Prolog
Suatu ketika di jalanan padat kota metropolitan itu.
Beep
Beeeb
Beeeb
Bunyi-bunyian yang bisa anda dengar di saat jalanan macet seperti ini.
Di dalam mobil jenis mini van. Seorang pemuda dengan malas mengendalikan mobilnya yang cuma maju beberapa senti tiap 30 menit sekali.
Pemuda itu tampak begitu sangatlah bosan. Dia kemudian mengantuk.
Matanya terlihat menyipit, pandangannya mulai tertutupi perlahan dengan kelopak mata kecilnya itu.
Pendengarannya sudah mulai tuli perlahan. Mengikuti kesadarannya yang sudah hampir hilang.
Bbeeb beeeb beeeeeeeeeb.
"Woy jalan."
"Woy mobil putih kenapa gak jalan?"
"Sialan kamu!"
Di suatu tempat. Di kamar yang sangat biasa saja. Pemuda tadi masih tidur. Dia sekarang agak kecilan dan pendek dari sebelumnya.
Kriiiiing!
Suara jam weker miliknya berbunyi. Menandakan pemuda itu harus bangun karena jam itu diseting untuk membangunkannya di waktu yang sudah di rencanakan.
Lalu perlahan bocah itu sadar. Mulai menatap langit-langit atap kamarnya. Tampak langit diatas sana terlihat dari ventilasi-ventilasi kamarnya.
"Hoaaaaaam!" bocah itu menguap lebar sekali. Meregangkan kedua tangannya membuat selimutnya berantakan.
Dia bangkit dengan cepat. Bangun lalu mematikan alarm jam wekernya itu. Sudah pukul tujuh terlihat di dalam jam itu.
Pemuda itu sambil menguap mengambil handuk yang terselempang asal di depan pintu kamar mandinya. Lalu masuk dan memulai untuk mandi.
Dia keluar dengan menggunakan handuk disekitar pinggang ke bawah. Berjalan ke lemarinya. Mengambil seragam lalu memakainya dengan santai.
Setelah itu dia mengambil tas punggungnya. Memasukan beberapa buku sambil menguap juga. Lalu berjalan keluar kamar.
Tap tap tap tap!
Pov pemuda itu.
Namaku adalah Sato, siswa smp barat nasional. Sekarang aku sedang berangkat menuju sekolah, ya tentu saja aku tak serta merta untuk sekolah saja.
Sekolah itu memiliki sebuah klub misteri. Aku adalah ketuanya dan yaaa, karena anggota kami kurang maka kita harus mencari anggota lagi agar klub tetap berjalan.
Rencananya setelah usai sekolah aku ingin berdiskusi dengan anggota-anggotaku. Ya, aku ingin membagi tugas tentang bagaimana caranya kita agar bisa mendapatkan anggota baru.
Setelah berjalan sendirian tanpa gangguan akupun melihat banyak siswa-siswi dari sekolahku setelah aku sampai tak jauh dari tempat yang ku tuju. Aku melihat mereka layaknya siswa biasa. Lalu aku melihat juga beberapa teman kelasku dan orang yang sudah ku kenal juga. Mereka tidak banyak dan aku bukan orang tampan yang akan pamer biar terkenal. Entah kenapa semua itu membuatku ingin mati.
Tidak, bukannya aku malu. Aku hanya. . . . . Tidak ingin saja. Seperti seseorang yang menolak rencana dari bawahan mereka. Jika itu tidak cocok dan ada resiko merugikan diri sendiri. Maka tidak melakukannya adalah jalan terbaiknya.
Ku berjalan memasuki smp-ku dengan senang hati, melihat rok siswi bergelayutan manja dan mata hari menyinari kaca mata siswa tercantik dan terpintar yang kebetulan ada di depanku.
Dia kemudian memelototiku membuatku memalingkan muka. Sungguh kejadian yang memalukan dan aku tidak akan mengulanginya lagi.
Setelah itu bel berbunyi tanda gerbang di tutup pada pukul tujuh lewat. Ya, bagaimana ya. Ini sekolah nasional sudah tentu aturannya sangat merepotkan. Untung saja aku bisa masuk dengan tepat waktu.
Pov end.
Tap tap tap tap!
Sato berjalan memasuki sekolah, menaiki tangga opening. Disampingnya ada beberapa siswa-siswi yang bercengkrama. Sato tak meliriknya sama sekali.
Sato berjalan ke arah kelasnya. Lalu masuk ke dalam ruangan kelas yang bertuliskan "1F"
Menuju kursi di barisan 4 dari 5 barisan itu. Duduk dan menaruh tasnya di tempatnya yaitu bawah meja.
Tampak banyak siswa-siswi di ruangan itu. Melakukan berbagai hal yang biasa siswa smp lakukan. Main game, bercanda, mengerjakan tugas, dll.
Sato kemudian menelungkup dengan malas.
"Haaaah."
Sato menguap bosan dan mengantuk. Beberapa siswa melihatnya namun tak menghiraukan Sato. Sepertinya di kelas itu tak ada yang akrab dengannya. Tapi kenyataan dia adalah ketua klub adalah sesuatu yang diluar dugaan. Tapi melihat genre klub itu, sangat masuk akal bagi Sato yang suka menyendiri di kelasnya.
Bel masuk berbunyi tanda dimulainya kelas hari ini. Sato menguap dan menegakan tubuhnya meregangkan kedua tangannya ke atas. Bersiap untuk belajar.
Pov Sato.
Ku dengar bel berbunyi, dalam pikiranku aku harus dalam kondisi prima karena hari ini ada ujian. Ujian itu akan menentukan masa depan diriku ini.
Guru masuk. Dia bernama Marylin atau siapa itu. Aku tidak hafal dan mengingatnya karena guru ini adalah karyawan magang di sekolah ini.
Dia masuk dengan sekumpulan buku dan kertas ujian itu. Aku meneguk ludah gugup sambil mengeratkan pegangan pena di tanganku. Dan diriku selalu berharap bahwa tes kali ini tak akan gagal lagi.
Tes sebelumnya aku gagal karena sibuk dengan urusan klub. Tes itu dilaksanakan diluar kegiatan kelas.
Tapi sekarang adalah bagian tes terakhir, jadi mereka memasukannya saat jam awal mulai.
Aku bersiap dan menerima soal lembar itu dengan rasa campur aduk. Guru itu mengatakan apa yang seharusnya dia sampaikan.
"Kerjakan dalam dua jam. Jangan menyontek, jangan lakukan apapun selain menulis!"
Dia mengatakannya dengan membenarkan kaca mata bulatnya. Lalu akupun mulai memeriksa soal-soal itu.
Pov end.
Sato tampak terlihat melaksanakan ujian. Berbagai ekspresi dia tampilkan.
Pengawas mereka Marylin dengan melipat kedua tangannya di dada. Mengawasi semua siswa-siswi itu. Dia berdehem jika ada siswa yang mencurigakan.
Ujian masih terus berlangsung. Bunyi detak jam adalah hal yang paling bisa di dengar di ruangan itu.
Marylin terus menajamkan matanya mengawasi murid-muridnya itu.
Ujian sudah berlangsung kurang lebih hampir 30 menit.
Beberapa siswa terlihat ada yang bingung, ada yang dikit melirik ke teman sebangkunya, ada yang menulis dengan tenang, dan ada pula yang tak bisa menulis karena pensilnya sudah tumpul.
Kemudian sekarang sudah memasuki satu jam.
Tampak siswa-siswi itu masih mengerjakan ulangannya.
Guru itu kemudian berkata "apa ada yang sudah berhasil menyelesaikannya?"
Semua siswa diam tidak menjawab. Dan kembali sibuk dengan ujian dari lembar kertas itu.
Lalu setelah satu jam lebih. Ada juga yang sudah menyelesaikan ujian. Siswa itu mengangkat tangannya seraya berkata "Bu, saya sudah selesaikan ujian ini."
"Baiklah, maju ke depan bersama dengan jawabanmu," jawab guru itu.
Tampak siswa itu dengan gugup membawa kertas jawaban itu tak menghiraukan teman sebangkunya yang terlihat kecewa dengannya.
'Sialan, si pintar itu' batin siswa sebangkunya kesal.
Tap tap tap tap!
Anak itu sampai di depan meja guru wanita berkacamata.
"Ini bu," ucapnya sembari memberikan kertas jawaban miliknya.
Bersambung.
Episode 1
Dering handphone
Jam masih berdetak. Selang siswa pintar itu keluar dari ruangan kelas karena sudah berhasil menyelesaikan ujian dalam waktu kurang dari dua jam.
Sato masih terlihat kesulitan mengerjakan ujian itu. Tampak juga beberapa siswa siswi sudah ada yang mengikuti jejak siswa pintar itu.
Sato melihat mereka dengan perasaan iri. Dia mendengus melihat para siswa-siswi itu keluar dari ruangan.
Ujian masih berlangsung, kurang lebih menyisakan waktu 30 menit lagi. Sato terlihat puas dengan hasil jawabannya itu. Dia tersenyum miring lalu melirik beberapa teman kelasnya yang tersisa dan bangkit dari kursinya bersama kertas jawabannya dia berjalan ke depan menemui guru itu.
Tap tap tap!
Dia menumpuknya di atas jawaban milik siswa yang lainnya.
"Heh."
"Baiklah, silahkan keluar ruangan," ucap guru itu dingin. Membuat sato yang arogan mengangguk dengan hormat.
'Seram' batin sato.
Sato keluar dengan santai. Dia melihat satu teman kelas dan beberapa temannya dari kelas lain. Seperti sedang membicarakan hal serius. Tapi sato tak tertarik dan memilih ke suatu tempat.
Pov sato.
Ini yang disebut kembali ke masa lalu. Time traveller. Tapi disini diriku tidak menjadi versi masa depan. Aku seperti masuk ke dalam diriku beberapa tahun belakang.
Dan yang kuingat. Masa smp adalah waktu dimana aku berkembang. Di waktu yang akan datang aku akan memasuki sebuah akademi. Akademi itu tidak seperti akademi pada umumnya. Akademi itu berada di dunia lain. Itu akademi magis tempat dimana kita bisa belajar sihir dari guru sihir tentunya.
Setelah aku berhasil belajar sihir. Tak serta merta aku akan menjadi penyihir yang diakui. Lalu diriku yang saat itu sangatlah bodoh melakukan suatu hal yang memalukan.
Pov end.
"Haaaah," hela sato. Dia yang sebenarnya sudah berusia 20 tahun itu merasa sangat bosan.
Tap tap tap.
Dia menaiki tangga dan berpapasan dengan beberapa murid lain. Menuju ke lantai atas. Dia kemudian memasuki ruangan yang bertuliskan "klub misteri" membukanya dan terlihat tidak ada seorangpun.
Pov sato.
Klub misteri adalah hal yang sepatutnya kujalani. Karena dari klub ini hidup dan tujuanku akan normal dan tidak mengalami musibah seperti itu.
Karena itu aku ingin mulai mengembangkan klub ini saja. Daripada harus masuk akademi sihir.
Dulu cita-citaku adalah menjadi streamer horor. Dimana aku akan membuat vidio yang bersifat magis. Dalam klub ini sebenarnya aku sudah menyiapkan beberapa konsep. Namun, saat itu beberapa dari anggotaku keluar. Lalu disaat kita kekurangan anggota diriku masuk ke akademi sihir. Maka dari itu klub ini bubar.
Jadi sekarang, aku harus memprioritaskan klub ini daripada harus masuk 'lagi' ke dalam akademi sihir.
Pov end.
Tap.
Sato duduk di kursinya. Menghela nafas dan menutup matanya.
"Huft," hela sato.
"Hari dimana aku mengetahui diriku adalah calon penerus kekuatan sihir adalah sepulang sekolah," ucap sato kepada dirinya sendiri.
"Saat itu aku pulang sekolah setelah gagal merekrut anggota baru. Di jalanan sepi aku menemukan kartu. Kartu tak biasa. Kartu yang hanya bisa dibaca oleh penyihir. Bertuliskan undangan menuju Ploenativu Akademi," lanjut sato.
Sato tersenyum getir.
"Heh."
"Ploenativu apanya?" lanjut sato.
"Karena aku dikutuk di tempat itu. Aku sampai kehilangan-"
Sreeek!
Pintu terbuka. Membuat sato menghentikan ucapannya.
"Hm?" tanya sato
Seorang siswa membuka pintu. Dia adalah wanita dengan kacamata yang sato bilang terkenal itu.
"Kak, senia?" tanya sato.
"Hey, sato. Sopanlah kepada ketua osis," ucap orang yang baru masuk.
"Oh, maaf kak ranju," ucap sato dan berdiri dengan sopan.
"Maaf, maaf, maaf-" ucap sato terus meminta maaf
"Cukup," ucap ketua osis itu. Sato memanggilnya kak senia.
Satopun menurut diam beberapa saat.
"Ada apa ketua osis kemari?" tanya sato basa-basi.
Lalu wanita disamping senia menunjuk muka sato dengan kasar. Menyentuh wajah sato muda.
"Hey, kau! Jangan pura-pura tidak tahu," ucap ranju marah.
"Sepertinya kami harus menjelaskan lagi kepadamu ya," ucap senia ketua osis sembari membenarkan kaca matanya.
Sato hanya memasang ekspresi memaklumi diri sendiri saja.
Pov sato.
Saat ku tahu kedua wanita ini masuk. Aku sudah menduganya. Makanya aku bertindak seperti waktu itu saja. Berpura-pura lupa karena diriku yang remaja benar-benar tak mengingatnya.
Hari terakhir, peringatan terakhir dimana klub misteri milikku akan dibubarkan. Diriku yang remaja sempat menangis karena selalu gagal menemukan anggota. Tapi kemudian kembali normal setelah memasuki akademi sihir.
Ku mendengar penjelasan dari ketua osis yang sebentar lagi akan mati itu.
"Hey sato! Apa kau mendengarnya?"
ucapan siswa kelas delapan yang menyebalkan membuatku terkejut.
"Ya, kak ranju," ucapku kepadanya.
"Baiklah," ucap ranju.
Kedua anggota osis itupun meninggalkan ruangan klubku.
Aku menghela dan duduk di kursiku yang sudah panas. Kemudian kembali mengingat-ingat kejadian apa yang akan ku alami.
Setelah kedua anggota osis itu kemari. Dua jam kemudian aku terburu-buru menghubungi dua anggota lain dan membuat mereka mencari anggota baru.
Setelah mereka setuju kami dengan susah payah menawari kepada semua siswa. Hingga titik akhirnya kami tak menemukan anggota baru.
Dua anggota siswa adalah satu seorang siswi, lebih muda dariku tapi satu angkatan. Dia berada tak jauh dari kelasku di ruangan E.
Dia masuk ke klub misteri sudah hampir dua minggu. Senior yang sudah keluar membuat dia masuk ke klub misteri.
Kulihat dia sedikit tertarik dengan kasus-kasus misterius yang tidak terungkap. Jika aku mencoba membuat proyek itu dia kutunjuk sebagai kontroler. Seseorang yang akan mengatur apapun di dalam tim.
Dua adalah seniorku, kelas sembilan. Namanya kalau tidak salah adalah sayugo. Karena dia sebentar lagi lulus kami harus repot mencari anggota lagi. Sayugo sudah lama di klub misteri sebelum aku masuk. Dia juga yang salah satu orang yang memilihku sebagai ketua menggantikan ketua yang waktu itu sudah wafat. Dia orang yang ramah dan setiap selesai klub mengajakku menonton film horor. Dia mengaku masuk ke dalam klub karena ingin mencari adiknya yang hilang secara misterius. Adiknya dulu juga adalah anggota klub tapi disaat klub ini melakukan proyek penyelusuran tempat angker. Adik sayugo hilang secara misterius. Hingga saat ini tidak ada yang tahu keberadaan adiknya itu. Aku sudah mencoba membantunya tapi tidak kutemukan apapun.
Aku menghela menunggu kedua anggota klubku itu. Namun aku sudah tidak sabar lagi. Ku keluar dan menuju tempat mereka berdua.
Pov end.
Sato berjalan terburu-buru.
"Kedua pemalas itu," ucap sato kesal bercampur kecewa.
Tap tap tap.
Menuruni tangga dan menuju tempat yang dia ketahui. Lalu dia melihat seorang yang lebih tua darinya melambai di ujung sana.
"Cih," kesal sato.
"Hey, sato! Kesini. Ayo kesini," ucap siswa yang melambai itu.
"Hey sayugo, apa yang kau lakukan. Kita harus cari fernie juga untuk melakukan kegiatan klub misteri kita," ucap sato tanpa basa-basi.
"Oh, baiklah," ucap sayugo mengikuti ketua klub itu.
Tap
Keduanya sudah di depan kelas satu E. Mereka masuk tuk menemui fernie, anggota lain klub misteri.
"Fernie," panggil sato.
Fernie nampak duduk di kursinya dengan headphone terpasang. Dia terlihat menikmati musik yang dilantunkan dari alat itu.
"Oy, fernie," ucap lagi sato dan menyentuh pundak fernie.
Fernie membuka mata. Terkejut dan melepas alat yang menutupi indra pendengarnya.
"Ada apa kalian berdua kemari?" tanya fernie.
"Ayo ikut aku ke ruangan klub," jawab sato
"Ada apa?" tanya fernie
"Aku akan menjelaskannya di klub kita," jawab sato
Keduanya pergi dari kelas satu E fernie. Lalu masuk dengan cepat ke ruangan klub.
"Ada apa ketua?" tanya sayugo melihat sato duduk di kursinya.
Sato menghela.
"Klub kita akan dibubarkan satu hari lagi jika kita tak mendapatkan anggota lagi," jawab sato.
Semuanya yang mendengarnya kaget. Fernie kelihatan sedih. Sayugo juga turut kecewa.
"Lalu?" tanya fernie. Gadis berambut pendek itu tampak sedih.
"Haaaah, setidaknya dalam beberapa jam terakhir kita harus mendapatkan-"
"Krrriiiiing-"
"Ketua, hapemu bunyi," ucap sayugo.
"Oh, iya. Tunggu," ucap sato melihat nomor dan siapa yang meneleponnya.
"I-ini," ucap sato.
"Siapa ketua? Aku ingin lihat," ucap fernie.
Lalu fernie melotot.
"I-ini!" ucap fernie.
Sayugo bingung.
"Ada apa memangnya," ucapnya dan ikut melihat.
"Tidak mungkin!" Ucap sayugo.
Ketiga orang itu terkejut. Seseorang yang menelepon itu tak diketahui dan nomornya hanya berisikan gambar goresan darah segar.
"I-ini, nomor legenda itu," ucap fernie. Dia lalu dengan cepat mengecek hapenya dan memfoto hape milik sato itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya sato setengah teriak.
"Ini sebagai bukti, sebelum ajalmu datang," ucap horor fernie.
"Tapi semua ini hanya gosip kan?" tanya sayugo.
Sato menoleh ke arah sayugo.
"Tapi tidak ada salahnya kan? Aku memfoto jika benar legenda nomor berdarah ini terjadi pada ketua," ucap fernie.
"Jangan bercanda kau fernie," ucap sato.
Sato terlihat berkeringat. Dia terlihat ketakutan sekali.
"Hey, kenapa kau ketakutan ketua? Tak seperti biasanya," ucap fernie.
Sato tidak menjawab. Nomor itu sato tahu itu nomor apa. Dan legenda itu sato tahu apa yang sebenarnya. Itu adalah nomor eksekutor. Eksekutor dari akademi sihir.
Dia tidak tahu mengapa. Padahal dirinya belum masuk ke akademi tapi mengapa?
Nomor itu akan menghubungi korbannya dulu sebelum mereka terbunuh dalam beberapa jam lagi. Dan semua itu adalah syarat yang ada untuk mempelajari sihir di akademi itu. Itu semacam tumbal.
Dering itu mati.
"Hey, itu sudah berakhir," ucap sayugo.
"Untunglah, mungkin cuma tingkah iseng seseorang saja," ucap fernie besyukur.
Tapi, ekspresi sato tak berubah.
"Tidak, kau salah. Dia-dia sudah ada disini!" ucap sato membuat fernie dan sayugo ketakutan.
"Ba-bagaimana, bisa?" tanya kedua orang itu.
'Sudah berakhir, ternyata secepat ini. Tunggu apa aku bukan kembali ke masa lalu? Tunggu harusnya aku kan yang masuk ke akademi sihir atau jangan-jangan' batin sato menerka
Bersambung
Episode 2
Pegasus dan bangkit dari kematian
Sato dan kedua rekannya masih sangat ketakutan.
"Apa maksudmu ketua?" tanya fernie
"Apa artinya? Kenapa dia ada disini?" tanya fernie lagi
"Dia itu-"
Tap tap tap!
Suara sato terhenti karena sebuah langkah terdengar dari luar. Langkah itu tak biasa karena bisa di dengar dari dalam ruangan.
'Si-sial, apa yang terjadi? Bukannya harusnya tidak begini. Aturan di akademi itu adalah pertaruhan nyawa. Dimana nyawa orang terdekatmu akan direnggut jika gagal tes. Apa seseorang yang sudah mengenalku dekat sudah masuk akademi sihir?' Batin sato bertanya-tanya.
Grap!
Pintu terbuka.
"Aaaaa."
Fernie dan sayugo panik berteriak. Terlihat sesorang menyeramkan disana. Wajah yang begitu sangat aneh. Ditangan mahkluk aneh itu ada sebuah tali yang terhubung dengan benda tajam nan panjang disana.
'Ini bahaya, tak salah lagi' batin sato.
Sato kemudian melihat rekannya.
"Kalian berdua larilah!" ucap sato heroik.
"Apa maksudnya ketua?" tanya fernie
"Kita itu satu team di dalam klub, kita tak boleh meninggalkan anggota lain yang dalam bahaya," ucap sayugo. Fernie terlihat setuju walau dia ketakutan.
Lalu terlihat mahkluk aneh itu melangkah masuk. Pintu seketika tertutup dengan sendirinya. Dia memutar-mutar benda tajam itu.
"Apa disini sato kazumi berada?" tanya mahkluk itu dengan suara seram dan anehnya.
Sayugo dan fernie panik. Sato takut.
'Sialan kau akademi sihir' batin sato
Ketiganya mundur perlahan karena sosok itu maju.
"Apa disini sato kazumi berada?" ucapnya lagi karena tak ada jawaban.
Ketiganya meneguk ludah melihat wajah seram pria itu.
Lalu sato mengangguk.
"Ya!" ucapnya.
Kedua rekannya menoleh tak percaya.
"Aku sato kazumi," ucap lagi sato.
Lalu dengan cepat mendorong kedua rekannya itu ke jendela terbuka. Membuat keduanya keluar dari tempat itu meninggalkan dirinya.
'Ruangan ini berdampingan dengan sebuah tempat kosong, aku tak perlu khawatir jika mereka akan mati terjatuh dari lantai atas' batin sato
"Jadi kamu yang bernama sato kazumi?" ucap mahkluk itu.
"Ya," jawab sato.
'Sialan, aku sama sekali tak merasakan energi sihir dalam diriku. Jadi aku tak bisa menggunakan teknik' batin sato
"Ada apa kau mencariku?" tanya sato mencoba mengulur waktu
"Aku bertugas untuk membunuhmu," jawab sosok itu dan mengayunkan pedangnya ke perut sato.
Sato tertebas. Darah mengucur membuatnya berlutut.
"Uhuk."
Darah juga dia keluarkan dari mulutnya.
'Sialan, kenapa hanya sampai segini saja' batin sato
Rasa sakit itu tertambah kala sosok itu menebas lehernya. Namun, tak sampai memutuskan kepala sato.
"Uhuk."
Sato merasakan sakit di lehernya. Darah keluar deras dan membanjiri seragamnya.
'Tak kusangka ternyata rasanya dibunuh oleh eksekutor akademi seperti ini sakit dan perihnya' batin sato menahan sakit
'Kenapa harus menyiksa dulu' ucap sato berbatin
"Kalau ingin membunuh, cepatlah," ucap sato
Mahkluk itu tertegun. Kemudian mengangkat senjatanya itu.
"Baiklah jika itu maumu," ucapnya.
'Bodoh, kenapa harus diberitahu segala' batin sato
Krasssshhh.
Mahkluk itupun menebas dada sato.
"Uagggh."
Membuat sato terbujur kaku penuh darah dari luka-lukanya itu. Setelah itu mahkluk itu keluar dari ruangan dan menghilang setelah pergi beberapa langkah.
Tapi kesadaran sato sebenarnya masih ada.
'Ugh, sakit sekali. Tapi-tapi rasa sakit itu perlahan pudar, apa ini? Kenapa semuanya begitu gelap dan aku tak bisa membuka mata dengan benar. Kenapa mataku perlahan menutup?' Batin sato.
Bruuuak!
Tampak fernie dan sayugo terjatuh.
"Aduh," ucap fernie mengaduh.
"Aduh," ucap sayugo sama seperti juniornya.
"Apa yang ketua itu pikirkan," ucap sayugo
"Kenapa dia tak melompat bersama kita juga," ucap fernie
Keduanya bangkit dengan susah payah.
"Terjatuh beberapa meter membuat badanku sakit," lenguh fernie
"Ya benar," ucap sayugo
"Lebih baik kita ke ruangan itu lagi," ucap fernie dan dibalas setuju oleh sayugo.
Keduanya kemudian keluar dari ruangan itu. Tapi sayugo menabrak seseorang di jalan.
"Apa yang kau lakukan sayugo," ucap fernie
"Ah maafkan aku," ucap sayugo
"Aduh." Ucap orang yang ditabrak sayugo. Dia nampak seperti .......
"Ketua osis? Kenapa anda bisa ada disini?" tanya fernie dan membantu ketua osis itu.
"Maafkan aku ketua osis," ucap sayugo malu-malu.
"Tidak apa-apa, itu kecelakaan," ucap ketua itu.
"Tapi kalian berdua kenapa terburu-buru begitu?" tanya ketua osis yang populer itu.
"Ini keadaan gawat ketua osis," jawab sayugo
"Benar, saat ini sato dalam bahaya," ucap fernie membuat ketua itu membulatkan mata.
Lalu setelah percakapan itu. Ferni dan sayugo menuju ruangan klub tak disangka ketua osis yang diketahui bernama marra ikut bersama keduanya.
"Ayo cepat," ucap sayugo yang larinya paling cepat.
"Sabarlah, kita bersama ketua osis tahu," ucap fernie.
Ketua osis tak menanggapi.
Lalu ketiganya tiba di depan ruangan.
Tap.
Pintu dibuka. Namun semuanya terlihat gelap gulita. Lalu sayugo merasakan sebuah cairan setelah melangkah masuk.
"Apa ini?" Sayugo mencoleknya dan menciumnya.
"Baunya, anyir," lanjutnya
Membuat fernie dan ketua osis kaget.
"Hey nyalakan lampunya, mohon," ucap marra.
"Ya," balas sayugo.
Cklek.
Alangkah terkejut ketiganya.
Dia melihat bangkai mahkluk penuh luka di depan mereka.
"Ma-mahkluk apa itu?" tanya sayugo
Namun kedua cewe itu tak bisa menjawab. Mereka bertiga menutupi hidung karena bau anyir ini.
"I-itu bukankah?" tanya fernie
"Itu pegasus," ucap lantang marra membuat kedua orang lainnya kaget terhadapnya.
"Apa ketua tahu hal-hal misteri juga?" tanya sayugo
Marra mengangguk.
Lalu ketiganya menghampiri mayat pegasus itu.
"Sepertinya dia sudah mati," ucap marra.
"Selain itu dimana sato?" tanya fernie tapi kedua orang itu tak bisa menjawabnya.
Pov sato.
"Ugh."
Aku melenguh setelah menyadari bau-bau aneh yang tercium oleh indra ini. Lalu perlahan ku buka mataku yang lama terpejam itu.
Ku lihat samar-samar diriku berada dimana. Tak kusangka aku berada di langit sedang mengendarai sesuatu.
Akupun kaget setengah mati. Rasa lemas terabaikan oleh keterkejutan.
Akupun melihat apa yang kutunggangi. Itu seperti kuda tapi dia mempunyai dua sayap.
Ini tak lain adalah mahkluk mitos penuh misteri bernama pegasus.
Jadi benar aku sudah mati ya. Ternyata pegasus ada di alam setelah kematian pikirku. Akupun menikmati perjalanan itu tapi suara sesuatu mengejutkanku
"Apa kau sudah siuman, sato kazumi?" Suara itu tak lain berasal dari pegasus itu.
Aku yang kaget berusaha menjaga kesimbangan di punggung kuda itu.
"A-apa kau bisa bicara?" tanyaku kaget
"Ya, tapi itu tak penting. Saya tak punya waktu lagi. Sato kazumi. Kau seharusnya sudah mati. Tapi aku memutuskan menukarkan diriku dengan dirimu sehingga kau masih bisa hidup," ucap pegasus itu
"Apa?" ucap sato tak percaya.
"Aku percaya padamu sato kazumi, penuhilah permintaanku ini," ucap pegasus itu.
"Dengar ini, kau dibunuh oleh eksekutor akademi ploenativu karena seorang pelajar mega kazumi gagal tes," ucap pegasus
Sato kaget.
"A-apa?" tanya sato
"Ada apa?" tanya pegasus
"Tidak, maksudku. Siapa mega kazumi yang kau maksud. Yang kutahu aku tak pernah mengenalnya sekalipun di masa ini dan masa depan," ucap sato
"Oh, mega kazumi itu yang kutahu bagian dari keluarga penyihir kazumi. Dia tak lain adalah suadarimu," jawab pegasus itu dan mengepak tuk terbang lebih jauh lagi.
"A-ap tidak mungkin," ucap sato kaget.
"Bagaimana bisa aku punya adik? Aku kan anak tunggal, lagipula keluargaku. Tu-tunggu apa kau bilang keluarga penyihir? Kazumi? Kazumi keluarga penyihir?" tanya sato penuh keterkejutan
Pegasus meliriknya seraya menjawab.
"Benar," jawab kuda terbang itu.
'Bagaimana bisa ini terjadi. Hal ini diluar pengetahuanku. Yang kuingat keluargaku normal saja. Hanya ada aku ayah dan ibu dan mereka biasa saja. Bukanlah penyihir. Mereka sama sekali tak tahu apapapun tentang sekolah sihir di akademi ploenativu. Ayah seorang polisi dan sering memberitahukan pada keluarga tentang keluhannya pasal kasus pembunuhan yang tak bisa diungkap' batin sato
'Ini sangat tak masuk akal. Ini diluar perkiraanku' batinnya lagi.
"Sato kazumi. Dengarkanlah permintaan ku ini," ucap pegasus membuat sato kembali fokus.
"Ya," jawab sato spontan.
"Sepertinya kau bukan dari dunia ini ya. Aku tak paham masalah itu. Namun, dunia ini akan hancur. Tak lama lagi mahkluk seperti vampir dan manusia serigala akan bangkit. Aku ingin kau mencegah kebangkitannya tuk menjaga kelangsungan dunia ini," ucap pegasus mengutarakan keinginannya.
Sato terus menyimak dan mendengar dengan seksama.
"Jika mereka bangkit, semuanya berakhir. Sato kau adalah harapan terakhirku. Kuharap pilihanku tak salah mengenaimu," ucap pegasus itu dan mengepak menuju sebuah sinar yang sudah terlihat di depan sana.
"Setelah kita melewati sinar itu, kau akan kembali kepada kesadaranmu di dunia nyata," ucap pegasus itu lagi.
Wush!
Wwwush!
Tampak pegasus yang membawa satopun memasuki sinar itu. Sato tampak kesilauan karenanya.
"Aaaaaaaah."
Cliiiiiiiing!
Tuut tuut tut!
"Ugh."
Perlahan sato membuka matanya.
"Hey lihat sayugo, ketua sudah sadar," ucap seorang yang sato kenal.
"Apa benarkah?" tanya sayugo.
"Ugh."
Sato berusaha bergerak namun sesorang menahannya agar tetap tertidur. Sato meliriknya dan terkejut.
"K-kau?" ucap sato melihat ketua osis yang terkenal itu.
"Kau baru saja sadar, tetaplah berbaring," ucap ketua osis.
Terpaksa sato menurutinya.
"Hey ketua, ternyata kau bisa berubah wujud menjadi pegasus ya? Itu sangat hebat," ucap sayugo semangat.
"Hey sayugo, diamlah. Belum saatnya kita memulai kegiatan klub misteri kita," ucap fernie kepada sayugo.
"Oh, maaf," ucap sayugo meminta maaf.
"Selain itu, disaat kau mengubah dirimu menjadi pegasus. Kau bisa hidup kembali dan berganti ke tubuh aslimu," ucap marra. Sang ketua osis.
"Hey lihat fernie, ketua osis saja berbicara hal mistis begitu," ucap sayugo.
"Tapi dia itu ketua osis, dan kau bukanlah siapa-siapa di sekolah ini, paham?" ucap fernie
"Ahh, itu tidak adil. Itu curang fernie," ucap sayugo.
Disaat keduanya bertengkar. Ternyata sato dan marra membicarakan sesuatu.
"Sato kazumi, setelah kupikir-pikir. Klub mu itu gak bisa kububarkan," ucap marra.
Satopun terlihat senang.
"Terimakasih ketua osis," ucap sato terkejut.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!