Di dunia ini, wanita mana yang tidak ingin menikah apalagi diusia sudah matang dan siap untuk membangun bahtera rumah tangga bersama dengan orang terkasih. Semua wanita pasti menginginkan sebuah pernikahan impian yang amat sangat didambakan layaknya pernikahan bak negeri dongeng atau konsep-konsep pernikahan ala twilight serta jenis tema pernikahan lainnya.
Seperti yang diinginkan seorang wanita bernama Kinan. Gadis sederhana yang pandai dan pintar ini sudah cukup usia untuk menikah. Apalagi, Kinan punya pasangan yang setia menemani dan mendampingi aktivitasnya sehari-hari. Membangun sebuah keluarga lalu memiliki keturunan akan menjadi impian setiap pasangan terutama bagi wanita.
Kinan Vimala, wanita berusia 28 tahun itu ingin segera menikah dengan Andra, kekasih yang dipacarinya selama kurang lebih 8 tahun lamanya. Masalahnya, di tahun ke-8 hubungan keduanya, Kinan tak kunjung juga dilamar oleh Andra. Padahal, pacarnya itu punya pekerjaan cukup mapan dan pastinya sudah siap juga untuk menikah. Andra bekerja sebagai manajer salah satu cabang perusahaan terbesar di kota ini. Sedangkan Kinan sendiri, bekerja disebuah butik milik sahabatnya, Riri. Secara materi, tak ada masalah diantara Kinan dan pria yang bernama lengkap Deandra Wijaya.
Seluruh teman-teman dekat Kinan sudah menikah, kecuali dirinya dan Riri. Kalau Riri, ia adalah wanita yang terlalu pilih-pilih pasangan dan belum ada keinginan untuk berkeluarga. Hal itu wajar, karena Riri punya postur tubuh langsing ideal dan lumayan sangat cantik. Ia juga kerap kali jadi rebutan banyak pria.
Berbeda dengan Kinan, walau ia sudah punya Andra, dan selama 8 tahun terakhir hubungan mereka baik-baik saja. Kinan tak kunjung menikah hingga detik ini. Kinan mulai sedikit minder karena ia memiliki postur tubuh agak gemuk dan wajah pas-pasan.
Namun selama ini, Andra tak pernah berkomentar atau protes dengan penampilan Kinan. Mereka berdua sudah saling jatuh cinta saat sama-sama duduk di bangku kuliah. Jadi, Kinan merasa kalau Andra sangat mencintai dirinya apa adanya, bukan ada apanya. Bahkan gadis gendut itu merasa sangat beruntung memiliki pasangan nggak neko-neko seperti Andra. Ditambah lagi, Andra punya paras tampan, loyal, dan tak suka menuntut ini itu dari Kinan. Mereka bahkan jarang sekali bertengkar dan bisa dibilang tidak pernah.
"Hari ini kau ada janji makan malam dengan Andra?" tanya Riri membuyarkan lamunan Kinan.
"Iya," jawab Kinan lirih tanpa semangat. Namun, ia berusaha tersenyum dihadapan sahabatnya. Kebetulan, butik sedang sepi karena sebentar lagi mereka akan bersiap pulang.
"Kalian sudah pacaran cukup lama, kenapa tidak menikah? Hubunganmu kayak digantung saja, nggak ada kemajuan sama sekali. Putus nggak, masa depan hubungan kalian seperti apa juga tak tentu arah." entah kenapa, tiba-tiba Riri berkomentar pedas seperti itu pada hubungan Kinan dan Andra, padahal sebelumnya Riri tidak pernah berkomentar aneh-aneh.
Memang sih, banyak yang iri dengan Kinan karena ia memiliki pasangan sempurna seperti Andra. Dan selama ini, Kinan biasa saja menghadapi cibiran orang-orang akan penampilannya, karena ia percaya Andra hanya mencintainya seorang, tak peduli seperti apa kondisi tubuh Kinan sekarang. Namun, orang-orang juga sering mempertanyakan kejelasan hubungan mereka termasuk keluarga Kinan sendiri. Kalau sudah seperti itu, Kinan tak bisa menjawab apa-apa.
"Tumben kamu bilang gitu?" Kinan balik bertanya. Ekspresinya tampak biasa saja.
"Ya karena semua teman-teman kita nunggu undangan kamu sama Andra. Aku males juga jawabnya karena mereka nggak berani tanya ke kamu langsung."
"Kamu sendiri kapan nikah?"
"Kok malah tanya aku? Aku ini tanya kamu. Yang kita bahas sekarang itu kamu dan Andra, bukan aku. Kalau aku mau ... besok aku juga bisa menikah. Yang ngantri di belakang buat pendamping hidupku juga banyak, tinggal pilih. Lah kalau kamu, sama sekali nggak ada kepastian. Kalau nggak cocok ya pisah aja, cari yang lain. Berat bener sama Andra. Kayak nggak ada cowok lain aja selain Andra. Kalau aku jadi kamu, mending cari yang pasti-pasti aja, daripada digantung kayak jemuran!" nada suara Riri terdengar kesal.
"Nggak ada yang mau sama cewek gendut sepertiku selain Andra, Ri. Kau kan tahu sendiri, Andra dan aku saling mencintai," tukas Kinan percaya pada cintanya dan cinta Andra.
"Itu kan dulu? Bisa jadi cinta itu sudah berubah, kan?"
"Apa maksudmu?" tanya Kinan mulai bingung dengan ucapan sahabatnya seolah cinta Andra padanya sudah berubah.
"Manusia aja bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu, Nan. Apalagi perasaan cinta. Nggak sedikit pasangan yang putus atau kawin cerai, menurut kamu kenapa? Padahal sebelumnya mereka sok yakin banget kalau saling cinta, seperti yang kamu bilang barusan," ujar Riri sedikit emosi.
Entah Riri kesal karena apa, Kinan juga tidak tahu. Namun, Kinan merasa ucapan Riri memang ada benarnya. Mungkinkah Andra sudah tak lagi mencintainya seperti dulu? Karena itukah ia tak kunjung melamar Kinan hingga sekarang?
Hati gadis berbadan besar itu jadi ketar ketir setiap kali ditanya 'kapan menikah?' Kinan sungguh tidak tahu harus jawab apa karena selama ini, Andra tak pernah menyinggung soal pernikahan. Kekasihnya itu juga tak sibuk-sibuk amat. Harusnya masalah ini sudah jadi topik utama mereka untuk menentukan mau dibawa kemana hubungan keduanya.
"Mungkin kami akan membahasnya malam ini." itulah kata terakhir yang Kinan ucapkan pada Riri sebelum akhirnya ia bertemu dengan Andra disebuah kafe tempat biasa mereka janjian untuk kencan.
***
Kinan datang lebih dulu dari waktu yang dijanjikan. Ia melihat sekeliling orang-orang yang duduk saling berhadapan dan berpasang-pasangan. Sungguh pemandangan indah yang bikin iri para jones. Termasuk Kinan sehingga membuat gadis gemuk itu tersenyum kecut. Para muda mudi itu terlihat asyik ngobrol seolah menikmati momen kencan mereka dengan pasangan masing-masing. So sweet banget.
Hal itu mengingatkan Kinan akan dirinya dan Andra 8 tahun silam. Mereka berdua juga pernah menikmati momen romantis seperti para pasangan yang ada di kafe ini. Itu terjadi saat tubuh Kinan masih ideal, tak segendut sekarang. Sayangnya, karena berbagai hal, berat badan Kinan semakin lama semakin bertambah hingga jadilah sebesar ini. Seluruh lemak bergelandot di mana-mana. Berbagai macam cara sudah Kinan lakukan untuk menguruskan badan, tapi bukannya langsing malah berakhir masuk rumah sakit.
Sejak saat itu, Kinan bodo amat dengan kelebihan berat badan yang ia punya dan Andra juga tak pernah berkomentar apa-apa. Hanya saja, waktu kebersamaan mereka jadi semakin berkurang karena Andra lebih memfokuskan diri bekerja dan bekerja. Kinan sendiri tak banyak menuntut karena ia ingin Andra tetap nyaman dengannya.
"Kau sudah lama menungguku, Sayang?" tanya Andra yang tiba-tiba saja datang dan langsung duduk dihadapan Kinan.
"Baru saja," jawab Kinan sambil tersenyum. Ia mendapat kecupan dikeningnya. Itu adalah kebiasaan yang sering Andra lakukan saat bertemu dengan Kinan.
"Kau sudah pesan makanan?" tanya Andra lagi.
"Belum. Ndra ... ada hal penting yang sangat ingin aku bicarakan." Kinan memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya yang sudah ia pendam selama ini termasuk soal masa depan hubungannya dengan Andra.
"Ehm, ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanyanya.
"Tidak, aku hanya ... ingin tahu ... apa ... sebaiknya ... kita menikah saja?" tanya Kinan gugup dan grogi.
Seketika keringat dingin membasahi kedua tangan dan kaki Kinan saking gugupnya. Bagaimana tidak? Harusnya Andralah yang mengatakan kalimat ini, tapi Kinan malah mengutarakannya lebih dulu dan terkesan seolah dirinyalah yang melamar Andra.
Cewek, ngelamar cowok duluan, gila nggak sih? jerit Kinan dalam hati. Sebenarnya, ia menyesal mengatakan kalimat itu, tapi mau bagaimana lagi? Hubungan mereka harus ada kemajuan. Kalau Andra tidak ingin memulai, maka tidak ada salahnya jika Kinanlah yang curi start lebih dulu.
Andra tertegun, untuk sesaat ia tak bereaksi seolah terkejut juga dengan kata-kata Kinan yang tiba-tiba saja mengajaknya menikah. Ia menggaruk-garuk keningnya yang tidak gatal dan jadi salah tingkah sendiri.
"Kau yakin dengan apa yang kau katakan barusan?" tanya Andra penuh makna.
Kalau cowok lain, pasti bakal senang dan langsung memeluk wanita yang mengajaknya menikah, tapi tidak dengan Andra yang seolah berpikir ulang apakah ia benar-benar akan menikahi Kinan atau tidak. Padahal mereka sudah lama menjalin hubungan. Delapan tahun bukanlah waktu sebentar. Mereka berdua pasti hafal betul seperti apa kepribadian mereka masing-masing, baik diluar maupun di dalam.
"Kenapa nggak? Kita sudah pacaran hampir satu dekade? Apa itu masih belum cukup? Dulu, kau bilang hanya aku yang akan menjadi istrimu, apa itu sudah berubah?" tanya Kinan mulai teringat kata-kata Riri bahwa perasaan seseorang pasti bisa berubah.
Andra tak langsung menjawab ucapan kekasihnya. Ia hanya menghembuskan napas panjang sambil melihat ke segala arah.
"Usia kita sudah cukup matang untuk menikah Ndra," lanjut Kinan. "Tunggu apalagi? Keluargaku juga sudah mendesakmu untuk segera menikahiku, kan? Selama ini, aku terus berusaha meyakinkan mereka untuk menunggu waktu yang tepat bagi kita berdua memikirkan pernikahan, dan aku rasa ... inilah saatnya." Kinan memegang kedua tangan pria tampan yang duduk bersandar di kursinya.
Kinan ingin sekali menjadi istri Andra. Sebab, mereka berdua juga sudah melalui banyak hal bersama sampai akhirnya Andra bisa jadi sesukses sekarang.
"Ya sudah, ayo ke rumah dan kita bicarakan ini dengan keluargaku serta keluargamu. Biar mereka yang menentukan tanggal pernikahan kita," jawab Andra tanpa ekspresi.
"Sungguh?" tanya Kinan tidak percaya. Ia tidak menyangka, Andra langsung menyetujui ajakannya menikah. Ini bagai mimpi disiang bolong bagi Kinan.
"Kau ingin aku berubah pikiran?" tanyanya.
"Nggak sih, aku nggak nyangka aja kamu langsung setuju ... kalau tahu begini, harusnya sudah dari dulu aku mengutarakan semua ini padamu. Aku takut kau marah tadi," ujar Kinan sampai matanya berkaca-kaca saking bahagianya. Akhirnya ia bisa menikah juga dengan orang yang ia cinta.
Meski Andra terkesan cuek, jawaban pria itu tetap membuat Kinan langsung tersenyum bahagia. Ia bahkan sampai berdiri dan melompat-lompat girang. Gadis itu ingin memeluk Andra tapi kekasihnya itu menolak dengan alasan malu dilihat orang. Mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan kafe dan pulang ke rumah membicarakan pernikahan keduanya.
BERSAMBUNG
***
Tanggal 28 Oktober adalah tanggal yang dipilih keluarga Kinan untuk menentukan hari pernikahannya dengan Andra. Kedua belah pihak keluarga sangat antusias menyambut niat baik pasangan yang sudah lama menjalin hubungan untuk melangkah ke jenjang selanjutnya, yaitu membangun bahtera rumah tangga yang pastinya samawa. Itulah impian setiap calon para pengantin.
Segala persiapan pernikahan mulai dilakukan baik dari pihak Kinan maupun dari pihak Andra. Mulai dari WO, undangan pernikahan, dan lain sebagainya. Semuanya sibuk menyiapkan hari bahagia Kinan dan Andra. Mereka semua sepakat tak ingin terlalu ribet dan mengadakan acara pernikahan simpel saja karena yang terpenting bagi mereka adalah kelancaran acara ijab qabul Kinan dan Andra dimana sebentar lagi, mereka berdua akan menjadi pasangan suami istri yang sah.
Lebih tepatnya, Andra dan Kinan memilih salah satu hotel bintang lima sebagai tempat berlangsungnya momen sakral mereka saat mengikat janji suci sehidup semati bersama dalam keadaan suka maupun duka. Kebetulan, tak jauh dari hotel bintang lima tersebut, merupakan KUA tempat Andra dan Kinan akan melangsungkan ijab qabul mereka.
Sehari sebelum hari H pernikahan, seluruh keluarga besar Kinan dan Andra sudah booking tempat di hotel dan menginap di sana sebelum melangsungkan pernikahan. Selesai pulang dari KUA, rencananya mereka akan mengadakan pesta resepsi pernikahan di hotel mewah itu untuk merayakan hari bahagia Kinan dan Andra setelah mereka menjadi sah.
Karena kata 'sah' itu belum terucap, maka untuk sementara, kamar Kinan dan Andra sengaja dipisah. Mereka tidak diperbolehkan bertemu dulu sampai acara besok. Mau tidak mau, Kinan dan Andra harus menuruti aturan adat istiadat orang tua mereka. Yaitu, dipingit semalam sebelum menikah.
Malam semakin larut, tapi Kinan tidak bisa tidur. Hatinya was-was dan berdegup kencang karena besok ia akan menyandang gelar sebagai istri Andra. Rasa gugup dan grogi, tiba-tiba saja menyelimuti Kinan dan ia jadi gelisah entah kenapa. Ia mencoba menghubungi Andra berharap bisa mendapatkan ketenangan hati dari calon suami.
Sayangnya, panggilan telepon dan chat Kinan tidak direspon sama sekali sama Andra. Kinan jadi penasaran apa yang dilakukan calon suaminya dimalam selarut ini. Sebab, ponselnya tertera tulisan online tapi wa dan telepon dari Kinan tak digubris. Panggilannya selalu saja ditolak.
"Kok pesanku nggak dibales sama Andra sih? Emang dia ngapain? Daritadi ditelepon sibuk terus," gumam Kinan sambil terus menatap layar ponselnya. Karena sudah tidak sabar, akhirnya Kinan nekat datang menemui Andra secara diam-diam.
Begitu keluar dari kamar hotel, Kinan langsung menuju ke kamar calon suaminya untuk mencari tahu apa yang dilakukan Andra ditengah malam begini. Andra sedang online, tapi wa dan panggilan dari Kinan sama sekali tak dihiraukan. Namun, betapa terkejutnya ia saat tahu, Andra sedang berdiri di depan kamar hotelnya sendiri sambil bertelepon ria dengan seseorang. Kinan sangat senang karena mengira Andra sedang menghubunginya, iapun mengendap-endap berniat mengagetkan pria yang besok akan menjadi suaminya.
Tapi ternyata dugaan Kinan salah besar, bukan Kinan yang ditelepon Andra, melainkan orang lain. Niatnya memeluk Andrapun ia urungkan dan Kinan berdiri dibalik dinding tepat ditikungan koridor ruang hotel. Ada rasa kecewa saat menyadari Andra tidak meneleponnya dan betapa terkejutnya Kinan saat dari kejauhan, ia melihat ada seorang wanita datang sambil menelepon, berjalan cepat mendekat ke arah Andra. Kedua orang itu saling menutup panggilan telepon masing-masing dan langsung berpelukan mesra.
Bagai disambar petir yang mahadahsyat, mata Kinan terbelalak seolah hampir melompat keluar melihat pemandangan tak terduga yang ada dihadapannya. Sontak Kinan kembali menyandarkan tubuhnya di balik dinding tempat ia bersembunyi berharap bahwa ini hanya mimpi. Faktanya, ini memang bukan mimpi, melainkan kenyataan yang amat sangat menyakitkan. Kinan sangatlah shock dan tidak bisa memercayai ini semua.
Wanita itu, wanita yang dipeluk Andra dengan erat adalah sahabatnya sendiri, Riri. Tidak salah lagi, wanita itu benar-benar Riri. Untuk meyakinkan dirinya, Kinan mengintip dari balik dinding dan semakin terlukalah hatinya ketika melihat kedua orang itu saling berciuman tepat di depan mata kepala Kinan sendiri.
"I-ini ... tidak mungkin ... Riri ... kau ... dan Andra ... kalian berdua ...." Napas Kinan serasa sesak memikirkan hubungan terlarang mereka yang baru ia tahu sekarang.
Hati Kinan serasa teriris-iris melihat adegan yang harusnya hal itu hanya ia lakukan dengan Andra, tapi ternyata ... Riripun juga menikmati ciuman mesra dari pria yang bakal menjadi suami Kinan. Tangis wanita gendut itu pecah dalam diam dan refleks, tubuhnya merosot di lantai.
Hancur lebur hati Kinan saat ini, ia sungguh masih belum bisa percaya bahwa orang yang ia kira sangat mencintainya ternyata mengkhianati cintanya dengan sangat kejam. Dan sahabat yang Kinan kira adalah teman baiknya, ternyata wanita itu tak lebih dari wanita rendahan yang suka menikung teman dari belakang.
Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata seperti apa perasaan Kinan saat ini. Runtuh sudah impiannya membangun mahligai pernikahan yang bahagia bersama Andra ketika ia tahu, calon suaminya berselingkuh dengan sahabat karibnya sendiri tepat dimalam pernikahan mereka akan dilangsungkan besok.
Kinan sungguh tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Melabrak mereka berdua dan membatalkan pernikahan yang sudah ia impikan sejak lama? Ataukah memilih diam dan pura-pura tidak tahu hubungan gelap pacar dan sahabatnya? Kinan sangat bingung dan tidak bisa berpikir lagi. Ia terlalu shock untuk menerima semua kenyataan pahit ini.
Wanita bertubuh gendut itu serasa putus asa dan ingin mati saja, tapi jelas hanya dia sendirilah yang merasakan sakit sesakit-sakitnya. Sementara Andra dan Riri, tetap bisa enak-enakan menikmati cinta terlarang mereka. Kinan tidak akan membiarkan perselingkuhan ini begitu saja. Ia harus melakukan sesuatu.
Yah, Kinan tidak boleh tinggal diam dan melihat perselingkuhan mereka. Iapun memutuskan bangkit berdiri saat ada pelayan hotel datang membawa keranjang makanan. Buru-buru Kinan mencegah langkah pelayan hotel tersebut.
"Mbak mau antar makanan ini ke mana?" tanya Kinan dengan nada suara sengak karena kebanyakan menangis.
"Mau ke kamar 103 Mbak," jawab pelayan itu heran melihat Kinan berlinang air mata.
Deg!
Itu kan kamar Andra! batin Kinan dan buru-buru mengusap sisa bulir air matanya.
Tiba-tiba sekelebat ide terlintas di kepala Kinan. Kalaupun hubungan ini harus hancur, maka yang merasakan sakit bukan hanya Kinan sendiri, Andra dan Riri juga harus merasakan akibatnya karena telah menyakiti hati Kinan.
"Mbak, bisa bantu saya nggak?" tanya Kinan dengan wajah melas sehingga orang yang melihat Kinan, jadi tak tega.
"Apa yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya pelayan hotel itu ikut sedih juga melihat kondisi miris Kinan yang mengenaskan walau ia tidak tahu apa yang terjadi pada wanita gendut itu sebenarnya.
Tanpa ragu, Kinan akhirnya menceritakan permasalahan yang sedang ia hadapi sekarang. Kebetulan pelayan ini postur tubuhnya juga lumayan besar sehingga Kinan bisa bertukar pakaian dengan sang pelayan agar bisa masuk ke dalam kamar Andra. Ia ingin tahu sejauh mana mereka berselingkuh selama ini tanpa sepengetahuan Kinan.
Pelayan hotel itupun langsung paham dan mengerti. Sebagai sesama wanita, ia merasa iba dan bisa merasakan apa yang dirasakan Kinan. Akhirnya, pelayan tersebut setuju membantu Kinan.
BERSAMBUNG
***
Setelah proses pertukaran baju selesai, Kinan menggantikan posisi sang pelayan untuk mengantarkan makanan yang dipesan Andra. Sakit memang, bagai serasa tersayat-sayat belati tertajam di dunia. Namun, Kinan ingin tahu, bagaimana bisa dua orang penting dalam hidupnya tega bermain hati dibelakangnya.
Agar tak mudah dikenali, Kinan mencoret beberapa tahilalat diwajahnya dan memakai kacamata yang ia pinjam dari si mbak pelayan hotel. Dengan memantapkan hati dan berusaha tegar, ia mendekat ke depan pintu kamar hotel calon suaminya yang sedang asyik berduaan dengan selingkuhannya alias sahabat dekat Kinan sendiri.
Mereka berdua benar-benar keterlaluan. Kau kuat Kinan, kau harus tahu seperti apa mereka dibelakangmu, jerit Kinan dalam hati saat ia membayangkan Andra bergumul mesra di atas ranjangnya.
Mati-matian Kinan menguatkan dirinya sendiri sambil memejamkan mata. Begitu dirasa siap, ia membuka kembali matanya yang menyamar sebagai pelayan hotel.
Tok tok tok!
Kinan mengetuk pelan pintu kamar Andra dan dari dalam, terdengar suara suaminya. "Siapa?" tanyanya.
Kinan mengubah pita suaranya menjadi lebih besar agar penyamarannya tak dikenali. Hatinya sangat hancur sebenarnya, tapi ia harus tetap kuat dan tegar.
"Pelayan hotel, Tuan." Kinan ingin menangis lagi, tapi ia berusaha menahan. "Saya datang mengantar pesanan anda," seru Kinan lagi dengan suara besar yang dibuat-buat agar dua orang pengkhianat cinta itu tak menyadari bahwa pelayan hotel adalah dirinya.
Tak berselang lama, Andra membukakan pintu kamar hotelnya dan mempersilakan pelayan hotel alias Kinan, masuk ke dalam. Cuek dengan kehadiran pelayan, Andra kembali tidur di samping Riri yang juga merebahkan dirinya di atas tempat tidur yang harusnya tempat tersebut adalah milik Kinan dan Andra.
Mereka berdua sama sekali tak merasa berdosa pada orang yang telah mereka sakiti. Harusnya, tempat tidur itu hanya akan diisi Kinan dan Andra saat keduanya menghabiskan malam pertama, tapi kini, hal itu hanya akan tinggal impian semata. Posisi Kinan digeser oleh sahabat karibnya sendiri. Sakit, perih, pedih ... itulah yang dirasakan Kinan saat ini.
"Sampai di mana pembicaraan kita tadi?" tanya Andra sok mesra pada Riri. Ia tak peduli pada pelayan yang berdiri memunggungi tempat tidur mereka.
Bahkan Andra dengan nakalnya, berani mengelu-elus pelan tangan dan perut Riri yang terbaring seksi disampingnya. Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Kinan saat ini saat melihat calon suaminya mesra terhadap sahabatnya sementara Andra, tak pernah melakukan hal itu padanya.
"Kenapa kau malah nikahin Kinan, sih? Kenapa kau nggak putusin dia aja?" protes Riri, sambil meraba-raba dada bidang calon suami sahabatnya. Sungguh sangat tidak tahu malu.
"Nggak segampang itu, Riri sayang, Aku dan Kinan sudah pacaran lama. Yah ... meskipun aku sudah bosan banget sama dia. Aku juga malu punya pacar gendut, jelek dan nggak ada menarik-menariknya seperti dia. Makanya aku sering minta bantuan kamu buat nemenin aku kalau pas lagi ada acara kantor diluar kota." Andra membelai lembut rambut selingkuhannya.
Deg!
Bagai kejatuhan gunung dari atas langit-langit. Kinan tak kuasa mendengar ucapan pedas yang keluar dari mulut calon suaminya sendiri. Orang yang selama ini Kinan anggap mencintainya apa adanya tanpa mempermasalahkan penampilannya, ternyata ... Andra ... sama sekali tak menyukainya. Bahkan ia berani berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri.
Dan perselingkuhan mereka ... rupanya telah terjalin lama dan Kinan baru tahu sekarang. Kinan menutup mulutnya dengan tangan menahan rasa sakit yang ia rasa. Ia tak pernah menyangka, Andra yang ia kira bisa menerima Kinan apa adanya ternyata ... merasa malu karena punya pacar seperti dirinya.
"Salah kamu sendiri, kenapa dulu pilih dia jadi pacarmu, coba kalau dulu kamu milih aku. Kan kamu nggak perlu ada dalam situasi seperti ini. Seluruh teman-teman juga bilang gitu. Kau itu bodoh sekali, pilih wanita gendut dan jelek ketimbang wanita seksi sepertiku. Aku kurang apa coba?" Riri bergelandot manja di lengan Andra menjelek-jelekkan sahabat yang calon suaminya telah ia rebut.
"Mau bagaimana lagi, Sayang. Kinan banyak bantuin aku. Aku bisa lulus dengan nilai baik juga berkat dia, makanya aku mau pacaran sama dia. Selama ini dia selalu ngalah sama aku, nggak pernah aneh-aneh. Aku bingung mesti pakai alasan apa untuk mutusin dia."
"Halah, itu cuma alasan kamu aja kan? Bilang aja kalau kamu masih cinta dia," tuduh Riri pura-pura ngambek.
"Nggak Sayang, aku udah nggak sayang lagi sama dia. Sekarang kamu pikir deh, mana ada pria yang mau sama wanita jelek bertubuh gentong kayak Kinan? Nggak ada kan? Aku sebenarnya juga nggak mau. Tapi keluargaku dan keluarganya sudah mendesak kami untuk menikah. Aku nggak bisa menolak ini semua. Pada dasarnya semua pria itu sama, mereka pasti menginginkan wanita yang aduhai dan seksi kayak kamu supaya bisa memuaskan ranjangku." Andra mulai mengeluarkan jurus rayuan mautnya yang selama ini tak pernah ia keluarkan di depan Kinan dan malah menjelek-jelekkan calon istrinya sendiri tanpa tahu bahwa orang yang mereka bicarakan ada dihadapan mereka.
Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata bagaimana Kinan bisa menata hatinya mendengar semua pembicaraan Andra dengan Riri. Bahkan dalam benakpun, Kinan tak pernah bisa membayangkan bahwa ia bakal mengalami sakit hati sedalam dan seperih ini. Ingin rasanya dia menjerit dan mengamuk di tempat ini, tapi ia berusaha keras menahan semua amarah karena tubuh Kinan langsung lemah lunglai mengetahui betapa jahatnya Riri dan Andra padanya.
"Eh mbak, kok bengong disitu?" tanya Riri dengan ketus. Ia risih karena momen mesranya dengan Andra terganggu dengan kehadiran pelayan hotel yang tak kunjung pergi daritadi.
"Saya ... sedang menyiapkan makanan untuk anda berdua, sebentar lagi selesai," ujar Kinan terbata-bata dan buru-buru mengusap air matanya tanpa kentara. Ia berharap dirinya tidak ketahuan walau hatinya sudah hancur sehancur-hancurnya mengetahui kebenaran tentang sahabat dan kekasihnya yang ternyata sangat membenci dirinya.
Tak ingin terus berlarut dalam kesedihan, Kinan memikirkan cara balas dendam yang elegan atas apa yang dua orang tak tahu diri ini lakukan padanya. Rasa perih ini, begitu dalam dan menyakitkan hati. Sungguh, Kinan tak bisa memaafkan semua pengkhianatan mereka.
Secara diam-diam, Kinan meletakkan ponselnya di balik teko teh yang ia tutupi dengan kain putih dan menyalakan video perekam. Setelah itu, Kinan nyelonong pergi keluar. Namun sebelum itu, ia sudah mencuri kunci kamar hotel calon suaminya agar nanti ia bisa mengambil kembali ponsel miliknya yang sudah ia siapkan untuk merekam perselingkuhan Andra dan Riri. Perbuatan mereka sungguh tak bisa dimaafkan lagi dan bukan hanya Kinan saja yang harus mengetahui hal ini.
Semua orang juga harus tahu seperti apa Riri dan Andra sebenarnya. Diluar, mereka berdua tampak tampan dan cantik. Namun, dibalik wajah indah mereka, mereka tak lebih dari para sampah masyarakat yang menjijiikkan.
"Silahkan nikmati momen indah kalian malam ini, tapi besok ... aku akan memberitahu kalian apa yang dinamakan dengan rasa malu," gumam Kinan begitu ia keluar dari dalam kamar hotel Andra.
BERSAMBUNG
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!