Arrasya Tifany sangat tahu bahwa pernikahannya dengan Erzan Harold hanyalah sebuah kontrak pernikahan.
Di suatu malam mereka melakukan hubungan terlarang hingga Arra mengandung benih dari pria dingin itu.
Arra ingin menggugurkannya dan mengakhiri hubungan diantara mereka, namun Erzan melarang. Bukan hanya melarang, Erzan pun mengancam akan menghancurkan hidupnya dan sang kakak, merenggut semua hidup dan kebebasannya hanya untuk anak ini lahir.
9 bulan Arra dikurung dalam sebuah rumah mewah. Apapun Erzan berikan kepada Arra, hanya satu yang tidak boleh Arra dapatkan selama menjadi istrinya, yaitu kebebasan.
Arra bukan tidak tahu kenapa dia dikurung, itu semua demi nama baik keluarga Harold, kelak anaknya pun akan diakui sebagai anak dari tunangan pria badjingan itu.
Arra menangis, tiap dia kenang hanya ada luka yang semakin menganga.
Dan setelah bayi ini lahir, Arra seperti menemukan cara untuk pergi. Mencari tahu bagaimana keadaan sang kakak, Austin.
Erzan selalu mengatakan jika Austin baik-baik saja, namun tidak pernah menemukan mereka. Austin adalah satu-satunya keluarga yang Arra punya. Austin sudah seperti separuh hidupnya yang lain. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Arra dan Austin selalu saling menguatkan. Sampai akhirnya Arra terjebak dan mereka berpisah.
Ditatapnya bayi mungil yang sangat cantik, masih berada di dalam inkubator, Eleanor Harold adalah nama yang tersemat untuk putri cantiknya itu.
Arra tersenyum diantara air mata yang mengalir dari salah satu sudut mata, sementara dimata yang lain air bening itu masih menggenang.
Maafkan mommy Elea, mommy akan pergi meninggalkan mu. Sejak awal yang menginginkan mu hanyalah pria itu.
Arra menghapus air mata, tidak ingin kesedihan ini nampak jelas meski hatinya begitu hancur lebur. Eleanor hanya mengingatkannya pada luka, meski tak dipungkiri olehnya bahwa ikatan yang terjalin diantara dia dan anak itu begitu kuat.
Tapi dia yakin Eleanor akan tahu, bahwa dia pergi bukan karena tidak menyayanginya. Namun untuk terbebas dari pria kejam itu.
Tidak ingin hatinya semakin hancur, akhirnya Arra memutuskan untuk pergi saat itu juga.
Arra keluar dari dalam ruangan inkubator bayi dan melihat sekeliling. Saat ini tengah malam dan rumah sakit nampak sudah sunyi.
"Nyonya, mari kembali ke kamar," ucap seorang pengawal yang tiba-tiba datang dan cukup membuat Arra terkejut.
Pengawal anak buah Erzan yang selalu mengawasi Arra.
"Ah iya, tapi sebelumnya aku ingin ke toilet dulu, bolehkah?"
"Mari saya antar."
Arra mengangguk.
Arra melangkah perlahan, matanya tidak tenang mencari celah untuk kabur. Kedua tangannya pun mulai dibasahi oleh keringat dingin.
Sampai akhirnya mereka tiba di salah satu toilet umum. Arra masuk ke dalam sana dan alangkah senangnya saat dia bertemu dengan orang lain.
Seorang wanita cantik dengan jas dokter, Arra melihat tanda pengenalnya dan membaca nama Anna Walker.
"Dok, saya mohon bantu saya, saya mohon," lirih Arra, dia menangis dan bersimpuh di kaki Anna.
Membuat dokter ini sangat terkejut dan langsung menarik Arra untuk bangkit.
"Nona, apa yang Anda lakukan! jangan seperti ini."
"Sstt! saya mohon Dok, bantu saya untuk pergi." lirih Arra penuh permohonan.
Sekilas Arra menjelaskan tentang apa yang terjadi, tentang dia yang terbelenggu oleh pria keji.
Dan Anna mulai memahami situasi, terlebih saat Arra menunjukkan beberapa lebam di pergelangan tangannya bekas ikatan. Tapi saat itu Arra tidak mengatakan jika dia pun meninggalkan seorang putri, yang Arra katakan hanyalah dia sakit dan ingin kabur.
"Aku akan membantu mu melaporkan kasus ini pada polisi."
"Tidak, itu hanya akan membuat saya terus berurusan dengan pria itu."
"Tapi_"
"Saya mohon Dok, saya hanya ingin pergi."
Anna terdiam, menatap iba kedua mata yang terus menangis penuh permohonan.
"Baiklah, gunakan jas dokter ku."
Dan akhirnya malam itu, Arra benar-benar berhasil pergi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Cerita tentang para dokter disini ada di cerita Author yang lain ya, judulnya Doctor Alamsyah's Secret Wife
Erzan mengepalkan tangannya kuat, rahangnya pun mengeras seketika. Jam 3 dini hari saat dia kembali ke rumah sakit Medistra, Erzan sudah tidak mendapati Arra di atas ranjang.
2 pengawal yang diutusnya untuk menjaga Arra pun hanya menunduk, menyembunyikan wajahnya yang ketakutan.
"Katakan, bagaimana dia bisa kabur?" tanya Erzan dengan suaranya yang sangat dingin, saat mengatakan itu Erzan tidak menatap kedua pengawalnya, dia masih menatap benci pada ranjang yang kosong.
Erzan Harold adalah anak satu-satunya dari keluarga Harold. Salah satu keluarga yang paling berpengaruh di negeri ini, pemilik Harold Kingdom. Perusahaan maskapai penerbangan terbesar.
5 tahun terakhir Erzan memimpin Harold Kingdom, sebagai President Director. Erzan adalah seorang duda, di pernikahan pertamanya dia tidak mendapatkan keturunan. Keluarga Harold memang sulit mendapatkan penerus, ibu Harold bahkan berulang kali mengalami keguguran.
Kemudian kini Erzan memiliki seorang tunangan yang sangat cantik bernama, Eudora. Berharap ketika menikahi Eudora kelak, Erzan akan mendapatkan keturunan.
Namun di suatu malam saat Harold Kingdom mengadakan pesta, Erzan menghabiskan malam terlarang dengan Arrasya, salah satu pramugari di maskapai penerbangannya.
Akibat penyatuan malam itu Arra hamil, sesuatu yang tidak pernah Erzan duga sebelumnya.
Seolah semudah itu ia dan Arra memiliki ikatan.
Erzan sangat bahagia, namun kebahagiaannya seketika hancur saat mengetahui Arra berniat menggugurkan anak itu. Erzan melakukan segala cara agar Arra tetap mengandung anaknya, termasuk merampas hidup wanita itu dan mengurung Arra di rumah mewahnya.
"Maafkan kami Tuan, kami kehilangan jejak nyonya Arra di salah satu kamar mandi," terang salah satu pengawal, dia bicara dengan suaranya yang bergetar merasa takut.
"Apa dia membawa Eleanor?"
"Tidak Tuan."
"Cih, benar-benar wanita gila."
Tanpa banyak kata lagi, Erzan keluar dari kamar itu dan mendatangi ruang inkubator dimana anaknya berada. Di ruang ini hanya berisi anaknya seorang, ruang khusus yang sengaja dia minta pada pihak rumah sakit.
Erzan berdiri di samping sang anak, menatap bayi Eleanor yang masih terlihat merah.
Arra melahirkan secara normal, tepat dihari perkiraan lahir, namun berat badan Eleanor sangat kecil, karena itulah bayi mungil ini terpkasa bermalam disini.
Melihat anaknya di dalam sama, Erzan tersenyum. Seketika itu juga dia melupakan kemarahannya pada Arra.
Dia menatap anaknya lekat, mengelus tabung inkubator itu seolah bisa menyentuh anaknya.
"Baby, tenanglah sayang, sebentar lagi kita pulang," ucap Erzan, sementara Eleanor menggeliat seolah tidak nyaman.
"Kamu merindukan mommy mu?" tanya Erzan lagi dengan suaranya yang begitu lembut.
Seolah pria dingin ini memiliki 2 kepribadian yang berbeda. Di satu sisi dia begitu dingin, namun dihadapan Eleanor dia begitu hangat.
"Apa? kamu ingin bertemu mommy?"
"Baiklah, kalau begitu cepatlah naikkan berat badan mu. Setelah itu kita pulang dan kita cari mommy bersama."
"Bagaimana? setuju kan?"
"Tidak, tidak, daddy tidak akan meninggalkan mu sayang."
Erzan terus bicara sendiri, seolah baby Eleanor memberikan tanggapan pula. Erzan diam saat melihat anaknya yang tertidur, tidak ada lagi geliat gelisah dari putri cantik nya itu.
Siapa bilang setelah anakku lahir kamu boleh pergi Arra? selamanya kamu akan terus terikat denganku. Demi Eleanor aku tidak akan membiarkan mu pergi.
Erzan kembali menyentuh tabung inkubator, membelai lembut seolah menyentuh pipi sang anak.
Pencariannya akan dimulai detik ini juga.
Beberapa jam sebelumnya.
Setelah berhasil keluar dari rumah sakit Medistra, Arra dengan segera menguras semua isi ATM miliknya pemberian Erzan.
Uang sebanyak itu dia bawa dalam 2 kantung plastik berwarna hitam.
Arra juga melakukan pemesanan tiket pesawat terbang secara online untuk tujuan luar negeri. Lalu menghancurkan ponselnya menggunakan batu jalanan.
Brak!
Brak!
Brak!
Arra terus memukul ponsel itu hingga hancur lebur, dia sudah seperti orang yang kehilangan kendali.
Dia berlari ditengah malam dan mencari seorang wanita untuk dimintai pertolongan. Sampai akhirnya seorang wanita penghibur terlihat baru turun dari sebuah mobil.
"Nona!!" pekik Arra, tampilannya yang berantakan membuat Nona ini sedikit menjauh merasa takut.
"Berikan kartu identitas Anda, dan saya akan memberikan semua uang Ini!" ucap Arra dengan nafasnya yang terengah.
Wanita malam itu terperangah, apalagi saat melihat wanita gila ini membuka 2 kantung plastik hitam yang dia bawa, plastik itu berisi penuh dengan uang berwarna merah.
"Apa itu uang palsu?"
"Tidak! Ini asli! Sumpah!" pekik Arra, dia nyaris putus asa.
"Tapi imbalannya berikan identitas Anda!" tawar Anna lagi.
Dan wanita malam itu nampak berpikir, baginya data diri yang dia punya tidaklah penting. Dalam hidup ini yang dia butuhkan hanyalah uang. Hidup sebagai siapapun baginya tidaklah masalah.
"Baiklah, jika kamu menipu ku, hidupmu tidak akan tenang."
Arra mengangguknya kepalanya cepat.
Wanita itu membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah kartu identitas, lalu memberikannya pada Arra. Sementara Arra menyerahkan uang itu sebagai pertukaran. Uang yang tidak akan habis selama 10 tahun ke depan.
"Ponsel juga!" pinta Arra dan wanita itu menurut.
Arraa tersenyum, dengan identitas ini dia akan aman. Kedua wanita ini lantas berpisah, menuju tujuannya masing-masing.
"Yang harus aku lakukan adalah mengubah wajahku," gumam Arra.
9 bulan terkurung dibawah kekuasan Erzan membuat Arra bisa melakukan apapun untuk terbebas.
Malam itu ditengah gelap gulita, dia menyayat wajahnya sendiri menggunakan pecahan beling.
Lalu menghubungi rumah sakit Royal Dude untuk mendapatkan pertolongan, hanya rumah sakit itu yang tertera di kontak ponsel wanita ini. Nanti Arra akan melakukan operasi plastik.
Setelah ini Arra bukan lagi Arrasya Tifany, dia adalah Selena Maiden.
Sementara itu ditempat lain, Erzan mulai menggerakkan orang-orangnya untuk mencari Arra.
Mengingat kondisi wanita itu yang masih lemah dia yakin Arra belum jauh dari sini.
Langkah Erzan yang ingin mencari pun terhenti, saat ponselnya berbunyi sebuah notifikasi, pengambilan uang dalam jumlah besar yang dilakukan oleh Arra.
Erzan segera menuju mesin ATM itu, namun sudah tidak menemukan siapapun disana.
Lalu langkah Erzan kembali terhenti saat ponselnya kembali bergetar, pemberitahun tentang pembelian tiket pesawat terbang ke luar negeri.
Pria ini menyeringai, tahu jika itu hanyalah trik dari Arra untuk mengecoh dia. Karena ponsel Arra masih terdeteksi berada tak jauh dari sini. Bahkan arahnya berlawanan dengan bandara yang ada di kota ini.
Meski Arra sudah menghancurkan ponselnya, namun chips yang ditanam oleh Erzan masih utuh tak tersentuh.
Erzan terus mengikuti petunjuk ponsel itu, sampai akhirnya dia melihat ponsel istrinya yang sudah hancur di pinggir jalanan.
"Baiklah, kita lihat sejauh apa kamu bisa berlari," gumam Erzan.
Beberapa pengawal dan sang asisten yang mendengar ucapan Erzan itu pun merasa merinding. Erzan berucap dengan suaranya yang sangat dingin, lengkap dengan tatapannya yang mematikan.
Masih berdiri disana, mereka semua mendengar suara ambulance. Bunyi ngiung-ngiung itu begitu menganggu Erzan. Dia melihat mobil ambulance itu dan membaca nama rumah sakit Royal Dude.
Entah kenapa, dia merasa Arra ada disana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!