Di suatu kamar yang mendapat cahaya matahari paling sedikit, Terdapat dua orang yang sedang menghakimi seseorang hingga tawa kencang pun terdengar lantaran rasa kepuasan tersendiri.
“Hahaha.. Hahaha.. Hahaha...! “ Tawa Sonya tak tertahan kan, karena melihat kondisi sahabat nya Clara yang terpuruk saat ini.
“Ugghhh... “ Clara menggertak kan gigi nya. Karena memang saat ini sudah sangat emosi namun tak bisa berbuat apa apa.
“Astaga ! Jodi, lihatlah tunangan mu ini. Mendengar geram yang keluar dari mulut nya saja, sudah membuat Aku gemetaran. Bagaimana ini.??? Hehe... “ Ejek Sonya lagi, seakan belum puas melihat Clara yang menderita saat ini dengan tatapan mata yang beda dari orang normal lainnya.
“Tunangan ku ?? Kamu salah sayang." Ucap Jodi sambil merangkul pinggang Sonya yang sexy, lalu lanjut berkata "Lebih tepat nya Mantan Tunangan ku." Ucap nya.
"Ah~ Jodi, Kamu bisa aja." Sahut Sonya yang terlihat salting bukan main.
"Hanya kamu saja yang pantas dan layak menjadi tunangan dan calon istri ku, Sonya. Bukan Clara ataupun wanita lain." Ucap Jodi sambil mengecup kening Sonya di depan Clara.
Jodi mendukung perkataan Sonya, walaupun ada beberapa yang di tegaskan secara langsung. Seperti tak pantas menjadi tunangan, dan yang pantas hanyalah Sonya seorang.
“Astaga, aku minta maaf ya sahabat ku. Karena Jodi orang nya memang terbuka, jadi mau cium kening ataupun bibir ku di tengah umum pun, dia nya gak terlalu peduli sama pandangan orang lain, apalagi sama pandangan mu saat ini.. “
Sonya pun memalingkan pandangan nya ke arah Clara, sehingga Dia dapat melihat ekspresi wajah Clara saat ini. “Hahaha, seru... Sangat seru melihat tampang mu yang seperti ini.! “ Sonya langsung Menatap Clara dalam dalam, lalu Sonya berjalan ke arah nya, dan menggenggam dagu Clara yang lancip itu dengan sangat kuat.
Tampak Sonya akan mengatakan sesuatu, tetapi di duhului oleh Clara yang sudah tak tahan lagi.
“Hah !" Ucap Clara dengan smirk. "Jodi itu orang nya terbuka ? Mendengar kalimat itu membuat ku jijik, Cuihh!" Entah mendapat keberanian dari mana, sehingga Clara meludah tepat di wajah Sonya, yang sangat dekat dengan wajah nya.
“Saking jijik nya, untuk menelan ludah ku saja aku merasa enggan ! Sesekali jadilah wadah untuk ludah yang ku keluarkan. karena dengan begitu, pekerjaan mu akan sangat cocok dengan status mu sebagai rakyat biasa, bukan bangsawan, apalagi keturunan nya. “ Dengan nada sindiran yang bersifat mutlak, Clara melanjutkan perkataan nya yang sempat tertunda tadi karena meludah, lalu tak lupa memberikan smirk penghinaan yang dapat di menegerti oleh orang bodoh sekalipun.
Mendengar perkataan Clara itu membuat gendang telinga Sonya berdenging, namun karena ada hal yang lebih penting yang harus dia lakukan, Sonya mengurung niat nya untuk membalaskan perbuatan Clara secara langsung.
Sonya langsung melepaskan cengkeraman nya dari dagu Clara, dan mundur ke belakang dengan langkah kaki lebar penuh emosi.
“Bawakan Aku Tisu. Mau tisu jenis apapun tak masalah. Intinya, Aku ingin tisu sekarang juga !!!!" Dengan suara yang menggema bahkan terdengar di luar ruangan, Sonya tak peduli lagi dengan etika yang baru dia pelajari beberapa hari terakhir.
Saat mendengar suara teriakan Sonya yang penuh emosi, Para pelayan yang ada di depan pintu langsung kelabakan dan berlari ke sana ke mari untuk mencari tisu. Saat salah satu pelayan telah mendapatkan tisu, dia langsung bergegas mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan yang di tempati Sonya saat ini.
Tok Tok Tok
Klek
“Permisi Nona Sonya, saya datang membawakan tisu sesuai dengan yang di minta oleh–“ Saat di pertengahan perkataan, pelayan itu mengangkat kepala nya, lalu...
“Kyyyaaaaaa....! “ Pelayan itu berteriak histeris saat melihat penampilan Clara saat ini. Alhasil, tisu yang di pegang pelayan itu pun jatuh ke lantai.
“KURANG AJARRRR...!! “ Dengan emosi yang belum meluap, di tambah dengan tisu yang di bawakan jatuh, membuat Sonya sudah berada di abang batas kesabaran nya.
...PLAK.!...
Alhasil tamparan dengan bunyi yang sangat nyaring pun terdengar di ruangan itu.
Setelah mendapatkan tamparan di wajah nya, si pelayan itu langsung berlutut meminta pengampunan pada Sonya, agar Sonya dapat memaafkan perbuatan nya barusan.
“MAAF KAN SAYA NONA, SAYA JANJI TAK AKAN MELAKUKAN HAL INI LAGI. SEMUA INI KARENA SAYA KAGET MELIHAT PENAMPILAN NONA CLARA SAAT INI, SUNGGUH... SAYA TAK BERNIAT UNTUK BERTERIAK KENCANG SEHINGGA MENGGANGGU PENDENGARAN ANDA DAN MENJATUHKAN TISU YANG ANDA INGIN KAN NONA SONYA."
Dengan nada ketakutan dan suara yang di perbesar, si pelayan benar benar memberikan penjelasan yang sangat panjang dan masuk akal, agar Sonya dapat menerima alasan nya dan tidak melakukan tindakan lain seperti membunuh atau sebagai nya.
“KALIAN SEMUA EMANG GAK BERGUNA.“ Teriak Sonya dan mengabaikan sujud si pelayan tadi, lalu Sonya mengambil beberapa helai tisu dan langsung menyeka ludah yang ada di wajah nya dengan sangat kasar.
Saking kasar nya, kulit nya yang berwarna putih berubah menjadi warna merah. Mungkin karena terlalu jijik dengan saliva Clara, atau memang karena sedang emosi jadi tindakan nya tak terkontrol ! Author sendiri juga gak tahu (。>_<。).
Karena merasa Sonya sudah melupakan kehadiran nya, si pelayan pun angkat bicara. Benar benar tindakan yang membawa nya ke dalam masalah yang akan berkepanjangan.
"Kalo begitu, saya undur diri dulu. “ Dengan sangat profesional dan dengan nada yang tetap sopan, si pelayan pamit undur diri.
“Sebentar... “ Karena telah selesai menyeka wajah nya, Sonya yang mendengar kata pamit dari si pelayan pun langsung menghentikan pergerakan si pelayan yang baru mengambil beberapa langkah.
“Ada apa Nona Sonya ? “ Si pelayan yang baru saja ingin keluar itu langsung mengurungkan niat nya dalam dalam, karena mendengar suara Sonya yang secara otomatis langsung menghentikan setiap pergerakan.
“Siapa yang mengizinkan kamu pergi, hah?Apakah ada masalah pada pendengaran Mu ? “ Dengan nada sombong dan merasa diri telah menjadi Nyonya di kediaman yang besar ini, Sonya melontarkan perkataan nya sambil melipat kedua tangan di dada.
Si Pelayan wanita yang telah mengetahui semua sifat Sonya, sehingga secara insting langsung bersujud di atas lantai lagi dan seluruh tubuh nya mulai gemetar, walaupun masih belum terlihat jelas kalau dia sedang gemetaran.
“Hem ? Ah, aku dapat ide." Ucap Sonya sambil menepuk tangan nya satu kali, setelah mengetahui siapa pelayan yang sedang bersujud saat ini.
"Hehehe, Kalo tidak mau terkena hukuman, sebelum meninggalkan ruangan ini..." Ucap Nya tertahan, sambil memalingkan wajah nya ke arah Clara dan melanjutkan perkataan nya "Tampar wajah Clara lima kali. Maka perbuatan mu tadi akan termaafkan, dan aku akan memberikan bonus lima kali lipat dari gaji mu saat ini.!“ Ucap Sonya melaniutkan perkataan nya dalam memberikan tawaran, yang sudah pasti sangat menggiurkan bagi siapa saja. Tapi berbeda dengan pelayan yang satu ini.
“H... Hah? Maaf ? Apa saya... Apa saya tidak salah dengar?" Dengan wajah yang langsung pucat, si pelayan itu bertanya sekali lagi pada Sonya.
Seakan ingin memastikan bahwa suruhan yang dia dengar itu hanya plesetan dari beberapa kata saja. Walaupun itu benar-benar sesuatu yang mustahil.
Mendengar perkataan pelayan yang terasa sangat keberatan itu, membuat Sonya memutar bola mata nya malas.
Sambil menghembuskan nafas pelan, Sonya menjawab “Ya, kamu tidak salah dengar. Sekarang, lakukan yang Aku katakan tadi. “ Dengan nada yang tak terdeteksi ada nya emosi atau rasa jengkel, Sonya memberikan perintah yang sama untuk ke dua kali nya. Sangat jarang sekali, padahal Sonya adalah orang yang berwatak paling emosional jika di tanya atau di suruh untuk menjelaskan sebanyak dua kali.
Mendengar suruhan dari Sonya itu, si Pelayan wanita tadi langsung berjalan ke arah Clara dengan badan yang langsung gemetaran hebat. Saking gemetar nya, hal itu dapat di lihat jelas oleh Jodi, Sonya dan Clara yang pandangan mereka tertuju pada si pelayan ini.
Saat tiba di hadapan Clara, pelayan wanita itu langsung duduk jongkok dan memegang dagu Clara dengan tangan nya yang gemetaran dan Clara merasa tangan yang menyentuh wajah nya itu sangat dingin. Tampak jelas si pelayan sedang sangat gugup dan takut.
“Hiks... Hiks... Maafkan saya Nona Clara...Maaf kan saya ! Saya tidak punya pilihan lain.. Hiks... Maaf kan saya... Saya mohon...” Dengan suara yang sangat kecil, si pelayan berbisik pada Clara yang berada tepat di hadapan nya.
Saking kecil nya suara bisikan si pelayan, Sehingga tidak di dengar oleh Jodi maupun Sonya. Walaupun saat ini Sonya dan Jodi sedang asyik bercerita, sehingga tak memperhatikan dua wanita yang sedang beradu tatap dan bisik itu.
“Tidak apa apa, lakukan saja Helena. Aku tahu selama ini kamu sudah berusaha sekuat tenaga agar dapat melayani Ku di tengah tekanan yang di berikan oleh Jodi maupun Sonya." Jawab Clara yang ikutan berbisik, dan tak lupa menyematkan senyum tulus nya yang selalu Dia berikan pada Pelayan Setia nya yang bernama Helena ini.
"Jika dengan menamparku nyawa Mu dapat selamat, maka lakukanlah. Itu juga adalah tugas ku, untuk melindungi nyawa kalian dalam keadaan seperti ini. Karena ini semua terjadi karena kesalahan ku yang terlalu bodoh dan naif, yang membawa masuk Sonya dan di jadikan sahabat lalu di perlakukan layaknya saudara yang sangat berharga di kerajaan Abelia ini.”
Lanjut Clara yang tetap berbisik dengan senyum tulus yang terukir sempurna di wajah nya.
Hal ini membuat Helena yang mendengar penyesalan dari mulut Clara itu langsung berderai isak tangis nya, sungguh sudah tak bisa terkontrol lagi.
Reaksi Helena itu sangat wajar. Karena Helena adalah pelayan yang telah melayani Clara dari usia 8 tahun sampai 21 tahun saat ini. Usia Helena hanya lebih tua satu tahun dari Clara. Clara dan Helena sudah tumbuh bersama semenjak kecil, belasan tahun kedekatan mereka terjalin bagaikan seorang kakak dan adik sungguhan.
Walaupun Helena hanya pelayan yang bersumpah akan setia pada Clara selama nya, namun tanpa bersumpah sekali pun Helena akan tetap setia pada Clara.
Suasana mereka berdua memang mengharukan, akan tetapi Suara isak tangis Helena berhasil memalingkan perhatian Jodi dan Sonya pada diri nya. Hal itu membuat Helena benar benar berada dalam bahaya.
Jangan kan Helena, Clara yang sudah sangat lama kehilangan rasa takut dan gelisah semenjak di siksa oleh Jodi dan Sonya saja, kini perasaan takut dan gelisah kembali menyerang setiap sudut terkecil yang ada di tubuh Clara tanpa terkecuali. Karena takut jika sesuatu terjadi pada Helena.
“Hei manusia hina, apakah kamu tak tahu cara menampar orang ? Kalo tidak, kemarilah. Biar Aku ajarkan pada Mu.” Dengan nada bicara yang sengaja di tinggikan, Sonya menatap Clara dan Helena dengan tatapan merendahkan.
“Ti... Tidak Nona Sonya. Saya... Saya akan menampar Nona Clara saat ini juga, jadi tetaplah di sana dan lihat saja seperti penonton yang menyaksikan sebuah pertunjukan.“ Dengan suara yang semakin bergetar, Helena berusaha menyampaikan perkataan yang dapat membuat Jodi dan Sonya Tenang dan menurut agar diam di tempat saja.
“Hem... Bagus, aku suka gaya mu. Setelah ini, jadilah pelayan pribadi ku. Aku sangat suka dengan orang yang kompeten seperti diri Mu, apalagi kamu sudah menjadi pelayan selama 13 tahun kan ? Berarti kamu sudah profesional, pantas menjadi pelayan ku."
Mendengar perkataan Sonya, bukan hanya Helena yang terbelalak. Clara juga ikutan membolakan netra nya, lantaran Clara seakan tak terima jika harus Helena yang menjadi pelayan Pribadi Sonya.
“........ “ Helena hanya terdiam dan menganggukkan kepala dengan sangat cepat, di iringi dengan derai air mata nya yang kini semakin menjadi.
Melihat isak tangis Helena, membuat Sonya menaikan satu alis mata nya dan berkata “Lalu kenapa kamu semakin kencang menangis nya ?"
Reaksi Helena yang seperti itu berhasil membuat perempatan di kening Sonya muncul, dan membuat Sonya semakin meninggikan suara nya.
Mendengar pertanyaan dan perubahan raut wajah yang signifikan dari Sonya membuat Helena kelabakan mencari alasan. Dan secara asal asalan langsung mengucapkan kata kata yang terlintas di benak nya.
"Karena... Karena saya terlalu bahagia... No.. Nona Sonya... Saya sangat terharu karena bisa menjadi pelayan pribadi Anda." Ucap Helena dengan suara yang putus putus. Netra nya tampak bergetar, karena dalam otak nya tengah mencari sambungan kata yang dapat membuat Sonya tidak mencurigai nya.
"Ah. Em, Dapat berdiri di samping Anda dan mengurus semua keperluan Anda setiap hari, merupakan suatu kebanggaan bagi saya. “ Beruntung nya, perkataan yang tak sempat di saring dan di pikir ulang itu telah berhasil memikat Sonya. Dan posisi nyawa Helena akan aman untuk saat ini dan untuk ke depan nya.
“Bagus, maka segeralah tampar wajah wanita buruk rupa itu. Karena aku sudah menanti adegan nya sedari tadi.“ Perintah Sonya dengan penuh antusias yang terpampang jelas dari bola mata nya.
“Nona Clara... Hiks... “
Lagi, Helena kembali berbisik dan menyebut nama Clara dengan sangat pelan dan gurat kesedihan nampak jelas di wajah Helena saat ini. Dia tak bisa menampar Clara, namun di lain sisi, Helena tak mau mati karena sudah berjanji pada Clara untuk apa pun yang terjadi nanti, selamatkan nyawa terlebih dahulu.
Tak peduli dengan situasi apa pun, harus selamatkan nyawa dulu. Begitulah perjanjian yang di buat Mereka berdua sejak saat Jodi dan Sonya mengambil alih semua hal yang terjadi di kerajaan ini.
“Dasar bodoh, sudah aku katakan bukan ? Lakukan saja, Aku tidak keberatan sama sekali Helena." Ucap Clara yang masih saja terlihat anggun dalam keadaan yang mengenaskan.
"...Tak usah menghiraukan wajah Ku yang penuh akan bekas sayatan baru dan lama. Aku sama sekali tidak keberatan, asalkan yang menampar Ku adalah Kamu, bukan orang lain." Lanjut Clara dengan suara yang di usahakan menjadi kecil.
Dan dengan wajah yang di paksa harus terlihat baik baik saja, Clara berusaha membujuk Helena agar menamparnya. Karena ini adalah satu satu nya cara, agar nyawa Helena tetap menyatu dengan tubuh nya.
Helena sudah membulatkan tekad nya, dia tak mau lagi mendengar bujukan Clara yang terpaksa tersenyum dan meyakinkan semua nya baik baik saja. Karena hal itu akan semakin menjadi beban untuk Helena. Helena langsung menggigit bagian bawah bibir nya sampai memerah dan berdarah. Lalu...
...PLAK !!! ...
Satu tamparan nyaring terdengar, hal itu membuat Jodi dan Sonya tersenyum puas.
...PLAK!!!! PLAK!!!!...
Saat tamparan ketiga mendarat di pipi Clara yang sedikit cabi, berhasil membuat sepuluh luka sayatan di wajah Clara yang belum kering sepenuh nya berdarah lagi.
...PLAK....!!! PLAK....!!!!...
Namun Hal itu tidak menghentikan pergerakan tangan Helena sedikit pun. Setelah itu Helena langsung berdiri dan menghadap ke arah Sonya.
Dengan tatapan yang tampak redup dan tak ada cahaya hidup, seolah telah melakukan perbuatan yang tak termaaf kan, Helena pun membungkuk dan mengatakan sesuatu.
Dengan tatapan yang tampak redup dan tak ada cahaya hidup seolah telah melakukan perbuatan yang tak termaaf kan, Helena pun membungkuk dan mengatakan sesuatu.
“Saya telah melakukan tugas saya, apakah masih ada hal lain yang di butuh kan oleh Tuan Jodi dan Nona Sonya ?" Dengan sangat profesional, Helena berusaha bertanya dengan sangat sopan tanpa menampakkan suara yang bergetar, atau tatapan penuh emosi pada Jodi dan Sonya.
“Tidak ada, kamu sudah melakukan tugas mu dengan baik." Puji Jodi sambil mengacungkan jempol tangan nya pada Helena beserta dengan smirk khas nya, yang membuat Clara dan Helena muak bahkan secara bersamaan merasa bahwa bulu kuduk mereka berdiri kala melihat Smirk milik Jodi.
“Sekarang pergi dan bersihkan bibir Mu yang berdarah. Lalu cuci tangan Mu agar dapat bersih kembali. Ah, langsung mandi saja... Biar bersih nya totalitas.“ Sambung Sonya yang nampak sangat puas dengan kinerja Helena kali ini.
Bukan hanya itu, namun Sonya sangat puas karena melihat pelayan yang sering Clara bela dan banggakan dulu, kini menampar pipi majikan nya. Di tambah lagi Sonya sangat senang karena telah mendapatkan Pelayan yang sangat berdedikasi dan profesional seperti Helena ini.
“Baik, kalo begitu saya permisi dulu Tuan Jodi dan Nona Sonya.“ Helena pun pamit dan meninggalkan ruangan itu, dan sebelum menutup pintu, Helena melihat Clara untuk beberapa detik.
Hal itu berhasil membuat Helena berlari sambil menangis. Ah, dan ruangan yang di tinggal kan oleh Helena adalah kamar tidur Clara di kediaman yang besar itu.
...Klek... Pintu yang sudah di tutup....
“Hei wanita busuk dan pria tak tau malu... Apakah kalian tau kenapa Aku meludah ke wajah Sonya tadi ?“ Dengan wajah yang sudah berlumuran darah, Clara menengadahkan kepala nya ke atas, agar bisa melihat Jodi dan Sonya.
Clara bukan nya malas berdiri, namun Clara tak punya tenaga untuk bangkit berdiri. Hal ini masuk akal, karena sudah hampir tiga hari tiga malam, Jodi dan Sonya tidak memerintahkan satu pelayan pun untuk mengantarkan makanan atau minuman.
“........ “
“........ “
Sonya dan Jodi hanya bisa diam seribu bahasa, karena penasaran dengan yang akan di katakan oleh Clara dengan wajah nya yang sedang berlumuran darah itu.
“Kamu yang bilang sendiri kan, Sonya ? Bahwa Jodi adalah orang yang terbuka atau open open lah. Tapi kenyataan nya tidak kan? Kalian berdua malah berhubungan tanpa sepengetahuan ku, tersenyum seperti sahabat dan tunangan yang sangat baik di depan ku, tapi malah berzina dan melakukan hal kotor lain nya di belakang ku..." Ucap Clara penuh rasa emosi, dan terdiam beberapa saat untuk mengatur nafas dan mengumpulkan kekuatan.
"...Apakah ini yang kamu maksud dengan orang yang terbuka ? Heh, konyol sekali. Apakah aku yang kurang pintar karena tidak bisa menganalisa perkataan mu ? Atau kamu yang terlalu bodoh, jadi tak bisa membedakan perkataan yang keluar dari mulut mu itu ?“
Dengan nada meremehkan dan penjelasan yang sangat mudah di mengerti, Clara menyampaikan fakta yang sebenar nya.
Sebenar nya Clara sangat takut karena berada di situasi yang tidak menguntungkan sama sekali, lebih tepatnya berat sebelah. Namun karena sudah sampai di tahap mau mati saja susah, mendingan Clara mengatakan hal yang terbesit di benak nya.
“KAMU... “ Sonya yang merasa sangat tersindir pun langsung maju beberapa langkah, karena ingin sekali Dia menampar atau menonjok wajah Clara, yang sampai di titik penyiksaan ini pun masih tetap percaya diri, dan tak memohon ampun sedikit pun.
Padahal Jodi dan Sonya sudah menyiksa Clara selama tiga bulan penuh, bahkan mereka berdua menyayat wajah Clara lalu di hadirkan di sebuah pesta dengan penampilan yang tidak terurus sama sekali.
Hal itu membuat Clara mendapatkan hinaan dan tawa dari banyak orang. Memang Clara menampakkan wajah tak peduli dan masa bodoh di depan Jodi, Sonya, dan yang lain nya. Tapi di dalam relung hati nya yang terdalam, Clara benar benar merasa malu, terhina, tersindir, minder, dan perasaan negatif lain nya di pendam seorang diri.
“Sayang... Sayang.... Kamu tenang dulu oke ?! Masa iya kamu mau menampar perempuan itu sih ? Wajah nya saja sudah berlumuran darah begitu, kamu gak merasa jijik apa ? Aku yang lihat dari sini saja gak sudi buat dekat dekat sama dia. “ Jodi berusaha sekuat tenaga menahan langkah kaki Sonya dengan memeluk pinggang nya kuat kuat.
“......... “ Sonya langsung terdiam dan menatap Jodi dengan tatapan tidak terima, jika membiarkan Clara begitu saja tanpa memberi nya pelajaran.
Parsetan dengan darah atau apa pun yang menempel di wajah Clara, Sonya benar benar ingin menampar wajah Clara dengan tangan nya sendiri. Atau jika tangan tak bisa menyentuh wajah Clara, setidak nya Sonya ingin menginjak wajah yang masih nampak sangat angkuh itu dengan kaki nya sendiri.
“Iya... Iyah... Aku paham kok sama tatapan kamu, atau begini saja... Aku panggil pelayan laki laki yang ada di luar buat ngelakuin hal yang ingin kamu lakukan, atau biar cepat aku nyuruh pengawal bayangan yang saat ini ada di ruangan ini tapi gak kamu sadari, gimana ? Hem ?? “
Jodi yang tak mau tangan wanita yang dia cintai terkontaminasi dengan darah Clara, akhir nya memberikan masukan dan jalan keluar yang pasti dapat memuaskan semua pihak, kecuali pihak Clara.
“Haahh.. “ Sonya yang langsung paham dan mengerti dengan perkataan Jodi pun, langsung menghembuskan nafas panjang dan menatap Jodi dengan netra milik nya yang sudah terkontrol.
“Tak perlu menyuruh pengawal bayangan atau pelayan laki laki. Sekarang lepaskan Aku, Aku sudah bisa berpikir dengan kepala dingin.” Sonya pun meyakinkan Jodi dengan menampilkan tatapan jernih nya, dan hal itu membuat Jodi pun langsung melepaskan tangan nya yang merangkul pinggang Sonya, namun sebelum itu Jodi membisikan sesuatu di kuping wanita itu.
“Aku akan memberikan mu hadiah saat malam menjelang, karena tatapan matamu telah membangunkan sesuatu yang tidak seharus nya bangun saat ini. Jadi... Persiapkanlah tenaga Mu sebanyak banyak nya, karena tak akan cukup jika hanya satu atau dua ronde saja.“
Mendengar bisikan dari Jodi pun, berhasil menciptakan semburat merah merona di wajah Sonya. Namun Sonya langsung mengontrol peredaraan nafas nya, agar wajah nya yang memerah dapat kembali terlihat seperti sedia kala.
Entah suara bisikan Jodi yang terlalu kecil, atau pendengaran Clara yang terlalu tajam, inti nya Clara dapat mendengar dengan jelas setiap kata yang di ucapkan oleh Jodi dengan sangat jelas.
Seperti mendengar percakapan biasa pada kemarin kemarin, Clara sempat berpikir pendengaran nya sangat lah tajam, namun dia tepis pemikiran nya karena itu hal yang tak masuk akal. Mungkin saja Jodi yang sengaja membesarkan suara nya, sehingga dapat terdengar dengan jelas di kuping nya.
Lalu wajah Sonya yang sudah tak terdapat semburat merah merona lagi, seketika Sonya langsung mengubah raut wajah nya saat berbicara sambil menatap wajah Clara.
"Hei Clara, Kamu pikir penderitaan Mu sudah berakhir? Mari kita lihat, apakah Kamu masih dapat menatap Aku dengan tatapan mata yang sombong itu.“
Sonya pun langsung mengangkat tangan nya memberi kode, dan dua laki laki berbadan kekar pun masuk dan mendekat ke arah Jodi dan Sonya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!