NovelToon NovelToon

Suamiku Seleb Hits

1. Green Clean Laundry

“Aku mencintaimu…tiada yang lain selain dirimu” ucap Hanna pada seseorang pemuda paling tampan di dunia ini, setidaknya itu yang selalu dia ucapkan dan dia tanamkan di benaknya. Hanna menatap lekat-lekat laki-laki itu tanpa berkedip selama beberapa detik lamanya. Matanya masih tertuju pada wajah laki-laki itu. Rambut pendek rapi, mata tajam, bibir tipis, alis mata hitam legam tajam.

“Siapa coba yang nggak jatuh cinta sama kamu” gumamnya lagi, dia membenahi posisi duduknya, kini dia melipat

kedua kakinya bersila, tangan kanan menopang dagunya, dan lagi matanya tak henti menatap wajah laki-laki itu. Sesekali dia tersenyum dan menyentuh wajah laki-laki itu.

“Hanna….!” Teriak laki-laki yang tak lain adalah suara Ayahnya dari luar kamar. “Kamu jangan berbuat gila di dalam”

Hanna masih saja terdiam, tidak menyahut teriakan Ayahnya dari luar.

Laki-laki dengan tubuh agak gemuk itu mencabut steker listrik yang sedari tadi menyambung di colokan setrika uapnya.

“Han..Hanna…” ucapnya sekali lagi, namun yang dipanggil tak juga keluar dari kamar, bahkan menyahut pun tidak. Laki-laki itu menggantung sebuah baju pernikahan berbentuk kebaya modern di gantungan baju dengan hati-hati agar tidak merusak hasil setrikaannya. Laki-laki menggelengkan kepalanya, lalu dia melirik ke arah jam dinding usang yang menempel di dinding tak jauh darinya, hari sudah hampir jam 5 sore, dan baju itu harus diantar sebelum jam 7 malam.

Dia juga heran, mengapa baju pengantin baru bisa langsung masuk laundry karena terkena noda. 2 jam yang lalu

mengantarkannya kesini dan meminta dengan cepat agar baju tersebut kembali bersih dan siap dipakai segera.

“Hann…” teriaknya sekali lagi, mencoba dengan suara sebelum dia bersiap menggedor pintu kamar Hanna.

“Biar saya lihat Yah” ucap anak laki-lakinya.

“Hah…harusnya kamu diam saja di kamar, kamu harus belajar, karena besok kamu ujian, harusnya kakakmu yang

keluar membantu ayah, bukan kamu” Ayahnya mendesis, kedua alisnya terangkat.

Tanpa menjawab lagi, anak laki-laki yang merupakan adik Hanna itu langsung mengetok pintu kamar Hanna.

“Apaaa?” teriak Hanna dari dalam.

“Aku masuk kak” jawab adiknya. Tak ada lagi sahutan, berarti Hanna mengizinkan. Saat melihat ke dalam kamar Hanna, adiknya menggelengkan kepalanya. Tak henti-hentinya dan selalu pemandangan ini yang dia lihat tiap kali masuk ke kemar kakaknya tersebut.

“Jangan ganggu kakak” hardiknya, sejenak dia melirik adiknya, lalu kembali lagi melihat wajah laki-laki tadi.

“Dipanggil Ayah” ucap adiknya.

“Ada apa?” tanya Hanna sambil beringsut dari kasurnya.

Adiknya mengangkat kedua bahunya, lalu kembali keluar kamar saat sudah melihat kakaknya kembali ke dunia

“nyata”.

Hanna melihat adiknya keluar dari kamarnya, tak berapa lama dia turun dari kasurnya, mengikat rambutnya dan

bersiap menemui Ayahnya.

“Sebentar ya sayang….” Ujarnya pelan. Kemudian dia keluar kamar meninggalkan deretan poster-poster yang menempel di dinding kamarnya.

“Ada apa yah? Tadi Nayo bilang katanya Ayah panggil aku?” tanya Hanna tanpa rasa berdosa, padahal sudah dipanggil ayahnya berkali-kali.

“Kamu kumat lagi?” tanya Ayahnya sambil menatap Hanna gemas. Hanna meringis di hadapan ayahnya dengan wajah tanpa dosa.

“Dia tampan…dia…”

“Tidak usah diteruskan” Ayahnya sudah sangat hafal lanjutan dari kalimat Hanna yang hampir setiap saat dia dengarkan. “Ayah tahu kamu suka, begitu juga Ayah…” ujarnya lalu tertawa. “Tapi kamu jangan kebanyakan mimpi” Ayahnya mendorong dahi Hanna dengan jari telunjuk tangan kanannya. Hanna cemberut.

“Antarkan baju ini di alamat yang menempel di gantungan bajunya, harus tiba dengan selamat tanpa adanya lekukan, apalagi noda, harus sudah tiba sebelum pukul 7 malam” perintahnya mantap. Mata Hanna membulat, tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Untuk urusan antar mengantar laundry adalah tugas dia dan Nayo, akan tetapi karena besok adiknya harus mulai menghadapi ujian kelulusan SMA. Maka dia yang mengambil alih semua tugas itu.

“Hanna mandi dulu” pamitnya.

Kehidupan mereka yang cukup sederhana, membuat Hanna juga harus ikut banting tulang bekerja. Sebagai seorang mahasiswi semester 4, tak membuatnya harus menikmati full sebagai mahasiswa, dia harus juga ikut bekerja agar dia tetap bisa lanjut kuliah. Terlebih saat ini adiknya sudah kelas 12 SMA dan sebentar lagi akan lulus dan ingin kuliah, maka dia ikut bertanggung jawab untuk biaya adiknya tersebut.

Ayahnya, yang selalu dipanggil Pak Handi oleh tetangga dan orang-orang yang mengenalnya adalah sosok yang begitu bertanggung jawab, humoris, dan jarang sekali marah. Dia selalu menyayangi anak-anaknya, terlebih saat istrinya meninggal 5 tahun yang lalu. Dia begitu luar biasa berjuang untuk membesarkan anaknya sendirian.

Nayo, adik Hanna. Tumbuh menjadi pemuda yang tak banyak bicara, cenderung menutup diri. Tapi dia sangat

menyayangi keluarganya, terlebih kakaknya, Hanna yang cerewet dan ceroboh.

Hanna, seorang gadis periang yang cerewet dan suka bertindak semau dia. Tetapi di balik sifatnya yang cerewet, dia sangat menyayangi keluarganya. Sejak 3 tahun yang lalu, tepatnya saat dia masih SMA, dia mulai mengidolakan penyanyi sekaligus aktor yang bernama Rayyan Sebastian. Segala macam pose dari Rayyan Sebastian dia cetak dan dia tempel di dinding kamarnya. Menjadi teman bicara Hanna dan sebagai sarana menghalu. Tak jarang Ayah dan adiknya yang pendiam ikut protes, tak tak dihiraukan. Bagi Hanna, Rayyan Sebastian adalah benar-benar makhluk tampan yang menghipnotis dirinya.

Hingga akhirnya mereka sudah terbiasa dengan kebiasaan Hanna yang dianggap aneh itu, asalkan Hanna masih

mengenal Ayah dan adiknya. Asalkan Hanna masih bersedia kuliah sebagaimana biasanya, asalkan Hanna masih membantu memasak dan juga bekerja. Semua dianggap baik-baik saja.

Hanna tengah berada di kamar mandi, agak lama, karena kebiasaannya bernyanyi dengan suara cemprengnya. Dan lagi, tak ada yang lain yang dinyanyikannya selain lagu-lagu dari Rayyan Sebastian. Untung saja rumahnya agak jauh dari tetangga, jika saja dekat, maka sudah pasti keluarganya akan mendapatkan protes dari tetangga sekitar.

Setelah dirasa cukup bernyanyi yang hampir satu album itu, dia keluar kamar mandi. Diliriknya jam dinding usang itu, sudah hampir maghrib. Kalau dia tidak bergegas, bisa saja dia terlambat mengantarkan barang yang dimaksud ayahnya tadi.

Hanna tengah bersiap selepas maghrib usai, dia menyisir rambut pendek sebahunya dan poni lurusnya. Bergegas mengenakan jaket hitamnya dan bersiap mengantar barang ke alamat tujuan.

“Jangan sampai lecek atau kotor, kalau sampai hal itu terjadi, entah apa yang akan Ayah gunakan untuk menggantinya, itu kebaya mahal” ujar Ayahnya mengingatkan, Hanna tengah menata kebaya itu di motor bututnya dengan hati-hati. Dia sudah memiliki tempat yang digunakan untuk mengantar pakaian kepada pelanggannya di motornya agar tetap rapi jikalaupun harus dikirim tanpa harus melipat.

“Siap bos” Hanna sudah siap menatanya dan bersiap berangkat. “Tak lebih dari jam 7 kan?” Hanna memastikan, karena memang dilihat dari alamatnya, tidaklah jauh dari rumahnya, diperkirakan hanya sekitar 10 hingga 15 menit. Hanna melaju dengan motor bututnya, tentu saja mulutnya sambil mengeluarkan suara cemprengnya sambil menyanyikan lagu yang tadi bergema di kamar mandi.

2. Rayyan Sebastian

Seminggu sebelumnya…

“Aku siap menikah denganmu” ucap wanita jelita dengan mata bening indah itu sambil mengulas senyum di bibir

tipisnya, lipstick warna nude menambah keanggunannya malam itu. Tangan kanannya menyentuh tangan kiri laki-laki yang ada di hadapannya.

“Bagaimana dengan suamimu…”

“Mantan suami” ralat wanita itu secepat mungkin, dia ingin segera menghempas kata suami sesegera mungkin.

“Ya…itu maksudku” ucap laki-laki tampan itu segera ikut meralat.

“Kita sudah berapa lama bersama? Hum?” tanya wanita itu seolah memberikan pertanyaan yang tidak perlu dia jawab. “Kita sudah bersama sudah hampir 2 tahun, kucing-kucingan dan menjalani ini diam-diam, dan kamu tahu aku dan mantan suamiku sudah tak bersama 3 tahun lamanya” wanita itu kembali menegaskan.

Laki-laki itu mengangguk. Akan tetapi berita di luar sana tidak semudah apa yang diucap. Kamila, sang manager dibuat stress karena berita yang tersiar cukup membuat heboh. Bahwa artisnya, Rayyan Sebastian dituding sebagai penghancur rumah tangga Talitha dan pengusaha kaya raya bernama Brian Wicaksono.

“Kenapa? Kamu masih pusing memikirkan berita yang di luar sana?” tanya wanita bernama Talitha itu, menyentak lamunan Rayyan. Rayyan tersenyum tipis, antara menolak tetapi juga mengiyakan. Sedikit banyak berita di luar sana mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

“Atau kamu ingin mundur dari pernikahan ini?” tanya Talitha. Sesegera mungkin Rayyan menggeleng cepat, tak

mudah baginya jatuh hati pada seseorang. Sekalinya jatuh hati, dia jatuh hati pada Talitha yang agak rumit dengan hubungan sebelumnya. Talitha, seseorang yang masih muda, dengan segala talentanya. Dia memutuskan menikah muda dan kini menjadi janda tanpa anak. Sudah beberapa tahun rumah tangganya tidak jelas arahnya. Mereka bertemu di suatu acara, pandangan pertama membuat Rayyan terusik hatinya, begitu juga dengan Talitha. Tak lama, mereka menjalin hubungan dalam diam karena status mereka masing-masing.

“Kita akan tetap menikah” ujar Rayyan mantap. Talitha tersenyum. Pada akhirnya dia akan menikah sesungguhnya, bukan karena perjodohan, seperti pernikahan sebelumnya. “Kita akan menikah minggu depan di rumah baruku” Rayyan kembali menambahkan.

Mata Talitha membulat, “Rumah baru?” tanyanya sambil mengerutkan kedua alisnya yang indah itu. Rayyan mengangguk, kini dia tak lagi ingin tinggal di apartemen mewahnya, dia sengaja membeli rumah baru di kawasan perumahan elite. Dia ingin membangun cerita baru setelah menikah nanti dengan Talitha.

“Iya, rumah yang akan kita tempati setelah kita menikah” ucap Rayyan. Talitha mengangguk, dia menerima dengan segala konsekuensi yang harus dia terima. Menikah dengan Rayyan, dia harus menyembunyikan hubungan ini, sampai benar-benar isu di luaran sana berhenti berdesus. “Kamu masih setia dengan hubungan diam-diam ini kan?” tanya Rayyan memastikan.

Talitha mengangguk, “Iya, sampai di luaran sana membaik” ucapnya sambil tersenyum. Rayyan menggenggam

tangan Talitha erat, lali mengecupnya.

            ***

Sementara itu, Pak Handi sedang termenung di depan meja setrika. Tangannya mengenggenggam

selembar brosur universitas, brosur itu dia dapatkan di kamar  Nayo, anak bungsunya. Nayo yang sebentar lagi akan lulus SMA dan masuk universitas sesuai keinginannya. Perasaannya terasa kelu, dia menyadari bahwa putra

bungsunya tersebut adalah anak yang cerdas, diam-diam dia menyadari jika anak bungsunya ingin masuk ke universitas ternama dan mengambil jurusan kedokteran. Pak Handi menghela nafas panjang, jurusan kedokteran bukanlah jurusan yang bisa mudah dijangkau oleh keluarganya. Di satu sisi dia ingin mewujudkan mimpi anaknya, namun di sisi lain dia tidak mampu. Tak sanggup rasanya dia menyampaikan kenyataan ini pada Nayo, putra bungsunya.

“Ayah…” Hanna menyapa Ayahnya yang masih duduk di depan meja setrika. Pekerjaan hari ini sudah beres semua. Pak Handi menoleh ke sumber suara. Melihat Hanna dengan senyum khasnya.

Pak Handi memperlihatkan lembaran brosur pada Hanna. Hanna menerimanya dan melihatnya sejenak, dia sudah paham maksud dari Ayahnya.

Hanna menarik kursi kayu tanpa sandaran dan duduk di samping ayahnya.

“Mari kita wujudkan mimpi Nayo, biarkan aku cuti dulu yah” ucapnya.

“Jangan…kalian harus tetap lanjut, biar ayah yang mencari uang”

“Tidak masalah Yah…aku bisa bekerja lebih keras agar Nayo bisa mewujudkan mimpinya, aku tidak masalah jika harus cuti kuliah, nanti juga bisa disambung lagi kuliahnya”

Tidak ada jawaban dari Pak Handi, dia merasa salah karena tidak mampu menjadi orang tua yang bisa mewujudkan mimpi anaknya. Hanna tersenyum menatap ayahnya, kedua tangannya memegang kedua lengan ayahnya.

“Kita pasti bisa mewujudkan mimpi Nayo” Hanna meyakinkan.

Pak Handi tersenyum pias, tapi dia selalu senang mendapatkan penghiburan dari putrinya tersebut. Gadisnya yang tumbuh menjadi kuat dan sabar menghadapi situasi apapun.

***

Hanna menghentikan laju motornya di sebuah alamat yang tertera di kertas yang dia pegang. Dia turun dari motornya dan kembali memastikan jika alamat tersebut benar. Banyak orang yang berjejer duduk di depan pagar besi yang gagah itu. Nampak menggunakan name tag yang dikalungkan di lehernya, mereka juga membawa kamera dan juga microphone.

“Bener apa enggak sih ini? Kok banyak orang?” Hanna menggaruk kepalanya, dia urung menurunkan kebaya yang hendak dia antarkan di alamat tersebut. Hanna mndekati pagar, dan melihat nomor rumah tersebut. Sama dengan yang ada di kertas yang dia pegang.

“Tapi bener sih” Hanna bicara pada diri sendiri.

“Dia siapa? Apa dia wartawan juga?” gumam seorang wartawan laki-laki sambil memperhatikan Hanna. Hanna sekilas melihat laki-laki tersebut tanpa menjawab. Kembali dia merogoh kertas yang dia simpan di saku, di sana tertera nomer telpon yang bisa dihubungi.

“Hallo..iya ini saya di depan” ucap Hanna sesaat setelah mendengar jawaban dari orang yang dia hubungi.

Tak berapa lama, seorang wanita dengan wajah tegang keluar dari rumah tersebut dan menghampiri Hanna dengan susah payah karena kerumunan para wartawan.

“Kak..gimana ini? Apakah benar bahwa artisnya kakak akan menikah malam ini di sini?” tanya salah satu wartawan seolah menodong Kamila.

“Cepat masuk!” perintah seorang wanita yang bernama Kamila itu pada Hanna. Hanna dengan tergopoh segera membawa kebaya tersebut, tangan Kamila menarik Hanna dari kerumunan para wartawan. Kemudian Kamila kembali masuk dan Kamila telah mengutus seorang satpam agar memasukkan motor butut Hanna. Hanna bingung

dibuatnya. Bukankah seharusnya dia mengantar kebaya tersebut dan kembali pulang. Belum sempat Hanna berbicara, Kamila menariknya masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

Hanna melewati sebuah ruang tamu yang sangat mewah, nampak ada beberapa laki-laki dan seorang perempuan cantik yang sedang memegangi pelipis kanannya dengan tangan kanannya. Setelahnya Hanna sempat melihat ada laki-laki yang mengenakan jas warna hitam, yang disampingnya ada dua orang tegap dengan jaket kulitnya. Dan

sementara yang laki-laki tak jauh dari perempuan tersebut.

Jantung Hanna hampir copot dibuatnya, merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, namun matanya tak bisa bohong. Bahwa yang dia lihat adalah Rayyan Sebastian, sang artis idolanya.

Belum sempat dia berteriak histeris, Kamila menarik tangan Hanna masuk ke dalam. Lagi-lagi Hanna tidak sempat bertanya kepada perempuan yang menarik tangannya tersebut. Kini Hanna berada di sebuah kamar mewah, di sana sudah ada MUA (Make Up Artist) yang bersiap merias.

Mohon bantu like ya readers....^^ jangan lupa masukkan dalam daftar favorit kalian...

3. Dream Come True?

Ruang tamu nampak hening, Rayyan mencoba tenang saat dicecar oleh lelaki yang ada di hadapannya. Talitha duduk tak jauh darinya, dia masih terdiam. Sementara Kamila berjalan meninggalkan Rayyan yang ada di ruang tamu, kini dia berjalan mondar mandir mencoba mencari jalan keluar.

Kamila kembali ke ruang tamu dan duduk tepat di samping Rayyan.

“Apa yang anda dengar tentang gossip di luaran sana tidaklah benar, tidak ada pernikahan di rumah ini”

Mata laki-laki yang memakai jas itu menatap Kamila tajam, seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari perempuan itu. Dia masih sangat yakin jika Talitha, istrinya akan menikah dengan Rayyan Sebastian.

“Seperti yang mereka jelaskan tadi, bahwa istri anda adalah sahabat baik dari Rayyan, dan hari ini Rayyan akan menikah. Apa yang salah jika istri anda hadir di sini memberikan support?

” Kamila masih mencoba mengarang cerita. Laki-laki itu tersenyum sinis.

“Dia masih istri sahku, kita belum bercerai” ujarnya tegas. “Jika pernikahan ini terjadi, saya akan jamin karir dia akan hancur lebur” ulasnya.

Rayyan masih terdiam sambil memandangi laki-laki itu, dia merasa tersudut. Ada rasa bersalah di benaknya, tapi dia tidak bisa dengan mudah mengakuinya. Sementara Talitha geram dengan apa yang didengarnya.

“Sekarang saya membawa polisi dan pengacara, jika kalian tidak bisa membuktikan bahwa tidak akan terjadi pernikahan antara istri saya dan artis anda, maka saya akan membiarkan artis anda bebas dan kasus ini saya tutup, namun jika terbukti akan ada pernikahan, maka ingat kata saya tadi, artis anda akan hancur” ancamnya lagi. Kamila menelan ludahnya.

Tiba-tiba ponsel yang dia pegang berbunyi, ada panggilan masuk dari nomor yang tidak tertera di daftar kontaknya. Kamila segera berdiri dan berjalan menjauh. Saat mendengar suara di ponselnya, terbersit sebuah ide di pikirannya. Dia segera bergegas keluar dan membuka pagar. Nampak deretan para wartawan tidak lelah berjejer di luar pagar sejak siang tadi.

Tidak salah, mungkin ini bisa menunjan idenya. Dilihatnya gadis pengantar laundry itu sudah cukup umur, menurut perkiraannya gadis itu berumur 20 an tahun. Segera Kamila menarik tangan gadis itu masuk ke dalam rumah.

             Segera Kamila meminta MUA merias Hanna.

“Siapa namamu?” tanya Kamila.

“Hanna kak” jawab Hanna. “Ini kenapa kak? Ada apa?” tanya Hanna panik.

“Aku mau minta tolong, hanya kamu satu-satunya yang bisa menolong” ujar Kamila. Hanna dibuat semakin bingung

dengan pernyataan Kamila.

“Aku Kamila, panggil saja Mila, aku manager dari Rayyan, kamu kenal Rayyan kan?”

Hanna mengangguk, siapa yang tidak kenal Rayyan Sebastian. Seantero negeri ini pasti tahu dia. Hanna tersenyum tipis.

“Menikahlah dengannya” ucap Kamila.

Deeggg…..jantung Hanna ingin berhenti berdetak saat mendengar kalimat itu, apakah dirinya sedang berada di

dalam mimpi sekarang. MUA tengah sibuk merias dirinya, Hanna memperhatikan tangan kanannya, dibukanya tangannya lalu diangkat, dan dia menepuk ke pipinya. Terasa sakit, berarti ini bukan mimpi.

“Tolong, menikahlah dengannya. Kamu bukan anak-anak lagi kan?”

Hanna menggeleng masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

“Bagus, jadi bersiaplah dan menjadi calon pengantin Rayyan” ujar Kamila mantap.

Ini seharusnya menjadi mimpi indah yang selama ini Hanna idam-idamkan, jika sebelumnya dia hanya memandang

wajah Rayyan di layar ponsel, di layar televisi, dan poster yang berjejer di kamarnya. Kini dia akan menjadi istri Rayyan. Harusnya dia bahagia, namun tidak.

“Setidaknya jangan begini caranya” gumamnya lirih, bahkan Kamila tidak akan bisa mendengarnya.

Tak berapa lama Rayyan datang menghampiri Kamila, di situ riasan Hanna hampir selesai. Di tangan yang tepat, wajah polos Hanna disulap menjadi sangat cantik, bahkan Hanna sendiri tidak percaya bahwa itu adalah dia.

“Apa rencanamu?” tanya Rayyan.

“Menikahlah dengannya” Kamila menunjuk Hanna yang sedang duduk di depan cermin. Rayyan tersentak.

“Kamu jangan gila!” bentak Rayyan.

“Lebih gila lagi kalau kamu tidak menikah dengananya hari ini, karir kamu akan hancur, bukan lagi karir, tapi mental kamu akan hancur” ujar Kamila tak kalah sengit.

Apa yang diucapkan Kamila tidak salah, dia berada di pihak yang salah. Dia terlalu percaya dengan Talitha yang mengatakan dia sudah bercerai dengan suaminya. Jika saja pernikahannya dengan Talitha terlaksana, bukan tidak mungkin Rayyan akan mendapatkan sanksi sosial yang tentunya berat buat dia.

“Aku akan mengatur semuanya”

Rayyan keluar dari kamar tersebut, mau tidak mau dia harus ikut dengan apa yang diucapkan Kamila.

“Aku tidak sempat menjelaskan panjang lebar padamu, tapi tolonglah, menikahlah dengannya” pinta Kamila setengah memohon, tapi wajahnya tetap kelihatan tegas. “Kita buat perjanjian, dan aku akan memberikan kompensasi yang layak” imbuh Kamila.

Pikiran Hanna berkelana, ini tidak ada dalam rencananya, namun jika ini adalah sebuah jalan yang bisa dia lakukan untuk membantu Nayo, maka dia akan melakukannya.

“Aku ingin ayahku datang” ucap Hanna kemudian sesaat setelah Rayyan keluar dari kamar.

“Ya silahkan, dan tenang saja, ini tidak gratis, kamu menikah dengan Rayyan sekitar 6 bulan, setelahnya kamu bebas. Aku akan menyiapkan segalanya nanti” Kamila berbicara enteng. “Dan kamu harus merahasiakan pernikahan ini dari siapapun, termasuk keluargamu juga harus merahasiakannya”

Hanna memejamkan mata, keputusan yang dia ambil hanya beberapa detik itu entah akan membawa hasil yang baik atau akan menjadi boomerang untuknya. Segera dia mengambil ponsel yang ada di saku jaketnya. Dia sudah bersiap dengan kebaya pengantin yang dia antarkan tadi.

Tidak ada 30 menit, Pak Handi dan juga Nayo sudah berada di rumah mewah tersebut. Hanna bergegas menghampiri ayahnya dan Nayo sesaat mereka tiba di depan kamar yang digunakan untuk meriasnya tadi.

“Apa yang terjadi?” tanya Pak Handi pada Hanna yang terlihat sangat cantik, dia tidak menyangka jika yang di hadapannya adalah putrinya.

Belum sempat Hanna menjelaskan, Kamila mengajak Pak Handi berbicara di ruang yang berbeda agar pelaksanaan pernikahan segera dilakukan. Karena pihak dari Brian Wicaksono, yang tak lain suami dari Talitha sudah tidak sabar.

Pak Handi kembali pada Hanna yang masih menunggu di depan pintu kamar.

“Nak…maafkan ketidakmampuan ayah…”Pak Handi meminta maaf pada putrinya, dia mengelus pipi Hanna lembut.

“Tidak apa-apa yah…Hanna sudah yakin melakukannya” ucap Hanna mantap, mungkin tidaklah buruk menjadi “istri” dari Rayyan.

Tapi kenapa kamu menangis? Kamu sedih? Jika itu yang kamu rasakan, maka batalkanlah” Pak Handi melihat air mata di sudut mata Hanna. “Mari kita batalkan dan kita pulang” ucap Pak Handi lagi, Hanna masih terdiam. Dia mencoba mengusap air matanya.

“Tidak yah…hanya saja, ayah menginjak kakiku” ucap Hanna kemudian, Pak Handi reflek menarik kaki kanannya

yang menginjak kaki telanjang Hanna.

“Oh maaf nak…sakit ya?” Pak Handi memastikan jika kaki putrinya tidak cedera. Hanna menggeleng sambil tersenyum.

Pernikahan yang serba mendadak itu akhirnya terlaksana, pihak Brian tertawa puas melihat kejadian ini. Tapi tidak

bagi Rayyan dan Talitha, ada luka di hati mereka. Begitu juga yang dirasa oleh Hanna, ini seperti mimpi. Mimpi indah seharusnya, tapi terasa sangat mencekam.

Mohon dukungannya ya readers....^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!