NovelToon NovelToon

Mengubah Takdir Aneisha Mihai

Bab 1 Penderitaan Tiada Tara

Aneisha Mihai adalah seorang wanita lumpuh dengan wajah kemerahan dan penampilan yang sangat berantakan, ia selalu mengepang rambutnya yang berwarna merah. Aneisha Mihai besar dengan kedua saudara tirinya dirumah mewah milik peninggalan ibu Aneisha yang kaya raya dan seorang bangsawan yang sudah tiada, ayahnya adalah tuan pemilik perkebunan teh yang menikah lagi dengan seorang wanita dari kalangan biasa.

Ibu tiri Aneisha sangat tidak menyukainya dan selalu bersikap jahat padanya begitu juga dengan saudari tirinya yang berkulit cokelat yang sangat jahat dan berbisa, mereka selalu memperlakukan Aneisha dengan kasar dirumah mewah milik peninggalan ibunya. Ada saja yang dilakukan oleh mereka kepada Aneisha Mihai jika ayah Aneisha sedang tidak ada dirumah.

Kelumpuhan yang Aneisha alami karena suatu hari ia meminum segelas susu yang diberikan oleh ibu tirinya saat ia hendak berangkat tidur di malam hari dan pada esok harinya ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, sejak itu Aneisha menjadi wanita lumpuh dan hal itu menambah kebencian ibu tiri Aneisha padanya.

Aneisha Mihai sedang berbaring diatas tempat tidur ketika dua orang wanita masuk kedalam kamarnya dan membangunkan dirinya dengan kasar.

"Bangun !!!", teriak seorang wanita.

"Guyur saja dia dengan air es biar bangun, mama !", kata seorang wanita muda berkulit cokelat.

"Benar juga, biar mama panggilkan pelayan untuk mengambilkan air es ! Biar bangun, anak pemalas ini !" kata mama. "PELAYAN !!!"

"Iya, iya nyonya ada apa ?", seorang wanita setengah baya masuk dengan tergopoh-gopoh kedalam kamar.

"Ada apa, ada apa ? Ambilkan saya seember air es ! Cepat !", bentak wanita berkacamata tebal dan rambut sebahu.

"Buat apa nyonya ?", tanya pelayan itu.

"Eh, pakai tanya, ambilkan saja ! Tidak usah banyak tanya !", kata wanita galak itu.

"Baik, baik nyonya, saya ambilkan dulu ?", jawab pelayan itu ketakutan.

"Cepatan !!!", teriak wanita itu sambil mendorong pelayan keluar kamar.

"Ihk, dasar gadis pemalas ?", kata wanita galak itu lagi.

Aneisha Mihai masih tertidur lelap dan tidak mendengar suara apapun. Tiba-tiba seseorang menyiramkan air kepadanya yang masih tidur.

"BYUUR !!"

Air es yang dingin membasahi wajah Aneisha Mihai dan membuatnya terbangun dari tidurnya.

"Bangun, pemalas ! Ini sudah pagi !", teriak seorang wanita padanya.

"Eh, mama ?", kata Aneisha terkejut.

"Bangun !!!", bentak mama tiri Aneisha.

Wanita berkacamata tebal dan rambut sebahu itu menarik selimut yang menutupi tubuh Aneisha Mihai dengan kasar, sedangkan Aneisha yang basah kuyup hanya bisa diam sambil berusaha bangun dari tidurnya.

"Bagaimana dia bisa bangun mama ? Bukankah dia tidak bisa bergerak ?", kata wanita muda dengan ketusnya.

"Benar juga apa yang kamu katakan, Valeska ! Mana bisa gadis bodoh itu bangun, bukannya dia lumpuh ?", kata wanita galak itu.

"Iyalah, mama tersayangku !", kata wanita muda bernama Valeska.

Kedua wanita berhati iblis itu tertawa senang saat melihat Aneisha yang gelagapan dan berusaha untuk bangun.

"Hei, lumpuh ! Cepat bersihkan kamar tidurnya dan keringkan !", bentak mama tiri Aneisha.

"Buruan ! Jangan lama-lama !", bentak Valeska.

"Iiya, sebentar !", sahut Aneisha gemetaran.

"Jangan makan jika belum selesai !", kata mama tirinya.

"Eits !!", kata Valeska seraya menyingkirkan kursi roda Aneisha jauh-jauh dari jangkauannya.

"Kak Valeska, kenapa kamu menjauhkan kursi roda milikku ? Aku tidak bisa mengambilnya ?", kata Aneisha.

"Ambil sendiri sana ! Enak saja, semua dilayani !", kata Valeska sengit.

"Tapi kak ?", kata Aneisha.

"Siapa suruh kamu lumpuh ? Makanya jangan lumpuh !", kata Valeska.

Mereka lalu pergi meninggalkan kamar tidur Aneisha dengan tertawa puas. Aneisha hanya bisa menangis terisak-isak diatas tempat tidurnya yang basah sembari meraih kursi rodanya dengan sekuat tenaga.

"Mereka benar-benar sangat kejam dan jahat !", ucap Aneisha Mihai menangis pedih sambil tertatih merangkak menuju kearah kursi rodanya.

Hari itu Aneisha membersihkan tempat tidurnya yang basah diteras kamar, sinar matahari yang terang membantunya untuk mengeringkan selimutnya yang ia jemur. Aneisha Mihai juga segera mandi dan berganti pakaiannya.

Wanita berkepang dua itu lalu memakai kacamatanya dan menggerakkan kursi roda miliknya keluar dari kamar menuju keruang makan, memang saat Aneisha Mihai mengalami lumpuh ia meminta pada ayahnya untuk memidahkan kamar tidurnya kelantai bawah dan kini ia menempati kamar tamu yang berukuran besar dan luas, ia beralasan karena akan kesulitan jika selalu naik turun kelantai atas rumah dan untungnya ayah Aneisha menyetujuinya meski ibu tirinya tidak senang karena ia mendapat kamar yang mewah dan besar.

"Selamat pagi, nona !", kata seorang pelayan wanita padanya.

"Selamat pagi, Bibi Dolores !", sahut Aneisha.

"Silahkan !", kata pelayan.

"Kemana semua ? Apa tidak ada yang sarapan pagi ini ?", tanya Aneisha.

"Mereka semua sudah sarapan, nona dan sekarang pergi keluar rumah entah kemana tadi mereka pergi naik mobil", kata pelayan.

"Mm ??", gumam Aneisha.

"Untuk apa nona memperdulikan nenek-nenek lampir berbisa seperti mereka ?", kata pelayan itu heran."Kalau bisa jangan kembali lagi !"

"Mmm ?", Aneisha bergumam lagi.

"Kenapa anda tidak membunyikan bel didalam kamar saja untuk memberitahukan kepada saya jika ingin sarapan, nona ?", kata pelayan.

"Tidak apa-apa, aku sengaja ingin makan diruang makan jadi aku kemari !", kata Aneisha.

"Baiklah, aku akan ambilkan nona sarapan tapi maaf, hanya tinggal roti gandum dan bubur saja yang tersisa pagi ini !", kata pelayan itu menyesal.

"Oh, baiklah, aku akan memakannya, bibi", kata Aneisha.

"Maaf, nona besok saya akan menyisihkan makanan untuk nona sebelum wanita-wanita berhati siluman itu memakannya", kata pelayan.

"Apa kamu tidak takut ketahuan oleh mereka, bibi ? Jika mereka mengusirmu keluar dari rumah ini kamu tidak bisa membiayai biaya kuliah anakmu ?", kata Aneisha mengingatkan.

"Tapi nona, saya benar-benar marah melihat perlakuan mereka yang seperti pemilik rumah ini !", kata pelayan.

"Biarkan saja, biar mereka puas !", sahut Aneisha seraya memakan sarapannya.

"Kenapa nona tidak melaporkan saja pada ayah nona perbuatan mereka yang jahat pada nona, biar mereka diusir keluar dari sini ?", kata pelayan kesal.

"Untuk apa ?", kata Aneisha.

"Maksud nona ? Anda tidak benar-benar ingin mengadukan perlakuan mereka yang jahat itu ?", tanya pelayan keheranan.

"Tidak, bibi, aku tidak ingin mengadukannya karena aku tidak punya bukti untuk itu", kata Aneisha.

"Anda bisa meminta bantuan saya untuk merekamnya nona !", kata pelayan.

"Tidak, terimakasih, bibi !", kata Aneisha sembari menyelesaikan sarapannya.

"Aku akan membantu, nona !", kata pelayan itu.

"Tidak, bibi. Itu akan membahayakan dirimu dan mereka akan memastikan kamu tidak akan hidup lagi !", kata Aneisha seraya menggerakkan kursi rodanya.

"Biar saya bantu nona kembali kekamar anda !", kata pelayan seraya mendorong kursi roda Aneisha.

"Terimakasih, bibi !", kata Aneisha.

Mereka berjalan melewati koridor rumah menuju kedalam rumah utama dan masuk kekamar tidur Aneisha yang terletak dilantai bawah.

"Sudah sampai nona, kenapa anda tidak meminta bantuan saya untuk menjemur tempat tidur nona ?", kata pelayan.

"Tidak perlu, bibi, biarkan saja nanti kering sendiri", kata Aneisha datar.

"Mereka benar-benar keterlaluan ! Bagaimana seorang ibu memperlakukan anaknya seperti itu dan sangat berani sekali mereka dirumah ini !", kata pelayan itu dengan raut marah.

Aneisha Mihai hanya terdiam diatas kursi rodanya ketika pelayan rumahnya membantunya membersihkan kamar tidurnya dan mengganti kain yang basah yang menutupi tempat tidur dengan kain penutup yang kering, ia duduk sambil menghadap lurus keluar kamar.

Lama ia menatap keluar kamarnya seraya melihat halaman teras kamarnya yang tertutup dengan kain lebar dan selimut yang dijemur, pemandangan seperti ini adalah hal yang selalu ia alami di setiap pagi harinya.

Penderitaan yang tiada akhir untuk Aneisha Mihai yang hanya bisa pasrah menerima perlakuan jahat ibu tirinya yang sangat membenci dirinya.

Bab 2 Kematian Gadis Lumpuh itu

Ayah datang bersama seorang pemuda tampan nan gagah kerumah ketika ayah kembali pulang dari luar kota, ayah mengenalkan kepada kami semua saat makan malam dan seorang pelayan membawaku keruangan makan.

Terlihat wajah ayah yang sangat bahagia, dan sesekali tertawa keras ketika berbicara dengan pemuda yang ia bawa kerumah, terdengar suara tawa berderai dari ruangan makan dan mereka berhenti ketika Aneisha masuk kedalam ruang makan.

"Sayangku, mari makan malam bersama kami semua !", kata ayah.

"Iya, ayah !", kata Aneisha.

"Bawa dia mendekat kemari, Marin !", kata ayah.

"Baik, tuan !", kata pelayan Marin.

"Terimakasih Marin, kamu boleh kembali kedapur !", kata Aneisha.

"Perkenalkan ini, Adrian Mikael !", kata ayah senang.

"Namaku Aneisha Mihai !", ucap Aneisha Mihai dingin.

"kami bertemu saat ia menolong ayah yang dirampok ditoko, ia menolong ayah pulang kerumah dengan memberi ayah tumpangan kemari !", kata ayah.

"Benarkah !?", kata Aneisha Mihai sambil menatap tajam kearah pria muda yang ada dihadapannya.

Pemuda tampan nan gagah itu hanya tersenyum tipis pada Aneisha seraya melirik kearah kursi roda miliknya, ia juga menganggukkan pelan kepalanya kepada Aneisha Mihai.

Aneisha hanya terdiam melihat sikap pemuda itu sambil mendengarkan perkataan ayahnya tentang pemuda tampan itu saat makan malam. Ia hanya mendengar obrolan ayah yang sangat antusias dimeja makan kepada semua anggota keluarga.

"Ayo ! Ayo ! Kita nikmati makan malam yang lezat ini !", kata ayah.

"Terimakasih !", ucap pemuda itu seraya mengangkat gelas minumannya.

Ayah sesekali terdengar tertawa senang disela-sela obrolannya, Aneisha yang sedari tadi mendengarkan percakapan diantara keduanya hanya terdiam seraya memperhatikan piring makan yang ada dihadapannya sambil menyantap lahap menu masakan rumah malam ini.

Setelah makan malam usai, semua orang dirumah ini kembali kekamarnya masing-masing untuk beristirahat.

Disebuah kamar mewah yang besar terdengar suara gaduh dan saat itu Aneisha Mihai yang sedang berjalan bersama kursi rodanya hendak ke ruangan baca rumahnya melewati kamar tersebut tiba-tiba berhenti.

Tatapan Aneisha Mihai mendadak berubah muram sambil membelalakkan kedua matanya yang indah.

"Apa yang kamu lakukan pada ayahku ?", tanya Aneisha gemetaran ketika ia melihat pemuda bernama Adrian Mikael berdiri dihadapannya dengan tangan berlumuran darah.

Aneisha Mihai memundurkan kursi rodanya pelan kebelakang lalu ia berteriak ketakutan dan memacu kursi rodanya cepat. Ia melihat pemuda itu berlari mengejarnya dan berteriak keras kearahnya.

"Tunggu ! Aku tidak melakukannya, Aneisha !", teriaknya.

Aneisha terus memacu kursi rodanya dengan cepat dan ia melihat kearah tangga didepannya tanpa berpikir panjang ia menggerakkan kursi roda miliknya untuk turun kebawah tapi tiba-tiba seseorang mendorong keras kursi rodanya kebawah dan ia terjatuh berguling-guling menuruni anak-anak tangga rumahnya.

"Itu hukumannya jika kamu ingin tahu semuanya, nona besar ! Rasakan !", ucap seorang wanita berdiri seraya menyeringai kepadanya dari lantai atas rumahnya.

"Nikmatilah malam-malam panjangmu dineraka, gadis bodoh !", kata seorang wanita muda berkulit cokelat kepada Aneisha.

Lamat-lamat terdengar suara tawa kedua wanita itu dari kejauhan, Aneisha mendongakkan kepalanya kearah lantai atas dan ia melihat ibu tirinya dan saudari tirinya berdiri diatas tangga sembari tertawa ketika ia tergeletak tak berdaya dilantai bawah rumahnya.

Aneisha melihat itu semua dengan berlinangan air mata dan menangis perih tanpa mampu berbuat apapun, ia sangat menyesali kenapa ia tidak mampu melawan ini semua, ia sendiri tidak ingin berakhir seperti ini, "Aku harus membalasnya !", gumamnya dalam hati kemudian perlahan-lahan ia menutup kedua matanya.

Kosong...

Suasana beberapa saat terasa sangat kosong tanpa cahaya terang yang memancar dan hanya ada sebuah titik hitam pekat disekitar Aneisha Mihai yang terbaring lemah.

Tidak ada kehidupan, tidak ada nafas, tidak ada detak jantung serta tidak ada gerakan, Aneisha Mihai terbaring kaku dengan tubuh pucat dan kedua mata yang tertutup rapat.

Tit...

Tit...

Tit...

Aneisha Mihai terbangun dari tidurnya dan melihat dirinya berada diatas tempat tidurnya, ia melihat kearah kalender yang tergantung didinding rumahnya.

Januari, tahun 2017 ...

Aneisha terkejut ketika ia membaca tulisan yang ada didalam kalender, ia lalu berlari ke arah cermin panjang yang berdiri didekat jendela.

"Aku bisa berjalan dan tidak lumpuh lagi ?", kata Aneisha terkejut ketika ia memandang dirinya didalam cermin.

Aneisha kembali melihat ke kalender dan membacanya lagi, ia kembali kemasa lima tahun yang lalu, itu artinya semuanya kembali ke lima tahun yang lalu dan kejadian dimasa lalu terulang lagi. Aneisha berlari keluar kamar dan berjalan menyusuri lantai atas rumahnya, itu artinya ibunya masih ada bersamanya.

"Mama ! Mama !", Aneisha berteriak memanggil mamanya.

Lima tahun yang lalu ibunya masih hidup dan sehat, seandainya jika ia benar-benar kembali kemasa lima tahun yang lalu, itu artinya ibu kandungnya sekarang masih ada dirumah ini.

Ibunya biasa duduk didapur bercengkrama dengan Bibi Dolores dan Mariana. "Apakah mama masih ada disana biasanya mama mengisi waktunya didapur setelah papa berangkat kerja !?", kata Aneisha Mihai mempercepat langkah kakinya menuju kearah dapur rumahnya.

Sayup-sayup terdengar suara orang sedang bercanda dari arah dapur rumah, Aneisha Mihai mengangkat kakinya masuk kedalam ruangan dapur yang biasa ia pakai untuk makan selama ia tinggal bersama ibu tiri serta saudara tirinya dirumah mewah milik peninggalan ibunya.

Seketika tubuh Aneisha Mihai berhenti bergerak, ia tertegun saat melihat pemandangan yang tidak asing dihadapannya. Ia melihat mama tercinta kembali hidup dan kini sedang bersenda gurau bersama dua orang wanita.

"Mama ?", ucap Aneisha Mihai bergumam.

Seorang wanita berparas jelita dengan mata berwarna biru menatap Aneisha Mihai dengan tatapan teduh. Wanita itu lalu tersenyum lembut padanya.

"Mama !!!", teriak Aneisha Mihai haru.

Aneisha Mihai berlari cepat kearah wanita cantik nan jelita kemudian mendekapnya erat-erat.

"Mama !", ucap Aneisha Mihai sambil menitikkan airmatanya diatas pipinya yang putih bersih bak pualam.

"Hai...!? Ada apa sayangku !?", ucap mama tertawa kecil seraya membelai rambut Aneisha Mihai.

"Mama ! Mama ! Aku merindukanmu mama !", ucap Aneisha Mihai terisak-isak.

"Aih ! Aih ! Anakku yang cantik ! Mama dari tadi dirumah tidak kemana-mana ! Masa baru satu jam yang lalu kamu sudah kangen ?", sahut mama.

"Mama...", kata Aneisha Mihai tetap memeluk erat mamanya dan menangis tersedu-sedu.

"Hai...! Aneisha, berhentilah menangis sayangku ! Ada apa nak ?", ucap mama heran.

"Emm..., tidak apa-apa mama ! Aku hanya terharu saja karena tadi sedang membaca cerita diruang perpustakaan !", sahut Aneisha Mihai berbohong.

"Jangan menangis sayangku ! Hanya membaca cerita kamu sampai menangis seperti ini ?", ucap mama sambil menyeka air mata Aneisha Mihai.

"Iya mama, aku tidak akan menangis lagi !", ucap Aneisha Mihai seraya melepaskan pelukannya.

"Sudah ! Sudah ! Ayo berdiri jangan bersimpuh seperti itu sayangku !", ucap mama lalu membantu Aneisha Mihai berdiri.

"Iya mama !", ucap Aneisha Mihai.

Aneisha Mihai beranjak dari tempatnya dan berdiri tegak sambil mengusap kedua matanya yang basah, meski hatinya lega bisa melihat mamanya lagi tapi rasa perih dan pedih karena ingatan masa lalu yang terjadi masih terlintas sangat jelas dibenaknya yang dalam.

Tak henti-hentinya Aneisha Mihai memandangi mamanya yang cantik jelita dan sedang berdiri didepannya dengan senyuman lembut yang selalu membingkai wajah mamanya.

Bagaimanapun ia tidak dapat menutupi perasaannya yang sangat bahagia ketika bertemu mamanya yang hidup kembali.

Namun pada kenyataannya rasa sakit karena menahan penderitaan selama ini masih memberinya luka yang dalam dan ia mulai berjanji akan membalaskan semuanya.

"Aku berjanji akan membuat neraka dikehidupan wanita jahat itu jika ia berani menyentuh mamaku sekali lagi !", ucap Aneisha Mihai dalam hatinya seraya mengepalkan kedua tangannya erat-erat penuh kemarahan serta kebencian yang teramat dalam karena kekejaman mereka pada dirinya.

Bab 3 Bertemu Sang Malaikat Pelindungku

Aneisha Mihai berdiri lama sambil mematut di depan cermin kamar. Dia tertegun memandangi dirinya bergaun merah dengan raut wajah yang jauh berbeda saat ia tinggal bersama ibu tirinya dan saudara tirinya.

"Ah..., aku sangat cantik sekali !?", ucap Aneisha Mihai seraya mengusap wajahnya yang putih bagai porselen.

Dia tersenyum berseri-seri seorang diri sambil berputar-putar di depan cermin, pandangan kedua mata Aneisha Mihai tak pernah pindah dari depan cermin.

"Ha...Ha...Ha..., aku sangat cantik sekali ! Ini seperti dalam mimpi !", serunya riang.

Penampilan Aneisha Mihai sekarang berbeda dari sebelumnya, ia biasanya terlihat lusuh dan menyedihkan ketika tinggal bersama ibu tirinya dan saudara tirinya yang kejam.

Mereka selalu menindas Aneisha Mihai setiap harinya dan memperlakukan dirinya bagaikan budak tetapi sekarang saat ia kembali bereinkarnasi dari kematiannya, gadis cantik dengan mata indahnya kini mengenakan gaun yang sangat cantik sekali dan wajah terawat cantik.

"Aku akan pergi bersama mama untuk membeli mawar karena hari ini adalah hari ulang tahunku, aku akan menghias seluruh rumah dengan mawar segar", ucap Aneisha Mihai tersenyum lembut.

Dia kembali memutarkan badannya di depan cermin kamarnya sambil merentangkan gaunnya yang indah.

***

Aneisha Mihai terlihat sangat senang sekali kemudian ia berlarian kearah luar kamarnya sepanjang koridor-koridor kastilnya yang megah.

"Mama ! Mama !", teriak Aneisha Mihai memanggil mamanya dengan menuruni anak-anak tangga yang berhias permadani. "Mama, kamu dimana ?"

Muncul seorang wanita berparas jelita dari sebuah ruangan dan berdiri memandangi Aneisha Mihai yang tengah berlari kearahnya.

"Aneisha, ada apa ? Kenapa kamu berteriak sepagi ini nak ?", ucap wanita bermata biru.

"Mama, mari kita membeli bunga mawar di pasar yang ada di kota ! Aku ingin menghias rumah dengan mawar yang segar !", ucap Aneisha Mihai.

"Tuhanku, untuk apa nak ? Bukankah kamu dapat memetiknya di taman yang ada di halaman belakang !?", jawab mama.

"Oh, Tuhan ! Aku melupakannya jika di kastil ini ada taman !", ucap Aneisha Mihai tersipu malu.

"Untuk apa mawar-mawar itu nantinya nak ?", ucap mama lembut.

"Apa mama lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku, mama ?", ucap Aneisha Mihai merengut manja.

"Ya, Tuhan, kamu sudah besar nak, apakah perlu merayakannya lagi cantikku ?", goda mama seraya tertawa.

"Mama..., aku ingin sekali merayakannya dengan sangat meriah sebagai wujud syukurku, mama", ucap Aneisha Mihai.

"Apakah tidak cukup dengan berdoa saja, nak ? Itu adalah bentuk syukur yang paling mewah dan berharga !", ucap mama sambil membelai lembut rambut Aneisha Mihai.

"Mama..., aku ingin merayakannya bersama mama dan ayah..., aku mohon mama...", ucap Aneisha Mihai manja sambil bergelayut di tangan wanita jelita itu.

"Baiklah..., baiklah..., mama ijinkan tetapi kita tidak perlu ke pasar untuk membeli mawar-mawar itu karena kamu dapat memetiknya di halaman !", ucap mama tegas.

"Iyah..., baiklah, aku akan memetik bunga mawar-mawar itu di taman", ucap Aneisha Mihai.

"Nah, pergilah segera untuk memetiknya karena hari ini ayahmu akan datang dari luar kota dan kita harus segera mempersiapkan pesta ulang tahunmu secepatnya !", ucap mama seraya mendorong tubuh Aneisha Mihai kearah pintu kastil yang berukuran besar.

"Iya..., iya..., iya..., aku mengerti mama dan akan segera mempersiapkannya", ucap Aneisha Mihai.

***

Gadis cantik itu berjalan riang menuju kearah belakang rumahnya yang seperti kastil istana, ia berjalan sambil bersenandung merdu melewati jalan-jalan setapak.

Aneisha Mihai tertegun sesaat ketika dia melihat sebuah hamparan taman bunga segar yang beraneka macam jenisnya terlihat di seluruh halaman belakang rumahnya.

Taman bunga itu sangat cantik sekali dengan bunga-bunga segar yang mekar di seluruh taman dengan kupu-kupu berterbangan diatas bunga-bunga mekar itu.

"Wow..., ini sangat cantik sekali, Tuhanku !", ucap Aneisha Mihai terkagum-kagum.

Dia berlarian kecil menuju taman bunga sambil tertawa riang, ia hampir melupakan semua yang ada di dalam rumahnya sejak ia mengalami penderitaan hebat dari ibu tirinya dan saudara tirinya yang kejam.

Aneisha Mihai lupa tentang bagaimana keadaan di dalam kastil istananya yang indah itu dan bagaimana suasana yang ia sebut rumah tinggal itu sejak ia mengalami kelumpuhan.

"Ini sebuah keajaiban yang sangat mengagumkan, Tuhan !", ucap Aneisha Mihai tersenyum lega.

"Iya..., kamu pasti menyukainya nak", ucap seseorang dari arah belakang.

Aneisha Mihai tersentak kaget lalu memutar badannya kearah datangnya suara tersebut.

Dia melihat seorang nenek tua bergaun merah tengah duduk di sebuah bangku taman seraya menundukkan kepalanya.

Nenek tua bertopi merah itu memegang sebuah payung berenda yang tertutup di sebelah tangannya yang memakai sarung tangan brokat merah.

"Siapa kamu ? Aku tidak pernah melihatmu ?", ucap Aneisha Mihai.

"Ha, ha, ha, ha, kamu sungguh tidak sopan, nona cantik", ucap nenek tua itu seraya menengadahkan kepalanya dan tersenyum.

"Maaf tetapi aku tidak mengenalmu nenek", ucap Aneisha Mihai.

"Kamu telah kembali dari perjalanan yang sangat panjang nona, apakah kamu merasa lelah ?", tanya nenek tua bertopi merah dengan renda menjuntai menutupi sebagian wajahnya.

"Maaf, aku tidak mengerti akan ucapanmu, nenek", ucap Aneisha Mihai bingung.

"Entah berapa orang telah melupakan semua kenangan masa lalunya dan kembali tanpa mengingatnya, itu hal yang lumrah, aku rasa", ucap nenek tua itu masih berada di tempat duduknya.

"Aku sungguh tidak mengerti...", ucap Aneisha Mihai.

"Setiap orang yang kembali dari kematiannya akan selalu berjumpa denganku, nona ! Entah itu dia akan menerimanya atau tidak tetapi setelah kamu kembali hidup dan bereinkarnasi ke tubuhmu lima tahun yang lalu, aku pasti akan datang menemuimu", ucap nenek tua itu tersenyum.

"B-b-agaimana kamu mengetahuinya ? Siapakah kamu yang sebenarnya ?", ucap Aneisha Mihai tertegun.

"Aku di utus langit untuk mendampingimu, nona", ucap nenek tua bertopi merah.

"A-apa...!?", ucap Aneisha Mihai kaget.

"Anggap saja aku adalah malaikat pelindungmu yang akan menjagamu setelah bereinkarnasi hidup kembali, nona Aneisha Mihai", ucap nenek tua.

"Aku..., aku tidak percaya ini, benar terjadi, untuk apa langit mengirimmu kepadaku ? Aku tidak menghendakinya !", ucap Aneisha Mihai.

"Gadis sombong...", ucap nenek tua bertopi merah itu memandang tajam kearah Aneisha Mihai.

"Tidak ! Aku bukan gadis sombong yang seperti kamu katakan, nenek ! Tetapi aku memang tidak menginginkannya karena ini adalah hidupku ! Aku bebas melakukan apa saja dalam hidupku ini !", ucap Aneisha Mihai.

"Bukankah kamu ingin membalaskan dendammu pada ibu tirimu yang telah membunuhmu ?", tanya nenek tua itu.

"Bagaimana kamu mengetahuinya ? Tapi itu juga bukan urusanmu nenek karena aku bisa melakukannya sendiri !", ucap Aneisha Mihai panik.

"Oh, iya ? Lalu bagaimana caranya kamu akan membalaskannya jika kamu tidak tahu caranya untuk bertemu dengannya ?", ucap nenek tua itu.

"Aku juga tidak tahu...", ucap Aneisha Mihai gelisah.

"Sebentar lagi Ayahmu akan kembali dari luar kota, nak dan ayahmu akan membawa wanita muda itu bersama dengannya", ucap nenek tua itu tersenyum tipis.

"Benarkah ? Lalu apa yang harus aku lakukan untuk mencegah mereka bersatu, nenek ?", ucap Aneisha Mihai terkejut.

"Ha..., ha..., ha..., bukankah kamu tidak membutuhkan malaikatmu ini ?", ucap nenek tua itu setengah menyindir Aneisha Mihai.

"Maaf, aku telah menyinggungmu tetapi demi kebaikan keluargaku, aku harus mencegah wanita jahat itu tinggal di rumah ini dan merebut ayahku !", ucap Aneisha Mihai geram.

"Baiklah, aku akan memaafkanmu dan aku akan membantumu, nona cantik tetapi ada syaratnya !", ucap nenek tua itu.

"Syarat ? Syarat apakah itu ?", ucap Aneisha Mihai.

"Syaratnya jangan pernah kamu berkata buruk dan jangan pernah kamu membuka payung milikku ini selama aku tidak nengijinkannya, kamu mengerti !", ucap nenek tua itu seraya menatap tajam kearah Aneisha Mihai.

"Tentu, aku akan mematuhinya selama aku mampu, nenek", ucap Aneisha Mihai.

"Tidak ada kata pengecualian, nona ! Karena kamu harus benar-benar melakukannya dan harus memenuhi syarat tersebut jika kamu melanggarnya maka kamu tidak dapat mencegah sesuatu yang buruk terjadi di masa kehidupan keduamu ini dan memperbaiki hidupmu kembali setelah reinkarnasi ini !", ucap nenek tua itu.

Aneisha Mihai berdiri tertegun memandang nenek tua bertopi merah dengan gaun merah tanpa bergeming.

Kata-kata nenek tua itu sangat mengejutkan Aneisha Mihai dan membuatnya tidak berdaya.

Ini semacam perjanjian dengan malaikat pelindung tetapi ini seperti sebuah perlombaan untuk memenangkan medali yang harus di menangkan oleh Aneisha Mihai.

"Baiklah, aku akan mematuhi semua syarat yang kamu ajukan padaku, nenek dan jika aku boleh tahu namamu, siapakah namamu ?", ucap Aneisha Mihai.

"Perkenalkan namaku Amarise, nona...", ucap nenek tua bertopi merah itu lalu tersenyum pada Aneisha Mihai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!