NovelToon NovelToon

Jodoh Berawal Dari Mimpi

Mimpi Sang CEO

"Safira... jangan pergi!"

Ddrrrttttttttttt... Ah, suara alarm membangunkannya. Keringat di pelipisnya menetes ke pipinya. Nafasnya terengah- engah. “Ah sial.. Aku baru saja mengetahui namanya dan harus terbangun gara-gara alarm sialan ini.” Umpat Reffan. Secepat kilat dia menyambar ponselnya dan mematikan alarmnya.

Laki-laki itu kini bersandar di kepala ranjang dan berusaha mengingat mimpi yang baru dialaminya. Safira... ya namanya Safira, hari ini dia datang lagi dimimpinya memberi tahu namanya, belum sempat Reffan bertanya nomor handphone-nya mimpinya sudah berakhir. Tapi apakah mungkin dia akan memberi tahu nomor handphone-nya di mimpi... "Hahaha... mungkin saja... Hahaha...." Tawa Reffan membahana di dalam ruangan yang hanya ada dia sendiri di sana.

Laki-laki itupun bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dia harus segera bersiap-siap jika tak mau hari ini menjadi kacau balau.

Reffan Satriya Bagaskara. Itulah nama laki-laki yang sudah dua minggu ini bermimpi seorang gadis cantik. Seorang gadis cantik yang membelenggu hatinya sehingga dalam definisi yang dia tahu, cantik itu adalah gadis dalam mimpinya yang lainnya tidak. Bagaimanapun penampilan wanita yang mendekatinya sama sekali tidak menarik baginya. Padahal sebelumnya dia selalu menilai penampilan dari seorang wanita, dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Tetapi setelah mimpi yang hanya menampilkan gadis itu, seolah dialah parameter cantik yang sesungguhnya walaupun rambutnya tak terlihat karena tertutupi hijabnya dan tak ada riasan mencolok di wajahnya. Dia sangat cantik, hari ini dia tahu nama gadis itu Safira. Walau hanya dalam mimpi itu sangat membahagiakan. Karena akhirnya dia tahu nama gadis itu dan sekarang namanya sudah memenuhi setiap ruang dalam benaknya. Safira....

Reffan sudah siap dengan setelan jas hitamnya. Sangat pas dengan badannya yang tegap dan tinggi, kulitnya juga putih bagi seorang laki-laki. Sejak kemarin dia berada di Surabaya untuk mengecek cabang hotelnya. Rencananya dia akan di Surabaya selama satu minggu setelah itu dia akan kembali ke Jakarta tempat dimana dia menetap.

Reffan di usianya yang ke 29 tahun telah menjadi CEO beberapa hotel di kota besar Indonesia. Kesuksesannya tentu saja menjadi daya tarik memikat hati wanita. Namun Reffan mempunyai standar tinggi untuk seorang wanita, tidak hanya cantik dia harus pintar. Tentu saja, baginya akan menyenangkan berbicara dengan orang yang smart.

Dan sejak deretan mimpinya dua pekan ini, gadis dalam mimpinya adalah tujuannya. Dia sangat yakin secepatnya pasti akan menemukannya. Dia tak tahu bagaimana skenario Tuhan mengaturnya. Tapi Reffan sangat yakin mimpinya akan menjadi kenyataan, dia akan bertemu gadis dalam mimpinya, Safira.

Reffan sudah bersiap keluar dari kamarnya, tentu saja dia menginap di kamar tertinggi hotel miliknya dengan segala kemewahan khusus untuk kamar CEO.

"Selamat Pagi, Anda sudah siap Pak?" baru saja dia membuka pintu untuk keluar, sapaan Bayu asistennya sudah menyambutnya.

"Iya, meeting hari ini di lantai berapa Bayu?" Reffan bertanya sambil melangkahkan kakinya.

"Di lantai 3 pak. Di ruang meeting yang kemarin. Hari ini lantai 3 akan ramai Pak karena ada perusahaan BUMN yang mengadakan rapat kerja juga sampai besok pak."

"Bagus. Setelah mereka selesai saya ingin kita meeting membahasnya".

"Baik Pak." Bayu memencet tombol lift di depannya.

Tak lama lift kosongpun terbuka. Tidak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk sampai di restauran. Seperti biasa, meja telah siap dengan menu yang sebelumnya dipesan Reffan untuk breakfast. Hari ini dia menginginkan roti bakar dengan selai coklat kacang dan segelas susu hangat. Terhidang juga sepiring nasi goreng spesial dan kopi masih dengan asap mengepul, ini untuk asistennya Bayu yang menemaninya. Bayu selalu mencari menu nasi setiap mengisi perutnya, jika belum makan nasi maka itu berarti dia belum makan.

Mereka menikmati makanan masing-masing dengan santai. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum meeting mereka. Reffan memang tak suka buru-buru sehingga dia lebih suka bersiap lebih awal agar mempunyai waktu yang cukup sebelum rentetan agendanya hari itu.

Ddrrrrrtttttt.... benda pipihnya bergetar, tak butuh waktu lama untuk menjawab telepon dari seberang. Tentu saja dia akan segera mengangkatnya jika yang menelpon adalah orang kesayangannya, mamanya.

"Hallo anak mami yang tampan!" suara wanita di seberang terdengar sangat riang menyapa anak sulungnya.

"Hmmm..... ada apa ma?"

"Aduh Reffan.. jangan kaku banget dong jadi orang. Kapan mama punya cucu kalau kamu kaku begini sama cewek."

"Ma, ada apa?" pertanyaannya terulang karena merasa mendapatkan jawaban yang tidak nyambung dari mamanya. Merasa mamanya tidak akan dengan cepat mengakhiri pembicaraannya. Reffan yang melihat Bayu telah selesai menyantap habis nasi gorengnya memberi isyarat agar Bayu untuk naik ke ruang meeting terlebih dahulu.

"Kamu balik ke Jakarta kapan sayang?"

"Rencananya lima hari lagi ma. Reffan masih ingin melihat keadaan di sini secara langsung."

"Mama cuma mau bilang, kamu tu jangan kerjaan melulu yang dilakuin. Kalo ada waktu senggang kamu jalan-jalan lah! Ya siapa tahu aja ada calon menantu mama di sana."

"Ma.. please.. kenapa membahas itu terus sih?" Jawab Reffan sambil mengurut keningnya.

"Mama harus gimana dong Reffan. Bulan depan usia kamu itu udah kepala tiga. Tapi kamu gak tertarik sama sekali dengan gadis di Jakarta ini. Heran mama, padahal tampang kamu itu cakep kayak mama masak pacar aja gak punya." Reffan tersenyum membayangkan wajah mamanya yang saat ini pasti sedang cemberut.

"Mama sayang, jodoh gak akan kemana. Pasti Reffan perjuangin kok. Reffan akan bawa calon istri bukan pacar lagi. Mama tunggu aja... pasti dia sekarang juga lagi nungguin Reffan." Reffan tersenyum mengatakannya karena bayangan Safira langsung memenuhi benaknya.

"Nak, kamu baik-baik saja kan?" Jawaban yang sangat aneh menurut mama Raisa, karena Reffan biasanya akan menghindar saat mamanya membicarakan hal ini.

"Tentu saja ma. Reffan baik-baik saja. Sudah ya Ma, Reffan ada meeting sebentar lagi."

"Ok. Jaga diri kamu baik-baik. Mama tutup teleponnya." Mama Raisa memang sudah menutup teleponnya tapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya masih berkelana mencari penyebab jawaban Reffan barusan. Apakah Reffan jatuh cinta... anak laki-lakinya ini sangat dingin pada perempuan. Jika benar Reffan jatuh cinta pasti dia akan sangat senang sekali. Karena dia yakin wanita yang Reffan cintai pasti istimewa karena sanggup membuat hati anaknya yang beku mencair. “Ah, semoga saja.” Batin mama Raisa, mamanya Reffan.

Sementara di tempat parkir dua orang gadis berjilbab biru baru saja turun dari mobil. Mereka langsung melangkahkan kaki masuk ke lobby hotel dan terus melangkah setelah memastikan letak lift yang akan mereka naiki ke ruangan rapat kerja (raker) pada petugas keamanan yang membukakan pintu kaca untuk mereka. Baru saja tombol lift ditekan.

"Aduh, hp aku ketinggalan, kayaknya tadi aku taruh di bawah setir deh." Ujar gadis yang tingginya bak model itu ke temannya.

"Yah, liftnya sudah kebuka nih." gadis satunya lagi berujar.

"Kamu duluan aja Ira, aku ntar nyusul." setengah berlari dia meninggalkan temannya.

"Aku tunggu di atas ya...." Ira sahabatnya menimpali.

Gadis yang setengah berlari hanya menjawab dengan acungan jempolnya. Karena dia malu untuk berteriak sementara jaraknya dengan temannya sudah cukup jauh.

“Ini dia.. Ah, kenapa bisa lupa sih.. keringetankan pagi-pagi". Seutas senyum tersungging sangat manis dari wajah gadis yang baru saja menggenggam ponselnya itu.

Agak berlari dia kembali ke tempat semula. Petugas keamanan yang membukakan kembali pintu kaca untuknya dihadiahi senyuman manis darinya. Dengan cepat diapun menuju lift dan menekan tombol di depannya.

Ting.. suara dentingan menandakan lift di depannya telah terbuka. Menampilkan lift kosong di depannya.

"Bismillah!" ucapnya dalam hati sambil melangkah masuk ke dalam lift. Segera dia menekan tombol dengan angka tiga dan pintu liftpun tertutup. Dia begitu asyik memandang layar pipih dalam genggamannya saat pintu lift terbuka. Setelah memastikan lampu masih di angka dua, itu berarti bukan lantai tujuannya. Dia kembali sibuk dengan layar pipihnya, tidak mempedulikan seorang pria masuk ke dalam lift.

Deg..! Entah kenapa seakan jantung pria itu bereaksi tidak normal saat dia melangkah memasuki lift. Baru saja lift tertutup, lift langsung mendarat dengan kasar.

Pertemuan Pertama

“Argh..."

Tentu saja wanita di belakangnya pasti sangat terkejut mendapati lift yang berhenti mendadak dengan kasar.

"Apa yang terjadi?" gumam wanita itu pelan

"Jangan kuatir semuanya akan baik-baik saja!" Seketika laki-laki di depannya membalikkan badan untuk menenangkannya.

"Safira..." pekik laki-laki itu membuat sang pemilik nama terkejut. Setelah menyebut nama itu, jantungnya tiba-tiba berdebar hebat, matanya tidak bisa lepas menatap si empunya nama.

"Mmmaaf, apa kita pernah bertemu?" Sepasang manik coklat melihat ke arah lelaki di depannya, dahinya berkerut mencoba mengingat sesuatu.

“Bodohnya aku, kenapa bisa keceplosan. Tak mungkinkan aku menjawab kita bertemu dalam mimpiku.” Bisik Reffan dalam Hati. Seolah lupa dengan pertanyaan yang harus dijawabnya, Reffan masih memandangi Safira lekat... bahagia dan berdebar. Itu yang dirasakannya. “Tak kusangka, hari ini aku menatapnya di dunia nyata. Gadis di dalam mimpiku.” Reffanpun tersenyum tipis menatap Safira.

Sementara Safira, dia sudah menundukkan wajahnya menggenggam erat tas laptop di dadanya, entah apa yang dipikirkannya.

"Oh, ya... dimana ya kita bertemu." suara berat laki-laki terdengar saat dia ingat ada pertanyaan yang belum dijawabnya. "Entahlah kita bertemu dimana aku juga lupa. Tenang saja kita akan baik-baik saja."

Setelah kesadaran laki-laki itu kembali, dia segera memencet tombol darurat. Kemudian mengeluarkan benda pipih dari saku jasnya dan menelepon seseorang.

"Saya terjebak di dalam lift." hanya itu yang Reffan ucapkan saat menelepon seseorang dengan suara beratnya.

Setelah menelpon Reffan kembali menatap gadis di depannya. Ya, dia sangat bahagia dan berharap lift tidak cepat terbuka. Senyumnya sedikit mengembang menatap gadis di depannya yang saat ini sudah berada di pojok lift, punggungnya menempel lekat pada dinding di belakangnya.

“Ah, apa salahku hingga pagi ini aku harus terjebak di lift bersama seorang pria.” Batin wanita itu.

Tentu saja berbeda dengan Safira yang merasa apes terkunci di dalam lift. Lelaki tinggi dengan mata tajam merasa ini adalah sebuah keberuntungan. Netranya tak bisa lepas menatap gadis di depannya dari puncak kepala yang tertutup hijab hingga ujung sepatunya. Cantik, sangat cantik, lebih cantik di dunia nyata saat menatapnya. Mata dengan manik coklat yang tajam, hidung yang mancung, pipi yang bersemu merah, bibir pink dengan polesan tipis lipstik yang bahkan hampir sama dengan warna bibirnya. Menggemaskan, bagaimana dia bisa secantik ini hanya dengan make up seperti itu. Bahkan polesan di wajahnya hampir tak terlihat. Sangat natural. Jari-jari lentiknya mendekap erat tas laptop di dadanya, bersih dan indah walaupun tak ada kuku-kuku panjang dengan warna-warna indah seperti wanita kebanyakan yang memanjangkan kuku dan mencatnya. Kuku-kukunya sangat cantik dipotong rapi sesuai bentuknya. Dia memakai baju biru langit senada dengan hijabnya dan rok panjang navi yang terjuntai ke bawah memperlihatkan bagian depan sepatunya. Dia tidak memakai sepatu hak tinggi tapi dia sendiri sudah tinggi sebagai seorang wanita tingginya pasti 165 cm. Sempurna, dia sempurna sebagai seorang wanita, memiliki postur tubuh yang diidamkan setiap wanita cantik, langsing dan tinggi. Ah, bagaimana aku bisa menilai wanita di depanku padahal kemejanya saja tak membentuk tubuhnya. Tangan lelaki itu mengusap matanya yang sejak tadi bergerilya menatap wanita di depannya. Tak mempedulikan wanita di depannya yang sangat risih dengan tatapannya.

"Ada acara di hotel ini?" Ya, aku harus mencairkan suasana dan mencari informasi tentangnya

"Iya, saya ada raker di lantai 3." Suara serak Safira di awal kalimatnya membuat jantung Reffan kembali berdegub kencang. Ingin sekali Reffan memeluknya. Melampiaskan kebahagian dan kerinduan yang hanya bisa bertemu dengannya di mimpi.

"Oh.." Hanya oh.. bagaimana bisa aku yang seorang CEO kehabisan kata-kata begini. Apa lagi yang harus kukatakan.

"Kenapa sendirian?"

"Yah, tadi barengan sama teman berangkatnya tapi saya kembali lagi ke parkiran karena ada yang tertinggal di mobil dan saya menyuruh teman saya masuk ke ruangan terlebih dulu. Tidak tahunya malah begini." Senyum tipisnya terukir diwajahnya. Walaupun itu senyum yang dipaksakan tapi sungguh demi apapun juga, kecantikannya menjadi berkali-kali lipat ditambah wajah yang bersemu merah itu. Menggemaskan. Aku berjanji akan langsung mengecupnya nanti saat dia halal bagiku. Halal.. lihat apa yang aku pikirkan, aku sungguh tak sabar ingin memilikinya. Reffan berkelana sendiri dalam otaknya.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Reffan.

“Bukan dari milikku pasti miliknya.” Ujar Reffan di dalam hati.

"Assalamu'alaikum..... Ira aku terjebak di lift. Sudah. Mungkin sebentar lagi. Aku gak papa. He em. Gak perlu. Iya iya."

"Suaranya lembut, bikin nyaman, bersuaralah lagi sayang. Aku sangat menyukainya." Tentu saja ini hanya suara hati Reffan. Reffan tak mungkin mengucapkannya kecuali jika Reffan menginginkan tas laptop dalam genggaman Safira mendarat kasar di kepalanya.

Kemudian hening....

Dan... “Ah, aku tak suka ini.” Brontak Reffan dalam hatinya saat pintu lift mulai terbuka. ”Wanita yang hampir selalu muncul dalam mimpiku akan melangkahkan kakinya pergi.” Reffanpun melangkah keluar lebih dahulu. Disambut bungkukan badan tiga orang di depannya.

"Maaf atas kejadian ini Pak." Reffan hanya balas mengangguk.

Safirapun kini juga sudah berada di luar lift.

"Maaf Pak, ini di lantai berapa ya?" Safira berujar pada salah satu laki-laki berseragam yang membuka paksa pintu lift tadi.

"Ini lantai tiga Bu."

"Terima kasih." Dia tersenyum ke laki- laki berseragam itu kemudian melihat ke arahku masih dengan senyum manisnya.

"Oh tidak sayang jangan tersenyum pada laki-laki lain. Jangan genit begitu, kau hanya boleh tersenyum padaku" ini hanya pikiran Reffan tentu saja, Reffan tak mungkin mengatakannya pada Safira. “Lihat, aku menyebutnya sayang, seolah aku telah memilikinya.” Reffanpun tersenyum, namun senyum Reffan langsung pudar saat melihat Bayu masih menatap punggung Safira yang melangkah menjauh.

"Bayu, apa yang kau lihat hah?"

"Ttidak Pak, tidak ada." Dia langsung memutar kepalanya menghadap Reffan.

"Bayu, jangan pernah menatap wanita itu seperti itu lagi. Dengarkan aku, cepat cari tahu semua informasi apapun tentang Safira, yang ikut raker di ruangan di lantai 3 ini. Dan saya mau berikan kompensasi untuknya karena telah terjebak di lift tadi. Hmm, berikan voucher untuk menginap akhir pekan di hotel ini lengkap dengan breakfast. Dan satu lagi, voucher dinner hanya untuk satu orang saja. Kamu mengerti Bayu? Pastikan dia menerimanya."

Bayu memandang wajah bosnya dengan mimik bingung.

"Bayu, kamu mengerti?" Suara Reffan sedikit mengeras karena tidak mendapat jawaban dari asistennya.

"Iya Pak. Segera saya laksanakan." agak terkejut Bayu mendengar suara bosnya yang meninggi.

"Satu lagi, kamarnya... di sebelah kamar saya." senyum Reffan mengembang sangat lebar mengucapkan kalimat ini. "Pastikan dia menerimanya!" ujarnya lagi

"Baik Pak. Maaf, Bapak sudah ditunggu di ruang meeting."

"Lalu kenapa kita masih di sini. Ayo!"

Bayu yang mendengarnya langsung menggelengkan kepalanya dan mengelus dadanya.

"Memang daritadi siapa yang ngajak ngobrol di sini Pak" Tentu saja dia hanya berani mengatakan dalam hatinya. Harus sabar, bos memang selalu benar.

Misi PDKT

Menjelang siang meeting telah usai. Reffan memberikan kode pada Bayu untuk mendekatinya.

"Bayu, mana hasilnya tugas yang kuberikan tadi?"

"Tugas yang mana ya Pak?" wajah Bayu nampak berfikir

"Yang tadi pagi Baayuuuuu." Reffan melebarkan mata menatap tajam Bayu.

"Nanti sore Pak, Bapak akan mendapatkan hasilnya nanti sore." Luar biasa baru dua jam yang lalu bosnya memberikan tugas dan sekarang sudah meminta hasilnya.

"Kita ada waktu dua jam dua puluh menit sebelum bertemu Pak Yudistira untuk membahas kerjasama dengannya. Apakah Pak Reffan mau makan siang sekarang?"

"Nanti dulu Bayu, kamu urus tugas yang saya berikan ke kamu. Kita bertemu di restauran satu jam lagi." Tangannya mengisyaratkan agar Bayu meninggalkannya, matanya fokus memperhatikan kerumunan orang yang sedang istirahat makan siang. Ya, matanya fokus mencari seseorang namun Reffan tidak menemukan orang yang dicarinya.

"Kemana dia? Kenapa tidak ada di sini?"

Tanpa sadar Reffan melangkahkan kakinya mendekati kerumunan.

"Sudah solat Pak?" seseorang menepuk pundak laki-laki paruh baya di sampingnya.

"Belum Pak, ngisi perut dulu. hahaha.." ujarnya sambil mengelus perutnya yang membuncit. Dan dijawab gelak tawa temannya sambil mengacungkan jempolnya.

"Dia mungkin di mushola." Senyum di wajah Reffanpun mengembang. Tanpa berpikir lagi, dengan cepat Reffan melangkahkan kaki ke mushola di hotelnya. Reffan yakin akan menemukannya di sana.

Dan sekarang di hadapannya menampilkan pemandangan yang sangat indah, wajah ayu di antara para wanita yang sedang mengobrol dan wajah itu seakan bersinar memudahkan Reffan mendapati wanitanya tanpa harus meneliti satu per satu.

Safira melepas sepatunya dan menaruh di rak sepatu dengan rapi lalu dia beranjak masuk ke tempat wudhu perempuan. Seperti magnet Reffanpun langsung mengikuti melepas sepatunya dan masuk ke tempat wudhu laki-laki. Agak lama Reffan berdiam di tempat wudhu. Ya setelah dia menyadari apa yang dilakukannya sekarang. Dia akan berwudhu dan solat, hal yang pernah dilakukannya tapi bukan suatu rutinitas sebagaimana seharusnya. Dia hanya melakukannya saat dia ingat dan butuh, butuh pada Tuhannya. Dadanya bergemuruh saat air dari kran mengalir ke tangannya. "Ampuni aku Ya Allah, aku terlalu sombong. Aku melupakan kewajibanku." Tetesan airmatanya jatuh bersamaan dengan air wudhu yang membasahi wajahnya. Reffan melaksanakan wudhu dengan sempurna dan mengakhirinya dengan do'a yang dihafalnya dengan baik. Lihat Safira apa yang sudah kau lakukan padaku padahal baru beberapa jam yang lalu kita bertemu di dunia nyata. Wajah tampannya tersenyum mengingat Safira. Dan saat dia membetulkan kancing lengannya, terdengar suara yang menyebut-nyebut nama gadisnya.

"Mbak Safira wajahnya bersinar kalo pake mukena."

Tanpa sadar Reffan mengepalkan tangannya karena yang dia dengar adalah suara laki-laki. Reffan langsung keluar dari tempat wudhu menatap Safira yang wajahnya menunduk dan memerah. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.

"Cantik ya Pak Bagas?" kali ini suara perempuan paruh baya.

"Ya jelas dong Bu." Jawab laki-laki yang akhirnya diketahui Reffan Bernama Bagas itu.

"Jadi ini laki-laki yang kurang ajar tadi. Beraninya dia mengatakan itu di depan banyak orang." Batin Reffan.

"Ah ciyeeee..." suara riuh para wanita kembali terdengar menggoda Safira yang wajahnya masih memerah.

"Brengsek!" umpat Reffan di dalam hati memandang tajam laki-laki yang masih tersenyum memandang wajah Safira.

"Lihat saja aku yang akan memilikimu Safira, dan wajahmu itu hanya untukku saja." Dada Reffan benar-benar terasa panas melihat laki-laki itu belum juga berhenti memandang Safira. Sekuat tenaga Reffan berusaha tidak mendekati dan melumpuhkan laki-laki bernama Bagas itu yang dia taksir usianya masih sekitar 28 tahun.

"Solat Pak, solat jangan godain anak orang mulu." Suara laki-laki di sebelah Bagas menghentikan laki-laki itu memandangi wajah Safira. Wajah Bagas cengar cengir kedapatan memandangi Safira.

"Monggo Pak jadi imam." tangan Bagas mengarah ke tempat imam mempersilahkan orang di sebelahnya itu untuk menjadi imam.

Rombongan Safira sudah keluar dari mushola dan Reffan masih ingin mengekorinya. “Dia pasti akan makan siang.” Duga Reffan. Dan tentu saja benar, Reffan mengamati setiap gerak gerik safira saat mengambil makanan lalu duduk di kursi barisan para wanita sambil tersenyum..

"Please Safira jangan tersenyum begitu. Senyummu terlalu manis, apa kau sengaja membuat laki-laki yang melihatnya jatuh cinta padamu. Jangan genit Safira, berhenti tersenyum!"

Dan benar saja Bagas mendekat ke arah Safira menyeret kursi lain yang kosong di tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang piring dan menempatkan kursinya itu di dekat tempat duduk Safira lalu dia duduk tanpa rasa bersalah sedikitpun. Safira langsung diam dan senyumnya memudar.

“Aku yakin saat ini laki-laki itu pasti menggodanya karena wajah Safira mulai memerah dan dia tidak terlihat nyaman. Sial, laki-laki itu dengan terang-terangan mengibarkan bendera perang denganku. Lihat saja, aku akan segera mengikatmu Safira, aku yang akan memilikimu seutuhnya.” Rasa panas kembali menjalari dada Reffan.

“Aku harus segera pergi dari sini. Pemandangan di depanku benar-benar membuat emosiku naik ke ubun-ubun. Jika aku masih di sini, bisa aku pastikan aku akan melempar kursi ke arah pemuda itu. Sebaiknya aku menenangkan diriku dan memikirkan cara agar memenangkan perang ini dengan cepat. Aku sungguh tak sanggup melihat laki-laki lain memandangmu sedekat itu.”

Reffan meraih ponselnya, "Bayu aku tunggu di lobby sekarang!"

"Bapak, tidak makan siang?"

"Nanti saja, kita makan siang di luar. Cepat kemari!"

"Baik Pak! saya sedang berjalan ke lobby sekarang."

Reffan makan di luar bersama Bayu karena dadanya bergemuruh melihat Safira didekati pria lain. Dan saat itu dia tidak bisa menghentikannya, itu sangat menyiksanya. Maka dia memilih pergi dan menyelesaikan agendanya hari ini, agar setelahnya dia bisa fokus memikirkan cara untuk memiliki Safira. Segera.

Waktu telah menunjukkan pukul lima sore, raker yang diikuti Safira baru saja usai untuk hari ini. Karena raker akan berlangsung dua hari di hotel ini sehingga masih berlanjut sampai besok, perusahaannyapun telah mem-booking beberapa kamar hotel untuk menginap karyawannya malam ini.

Baru saja Safira akan menaiki lift menuju kamarnya, seorang wanita mendekatinya dan mengajaknya berbicara di suatu tempat.

"Ra, kamu ke kamar duluan deh, nanti aku nyusul ya." ucap Safira pada Ira sahabatnya.

"Yah, kamu gak papa sendirian gitu?" ujar Ira sahabatnya menimpali.

"Gak papa insyaAllah." jawab Safira meyakinkan Ira sahabatnya.

"Ya sudah deh, jangan kejebak di lift lagi ya... hahaha.." Ira menggoda Safira.

"Jangan jauh-jauh dari hp kamu ya. Kalo aku kejebak lagi kamu yang aku hubungi." Safira melemparkan senyum ke sahabatnya lalu mengikuti wanita yang mengajaknya tadi.

"Perkenalkan Ibu Safira, saya Diana dari manajemen hotel ini." Ucap wanita cantik dengan make up yang cukup tebal setelah dia memastikan Safira duduk dengan nyaman di depannya. Wajahnya selalu tersenyum ke arah Safira.

"Begini Ibu Safira, kami meminta maaf atas ketidaknyamanan Ibu pagi ini karena terjebak di lift."

"Tidak papa." ujar Safira sambil tersenyum manis.

"Sebagai permintaan maaf kami, ini adalah voucher menginap di hotel kami khusus untuk Ibu Safira. Ini adalah kamar terbaik kami Bu Safira, sudah lengkap dengan breakfast dan dinner-nya dan waktunya akhir pekan ini." tangan Diana menyodorkan beberapa kertas memanjang ke arah Safira.

Safira melirik kertas di depannya, ada tiga buah kertas dengan tulisan voucher menginap, breakfast, dan dinner. Dan di masing-masing kertas tersebut tertulis namanya.

"Saya tidak papa kok, tidak perlu kompensasi seperti ini." ujar Safira pada Diana dengan suara lembutnya.

"Ini sudah keputusan kami dari manajemen hotel Bu Safira, saya sangat senang jika Ibu mau menerimanya dan kembali menginap di sini akhir pekan ini." Diana berusaha meyakinkan Safira untuk menerima tawarannya.

"Tapi tidak papa kan jika saya tidak menerimanya. Saya sungguh berterimakasih karena sudah diberikan kompensasi ini tapi sepertinya saja tidak bisa. Mohon maaf ya." Safira masih tersenyum dan kedua tangannya di depan dada seperti orang yang benar-benar meminta maaf.

Tapi kali ini tangan Diana sudah menarik tangan Safira dan menggenggamnya.

"Ibu saya mohon terima tawaran ini. Tolong bantu saya! Saya bisa dipecat jika Ibu menolaknya." Suara Diana terdengar mengecil dan mirip rengekan.

Mata Safira terbelalak mendengar penuturan Diana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!