared.

"Tidak, aku yang minta maaf karena aku yang menabrakmu," ucap seorang wanita yang tampak terburu - buru.

Aku hanya bisa menatap pemandangan itu dengan datar. Ingin rasanya aku mengatakan pada Jared untuk segera berlalu dari sana, asistenku itu justru membantu membereskan barang - barang si wanita yang berserakan di lantai.

Aku menggeleng samar dan meninggalkan Jared untuk menuju mobil yang telah menjemputku, biarlah Jared akan menyusul saja nanti, pikirku.

Beberapa menit menunggu di mobil, akhirnya Jared datang menyusul.

"Maaf, Tuan. Saya membuat anda menunggu."

"Ya, ya... cepatlah masuk!"

Mobil mulai berjalan menuju kediamanku di Negara ini, aku memang sering pulang pergi dari Negaraku ke Indonesia. Dulu aku ke Indonesia untuk mencari keturunan dari pembunuh Ayahku dan membalaskan dendam, dan terkadang sambil mencari Zahra juga-- yang pada saat itu belum ku ketahui bahwa Zahra adalah anak dari pria yang telah membunuh ayahku.

Sekarang aku sudah tahu segalanya dan aku tak perlu kembali ke Negara itu karena sekarang aku akan menetap disini tanpa adanha dendam lagi.

Aku harus lebih memperhatikan Oxela, adikku yang sedari kecil tidak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orangtua kami karena mereka telah meninggal diusia Oxela yang masih sangat kecil.

"Jared, aku akan beristirahat. Kau boleh menempati kamarmu dan beristirahat juga!" ucapku begitu tiba dikediamanku.

"Baik, Tuan!"

"Ah ya, nanti malam aku ingin bersenang - senang. Uruslah semua keperluanku untuk hal itu."

Jared mengangguk sopan, dia sudah paham apa yang ku maksudkan mengenai hal itu. Kemudian pria itu pergi setelah meletakkan semua barang bawaanku di kamar pribadiku.

"Kakak....." Terdengar suara riang Oxela saat aku hendak menutup pintu kamar.

"Hmm?"

"Kau pulang? Aku senang sekali, Kak." Oxela memelukku dengan erat dan akupun membalas pelukan hangatnya.

"Kak, tetap disini sampai pesta ulang tahunku nanti. Aku akan mengenalkanmu dengan seseorang!"

"Aku akan tetap disini sampai kapanpun!" ucapku datar.

"Benarkah? Kakak tidak akan meninggalkanku lagi? Tidak ke luar Negara lagi?"

"Tidak untuk sekarang, tapi jika ada pekerjaan mungkin aku akan pergi sesekali."

"Ah... ya, kalau soal pekerjaan tentu tak apa - apa, asal jangan pergi untuk mencari masalah hingga membuatmu pulang dengan bekas luka, aku tidak suka, Kak!"

"Oke girl ... ah, siapa yang mau kau kenalkan padaku? Apa temanmu lagi?" tanyaku dengan wajah penuh selidik, karena beberapa kali Oxela berniat mengenalkanku dengan teman - teman wanitanya yang akan berujung kekecewaan-- karena teman Oxela berharap lebih dengan perkenalan itu, namun tentu aku tak mau memberi harapan pada mereka.

"Bukan temanku." Oxela tertunduk.

"Lalu?"

"Boy--friend..." ucap Oxela hati - hati.

"Oh my... apalagi ini?" tanyaku tak begitu senang dengan jawaban adikku itu.

"Come On, Kak! Aku sudah 27 tahun, kalau kakak memang tidak menginginkan sebuah pernikahan atau tak pernah merasakan cinta jangan halangi aku untuk melakukan hal yang ku mau!" Oxela berkata dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca, membuatku tak tega.

Aku terdiam beberapa saat untuk mencerna kalimat adikku itu. Ya, Oxela benar, tidak seharusnya aku menghalanginya karena umurnya memang sudah lebih dari cukup untuk berpacaran bahkan menikah. Aku tak mau mempersulitnya hanya karena aku pernah gagal dalam hal percintaan. Mungkin aku yang kurang beruntung dengan cinta, tapi Oxela tetap berhak mendapatkannya, bukan?

"Baiklah, aku ingin mengenalnya. Pastikan dia lelaki yang bertanggung jawab. Kalau tidak, dia akan ku usir saat itu juga!" tegasku.

"Dia lelaki yang baik, Kak. Tenanglah... aku sudah menyeleksinya."

"Ya, lulus seleksi darimu belum tentu lulus seleksiku!"

"Ya terserah kakak saja, yang penting aku akan mengenalkannya nanti."

"Baiklah, aku mau istirahat dulu," ucapku.

"Oke, Kak. Selamat beristirahat. Aku tunggu makan malam kita nanti..." Oxela mengedipkan sebelah matanya dan menutup pintu kamarku saat aku mengibas - ngibaskan tangan sebagai isyarat untuk menyuruhnya pergi.

######

Setelah makan malam dengan Oxela, aku memutuskan pergi ke Club untuk bersenang - senang. Terkadang aku minum untuk melupakan masalahku. Kadang pula melakukan hubungan satu malam dengan wanita yang ku pilih. Hal itu lumrah untuk lelaki seumurku yang memang butuh pelepasan.

Aku memilih dalam hal teman kencan, aku juga selalu bermain aman. Aku tidak pernah memainkan perasaan dalam hal seperti ini. Pure untuk kesenangan semata.

"Nona, anda disini..." Jared yang duduk dibelakangku terdengar memekik pada seseorang. Aku tahu Jared melakukan itu karena suara musik di Club yang cukup keras.

"Ya..." jawab wanita itu, yang ku lirik ternyata wanita yang siang tadi tak sengaja menabrak Jared di Bandara--atau justru Jared yang menabraknya?

Entahlah.

Jared pun berlalu setelah berbasa-basi dengan wanita itu, dia mau menungguku dimobil padahal aku sudah mengajaknya ikut minum bersamaku namun Jared menolak.

Wanita yang tadi disapa Jared cukup menarik atensiku karena aku baru menyadari jika perawakan wanita itu bukan seperti gadis kebanyakan yang berada di Negaraku. Perawakannya lebih seperti wanita Asia, atau justru dia wanita Indonesia?

Aku tidak terlalu bisa memperhatikan wajahnya karena cahaya dan lampu temaram yang ada ditempat ini. Namun aku bisa menanyakannya langsung, maybe.

"Sorry, apa kau wanita Indonesia?" tanyaku berbasa - basi secara to the point.

Wanita itu mengadahkan kepala dan menatapku, pandangan mata kami bertemu dan entah kenapa tatapanku seolah terkunci disana selama beberapa detik.

"Ya, kau benar..." Wanita itu menyeringai kecil, tampaknya dia sudah sedikit mabuk.

"Kau bersama siapa disini?"

"Sendiri..."

"Sendiri?" tanyaku lagi, cukup terkejut karena dia berada di club malam seorang diri dalam keadaan yang setengah mabuk.

Wanita itu mengangguk sembari mengulurkan tangan kepadaku.

"Gloria," katanya memperkenalkan diri.

"Owen," jawabku menyambut tangannya yang terasa sedingin es.

"Owen, aku ingin bertanya, menurutmu sebagai lelaki... apa aku ini tidak cantik?" tanya Gloria mulai mengaur karena efek mabuk.

"Maksudmu?"

"Apa aku jelek? Apa wajahku buruk rupa?" Gloria menatapku lekat.

"Tidak juga, untuk ukuran orang Asia kau cukup cantik," jawabku jujur.

Tiba - tiba wanita itu justru menangis terisak-isak.

"Hei... kenapa kau menangis? Jangan menangis didekatku, nanti semua orang mengira aku yang menyebabkanmu menangis!" kataku bersungut - sungut heran.

Gloria tidak mengindahkan ucapanku, justru semakin terisak kencang, membuatku memejamkan mata sejenak. Sepersekian detik berikutnya, aku menyesal telah mengajaknya berkenalan dan mengobrol malam ini.

******

Apa dia suaminya?

Aku mencoba menenangkan Gloria karena aku tidak mau keadaan menjadi semakin rumit karena wanita ini menangis tepat disisiku.

"Tolong diamlah, Nona!" ucapku mencoba tegas pada wanita itu.

"Bagaimana aku tidak sedih, aku sudah menikah hampir satu tahun, tapi suamiku .... dia, dia tidak pernah menganggapku ada. Apa aku terlalu buruk hingga dia malu memiliki istri seperti aku? Lalu kenapa dia mengajakku menikah?" Gloria mulai meracau tak jelas, aku tak terlalu menyimak apa yang wanita itu utarakan, aku hanya meliriknya sekilas yang tampak menunjukkan gestur sempoyongan.

Tiba-tiba Gloria terdiam, aku baru mau bernafas lega karena dia bungkam, namun ternyata tidak sampai disitu-- sebab wanita itu mulai menunjukkan ekspresi lain yang aneh.

"Uhp ...." Gloria memegangi dan membekap mulutnya sendiri.

"Kau kenapa?" tanyaku, sebenarnya aku mau membiarkannya saja tapi entah kenapa aku tak tega melihat wanita bersurai sebahu itu.

"Ohok-ohok ...." Wanita itu terbatuk dan didetik berikutnya dia memuntahkan semua isi perutnya, didekatku. Lebih tepatnya di baju yang aku kenakan. Oh my ....

Ingin rasanya aku berteriak mengumpattnya, namun hal itu ku urungkan karena dia seorang wanita. Apa aku harus kalah lagi karena seorang wanita? Oh tidak lagi ....

"Kau mengotori bajuku, Nona!" kataku dengan nada tak senang.

Gloria masih terbatuk - batuk dan sesekali menyesap air mineral botol yang ada disisi kirinya. Aku tidak tahu sejak kapan dia memindahkan semua barang dan minumannya hingga menjadi satu meja denganku. Seharusnya tadi dia berada di meja sebelahku, seorang diri.

"Richard Jensen! Kau tidak berhak memarahiku! Kau tidak pulang ke rumah, akupun bisa untuk melakukan hal yang sama!" kata Gloria penuh ancaman untuk seorang lelaki bernama Richard Jensen. Entah siapa lelaki itu, aku tak tahu, yang ku pikirkan sekarang adalah bajuku yang penuh muntahan wanita sialan ini.

Aku bangkit dan tak mempedulikan ucapan wanita yang masih mabuk itu, ku lirik dia sudah menelungkupkan wajah ke atas meja.

Sial sekali nasibku, mau bersenang - senang justru kejadian seperti ini yang menimpaku. Aku menuju toilet pria diujung koridor, mencoba membersihkan sesuatu yang sangat menjijikkan itu namun sepertinya bajuku tak bisa selamat.

Aku mengambil ponsel dan menghubungi Jared untuk membelikanku baju ganti, terserah dia mau mencarinya dimana di malam buta seperti ini, yang jelas aku harus berganti pakaian karena kejadian ini membuatku gagal untuk bersenang-senang.

_

_

_

Aku tiba di rumah sekitar pukul 1 dini hari. Tidak melanjutkan minum dan tidak berakhir dengan wanita manapun diatas ranjangg.

Semua karena ulah wanita bernama Gloria itu. Kenapa aku harus memedulikannya bahkan mengajaknya berkenalan tadi. Apa hanya karena dia orang Indonesia? Apa aku memang tertarik dengan orang-orang yang mengingatkanku pada asal usul Zahra?

Ah sial...

Niat hati ingin bersenang - senang dan melupakan wanita masa lalu, justru harus bernasib seperti ini. Meski Jared memberiku baju ganti, tapi tetap saja tubuhku yang sudah terkena cipratan muntah dari Gloria terasa mengeluarkan bau tak sedap, membuatku malas melanjutkan acara senang - senangku dan membatalkan niatku mencari wanita untuk pelepasan.

Mau ditaruh dimana wajahku ini jika aroma tubuhku yang tidak sedap tercium oleh seorang wanita? Bisa hancur reputasiku di Club itu.

Akhirnya akupun memutuskan pulang dan berakhir sendirian diatas ranjanggku sendiri.

#####

Pagi menjelang, aku yang sudah biasa hidup disiplin, bangun pagi - pagu sekali dengan wajah dan penampilan yang sudah rapi. Oxela juga sudah berada dimeja makan sembari mengolesi roti ditangannya dengan selai cokelat.

"Good morning..." sapa Oxela ketika melihatku.

"Morning..." jawabku.

Oxela tersenyum cantik. Perasaanku mengatakan jika dia ingin mengutarakan sesuatu.

"Ada apa, hmm?" tanyaku yang mulai ingin memahami situasi.

"Kak, apakah aku boleh pergi liburan?"

"Kemana?" tanyaku sembari menuang air putih ke dalam gelas.

"Ke Indonesia."

"Uhuk uhuk ...." aku tersedak minuman yang sedang ku minum.

"Pelan - pelan, Kak!" kata Oxela sembari memberiku serbet putih yang sempat ku abaikan tadinya.

Aku mengelap sisa-sisa air yang ada di sekitar dagu dan bibirku. "Untuk apa kesana?" tanyaku memastikan niat adikku itu. Aku memang tak pernah mengatakan pada Oxela tentang asal - usul dan siapa yang membunuh Ayahku, aku tidak mau Oxela memiliki dendam sepertiku dulu, sehingga Oxela memang tak pernah tahu jika aku sempat tinggal di Indonesia untuk mencari keturunan musuh-- demi membalas dendam. Selama ini yang Oxela tahu aku bekerja keras demi meneruskan perusahaan mendiang Ayah kami.

"Aku mau liburan, Kak. Bersama teman - temanku juga," kata Oxela dengan penuh harap.

"Tidak usah," jawabku datar.

"Kenapa, Kak?"

"Aku baru tiba disini dan kau sudah mau pergi meninggalkanku. Lagi pula kau bilang mau mengadakan pesta ulang tahun, kan?"

"Kalaupun Kakak berada disini bukan berarti aku harus selalu disamping kakak, kan? Kakak saja sibuk! Aku juga punya kesibukan! Aku cukup pusing memikirkan pekerjaan, aku butuh liburan! Aku juga bukan anak remaja yang mengadakan pesta ulang tahun besar-besaran. Acara itu juga masih bulan depan," kata Oxela santai.

"Ya terserah kau saja lah!" Aku menyerah juga akhirnya. Adikku memang terlalu keras daripada aku. Atau justru aku yang terlalu lembek padanya, entahlah.

Aku meilhat Jared yang berdiri tak jauh dari meja makan.

"Kau sudah sarapan, Jared?"

"Sudah, Tuan."

"Apa jadwalku hari ini?" tanyaku pada Jared, karena aku sudah mengatakan bahwa aku akan mulai bekerja dihari ini jadi seharusnya Jared sudah mengurus segala jadwalku untuk beberapa jam kedepan.

"Hari ini anda ada pertemuan dengan pengusaha baru yang akan melakukan kerja sama perusahaan," kata Jared.

"Pengusaha baru?"

"Ya, dia sudah mengundang anda ke pertemuan ini sejak beberapa bulan lalu namun selalu tertunda karena anda jarang berada di kantor pusat," terang Jared.

"Dia menginginkan kerja sama, Tuan! Dia ingin mendompleng nama perusahaan kita untuk usaha barunya yang bergerak di bidang periklanan."

"Oke, baiklah, aku akan menemuinya. Pastikan provitnya akan menguntungkan," ucapku mengingatkan Jared.

"Baik, Tuan!"

Aku pun melanjutkan sesi sarapan pagiku bersama Oxela.

Menjelang siang, aku melakukan pertemuan dengan pengusaha baru yang pagi tadi sudah diberitahukan Jared kepadaku. Kami bertemu di sebuah Restoran yang menjadi pilihan pengusaha itu untuk menjamuku dipertemuan ini.

"Selamat siang, Tuan... Owen Zwart," sapa pria yang ku taksir usianya hampir setara denganku.

"Siang," jawabku ramah.

"Perkenalkan saya adalah Richard Jensen, saya baru memulai usaha ini namun saya akan memberitahukan benefit untuk masing-masing perusahaan kita,"

Aku tak menggubris lagi apa yang pria didepanku ini utarakan. Karena atensiku hanya sebatas nama miliknya yang baru saja dia perkenalkan padaku. Richard Jensen. Apa dia suami Gloria?

******

Rasa ingin tahu

Aku menyetujui untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan baru milik Richard Jensen. Entah kenapa pertemuanku dengan Richard hari ini membuatku merasa jika semua ini seperti sebuah kebetulan yang tak terduga. Entahlah, tapi rasa ingin tahu alias penasaran mulai melingkupiku tentang kehidupan rumah tangga Richard dan Gloria.

Aku tidak tahu sejak kapan aku menjadi orang yang ingin tahu permasalahan orang lain, ini seperti bukan diriku sendiri, tapi entah kenapa aku tetap melakukannya.

"Terima kasih, Mr. Zwart. Aku tidak menyangka kau mempermudah proses awal kerja sama kita." Pria bernama Richard itu mengulurkan jemarinya kepadaku dan aku menyambut jabatan tangannya dengan singkat.

"Ya," jawabku.

Tapi, secara mendadak aku terpikir untuk melanjutkan keingintahuanku tentang kehidupan rumah tangga Richard dengan wanita yang sempat memuntahi bajuku malam tadi.

"Em... Tuan Richard, jika kau tidak keberatan datanglah ke Mansionku besok, aku mengundang keluargamu untuk makan malam," ucapku sengaja memancing.

Richard tampak melengkungkan senyuman, begitu antusias dengan undangan yang ku lontarkan sebagai bentuk peruntungan. Ya, aku ingin mencoba peruntunganku dengan Gloria. Mencoba untuk mendekati wanita itu.

Apa aku tertarik dengan wanita itu? Entahlah, tapi ku rasa menjalin hubungan dengan wanita yang sudah bersuami akan sangat menantang jiwa kelelakianku. Gloria juga cukup cantik dan hal awal yang mendorongku untuk melakukan hal ini karena ingin tahu kenapa Richard yang sudah berumah tangga justru tidak tertarik pada wanita yang sudah menjadi istrinya? Seperti yang Gloria racaukan malam tadi mengenai suaminya.

Aku ingin tahu seperti apa hubungan pernikahan, barangkali bisa memberiku pelajaran agar tak melakukan kesalahan yang sama atau bisa memberitahu Oxela yang ingin menuju jenjang itu.

"Aku pasti akan datang, Tuan. Aku merasa terhormat dengan undanganmu," kata Richard semringah.

"Ya, pastikan untuk datang bersama keluargamu," ucapku meyakinkan.

"Ya, saya akan mengajak istri saya," kata Richard tersenyum.

"Oh, kau sudah menikah rupanya?" tanyaku berlagak tak tahu menahu.

"Ya, Tuan... baru setahun ini," jawab Richard.

"Baiklah, aku tunggu kedatanganmu besok di Mansionku," ucapku sungguh-sungguh.

######

"Tuan, kenapa Anda menyetujui kerja sama itu begitu saja? Bukankah biasanya Anda akan menyelidiki dulu latar belakang pengusaha baru yang ingin memulai kerja sama dengan Anda?" Suara Jared terdengar bertanya, wajar jika Jared merasa aneh dengan kemudahan yang ku berikan pada perusahaan Richard yang terbilang baru memulai.

"Ya, aku mau menolongnya saja," jawabku tak acuh.

"Menolong?" Jared sampai menoleh ke jok belakang dari tempatnya yang duduk disebelah sopir--demi melihatku.

Aku tahu hal semacam ini adalah hal termustahil yang ku lakukan, bagaimana mungkin Owen Zwart 'menolong' orang lain tanpa ada niat tertentu.

"Apa Anda mengenal Tuan Richard sebelum pertemuan ini?" Jared tampaknya belum tahu apa yang ku pikirkan. Haruskah aku memberitahunya?

"Aku tidak mengenalnya, tapi aku kenal dengan istrinya," ujarku terus terang.

"Istrinya? Anda mengenal istri Tuan Richard?" Jared tampaknya terlalu penasaran, sama seperti aku yang menjadi penasaran dengan rumah tangga seperti apa yang dijalani Richard dan Gloria.

"Ya, kau juga mengenalnya..."

"Saya? Mengenalnya?"

"Ya, istri pria itu ... Gloria."

"Gloria? Nona Gloria yang baru kita kenal kemarin?"

Aku mengangguk mengiyakan.

Jared terdiam beberapa saat, seperti tengah mencerna sesuatu. Aku yakin dalam beberapa detik intuisi Jared akan bisa menebak rencanaku.

"Ehm, Tuan... maaf," kata Jared terdengar hati - hati.

"Apa? Kau mau menebak isi kepalaku?" tanyaku menerka.

"Y-ya, apa anda tertarik dengan Nona Gloria?" tanya Jared dan Aku tertawa keras karena pertanyaannya itu.

"Aku cuma penasaran rumah tangga seperti apa yang dijalani wanita itu! Aku tidak mengerti hubungan semacam itu, anggaplah aku sedang mempelajarinya," jawabku tenang.

"Semoga Anda tidak terjebak dalam situasi ini, Tuan. Bagaimanapun mereka tetaplah sepasang suami istri."

"Ya, suami istri yang terikat dalam pernikahan toxic," ucapku terkekeh.

#####

Aku kembali bekerja, berusaha mengalihkan atensiku dari segala pemikiran tentang wanita masa lalu maupun tentang dedam yang dulu membelengguku.

Namun dalam kesibukanku kali ini, aku teringat Richard dan Gloria. Apakah aku memang harus memasuki rumah tangga mereka yang terbilang sudah tak baik.

Haruskah aku membantu mendamaikan hubungan mereka? Oh tentu saja tidak, itu bukan urusanku, lagi pula apa untungnya untukku?

Justru aku akan lebih diuntungkan jika bisa benar - benar masuk ke dalam rumah tangga mereka dan mengambil kesempatan untuk mendekati Gloria yang sedang terpuruk sebab hubungannya dengan Richard yang berantakan. Paling tidak, itu menguntungkan untukku bisa bersenang-senang, bukan?

Mungkin ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan, bisa bersenang - senang dengan istri orang. Hal yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Mungkin bermain - main dengan Gloria bisa membuatku melupakan masa lalu.

"Jared!"

"Ya, Tuan?"

"Tolong cari tahu latar belakang Gloria dan apa yang menyebabkannya menikah dengan Richard," pintaku pada Jared.

Jared terdiam, tak langsung menjawab namun beberapa detik kemudian dia mengangguk sebagai jawaban atas permintaanku. Aku tahu Jared bisa diandalkan dan Jared pun tahu jika aku tak suka diberikan banyak pertanyaan sehingga pria itu langsung menyetujui permintaanku tanpa banyak tanya.

Tak perlu waktu lama, aku sudah bisa mendapat info dari Jared mengenai Gloria.

"Gloria Febrina yang berubah nama menjadi Gloria Jensen sejak menikah dengan Richard Jensen di bulan Agustus tahun lalu," kata Jared menyerahkan secarik kertas berisikan data diri wanita itu.

"Sebelumnya apa mereka berpacaran?"

"Mereka mengenal dan berhubungan lewat sosial media, Tuan," kata Jared.

"Apa? Jadi mereka mengenal dari jarak jauh?"

"Ya, banyak pasangan yang seperti itu, bermula dari sosial media," terang Jared.

"Berani sekali dia menikahi pria yang dikenalnya dari dunia maya," gerutuku.

"Hal semacam itu tak asing lagi, Tuan. Apalagi Richard berani datang melamarmya ke Indonesia," kata Jared lagi.

Aku mengangguk - anggukkan kepalaku atas perkataan Jared yang masuk akal. Jika dihitung sampai saat ini berarti pernikahan mereka baru 8 bulan, belum genap setahun dan Richard sudah mengulah. Ada - ada saja. Apa Richard begitu karena Gloria ternyata tak sesuai dengan ekspektasinya selama ini Entahlah? Hanya pria itu yang mengetahuinya.

"Apa ada kemungkinan jika Richard memiliki kekasih lain?" tanyaku pada Jared, karena terkadang asistenku itu memang memiliki intuisi dan pemikiran yang sulit ditebak.

"Mungkin saja, banyak kasus yang seperti itu," jawab Jared.

"Oke, kau cari tahulah juga tentang Richard. Aku ingin tahu wanita seperti apa yang menjadi kekasihnya sehingga dia mengabaikan Gloria," titahku.

"Apa anda ingin tahu sejauh itu, Tuan?"

"Apa aku harus bertanya padamu dulu... boleh atau tidak?" tanyaku balik pada Jared yang mulai tertunduk.

"Kau sudah paham dengan apa yang ku minta, Jared?" tanyaku memastikan.

"Sudah, Tuan. Saya akan mencari informasi yang Anda butuhkan."

Aku tahu Jared adalah orang yang palimg dekat denganku. Selain dia, aku tidak memiliki orang lain yang mengerti kehidupan kelamku, bahkan teman pun aku tak punya, karena selama ini hidupku selalu disibukkan dengan pembalasan dendam.

Aku paham jika Jared mengkhawatirkan jalan yang ku pilih tentang mendekati Gloria yang sudah bersuami, tapi aku juga bingung pada diriku sendiri yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai wanita itu. Jared tak perlu berlebihan mengkhawatirkanku, karena ini hanya bentuk permainan dan pengalihanku saja untuk melupakan masa lalu.

"Apa Gloria sering mabuk di Club yang sama?" tanyaku.

"Sepertinya begitu, Tuan," jawab Jared.

"Baiklah, aku akan menemuinya lagi nanti malam!" batinku mulai tertarik menyusun rencana untuk mendekati wanita itu.

******

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!