NovelToon NovelToon

RINGU ENSHU

RYU KENZHI

Judul : RINGU ENSHU

Arti : Lingkar Cincin

Oleh : Fany Lili

Genre : Romantis, Keluarga

💕Lakon : Ryu Kenzhi

Panggilan : Ken ( Adik Yoshi )

Kepribadian : Pendiam tapi bisa berubah sangat ceria, berandal yang tidak bisa diatur, baik hati, tidak ada motif tersembunyi

👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻

...----------------...

💕Pemeran wanita : Linzhi see

Kepribadian : Manis, ramah, selalu menjaga penampilan, mempunyai tujuan hidup yang tidak dapat ditebak

👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻

...----------------...

💕Lawan Lakon : Yoshiwara

Panggilan : Yoshi ( Kakak Kenzhi )

Kepribadian : Pendiam, selalu menjadi juara, tidak dapat dipercaya, tidak mau kalah dan suka memandang rendah adiknya

👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻

...----------------...

Pemeran wanita : Suzy

Kepribadian : Ceria, baik hati, tomboi tapi manis, jatuh cinta pada Kenzhi

👇🏻👇🏻👇🏻👇🏻

...****************...

PROLOG

Ibu Kenzhi adalah wanita muda tuan Kido. Ia adalah seorang dokter yang merawat tuan Kido selama di kota tempatnya dinas keluar kota. Selain itu, jauh sebelum menikah dengan Rin (ibu Yoshi), Kenie adalah kekasih dari tuan Kido.

Kisah pernikahan yang dipaksakan oleh orang tuanya membuat tuan Kido tidak bisa melupakan cinta pertamanya. Begitu orang tuanya meninggal, tuan Kido mencari Kenie dan melanjutkan hubungan mereka.

Sebagai seorang presiden direktur, tuan Kido jarang sekali pulang ke rumah. Ia lebih sering pulang ke rumah Kenie, yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Selain untuk memeriksakan kesehatannya di klinik milik Kenie, tuan Kido juga menghabiskan waktu bersamanya dengan penuh cinta. Dari sanalah, Kenzhi lahir.

...****************...

BAB PERTAMA

Lima belas tahun kemudian, Kenzhi pindah ke rumah tuan Kido untuk sekolah menengah pertamanya. Itulah kali pertama baginya bertemu Yoshi, saudara lain ibu yang tampak tidak suka kepadanya.

Tumbuh sebagai remaja yang pandai berolahraga, Kenzhi memiliki tubuh yang lebih tinggi dan segar dibandingkan Yoshi kakaknya.

Setiap berangkat dan pulang sekolah, seharusnya mereka harus bersama naik mobil dengan sopir. Tetapi Yoshi selalu menolak keberadaan Kenzhi.

"Siapa yang menyuruhmu naik? Cepat turun! Aku tidak suka berbagi kursi dengan anak hina sepertimu!" kata Yoshi kasar sambil mendorong tubuh Kenzhi.

Kenzhi turun dari mobil tanpa banyak kata. Ia tahu, bahwa dirinya hanya anak yang datang dari ibu lain. Sehingga ikatan darah di antara mereka tidaklah kental.

Siapa sangka, di pertengahan jalan, mobil yang ditumpangi Yoshi mengalami kecelakaan. Meski tidak ada luka parah, namun Rin begitu marah pada Kenzhi.

"Bisa-bisanya anak itu pulang menyelamatkan diri sendiri. Apa dia sengaja membuat putraku celaka?" Rin marah-marah di rumah sakit.

Begitu Rin pulang bersama Yoshi, ia segera memanggil Kenzhi yang sedang belajar di kamarnya.

"Di mana anak itu? Panggil dia sekarang!" perintahnya pada asisten rumah tangga.

Begitu Kenzhi turun menemuinya, sebuah tongkat rotan siap memberi pelajaran. Ia memarahi Kenzhi habis-habisan dan memaksa remaja itu menggulung celananya sampai lutut. Kemudian ia memukul dengan sangat kencang kedua betis Kenzhi sampai mengalami luka-luka.

"Akh! Akhh!" suara Kenzhi yang berusaha menahan sakit.

Aduuh...

Kasihan sekali Kenzhi. Kenapa dia yang mendapat hukuman? Apa salah dia coba?

Karena ia tidak ikut serta naik mobil, ibu tua marah sekali padanya.

Bagaimana dengan Yoshi? Bukankah Kenzhi turun dari mobil karena perintahnya?

Aih, aih, aiihh,,,

Lihat anak itu. Dia duduk di kursi sofa menonton kejadian itu sambil tersenyum menyeringai pada Kenzhi tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Kejadian itu adalah yang pertama kalinya bagi Kenzhi. Beberapa bulan kemudian, ia sangat sering mendapat perlakuan jahat seperti itu dari ibu tua. Namun, jika ayahnya sedang berada di rumah, ibu tua tidak pernah mengganggunya. Bahkan wanita itu berpura-pura baik kepadanya di hadapan suaminya.

Suatu hari, Kenzhi yang baru keluar dari kelas melihat Yoshi sedang di bully teman satu sekolah mereka. Anak itu dipukuli sampai babak belur dan kacamatanya juga pecah. Kenzhi ingin tidak memperdulikan keadaan kakaknya yang seperti itu. Namun hatinya yang baik tidak bisa diam begitu saja.

Dicengkeramnya tangan anak yang akan memukul wajah Yoshi.

"Hey. Apa yang kalian lakukan?" begitu katanya.

"Mau apa kau? Jangan ikut campur urusan orang lain!" seru anak yang membully Yoshi.

Beberapa kawan pembully itu meraih botol beling yang ada di tong sampah dan memecahkan ujungnya sehingga menjadi senjata tajam yang berbahaya.

Karena Yoshi tidak bisa berkelahi, Kenzhi menangani anak-anak itu sendiri. Saat ia sedang bertarung, Yoshi justru lari menyelamatkan diri sendiri.

"Sial!" Kenzhi melihat Yoshi kabur dan menonton dari jauh.

Tentu saja ia harus berkelahi dengan cepat untuk menuntaskan masalah. Ketika hampir menang, seorang anak akan menikamnya dengan botol kaca yang pecah. Dengan cepat Kenzhi menendang botol tersebut agar tidak mengenainya.

Tapi sayangnya, botol tersebut justru mengenai anak pembully. Sehingga anak itu terluka di bagian pinggang.

NGUUIII NGUII NGUIII!!

Suara mobil polisi yang membawa para korban, Yoshi dan juga Kenzhi. Begitu di kantor polisi, ibu Rin tua datang dan meminta putranya dibebaskan. Ia yakin bahwa putranya tidak ada sangkut pautnya dengan perkelahian anak-anak tersebut.

Ketika orang tua para pelaku pembully datang, ibu Rin mengenali bahwa mereka rupanya teman bisnis suaminya. Maka ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan mereka.

Tetapi karena salah satu putra mereka terluka, maka mereka meminta Kenzhi dihukum. Tentu saja ibu Rin tidak merasa keberatan. Ia justru merasa senang jika anak dari Kenie dipenjarakan.

Kenzhi diberi pertanyaan yang memojokkan dirinya sebelum dimasukkan penjara.

"Apa botol itu milikmu?"

"Bukan, pak."

"Lalu mengapa mereka bilang kau menyerang mereka dengan botol tersebut?"

"Aku juga korban, pak. Percayalah padaku."

"Jangan berbohong. Mengaku saja supaya hukumannu jadi ringan!"

"Aku hanya membela diri, pak. Sungguh. Dia melihatnya saat kami bertarung."

Polisi menanyai Yoshi. Tetapi, Yoshi berbohong bahwa ia tidak melihatnya. Dengan pengakuan tersebut, Kenzhi tidak dapat pulang. Ia dipenjarakan dan menjadi tahanan remaja.

"Apa kau melihat bahwa itu hanya pembelaan diri?" tanya polisi pada Yoshi.

"Tidak. Dia yang mulai menyerang mereka, " jawab Yoshi menyudutkan Kenzhi.

"Apa? Dia bohong! Aku datang untuk menyelamatkannya. Bagaimana bisa?" Kenzhi tidak percaya, anak yang diselamatkan olehnya justru menghianatinya.

"Baiklah. Sudah jelas. Kau tinggal di sini dan akan dihukum penjara."

"Tidak. Ini salah faham! Kakak! Tolong bebaskan aku!!" Kenzhi meronta-ronta saat polisi menyeretnya ke dalam sel tahanan.

Namun suaranya yang meminta tolong hanya dianggap seperti angin lalu bagi ibu tua dan Yoshi. Mereka justru menampakkan senyum kebahagiaan di depan Kenzhi.

Setelah menjalani masa hukuman beberapa bulan di penjara, Kenzhi akhirnya dibebaskan. Ia keluar dari penjara tanpa ada yang datang menjemputnya.

"Sungguh keterlaluan. Dia yang melarikan diri mengapa aku yang berakhir di sini?" gumamnya tidak percaya.

Sampai di rumah, ia masih harus menghadapi kemarahan ayahnya. Ia di cap sebagai anak nakal dan tidak mampu bersikap dewasa seperti kakaknya. Anak yang di mata orang tuanya begitu sopan, baik dan pintar.

Cih!

Kenzhi merasa kesal dan melampiaskan kekesalannya di dalam kamar. Bahkan setelah ia dimarahi ayahnya pun, Yoshi tidak mengatakan hal yang sebenarnya terjadi di depan orang tua mereka. Anak itu juga tidak datang meminta maaf kepadanya atas apa yang terjadi.

Beberapa tahun kemudian, mereka berdua lulus dari SMP. Tuan Kido sudah mendaftarkan mereka di SMA yang sama. Namun begitu, perlakuan antara Yoshi dan Kenzhi terlihat jelas berbeda.

Yoshi begitu dipuja-puja di sekolah. Sedangkan Kenzhi dikenal sebagai anak nakal yang pernah masuk penjara.

"Dia itu anak nakal yang mengerikan. Jangan berteman dengannya," kata seorang teman satu kelas yang tidak sengaja didengar oleh Kenzhi.

"Dengar-dengar, dia juga suka memukuli orang dan pernah dipenjara. Menakutkan sekali. Anak seperti itu seharusnya tidak pernah datang kemari," sahut yang lain.

DEG!

Kenzhi yang baru datang ke sekolah menghentikan langkahnya di depan kelas. Meski awalnya ia hendak masuk kelas, akhirnya ia mengurungkan niat dan pergi ke sayap timur sekolah.

Di gedung kosong tersebut, Kenzhi duduk bersandar dengan satu kaki yang ditekuk. Ia membuang nafas berulang kali karena merasa amat kesal. Pada waktu ia hendak berbaring di lantai, datang seorang gadis manis dengan kulit putih ke tempat yang sama.

Gadis itu terkejut saat melihat Kenzhi sudah mendahuluinya di sana. Dengan tangannya yang membawa kotak makan, gadis yang bernama Linzie itu berniat pergi kembali.

"Berhenti. Kenapa pergi begitu saja? Kau mau makan siang di sini, kan?" tanya Kenzhi.

Linzie mengangguk dan terus menundukkan kepalanya. Melihat gadis yang satu kelas dengan Yoshi itu hanya berdiri mematung, Kenzhi bangkit dan menarik tangan Linzie agar duduk bersamanya.

"Duduklah. Kau bisa makan di sini. Aku akan lanjutkan tidurku," kata Kenzhi sambil merebahkan dirinya.

Linzie makan dan tetap diam. Ia memperhatikan Kenzhi yang tampan dengan rambut agak gondrongnya.

"Kau Ryu Kenzhi anak 1D itu kan?" tanya Linzie tiba-tiba.

"Eh? Apa kau mengenal namaku?" Kenzhi heran.

"Hmm. Semua anak yang sekolah di sini, aku rasa mengenal namamu."

"Aaah. Pasti karena rumor itu, ya?" Kenzhi tersenyum kecut.

Mereka kembali diam. Angin siang di sayap timur sekolah berhembus dengan lembut. Memainkan rambut Linzie hingga bergerak menari-nari. Gadis itu manis. Kenzie langsung jatuh hati padanya.

Cinta pada pandangan pertama?

Kau yakin?

Yakin sekali.......

Gadis itu menikmati makan siangnya dengan manis tanpa bersuara. Benar-benar cantik dan anggun. Melihat wajah Linzie yang tenang, perasaan Kenzhi menjadi damai.

...----------------...

Bersambung ke episode dua..... 😀

BERKELAHI

BAB DUA

Di rumah, Kenzhi tidak ada pekerjaan. Berbeda dengan Yoshi, yang mempunyai seabrek kegiatan yang berkelas. Seperti latihan golf, latihan kepribadian dan latihan mata pelajaran lainnya.

Malam itu, Ken mencoba berjalan-jalan di luar mencari udara segar untuk mengisi waktu kosong. Pada waktu yang kebetulan, ia bertemu Yoshi yang baru saja keluar dari sebuah bar bersama kawan-kawannya dan seorang gadis.

"Bukankah kau pergi ke kelas matematik? Kenapa kau ada di sini?" tanyanya.

"Memangnya kenapa? Kau tidak perlu ikut campur urusanku. Urus saja hidupmu yang menyedihkan itu!" jawab Yoshi sambil mabuk.

Ken mengatupkan rahangnya kuat-kuat dan melanjutkan pergi tanpa ikut campur. Sayangnya, Yoshi masih bicara dan bahkan membawa-bawa nama ibu Kenzhi.

"Hey, kau. Anak yang lahir dari gundik ayahku. Bagaimanapun cara kalian menggoda hati ayahku, kalian tidak akan pernah mendapat tempat di daftar hak waris keluarga kami. Asal kau tahu. Tidak akan pernah aku ijinkan itu terjadi," Yoshi mabuk berat sehingga ia mengeluarkan semua yang ada di dalam pikirannya.

Kenzhi menoleh dan mendekati Yoshi, "Apa katamu?"

"Wanita j*lang seperti Kenie, tidak akan pernah mendapat tempat di kartu keluarga kami. Jadi, sebagai anaknya. Kau, jangan pernah berharap untuk mewarisi harta kekayaan ayahku," Yoshi menekan-nekankan jari telunjuknya ke dada Kenzhi.

Merasa ibunya dihina dengan kasar seperti itu, Kenzhi langsung memukul rahang Yoshi. Tanpa waktu yang lama, terjadilah perkelahian antara dua kakak beradik tiri itu.

"Dasar bedebah! Kau boleh menghinaku! Tapi jangan pernah sekali pun menghina ibuku!! Aku tidak akan tinggal diam jika itu terjadi!" teriak Ken marah sambil meninju wajah dan menindih tubuh Yoshi.

Yoshi justru tertawa mendengar teriakan Ken, "Lihat. Anjing kecil si Kenie marah saat induknya dikatai sebagai gundik??"

"Tutup mulutmu!"

Ketika Yoshi dipukuli, kawan-kawannya berusaha memberi pertolongan. Bahkan salah satunya menelepon Rin, ibu Yoshi.

Dan beberapa saat kemudian, Rin datang bersama tuan Kido. Mereka melerai perkelahian yang terjadi di antara putra mereka. Siapa sangka? Lagi-lagi, Kenzhi yang disalahkan dalam perkelahian tersebut.

Bahkan, Yoshi memutar fakta bahwa dirinya lah yang sedang lewat ditempat itu dan menemukan bahwa Ken sedang mabuk dan keluar dari bar bersama seorang wanita.

Ah. Kejam sekali. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu pada Kenzhi? Dan lebih disayangkan, tuan Kido sepertinya benar-benar percaya pada ucapan Yoshi. Putra pertama yang menurutnya lebih terpelajar dibandingkan putra keduanya.

Sebenarnya, tuan Kido sangat peduli pada Ken. Sebab, anak itu adalah putra Kenie. Tapi karena beberapa kali Ken membuat masalah, hatinya pun sedikit goyah.

Tanpa mendengar penjelasan dari Ken, tuan Kido menempeleng kepala Ken dengan keras hingga hidung anak itu mengeluarkan darah.

"Ayah... " ucap Ken dengan bibir dan hidungnya yang bergerak-gerak.

"Pulanglah. Jangan membuat keonaran di depan umum!" tuan Kido marah dan berbalik meninggalkan putranya.

Ketika mobil tuan Kido sudah pergi, Rin dan Yoshi pun pergi dengan mobil mereka. Tinggallah Ken seorang diri. Berdiri menatap kepergian keluarganya.

"Kalian meninggalkanku begitu saja? Huh, tidak bisa dipercaya."

Ken tertersenyum kecut seraya mengusap darah yang keluar dari hidungnya.

"Bahkan, kau tidak meluangkan waktumu untuk mendengar penjelasanku, ayah?" gumamnya sedih.

Ditengoknya tempat sekitar yang sempat ramai akibat perkelahiannya. Kini sudah sangat sepi. Kawan-kawannya Yoshi juga sudah melarikan diri dari sana.

Ken berjalan pelan pulang ke rumah. Langkahnya menjadi sangat berat untuk menuju ke tempat tinggalnya. Meski rumah itu megah, ia seperti hidup di neraka.

Srets!

Akhirnya, setelah pulang menempuh jarak jauh dengan berjalan kaki, Ken masuk dan berpapasan dengan asisten rumah tangga yang bernama bibi Yun.

"Tuan muda, anda dipanggil tuan besar ke ruang kerjanya," kata bibi Yun.

"Ya."

Ken berjalan lesu menuju ruang kerja ayahnya. Ia mengetuk pintu tiga kali ketukan dan mendapat ijin masuk.

"Ayah memanggilku?"

"Ya."

Ken diam menundukkan kepala.

"Apa kau menyadari kesalahanmu malam ini?"

Ken menatap ayahnya, "Aku tidak melakukan apa yang Yoshi katakan, ayah. Dia memutar balikkan fakta sesungguhnya."

"Sudah?"

"Apa?"

"Kau sudah selesai menyalahkan kakakmu? Seharusnya kau mencontoh sikap terpelajar Yoshi. Jangan keras kepala dan sekolahlah yang benar," tuan Kido menganggap ucapan Ken hanya sebuah cara untuk melindungi diri.

Lidah Ken tercekat dan merasa kelu saat mendengar perkataan itu keluar dari mulut ayahnya. Entah mengapa, ia merasa hatinya seakan dihianati olehnya.

Bagaimanapun, keberadaannya di tempat itu adalah karena keperluan sekolah. Jadi meskipun ia tinggal bersama mereka di atap yang sama, namun tetap saja kehadirannya tidaklah berarti.

"Baik, ayah, " Kenzhi tidak ingin berlama-lama lagi bicara dengan ayahnya.

Setelah selesai bicara dengan ayahnya, Kenzhi pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua. Bersebelahan dengan kamar Yoshi. Seperti biasanya, ia meraih buku gambarnya dan membuat sketsa iblis yang berkuasa. Kebiasaannya itu tercipta beberapa hari sejak ia datang dan tinggal di rumah mewah tersebut.

Setelah bosan, Ken merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Ia teringat pesan ibunya agar menjadi anak baik di rumah ayahnya dan fokus sekolah. Ken menghela nafas.

"Maaf ibu, sepertinya aku tidak bisa memenuhi permintaanmu."

...****************...

SPLASSHH!

Kenzhi membuang kaleng soda minumannya tepat ke dalam tong sampah. Ia lanjut berjalan menuju kelas dan bertemu dengan Suzy di tengah jalan.

"Ken!" panggil seorang teman.

"Eh?" Kenzhi menoleh ke belakang karena seseorang memanggilnya.

"Kau tidak ikut pelajaran pertama?" Suzy bertanya ramah.

"Hmm," Ken mengangguk.

"Aku akan pinjamkan catatanku padamu," Suzy menyodorkan buku catatannya.

Ken menatap Suzy sesaat, kemudian ia mengeluarkan tangan kanannya yang semula berada di saku celana. Kemudian menggerakkan tangan tersebut untuk menerima buku catatan milik Suzy. Baru saja ia hendak menerimanya, kawanan Yoshi lewat dan merebut buku catatan tersebut.

"Wah, wah, wah. Aku rasa ada seorang gadis yang bekerja keras untuk meminjami berandal tengik ini sebuah buku catatan?" Rey mengambil buku milik Suzy dan melemparnya bergantian ke sana kemari.

Sebenarnya Ken merasa kesal. Hanya untuk mengganggunya, Yoshi mempermainkan teman sekelasnya.

"Sudah cukup! Kembalikan buku itu padanya. Aku tidak akan meminjam itu," Ken pergi masuk kelas meninggalkan Suzy dan kawanan Yoshi.

Kawanan Yoshi tertawa senang karena merasa menang. Mereka mengembalikan buku Suzy dan berlalu pergi.

Pada jam pelajaran kedua, guru mata pelajaran mereka benar-benar tidak suka pada Ken. Berulang kali guru itu menegur Ken yang tidak mempunyai masalah serius di kelasnya.

"Kenzhi! Apa yang sedang kau lihat?" guru itu mendekati Ken dan memukul kepala belakang Ken.

BLETAK!

Meski dipukul, Ken tetap diam. Ia tidak merasa melakukan kesalahan hanya karena memperhatikan Linzhi yang sedang berjalan di halaman sekolah, dari jendela kelasnya.

Pada saat guru yang bernama Han tersebut menasehati anak-anak sambil memukul kepala Ken terus menerus, Ken yang kehabisan kesabaran berdiri dan menatap gurunya tersebut.

"Hey! Singkirkan tanganmu, pak guru!" Ken menangkap tangan pak Han.

"A Apa? Oh Astaga!"

Ditatapnya mata sang guru dengan terang-terangan. Ia juga memberi ancaman dengan berbisik di sebelah telinga pak Han, "Sekali lagi berani memukul kepalaku, aku akan mematahkan tanganmu..."

Ken pergi meninggalkan kelasnya. Pak Han, yang tadi sempat gelagapan ditatap oleh Ken segera mengambil nafas dalam-dalam.

Huh!

"Apa itu tadi? Oh ya Tuhan. Anak berandal itu. Memangnya aku takut padanya? Cih! Anak sialan! Mematahkan tanganku, katamu? Sini kalau berani!" Pak Han bergaya menggulung lengan bajunya seakan mau mengajak Ken berkelahi dengan tinjunya.

Tapi kemudian, pak Han terkejut saat Ken kembali masuk dan berdiri di depannya. Ia khawatir jika muridnya yang berandal itu mendengar ucapannya. Maka ia pun berdehem dan berniat ke meja depan dengan gemetaran.

"Maaf, pak. Sepertinya aku mendengar apa yang kau katakan barusan," kata Ken.

Pak Han kembang kempis.

"Sebaiknya kau kembali ke singgasanamu yang ada di depan sana jika tak ingin patah tulang," kata Ken, dilanjut dengan menepuk pantat pak Han tiga kali.

"Heeiyyh...??" pak Han menjengitkan bagian tubuh bawahnya ke depan karena terkejut. Ia ingin sekali marah pada muridnya yang kurang ajar itu, tapi tidak jadi setelah melihat wajah Ken yang serius.

Xixixixi....

Anak-anak kelas 1D menahan tawa mereka saat melihat kebadungan Ken.

Semangat pak Han yang semula berapi-api itu melempem seketika saat melihat wajah Ken yang lebih serius darinya. Nyali pak Han pun menciut. Terlebih karena murid satu kelas menjadi riuh dan terang-terangan menertawakannya.

Apa yang ditertawakan?

Tentu saja gerakan gemulai pak Han saat ditepuk pantatnya oleh Ken. Sebagai pria yang latah, pak Han cukup lincah dalam bergerak. Sebenarnya meski pak Han adalah guru yang sok galak, tetapi ia selalu menjadi bahan candaan bagi anak-anak di sekolah.

Suzy memperhatikan punggung Ken dari bangkunya. Ia tidak menyangka, Ken semakin tak terkendali karena posisinya yang cukup sulit.

Pulang sekolah, Ken berjalan sendirian keluar dari sekolahnya. Ia melihat mobil jemputan Yoshi melintas melewatinya. Ia yakin, dari dalam mobil itu ada seseorang yang menertawakan dirinya. Benar saja.

Yoshi tertawa senang karena melihat Kenzhi harus berjalan jauh untuk pulang. Ia tertawa terbahak-bahak karena mampu menyiksa anak gundik yang bernama Kenie itu.

Sebenarnya, pak Kim yang menjadi supir di keluarga tuan Kido itu sering melihat kelakuan buruk Yoshi. Jika boleh jujur, ia tidak suka dengan perangai buruk Yoshi. Anak itu terlihat sopan dan terpelajar dari luar, tetapi memiliki tabiat buruk di dalam dirinya.

Menurutnya, berbeda lagi dengan Ken. Meski dari luar anak itu dianggap berandal, tidak dapat dikendalikan, tetapi ada ketulusan di dalam hatinya. Beberapa kali, ia mendapat bantuan dari Ken pada saat menurunkan barang belanjaan dari mobil. Dan hal seperti itu, tidak pernah dilakukan Yoshi bahkan anaknya sekalipun.

Namun meski begitu, ia tidak berani melaporkannya pada tuan Kido. Sebab putranya yang bernama Daehan menjadi kawan Yoshi. Sebenarnya bukan kawan, lebih tepatnya bawahan yang dapat dimanfaatkan kapanpun dibutuhkan.

Next episode tiga.......

KAMAR GANTI PRIA

Episode 3

Hari itu, murid kelas 1D tengah sibuk dengan pelajaran olahraga. Karena saat itu Suzy datang terlambat, maka ia pergi ke ruang ganti seorang diri. Sambil berlari terburu-buru, Suzy memasuki ruangan yang salah.

BRAK!

Suzy rupanya tidak menyadari bahwa dirinya masuk ke ruang ganti pria. Untung saja saat itu ruang tersebut sudah sepi.

"Hosh.. Hosh.. Aku harus mengganti pakaian dengan cepat," kata Suzy seraya melepas dua kancing bajunya sambil menoleh ke kanan dan kiri, memilih bilik mana yang akan ia pakai berganti pakaian.

Begitu melihat satu bilik ganti yang kebetulan ada di depannya, ia segera masuk ke dalamnya. Begitu masuk, ia hanya fokus pada seragamnya sehingga ia tidak melihat ada seseorang yang sedang berganti pakaian juga di dalam.

Saat ia menurunkan seragam atasannya dengan santai, terpantullah dari cermin yang terpasang di depannya sebuah pemandangan indah punggung telanjang seorang pemuda.

Kenzhi menoleh ke belakang karena ia mendengar seseorang masuk ke dalam bilik ganti yang sedang ia pakai. Begitu pun Suzy. Ia menoleh karena terkejut.

"Aaaaaaaaahhh!!!" teriak Suzy karena melihat Ken yang hanya mengenakan boxernya.

Satu detik kemudian Ken meraih kepala Suzy dan menutup mulut gadis itu dengan rapat.

"Jangan berteriak. Jika ada yang mendengar suaramu, maka habislah kita."

Suzy meminta maaf dan beranjak keluar dari bilik ganti tempat Ken berada. Tapi baru saja ia membuka pintu dan melangkah keluar, dua orang teman laki-lakinya datang untuk menyimpan ponsel mereka ke dalam tas.

Akhirnya, masuklah ia kembali ke dalam. Ken yang sedang mengenakan celana olahraganya pun kembali terganggu.

"Kenapa masuk lagi?"

"Haru dan Deska ada di luar. Apa yang harus aku lakukan?" bisiknya cemas.

"Pssst," Ken meminta Suzy diam.

Ia mengintip sedikit dari celah pintu. Benar saja. Haru dan Deska datang ke arah mereka sambil mengobrol seru. Karena keadaan menjadi serius, Ken mendorong Suzy ke dinding dengan dirinya yang berdiri tepat di depannya.

"Eh eh eh,, " Suzy terpojok.

Ken membentangkan seragam OSIS di belakang punggungnya agar menutupi penglihatan orang dari luar seandainya tanpa sengaja membuka pintu tempat mereka berdiri.

DAG DIG DUG!

Disaat mendebarkan seperti itu, Suzy menatap leher Ken yang tepat berada di depannya. Aih, buah jakun itu bergerak naik turun saat Ken menelan ludah. Suzy dibuat tercengang karenanya. Pikirannya pun semakin tidak menentu tatkala pandangan matanya berpindah ke bibir Ken.

Setelah menunggu beberapa saat, Haru dan Deska akhirnya pergi dan tempat itu kembali sepi.

"Sedang apa kau? Menyingkirlah," kata Suzy cepat karena tangan kanan Ken memagari kepalanya.

"Singkirkan dulu tanganmu dari dadaku," kata Ken tenang.

"Apa?" tatapan Suzy turun perlahan ke bawah.

O'oww.. Ia pun menyadari bahwa kedua tangannya yang nakal tengah menempel di dada Ken dengan manja. Dengan malu-malu, Susy akhirnya menyingkirkan tangan nakalnya dan tersenyum kecil.

"Eh, ehehhe? Ma.. af."

Hap! Suzy buru-buru menyingkirkan tangannya dari dada Ken. Kemudian dengan perlahan ia menggerakkan jari tangannya seperti sedang memainkan kecapi, mengenang kembali ukuran dada yang baru saja ia sentuh.

"Waw... dada yang bidang di usianya yang cukup muda. Kulitnya juga sangat licin. Pasti lalat yang hinggap pun akan terpeleset ... "

Pada saat Suzy sedang melamun dan berimajinasi karena mengagumi tubuh yang ada di depannya, Ken memperhatikannya. Bahkan perhatian itu berhenti pada bagian dimana seragam OSIS Suzy terbuka.

Dibalik seragam yang setiap harinya terlihat biasa saja, sesuatu yang berwarna merah muda itu membingkai benda yang imut dan menggemaskan untuk dilihat.

TUINGG!!

NGEK.....

"Apa yang kau lihat?"

Tiba-tiba saja Ken tersenyum dan tatapan matanya tidak mau berpindah. Suzy langsung menyadari sesuatu. Ia melihat ke arah dirinya yang mungkin saja terlihat aneh. Oh my god! Ia melihat tiga kancing bajunya terbuka dengan seragam yang melorot sampai siku.

Suzy lupa bahwa sebelum terjadi insiden, ia sedang melepas seragam OSIS nya. Wajahnya berubah merah karena sangat malu. Sebatas mana Ken memperhatikan bagian terbuka pada dirinya?

"Oh tidak. Dia pasti melihat bra merah mudaku." gumamnya.

Karena sudah terlanjur terlihat, Suzy membalas pandangan yang tertuju kepadanya. Ia pun membalas Ken dengan memelototi boxer yang menempel di bagian pinggang Ken.

"Oho.. Tatapan macam apa itu?" Ken menjadi agak risih.

"Lihat, mari kita tebak. Ada apa di dalam sana?" Suzy benar-benar berani.

Uhuk Uhuk...

Ken tersedak mendengar ucapan gadis yang menurutnya sangat berani itu. Benar saja apa yang dikatakan teman-teman sekelasnya bahwa Suzy adalah gadis tomboi yang tidak mudah gentar, berani dan perkasa.

Karena sama-sama merasa tidak nyaman, Ken dan Suzy segera melanjutkan memakai seragam olahraga mereka. Mereka berdua pun diam dan larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Kau anak yang waktu itu meminjami buku catatan untukku, bukan?" tanya Ken memecah kesunyian.

"Kau ingat aku?"

"Tentu saja. Bukankah kita satu kelas?" jawab Ken datar.

"Hmm. Itu aku," Suzy merasa senang karena Ken mengingat dirinya.

Karena sudah selesai berganti pakaian, Ken langsung keluar dari bilik ganti dan meninggalkan tasnya di loker. Suzy tidak mau ketinggalan, ia juga bergegas keluar.

...----------------...

Beberapa jam kemudian, waktu olahraga kelas mereka berakhir. Karena itu adalah jam terakhir sekolah, semuanya pergi pulang ke rumah masing-masing setelah mengganti kembali pakaian olahraga dengan seragam sekolah mereka.

Ken pergi ke gedung yang terletak di sayap timur seperti biasanya. Saat sedang berjalan menaiki tangganya, ia berpapasan dengan gadis cantik dan anggun di kelas Yoshi, Linzhi.

Mereka berdua saling menoleh dan memperhatikan satu sama lain. Meski sejenak, ia dapat melihat mata Linzhi yang sembab.

"Apa kau baik-baik saja? Sepertinya, kau baru saja menangis?" tanya Ken penasaran.

"Tidak. Kau pasti salah lihat."

Linzhi tetap berjalan meninggalkan Kenzhi. Karena Ken sangat tertarik dengan gadis yang melewatinya itu, ia berjalan mengiringinya sambil berusaha menghibur.

"Apa kau mau menemaniku makan es krim?" tanyanya.

"Es krim?"

"Hmm. Apa kau mau?"

Linzhi menoleh pada Ken, "Baiklah. Mari makan es krim bersama."

Setibanya di kafe yang menjual es krim, mereka berdua memilih rasa sesuai kesukaan. Begitu selesai menerima pesanan, mereka keluar meninggalkan kafe dan berjalan santai menikmati angin sepoi-sepoi di sepanjang jalan.

"Apa hari ini kelasmu menyenangkan?" tanya Ken membuka obrolan kembali.

"Biasa saja. Tidak ada yang istimewa."

Begitu melewati taman bermain anak-anak, Linzhi mengajak Ken untuk duduk di tangga prosotan.

"Kemarilah!"

Linzhi duduk di tangga satu baris di atas Ken sehingga Ken sendiri duduk di bawahnya dengan posisi menyamping.

"Kau tidak malu berteman denganku?" tanya Linzhi tiba-tiba.

"Malu? Tidak. Mengapa harus malu saat berteman dengan gadis cantik sepertimu?"

"Semua anak di sekolah kita tahu, bahwa aku adalah anak seorang wanita penjaja ****. Jadi, di manapun aku berada, pandangan mata mereka seolah ingin menelanku bulat-bulat."

"Aah. Soal itu. Bukankah itu urusan hidup masing-masing orang? Mereka tidak boleh menghakimi seseorang hanya karena hal yang mereka dengar saja," kata Ken yang juga mendengar gosip mengenai ibu Linzhi.

"Kau beranggapan begitu?"

"Hmm. Semua orang hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar. Jadi tidak perlu memikirkan bagaimana tanggapan mereka tentang hal yang baru mereka dengar itu, Linzhi."

Linzhi menyuapkan sesendok es krim coklat latte ke mulutnya.

"Telingamu pasti sudah kebal. Kau juga digosipkan di sekolah, kan? Tapi aku lihat, kau tampak baik-baik saja. Bahkan anak-anak di sekolah sepertinya takut padamu."

"Kau tahu.. itu hanya kebetulan saja. Lagipula, menjadi anak yang dikucilkan atau ditakuti di sekolah lumayan menyenangkan juga," kata Ken sambil menyeringai.

"Apa kau berpikir seperti itu? Menyenangkan? Bagaimana bisa jadi menyenangkan?"

"Tentu saja. Menjadi berandal sepertiku, tidak perlu lagi bersandiwara di hadapan orang lain yang lebih kuat. Sebab, dengan sendirinya kita menjadi orang kuat itu sendiri."

Linzhi tersenyum mendengarkan ucapan Kenzhi yang cukup masuk akal. Kemudian ia berniat mengalihkan pembicaraan, "Apa kau mau coba rasa es krimku?"

"Coklat latte, bukan? Aku sudah sering makan itu," Ken fokus pada es krimnya.

"Tidak. Yang ini berbeda."

"Benarkah? Sepertinya sama saja," kata Ken memperhatikan es krim Linzhi.

"Apa kau mau coba?"

"Tidak."

"Ayo cobalah. Sekali saja," bujuk Linzhi.

"Hmm. Baiklah."

Baru saja Ken memindahkan tatapannya ke wajah Linzhi, tiba-tiba saja gadis itu menarik kepalanya dengan santai. Tanpa ia duga, Linzhi menyuapkan es krim rasa coklat latte itu ke dalam mulutnya secara langsung menggunakan bibirnya.

GLEK!

Mata Ken terbelalak kaget saat gadis cantik itu menciumnya menggunakan es krim sebagai media. Butuh waktu beberapa menit baginya untuk beradaptasi dengan situasi seperti itu. Lambat laun, Ken mulai terpancing. Ia memberikan balasan untuk ciuman Linzhi.

Jika pada awalnya mereka berdua merasakan, menyesap dan memperebutkan es krim yang ada, lama kelamaan es krim tidak bisa di kambing hitamkan sebagai alasan mereka berciuman.

Lanjut di episode 4........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!