NovelToon NovelToon

Ex Mafia Hot Daddy

#Part 1 EMHD

Di sebuah gudang bawah tanah pukul 24.00

Wajah pria berumur itu sudah tak bisa dikenali akibat bogeman dan pukulan yang mendarat di sana. Darah segar mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya yang sudah pecah.

Pria tua dan gempal itu sudah menyerah. Alasan dan permohonan ampun sudah tidak berguna lagi. Hati dingin tak berperasaan seorang Alexander Smith sudah beku.

Raungan menyedihkan dari mulutnya terus bergema seiring tendangan dan pukulan kejam itu mendarat di tubuhnya yang gempal.

"Ampun tuan,"

"Beri saya satu kesempatan lagi," erangnya dalam kesakitan, tetapi tangan dingin Alexander Smith sepertinya tak ingin berhenti. Ia sepertinya sangat marah kali ini. Bukan hanya nyawa dari beberapa anggotanya yang melayang akibat si gempal brengsek ini tetapi jutaan dollar juga sudah raib entah kemana. Tangannya dengan cepat menarik pelatuk revolver jenis Colt 22 setelah menempelkan alat peredam suara.

Bussh

Suaranya lembut tetapi mampu membuat pria tua itu membelalakkan matanya karena pelurunya pas mengenai jantungnya. Dalam hitungan menit tubuh itu jatuh menyentuh kaki Alexander Smith. Tak ada lagi suara selain tarikan nafas berat dari seorang bos Mafia kelas kakap itu.

Dengan langkah cepat ia meninggalkan tempat itu kemudian di jarak yang sudah ia perkirakan satu tombol merah ia tekan.

Dan

Booom

Gedung itu mengeluarkan pijaran api dan letusan yang mampu menggetarkan daerah perbukitan itu. Sebuah gedung tempat banyak senjata ilegal disembunyikan.

Alexandre Smith menyeringai dibawah gelap dan dinginnya malam itu. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak ada lagi yang perlu ia khawatirkan, bajingan tengik itu sudah ia lenyapkan dengan tangannya sendiri. Sekarang waktunya ia kembali ke rumah tempat anak dan istrinya tercinta menunggunya.

🍁🍁🍁

Aku adalah Alexander Gazeta dari sebuah negara yang terkenal sebagai negara komunis. Setelah aku diadopsi oleh keluarga Smith namaku berubah menjadi Alexander Smith. Usiaku waktu itu sekitar 10 tahun.

Sebuah peristiwa besar dan tak beradab yang menjadikanku seperti ini. Kedua orangtuaku dilenyapkan di depan mataku sendiri dengan begitu sadis oleh sebuah kelompok bersenjata di kawasan barat tempatku tinggal. Daerahku memang adalah daerah Texas yang rawan akan kekerasan bahkan pembunuhan secara sadis. keadaan ekonomi yang buruk sangat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat kami disana yang rela melakukan apa saja yang penting bisa bertahan hidup.

"Papa," aku membekap mulutku karena tak sanggup melihat penyiksaan itu. Mereka adalah salah satu kelompok bersenjata yang sering membuat kerusuhan dan perampokan di desa kecil kami. Mereka menyiksa papaku dengan sangat sadis dan tak berperikemanusiaan. Aku ingin berlari ke sana menolong tetapi mama yang melihatku memberikan kode agar diam saja di tempatku bersembunyi. Sampai mama pun ikut menjadi korban selanjutnya aku hanya bisa melihat dengan hati perih. Hari itu bahkan air mata pun tak ingin keluar dari kelopak mataku. Hatiku beku dan tak mampu lagi meraung.

"Mama..." ku coba menutup mata mama yang membelalak kesakitan saat nyawanya dipaksa diambil oleh orang-orang biadab itu. Tubuh mama dan papa sudah tidak bergerak lagi mereka sudah tiada dan meninggalkan aku sendiri di dunia yang keras ini.

Kakiku yang kecil kulangkahkan dengan hati-hati menyusuri tanah kering dan tandus meninggalkan gubuk kecil kami bersama jasad kedua orangtuaku di sana. Aku belum mengerti mau diapakan jasad itu setelah terbujur kaku bersimbah darah. Tak ada tetangga yang datang menolong. Semua hanya mengintip dari balik tirai jendela kecil mereka. Mereka takut mendekat karena sewaktu-waktu kelompok bersenjata itu bisa saja kembali dan menghancurkan perkampungan kami. Dan aku hanya seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Lebih baik aku pergi meninggalkan tempat terkutuk itu.

Berhari-hari berjalan dengan langkah tak pasti hingga aku baru menyadari kalau kakiku sudah mulai memasuki jalanan kota yang ramai. Rasa lelah, haus, dan lapar mulai membuatku goyah. Tubuhku gemetar tak bertenaga dan tak sanggup lagi melangkah.

Bugh

Tubuhku yang ringkih jatuh pas di depan seorang pria paruh baya berambut putih. Badannya tinggi menjulang dengan perawakan aristokrat. Dengan pandangan mata yang sudah kabur aku masih bisa melihat tangannya meraih tubuh ringkihku dan menolong agar aku tidak terjatuh ke tanah.

Sejak saat itu aku dirawat oleh pria yang bernama Johny Smith yang kemudian mengadopsiku dan memberikan nama belakangnya kepadaku. Alexander Smith itulah namaku sekarang.

Hidupku hanya untuk Johny Smith yang kemudian aku panggil sebagai Papa. Aku dilatih dan dipersiapkan dengan matang untuk menjadi penggantinya dalam dunia hitam. Dunia gengster atau mafia yang ia pilihkan untukku. Menjadi orang yang dingin, kuat, dan tak berperasaan. Menghancurkan dan menghilangkan siapa saja yang berani mengusik kesenanganku dan mengganggu daerah kekuasaanku.

Aku menikmatinya karena memang tak ada kata Tuhan dalam hidupku apalagi yang namanya agama. Menurutku semua itu hanya omong kosong belaka. Toh Tuhan tidak pernah datang menolongku dan keluargaku saat aku membutuhkanNya. Bagiku gemerlap dunia dengan segala kenikmatannya ini adalah kepuasanku.

🍁🍁🍁

Hari ini seorang agen khususnya yang bernama Maksim sedang memperlihatkan beberapa box senjata api jenis revolver yang akan mereka perdagangkan ke beberapa petinggi di negara ini.

Aku menyeringai senang dan menepuk bahu Maksim sembari menatap kagum box senjata api itu. Membayangkan keuntungan besar yang akan kami dapatkan membuatku sangat bersemangat.

Maksim membuka satu box dan menunjukkannya padaku

"Desert Eagle, jenis senjata buatan Israel. Senjata yang satu ini bisa dibilang memiliki bentuk yang cukup ramping, tetapi memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Dimana, jika desain pistol umumnya hanya mampu untuk menembus sasaran, tetapi pistol ini memiliki kemampuan untuk menghancurkan target sekaligus."

Maksim kemudian melanjutkan,

"Berikutnya ada jenis pistol Raging Bull 454 asli buatan perusahaan Taurus yang berlokasi di Brasil. Jenis ini memiliki tembakan yang cukup cepat dengan 580 meter per detik. Untuk energi yang dilontarkan juga bisa dikatakan sangat cepat mencapai 2700 Joule. Dengan performanya yang mumpuni, pistol dibuat untuk perlombaan olahraga dan juga berburu."

"M2HB 50-Caliber Machine Gun, Senjata buatan Amerika ini memiliki julukan sebagai The Fifth atau Ma Deuce, senapan ini digunakan secara terus menerus karena kemampuannya yang sangat handal. Kaliber senapan ini berukuran 50 dengan tunas sekitar 500 putaran per menit. Tak ayal jika senjata ini dapat menembak secara akurat dari jarak 100 mil jauhnya."

Aku terus memperhatikan Maksim menjelaskan dengan rasa bangga, tangan kananku ini memang patut diacungi jempol.

"NightHawk Custom, Senjata lainnya yang diproduksi oleh Amerika yaitu Nighthawk Custom. Senjata yang satu ini memiliki daya hancur yang cukup mengerikan dibanding lainnya. Meskipun memiliki akurasi yang terbilang terbatas, namun senjata ini memiliki kecepatan yang sangat baik layaknya senapan jarak jauh atau sniper."

"Smith and Wesson Model 29 .44 Magnum Revolver

Dengan model 44 S&W MODEL 29 yang dikembangkan oleh perusahaan Smith & Wesson sejak 1957 hingga sekarang, jenis ini memiliki daya tembak yang juga cukup baik. 44 S&W MODEL 29 memiliki spesifikasi yang terbaik dengan tipe peluru 44 Magnum. Seentara untuk jumlah peluru yang ada adalah 6 peluru dengan special kaliber 44."

"Berikutnya ada senjata Accuracy International Arctic Warfare 50 atau yang lebih dikenal dengan sebutan AW 50. Jenis senjata ini memiliki kemampuan yang tinggi karena dapat menembus kendaraan tempur berlapis baja. Bahkan senjata ini mampu menembus rekor untuk menembak objek tank dengan jarak lebih dari 2000 meter dan memberikan kerusakan yang sangat hebat."

Aku bertepuk tangan akan kemampuan Maksim menjelaskan detail senjata api itu.

"Luar biasa!" ujarku dengan mata berbinar.

"Pastikan senjata ini aman, dan tidak bocor ke bagian intelijen."

"Kita akan membuat penawaran yang cukup tinggi untuk senjata api ini," lanjutku lagi kemudian berlalu dari hadapan Maksim. Aku ingin merayakan keuntungan besar ini bersama para gadis-gadis seksih yang sudah lama menungguku di Club malam ini.

-Bersambung-

Hai, readers tersayangnya othor, mohon dukungan untuk karya baruku ini ya, dengan cara tap love favorit, klik like, ketik komentar, dan kirim hadiahnya yang banyak.

Ingat, jangan Boomlike, okey?

Nikmati alurnya dan happy reading 😍😍😍😍😍

#Part 2 EMHD

Club X pukul 23.00 waktu setempat.

POV Alexander Smith

Malam ini aku begitu bahagia karena pencapaian gengster yang aku pimpin sejak bertahun-tahun yang lalu sejak John Smith papa angkatku menyerahkan semuanya padaku. Aku tahu akan banyak yang tidak suka karena aku hanya seorang anak angkat yang tidak ada hubungan darah dengan bos besar gengster terbesar di negara ini.

Aku tidak peduli dan tidak mau tahu apa yang mereka pikirkan yang penting aku sudah menguasai gengster ini dan membuatku kaya raya dan bebas melakukan apa saja yang aku mau, itu sudah cukup buatku.

Area kekuasaanku semakin melebar ke arah barat tempat gengster Yuris berkuasa. Sekali lagi kami mengambil alih daerah itu. Aksi tembak menembak tentunya tak bisa kami elakkan. Ada banyak korban berjatuhan dari dua belah pihak tetapi kekuatan kami belum bisa mereka kalahkan.

Aku sudah berdiri di depan Club pribadiku yang hanya orang-orang terdekat saja yang bisa masuk di sini termasuk gadis-gadis yang akan melayaniku haruslah gadis pilihan yang bersih dan tidak berpenyakitan. Mereka harus lulus uji klinis.

"Mr. Alex, mereka menunggu anda di dalam," ujar salah seorang kepercayaanku yang bernama Albert ketika menyambutku di depan Club. Ia selalu tahu apa keinginanku ketika aku tiba. Gadis-gadis pilihan akan selalu menantiku di kamar VVIP.

Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya, tetapi entah kenapa netraku tertumbuk pada seorang gadis yang tampak kusut di depan bartender. Ia kelihatan tengah duduk sendiri di tengah hingar bingarnya musik keras dengan nada memekikkan telinga itu Sebuah gelas sloki masih berada di tangannya. Rambutnya yang hitam panjang sedikit menutupi wajahnya.

Aku menghentikan langkahku dan memutar arah ke tempat gadis itu berada. Ada rasa penasaran di hatiku melihat tatapannya yang begitu menyedihkan.

"Excuse me, Miss," sapaku padanya dengan sopan. Ini bukan kebiasaanku sebenarnya. Menyapa gadis terlebih dahulu. Biasanya mereka yang akan mati-matian menggodaku baru kemudian aku ladeni. Gadis itu menatapku dengan tatapan mata sendu penuh air mata. Bola matanya yang hitam pekat begitu menggoda kelelakianku. Tak banyak yang punya bola mata seperti itu di sini. Apa mungkin ia memakai kontak lens. Whatever! yang jelasnya aku sudah tertarik padanya dan aku pastikan akan memilikinya malam ini juga.

"Nona, Mr. Alex menyapa anda!" tegur bartender yang pastinya tahu aku siapa dan kekuasaanku di tempat ini. Aku kembali menajamkan pandanganku padanya. Ia meremas jari-jarinya di atas meja. Sangat jelas kalau ia sedang memikirkan sesuatu yang cukup berat. Ia belum membuka mulutnya setelah aku menunggunya. Terpaksa aku langsung meraih tubuhnya dan menyeretnya dengan paksa ke kamar VVIP ku. Aku sudah terlalu gemas ingin memakannya. Ia mungkin saja berpura-pura takut atau malu padahal yang aku tahu semua perempuan yang masuk ke Club ini pastinya sudah tahu konsekuensi apa yang akan ia dapatkan setelah keluar dari tempat ini.

Uang! mereka kemari untuk mendapatkan uang dan kepuasan. Tidak ada yang suci di sini. mereka menawarkan dan aku memberi yang mereka mau.

Di dalam kamar. Gadis itu masih diam dan aku berusaha mati-matian menahan hasrat yang sedari tadi minta dilepaskan. Entah daya pikat apa yang dia punya hingga mau saja aku menunggunya.

"Tuan, aku..." ujar gadis itu sembari meremas ujung kemejanya. Air matanya kembali menetes.

"Shiiiit!" aku mengumpat karena tak pernah merasakan hal seperti ini. Tidak pernah ada dalam kamusku bisa terpengaruh akan suasana melankolis macam begini. Dan tanpa kuduga gadis berambut panjang itu malah membuka semua kain yang menutup badannya di depanku tanpa sisa. Memperlihatkan semua keindahan yang begitu murni, yang mampu membuat semua orang menjadi lupa diri termasuk aku.

"Cantik!" gumamku dalam hati. Ia memohon agar aku melakukannya padanya. Aku tidak tinggal diam, jiwaku serasa terbakar. Pesonanya begitu memikat hingga membuatku terjatuh dalam palung kenikmatan yang tak berujung. Aku bagaikan harimau lapar yang siap menerkam dan mengunyahnya dengan segala kekuatanku. Aku menerkam tanpa peduli lagi kehigienisan dari dirinya, persyaratan itu kini terbang seiring udara panas yang berhembus diantara kami berdua.

Kayuhanku berhenti setelah tahu ada dinding tak kasat mata yang masih sangat kuat menghalangiku. Tidak ku sangka di negara yang sangat bebas ini masih menyisakan gadis perawan seperti ini. Kulihat ia mengernyit merasakan sakit, tapi sungguh aku tak bisa berhenti di sini. kuhujani dia dengan kecupan-kecupan manis agar dia lebih rileks. Ini terlalu nikmat dan lezat, hingga dengan sekali hentakan aku berhasil menghancurkan dinding itu. Kudengar ia meracau tak jelas dengan suara yang mampu membakarku lebih dahsyat. Sungguh tak pernah kurasakan yang seperti ini sebelumnya dengan perempuan manapun yang pernah menjadi pemuas ranjangku.

"Terima kasih, Beb," ucapku tanpa sadar. Kutelan Salivaku kasar. Ini sungguh diluar kebiasaan seorang Alexander Smith. Aku berterima kasih setelah melakukan transfer kecebong pada seorang gadis asing yang bahkan tidak terdata dalam daftar yang akan melayaniku malam ini.

"Hem," ia mengangguk kemudian jatuh tertidur karena kelelahan berlomba denganku menggapai puncak. Aku sekarang baru punya waktu untuk mengamati wajahnya. Ia sangat cantik, bulu matanya lentik dan bibinya sangat manis. Seketika terbayang lagi kejadian tadi yang rasanya ya ampun, bagian intiku kembali berdenyut mengingat apa yang aku lakukan padanya barusan.

Biasanya setelah bercumbu aku akan segera meninggalkan para perempuan pemuas hasratku itu begitu saja, Albert yang akan mengurusnya tetapi tidak kali ini, aku yang takut ditinggalkan walaupun aku tahu siapapun yang berani membuatku kecewa pastinya akan mendapat ganjaran yang sangat besar. Ia akan dicari sampai ke lubang semut sekalipun.

Setelah memastikan gadis ini tertidur dengan tenang akupun menyusulnya ke dunia mimpi dengan tetap memeluknya posesif. Besok pagi aku akan mencari tahu siapa sebenarnya dirinya karena mulai saat ini ia yang akan melayani hasratku seorang aku tak ingin perempuan yang lain. Rasanya sangat cocok untukku.

"Tuan," ujar gadis itu sembari menarik letak selimut yang menutupi tubuh polosnya yang sudah dipenuhi banyak jejak kepemilikanku. Rupanya nyawanya sudah terkumpul dan mulai ingin beradaptasi denganku.

"Hem, " jawabku singkat sembari menghisap cerutu ku. Aku sudah lama terbangun dan menunggunya dengan membuka handphoneku untuk mengawasi pergerakan musuh kami kali ini. Ia masih kelihatan malu-malu setelah kejadian semalam yang membuatku terbang ke nirwana berkali-kali. Aku menghampirinya dan menatapnya lembut.

"Kamu renyah sekali semalam, minta apa saja padaku aku akan mengabulkannya," aku berbisik dikupingnya lembut.

"Kamu tahu siapa aku kan?" tanyaku sembari meraih rahangnya agar ia bisa menatapku dengan bola mata hitam pekatnya itu. Ia menggelengkan kepalanya polos.

"Apa? kamu tidak mengenal siapa aku?" ujarku kaget sekaligus gemas. Aku bukanlan orang baik yang seharusnya dikenal tetapi setidaknya ia harus mengenalku sebagai orang jahat yang hampir menguasai keseluruhan negara ini. Aku menggeram kesal dengan kepolosan gadis ini.

"Aku butuh uang yang banyak untuk menebus orang tuaku yang mereka tahan karena pinjaman berbunga itu tuan," ujarnya dengan nada sedih.

"Aku tidak tahu kenapa kakiku bisa saja melangkah kesini semalam setelah mengikuti beberapa perempuan yang katanya bekerja di sini."

"Ssst!" aku menaruh jariku ke bibirnya agar ia tidak usah meneruskan kisahnya yang cukup klise bagiku. Semua yang datang menjajakan tubuhnya ke sini alasannya adalah uang dan uang. Segera aku menghubungi Albert untuk mengurus pembayaran utang orang tua gadis ini yang aku ketahui bernama Paula.

"Kamu tidak usah khawatir, semua yang kamu inginkan akan aku beri tetapi hiduplah bersamaku, berikan aku kepuasan yang melebihi dari semalam, okey?" ia hanya mengangguk dan tentu saja memang tak punya cara untuk menolak. Aku sudah membelinya dengan harga mahal.

Aku tahu dia belumlah profesional di atas ranjang tetapi entah kenapa aku ingin mengikatnya di sini bersamaku sampai aku bosan. Tak perlu kata cinta karena aku tidak percaya itu apalagi yang namanya pernikahan. Tetapi aku tetap akan menamainya sebagai istriku.

---Bersambung---

🍁🍁🍁

Hai readers tersayangnya othor jumpe lagi kite. Tetap dukung karya receh aku ya gaess, dengan cara tap Favorit, klik like, ketik komentar, dan kirim hadiah, dan vote yang banyak ya...

Kisah ini aku daftar untuk lomba Pria Urban, So nikmati alurnya dan happy reading 😍😍😍😍😍

#Part 3 EMHD

POV Alexander Smith

Ada yang berbeda dari hidupku belakangan ini. Sejak Paula memasuki hidupku aku tak pernah lagi ke Club. Apa yang aku cari di sana semuanya diberikan oleh wanita itu. Rupanya ia tipe pembelajar yang baik. Ia semakin mahir melayaniku di ranjang.

Aku yang biasanya menghabiskan waktu di markas tempat senjata-senjata api ilegal itu disembunyikan atau aku yang selalu sibuk di kantor mengurusi bisnis alat-alat kesehatan di pusat kota kini tak betah lagi di sana. Aku lebih sering ingin pulang ke rumah menemui istriku Paula.

Aku sengaja memperkenalkannya sebagai istriku di depan para kolegaku pada setiap acara-acara bisnis meskipun kami belum ada hubungan pernikahan. Aku ingin mereka tahu bahwa aku juga bisa mempunyai satu keluarga bahagia.

Hubungan kami hanya sebatas simbiosis mutualisme yaitu hubungan yang saling menguntungkan. Aku butuh dirinya untuk melayani hasratku sedangkan ia butuh uangku untuk menghidupi kedua orangtuanya.

Hari ini aku ingin sekali pulang ke rumah menemuinya. Rasa rindu yang cukup lama kupendam karena urusan bisnis di luar negeri selama beberapa hari ini semakin memuncak. Ingin rasanya ku ledakkan diriku di dalam dirinya saat ini juga.

"Selamat siang Mr. Alex!" sapa Maksim saat melihat aku melangkah terburu-buru dari atas tangga pesawat jet pribadiku. Ia datang menjemputku siang ini dengan ekspresi wajah datar seperti biasa.

"Hem, siang Maksim!" jawab ku singkat sembari memasuki mobil yang sudah dibuka terlebih dahulu oleh sopir pribadiku.

"Ada pergerakan di bagian Utara, Mr.!" ujar Maksim masih dengan ekspresi tak terbaca. Aku langsung menegakkan punggungku mendengar berita yang tak ingin aku dengar. Maksim tahu kalau aku sedang menyimak apa yang ia katakan. Dan tanpa kutanya ia langsung melanjutkan laporannya.

"Senjata-senjata kita yang kita kirim lewat jalur laut ternyata terendus oleh mereka. Gengster itu berani menghadang dan berniat merampas milik kita tetapi untunglah orang-orang yang kita kirim untuk mengawal mereka adalah orang-orang terbaik. Hanya satu korban jiwa dalam aksi itu." ujar Maksim dengan begitu ringan melaporkan hal berbahaya seperti itu seringan kapas.

"Siapa yang jadi korban!" tanyaku dengan suara dalam karena emosi.

"George,"

'Oh, Shiiiit!" Pemuda itu adalah pengawal terbaik yang aku punya. Aku meraup wajahku kasar.

"Antar aku ke rumah orangtuanya!" titahku kepada sopir. Aku ingin mengucapkan kalimat duka untuk keluarganya dan memberikan sejumlah uang untuk kerjasamanya selama ini.

"Tapi, nyonya Paula sudah menyiapkan kejutan untuk anda tuan," Kali in nada suara Maksim tidak sedatar tadi. Ada perubahan dalam nada suaranya yang biasanya begitu kering sekering orangnya kini lebih basah dan bermakna.

"Kita ke rumah Orang tua Maksim sekarang!" titahku tegas. Tentang hadiah kejutan itu pasti aku akan mendapatkannya. Aku hanya terkejut pada diriku sendiri yang semakin ke sini semakin wanita itu membuatku gila.

"Baik!" jawab Maksim tanpa bantahan. Kamipun berangkat ke rumah keluarga George dan menyerahkan sejumlah uang duka atas kematian putra mereka. Dan aku berjanji akan membuat perhitungan dengan pembunuh George.

🍁🍁🍁

Kejutan yang dikatakan oleh Maksim benar-benar membuatku terkejut bukan kepalang. Paula ternyata mengandung anakku. Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku bahagia sampai kuangkat Paula tinggi-tinggi dan membuatnya berteriak histeris.

"Terima kasih sayang," Ucapku dengan senyum yang tak lepas dari bibirku. Kematian George rasanya tergantikan dengan kehadiran calon penerus Alexander Smith asli dari darah dan dagingku sendiri.

Kuhadiahi semua pelayan dan anggota gengsterku dengan banyak uang dan perhiasan. Mereka harus ikut berbahagia atas bahagiaku.

Sedangkan Paula, aku hadiahi ia dengan banyak limpahan sentuhan dan cumbuan dari ledakan hasrat yang sudah kutahan selama beberapa hari ini. Aku betul-betul mengurungnya di kamar dan tak kubiarkan ia keluar. Makanan dan apa pun yang ia inginkan akan diantar langsung ke kamar ini. Aku jadi sangat posesif padanya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anakku kelak.

Paula yang sabar dan baik hati itu begitu menikmati kehamilannya. Ia tak banyak keluhan. Hingga pada suatu hari ia menyatakan sesuatu yang membuatku marah.

"Sayang, aku mau kamu nikahin aku sebelum baby ini lahir." ujar Paula waktu itu disela-sela kegiatan panas kami. Dan entah kenapa aku langsung kehilangan mood dan jadi marah lalu meninggalkannya begitu saja padahal kami belum sampai di akhir perjalanan yang menyenangkan itu.

Sejak saat itu aku jarang kembali ke rumah. Aku kembali sibuk dengan bisnis senjata api yang semakin hari semakin menggoda dan menguntungkan. Belum lagi pelebaran daerah kekuasaan yang selalu aku pimpin sendiri. Janjiku untuk menghabisi pembunuh George pun sudah kutunaikan.

Ketika aku kembali ke rumah aku mendapati Paula menangis di sudut kamar sembari memegang perutnya yang tampak besar sekali. Aku berpikir bahwa perut itu sebentar lagi akan meledak.

"Ada apa Paula?" tanyaku khawatir apalagi kulihat darah segar mengalir dari pangkal pahanya.Tidak ada jawaban kecuali ringisan menyayat hati yang keluar dari mulutnya.

Aku segera menggendongnya keluar dan mengendarai sendiri mobilku ke rumah sakit. Maksim dan Albert baru muncul setelah Paula berhasil melalui masa-masa kritisnya. Ia melahirkan dengan cara Caesar.

Tak terasa seorang penerus ku pun lahir di dunia ini. Seorang putri cantik perpaduan antara kecantikan mommy dan ketampanan Daddy-nya. Warna matanya lebih mirip mataku yang berwarna biru.

Putri kami tumbuh sehat dan cerdas. Di usianya yang baru 2 tahun Nikita sudah lancar berbicara. Aku meminta seorang perawat dan guru untuk mengajarinya di rumah sedang aku dan Paula sibuk di luar rumah mengurusi bisnis dan tentu saja kesibukan kami yang lainnya adalah membuatkan adik untuk Nikita.

Permintaan Paula yang ingin dinikahi tak pernah lagi kami bahas. Paula juga sudah menyadari kalau apa yang ia inginkan tak mungkin aku bisa berikan. Bagiku tak adaTuhan tak ada cinta dan tak ada pernikahan.

Suatu hari Nikita merajuk ingin mengunjungi sebuah tempat rekreasi yang sangat indah. Ia melihat tempat seperti itu dari Chanel yutub di handphonenya. Aku menyetujuinya. Aku mencari waktuku yang kosong baru kita berangkat bertiga.

Semua barang bawaan kami sudah sangat lengkap dan telah disiapkan dengan baik oleh Paula. Kami bertiga menaiki mobil yang kali ini dikendarai oleh Maksim sendiri sebagai tangan kananku.

Ditengah perjalanan Maksim memberi kode padaku lewat tatapannya. Ada bahaya yang mengintai kami. Beberapa mobil dengan kecepatan penuh sedang mengikuti kami sejak tadi. Dengan penuh persiapan aku segera mengambil revolver ku yang selalu ada dalam kantung bagian dalam coatku. Sedangkan Maksim segera mengirim tanda bahaya ke semua anggota dan juga Albert agar segera mengirim bala bantuan secepatnya.

Bugh boom

"Daddy...Mommy" teriak Nikita ketika merasakan mobil kami ditabrak dari belakang. Maksim berusah membuat jalannya mobil tetap stabil. Ia membanting stir ke kiri. Sedangkan Aku berusaha mencari posisi yang tepat untuk menembak roda mobil bagian depan.

penyerang kami.

"Daddy..."teriak Niki lagi di belakang yang justru mengganggu konsentrasi kami semua.

"Oh, No Niki..."suara Paula yang sepertinya sedang menolong Niki betul-betul membuatku melepaskan tembakan asal tetapi justru membuat mobil dibelakang kami oleng dan menabrak pembatas jalan.

Prang

Berkali-kali bunyi tembakan berusaha menembus bodi mobil yang kami kendarai tetapi ternyata tidak berhasil. Mobil ini sudah dirancang khusus anti peluru dan bom.

Maksim menambah kecepatan mobil tapi naasnya rupanya mobil yang ada di depan kami sudah diletakkan bom dan meledak dengan jarak yang sangat dekat dengan kami. Maksim berusaha menghindari ledakan itu hingga mobil kami malah menabrak tebing yang begitu curam.

"Daddy, Mommy..." teriak Niki kemudian tidak sadarkan diri. Tak ada suara Paula yang aku dengar. Aku segera mendorong pintu mobil yang sudah ringsek tak berbentuk.

---Bersambung---

🍁🍁🍁

Hai readers tersayangnya othor, beri dukungan karya ini dengan cara like, komentar, n berikan hadiahnya.

Apakah yang terjadi dengan Paula???

Pantengin terus ya gaess happy reading 😍😍😍😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!