NovelToon NovelToon

Heartbeat

Bab 01

"Hanya kau yang membuat jantungku berdetak kencang," ucap Devano sambil memandang wajah cantik Ayara, seketika itu pula membuat Ayara tersipu malu, ia menyelipkan rambutnya ke belakang kuping dan tersipu.

"Setiap nafasku kau selalu berkata agar aku datang ke dalam pelukanmu," lanjut Devano membuat jantung Ayara berdetak sangat kencang, ia berlari tapi tangannya langsung di genggam oleh Devano dan ditarik ke dalam pelukannya.

Siang itu dua sejoli yang saling mencinta sedang berjalan berdua di taman bunga yang terkenal romantis bagi para pasangan.

Devano dan Ayara, sepasang kekasih yang saling mencintai tapi berbeda kasta tersebut terlihat bahagia berjalan berdua bergandengan tangan dan saling merangkul serte memeluk.

"Hai Dev, kau selalu bilang kalau kau sangat mencintaiku, apakah itu benar Dev?" tanya Ayara saat mereka sedang berjalan menyusuri hamparan bunga-bunga yang sangat indah di taman tersebut.

"Seberapa besar cintamu itu padaku Dev? katakanlah?" lanjut Ayana bertanya kembali pada Devano.

"Aku kehilangan akal sejak aku jatuh cinta padamu Ayara, tak ada yang kutakuti selain kehilangan dirimu, jadi berjanjilah kalau kau tak akan meninggalkanku," jawab Devano seraya menyandarkan tubuhnya di pohon besar dan Ayara menyandar pada dada bidang Devano.

Saat Devano tengah memejamkan matanya dan merasakan udara siang yang begitu sejuk, Ayara berlari dan bersembunyi disalah satu pohon besar yang ada di sekitarnya.

Devano yang menyadari Ayara telah tiada dari pandangan matanya gelisah dan takut, ia langsung berlari kesana kemari mencari keberadaan Ayara.

Ayara yang sedang bersembunyi di balik pohon besar tertawa geli melihat Devano yang seperti kebakaran jenggot mencari dirinya.

"Ayara," teriak Devano sambil berlari mencari Ayara, ia berputar mengitari taman bunga yang sangat luas tersebut.

"Ayara," teriaknya lagi dengan raut wajah yang mulai ketakutan akan kehilangan sang kekasihnya tersebut.

"Jika aku kehilanganmu aku bisa mati, Ayara," lagi Devano berteriak masih berlari mencari Ayara.

Mendengar ucapan yang keluar dari bibir seksi Devano, Ayara langsung keluar dan berlari ke arah Devano, Ayara langsung memeluk Devano dari belakang dengan erat, ia merasakan kalau ia akan kehilangan Devano saat Devano berkata seperti itu.

Devano langsung berbalik menghadap Ayara dan menangkup wajahnya dengan ke dua tangannya, air matanya hampir tumpah karena takut kehilangan sang kekasih.

"Mengapa kau sangat mencintaiku Dev?" tanya Ayara sambil mengatur napasnya sebelum ia melanjutkan perkataannya.

"Cinta ini akan sangat menyakitimu Dev, kau akan merasakan terhina, apa yang istimewa dariku Dev? apa artinya aku untukmu?" ucap Ayara setelah ia berhasil mengatur napasnya.

"Dunia tak mengakuiku," jawab Devano sambil memegang tangan Ayara dan menciumnya.

"Tapi kau, kau mengakuiku dan mengatakan cintanya padaku," lanjut Devano mengusap pipi Ayara.

"Hanya kau yang membuat jantungku berdetak, kau yang selalu menghiburku, dimana dunia sudah menyiksaku," sambung Devano sambil beralih menyandarkan punggungnya dengan punggung Ayara.

"Mimpiku hanya ingin hidup dan mati bersamamu, ayu kita arungi dunia ini bersama," lanjutnya lagi berbalik dan membalikkan tubuh Ayara memeluknya erat, air matanya sudah mengalir membasahi wajah tampannya.

Setelah sesi berpelukan dan saling meneteskan air mata, mereka melanjutkan berjalan di hamparan bunga yang indah dan cantik beraneka warna.

Devano memegang erat tangan Ayara seraya Ayara memiringkan badannya kesamping sambil membelai bunga-bunga yang sangat indah tersebut.

Mereka berlari dan berguling dihamparan bunga-bunga indah, mereka saling berkejaran di antara pohon-pohon besar yang hanya berisikan ranting saja.

"Hanya kamu Ayara, hanya kamu yang ada di dalam hatiku, percayalah," ucap Devano sambil memegang tangan Ayara dan meletakkan tangan tersebut di dada bidangnya.

"Dev, berhentilah memujaku oke," ucap Ayara.

"Ingat Ayara, kau satu-satunya milikku, hanya milikku seorang," ucap Devano tersenyum dengan bibir seksinya.

Sore hari, mobil berhenti di sebuah pemukiman yang terbilang untuk orang dengan ekonomi menengah kebawah.

"Baik Ayara, besok tepat pukul dua belas malam kau jangan membuatku menunggu oke," ucap Devano sudah membuka pintu mobil, langkahnya terhenti saat Ayara memanggilnya dan meraih tangannya.

"Dev," panggil Ayara dan Devano menoleh menghentikan kakinya yang akan keluar dari mobil milik Ayara.

"Hm," jawab Devano hanya ber hm ria dan mengangkat kepalanya.

"Apa kau akan menghindariku lagi?" tanya Ayara membuat Devano bingung.

"Kapan kau akan memperkenalkanku dengan Ibumu?" sambung Ayara seketika itu pula wajah Devano berubah serius.

"Suatu saat akan ku perkenalkan kau pada Ibuku," jawab Devano menganggukkan kepalanya dengan ekspresi yang tak bisa diungkapkan.

"Tidak." Ayara langsung menjawab sebelum Devano menutup mulutnya.

"Aku ingin bertemu Ibumu hari ini, titik," sambung Ayara menoleh kearah depan.

"Apakah kau serius ingin bertemu dengannya?" tanya Devano memastikan.

"Iya," jawab Ayara singkat padat dan jelas.

Devano mengisyaratkan dengan kepalanya agar Ayara mengikutinya. "Ikutlah denganku." Devano keluar dari dalam mobil, seketika itu pula membuat Ayara girang dan antusias, senyumnya merekah lebar.

Ayara menyusuri tangga dan naik ke rumah panggung yang ditunjukkan oleh Devano, sedangkan Devano pergi entah kemana tak menemani Ayara menuju rumahnya menemui sang ibu.

Dari pintu Ayara melihat seorang wanita paruh baya tengah duduk sambil memeluk radio kecilnya dan mendengarkan kajian rohani dari radio tersebut.

Air matanya menetes membasahi pipinya yang sudah mulai keriput seperti sedang menyesali sesuatu.

"Ibu," sapa Ayara dan seketika itu pula membuat ibu Devano terkejut dan langsung mematikan radio tersebut lalu mengusap wajahnya dengan lengan bajunya.

"Siapa?" tanya ibu Devano terkejut.

"Ibu... aku... aku..." Ayara tersenyum dan gugup.

"Siapa kau?" tanya ibu Devano menghampiri Ayara.

"Ibu... aku adalah... Dev...."

"Ah...." ibu Devano terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Tunggu sebentar... jangan sebutkan namamu... aku tau siapa kamu... tunggu...." lanjut ibu Devano dengan wajah bahagia.

"Ayara...," sambung ibu Devano tersenyum lebar dan meraih kedua tangan Ayara membuat Ayara seketika itu pula ikut tersenyum bahagia karena sang ibu dari kekasihnya mengenalinya sebelum ia menyebutkan namanya.

"Kenapa kau berdiri di sini, ayu masuklah, masuklah, ayu," ajak ibu Devano menarik lembut Ayara masuk ke dalam rumah sederhana tersebut.

"Ah iya," jawab Ayara tak bisa berkata-kata karena terharu dengan sambutan ibu Devano.

"Sini Nak, duduklah," ucap ibu Devano menuntunya untuk duduk di kursi sederhana.

Ayara pun duduk, ibu Devano memandangi wajah cantik Ayara dan membuat Ayara tersenyum manis.

"Kenapa jauh sekali, sebaiknya duduk di sini saja," ucap ibu Devano meraih tangan Ayara untuk duduk di sampingnya.

"Ternyata kau memang sangat cantik Nak," puji ibu Devano.

"Tapi tak secantik dirimu Ibu," jawab Ayara segera. "Oh iya, bagaimana Ibu bisa langsung mengenaliku padahal aku belum memperkenalkan namaku?" tanya Ayara kembali, ia merasa bingung karena menurutnya ia belum pernah bertemu dengannya sebelumnya, atau mungkin Devano yang menceritakan tentang dirinya pada sang ibu begitulah pikir Ayara.

*****

Hayo dari mana ibunya Devano bisa langsung mengenali Ayara padahal Ayara belum mengatakan siapa namanya.

Selamat datang dinovel ku yang kesekian yah gaes semoga selalu suka dengan cerita gaje yang ku buat.

Jangan lupa like, vote dan bunga mawarnya atau kopinya yah.

Favorite kan untuk mengetahui kelanjutan kisahnya🙏😊🤗🥰

Bab 02

Ibu Devano tersenyum mendengar pertanyaan Ayara dan terus menatap wajah cantik Ayara.

"Bagaimana aku tidak mengenalimu kalau Devano selalu saja bicara tentang dirimu," jawab ibu Devano sambil terus tersenyu dan memandangi wajah Ayara tanpa berkedip.

"Aah." Ayara tersenyum dan tersipu malu, wajahnya merona.

"Apakah Devano sudah bercerita banyak tentang diriku Ibu?" tanya Ayara tersenyum dan gugup.

"Devano tak pernah bicara pada siapa pun kecuali dengan dirimu saja, bahkan padaku pun ia tak pernah berbicara apa pun," jawab ibu Devano menjelaskan.

"Namun, aku adalah Ibunya, walau pun Devano tak pernah menceritakan apa pun tentangmu tapi aku tahu kalau jantungnya berdetak hanya untuk satu orang yaitu kau Ayara, kau selalu ada dalam matanya Devano, aku selalu melihat kau di matanya," sambung ibu Devano sambil tersenyum membayangkan sesuatu.

Ayara tersenyum lebar nan cantik kala mendengar penuturan ibu Devano, hatinya bahagia dan berbunga-bunga bagai taman yang baru saja ia kunjungi.

"Hm, di mana Devano sekarang, dia itu sangat aneh, menyuruhku sendirian untuk menemui Ibu, sepertinya suasana hatinya sedang tak baik," ucap Ayara melihat sekeliling mencari keberadaan kekasihnya tersebut.

"Boleh aku tahu kenapa hari ini dia kelihatannya marah?" tanya Ayara.

"Dia marah padaku," jawab ibu Devano.

"Denganmu? kenapa?" tanya Ayara bingung dengan jawaban ibu Devano.

"Aku tak akan menyembunyikan apa pun darimu, kau juga harus tahu semua tentang Devano, karena kau kekasihnya, suatu hubungan tak bisa dibangun dengan adanya sebuah rahasia diantara mereka," ucap ibu Devano tanpa mengalihkan pandangannya dari Ayara.

"Aku... aku adalah seorang Ibu yang tak pernah menikah dengan pria mana pun," sambung ibu Devano seketika itu pula membuat Ayara terkejut dengan pengakuannya.

"Kesalahanku dimasa lalu menghantui masa depan Devano, Devano memang tak pernah mengatakan apa pun padaku, tapi aku mengetahuinya kalau dia sangat tersiksa karena mencoba mengabaikan fakta tersebut," sambung ibu Devano kembali.

"Tapi aku tak menyesali kesalahan yang telah ku perbuat," diam sejenak. "Aku pernah jatuh cinta pada seseorang yang tak lain adalah orang yang menghadirkan Devano ke dunia ini dan aku tak menyesalinya, kekasihku mengingkari janjinya dan menikah dengan wanita lain sehingga membuat anakku di sebut sebagai anak haarraamm, aku selalu meyakinkan padanya kalau perasaan cinta tidak tergantung pada sah atau tidak sahnya sebuah hubungan," sambungnya kembali dengan air mata sudah membasahi pipinya yang mulai keriput begitu pula Ayara, ia juga ikut meneteskan air mata mendengar pengakuan ibu Devano.

"Mungkin kau bisa membuatnya mengerti, mungkin kau bisa menghilangkan rasa sakitnya, bisa membuatnya mengeluarkan rasa kecewanya," sambungnya kembali seraya memegang pundak Ayara.

"Tolong berjanjilah Ayara, kalau kau akan selalu bersamanya, berjanjilah padaku, berjanjilah Ayara," sambungnya lagi seraya meraih wajah Ayara yang tertunduk dan mengangkatnya.

"Baik Ibu, aku berjanji bahwa aku akan selalu bersama dengan Devano, aku tak akan pernah meninggalkannya, aku berjanji padamu," ucap Ayara dengan tersenyum pada ibu Devano.

Tanpa mereka sadari Devano yang berada di luar rumah sedang mendengarkan percakapan mereka, bibir seksinya tersenyum bahagia dan air matanya tumpah.

"Hai Ibu, Ayah," ucap Ayara berlari memeluk sang ayah yang baru pulang dari dinasnya di luar kota, Ayara pun baru kembali dari jalan-jalannya bersama Devano.

"Hai Sayang," jawab sang ibu tersenyum.

"Hai Tuan putri," sabut ayah Ayara membalas pelukan sang putri.

"Kali ini perjalanan kalian sangat singkat?" tanya Ayara pada ayah dan ibunya yang baru beberapa hari pergi sudah pulang kembali, karena biasanya mereka akan lama kembali jika sudah melakukan perjalanan bisnis.

"Kami pergi dari kota s ke kota x," jawab sang ayah.

"Kota s?" tanya Ayara memastikan.

"Yah," jawab sang ayah tersenyum lebar.

"Kenapa tak menelfonku, aku bisa jemput Ayah dan Ibu di bandara," ucap Ayara.

"Tak masalah," jawab sang ayah singkat sembil tersenyum.

"Kau sendiri sibuk, kemana saja kau dari pagi," timpal sang ibu mengusap lengan putrinya seraya tersenyum.

"Ibu," rajuk Ayara.

"Ayah dengar, ibu sendiri tak pernah percaya pada pùtrinya," adu Ayara pada sang ayah.

"Ayah tak tahu tentangnya," ucap sang ayah sambil menepuk kaki sang istri. "Tapi Ayah selalu mempercayai putri Ayah," lanjutnya sambil bangun dari duduknya dan berpindah di samping Ayara.

"Duduk di sini Ayah," ucap Ayara menepuk tempat kosong di sampingnya.

Ayah Ayara duduk di samping Ayara dan memeluk sang putrinya tersebut, Ayara diapit ibu dan ayahnya.

"Ayah akan lihat apakah Tuan putri Ayah akan mempercayai Ayahnya," ucap sang ayah.

"Ayah juga meragukanku?" tanya Ayara dengan ekspresi merajuknya.

"Tidak sama sekali Sayang," jawab sang Ayah mengusap rambut sang putri.

"Kami telah mengambil keputusan penting tanpa memberitahumu terlebih dahulu Sayang, karena Ayah percaya padamu," ucap sang ayah ingin memberitahu sebuah kejutan bahagia.

"Keputusan apa itu Ayah?" tanya Ayara dengan raut wajah penuh tanya.

"Apa harus Ayah beritahu sekarang Bu?" tanya ayah Ayara pada sang istri yang mendapati jawaban anggukan kepala dan senyum lebar di wajah sang istri, Ayara tersenyum penasaran dengan apa yang akan di katakan sang ayah.

"Kau tahu kenapa kami pergi ke kota s?" tanya sang ayah yang membuat Ayara semakin penasaran.

"Hm kenapa?" tanya Ayara seraya menggelengkan kepalanya.

"Untuk mengatur pernikahanmu, hehe," ucap sang ayah disambut senyum bahagia sang ibu yang seketika itu pula membuat wajah Ayara langsung berubah murung.

"Pernikahanku?" tanya Ayara dengan suara lirih tak percaya.

"Yah pernikahanmu," jawab sang ayah tertawa bahagia dan mengecup pipi sang putri.

"Iya Sayang, Ibu sangat bahagia Ayara," timpal sang ibu mengusap lengan Ayara.

Ayara bangun dari duduknya karena syok dan berpindah ke sofa single samping sofa yang mereka duduki, ayah dan ibu Ayara masih terkekeh bahagia.

"Dia merasa malu hehehe," goda sang ayah berbicara pada sang ibu tapi Ayara tak menanggapinya karena syok.

"Oh iya, kami sangat menyukai pria tersebut, dia sangat tampan juga memiliki prinsip dan sayang pada keluarga," sambung sang ayah, mereka masih terkekeh bahagia bersama sedangkan hati Ayara bergemuruh mendengar pernyataan tersebut.

"Ayah," ucap Ayara menoleh pada sang ayah dan ibunya.

"Aku tak bisa menikah dengannya," sambung Ayara menolak.

"Kenapa Sayang?" tanya sang ayah bingung mengerutkan dahinya tak percaya sang putri akan menolak keputusannya, karena selama ini Ayara sangat menurutinya.

"Karena aku sudah mencintai pria lain," jawab Ayara tegas dan seketika itu pula membuat rona bahagia di wajah ayah dan ibunya menghilang berganti dengan rona kecewa.

"Siapa pria itu?" tanya sang ayah menahan emosinya.

"Siapa pria yang sudah berani mencintai putriku tanpa ijinku?" tanya sang ayah meminta jawaban dari sang putri.

*****

Siapa lagi kalo bukan Devano si babang ganteng berbibir seksi hihi😁

Bagaimana reaksi Devano yah saat mengetahui sang kekasih akan dinikahkan dengan orang pilihan ayahnya Ayara🤔

Like, vote dan hadiahnya jangan lupa untuk terus dukung othor yah🙏😊🤗🥰

Bab 03

"Hahahahaha." Devano tertawa geli mendengar pernyataan sang kekasihnya bahwa dirinya akan di nikahkan oleh ayahnya dengan pria lain.

"Dev, kenapa kau malah tertawa, aku gak lagi bercanda Dev, aku mengatakan yang sebenarnya, aku bicara yang sebenarnya pada Ayah dan beliau ingin bertemu denganmu hari ini," ucap Ayara merasa kesal karena Devano malah menertawakannya.

"Apa kau tahu apa yang akan dia lakukan setelah dia bertemu denganku?" tanya Devano masih sambil tertawa geli.

Devano adalah pria yang berpenampilan dan berbicara apa adanya, kadang ucapannya terdengar sedikit kurang sopan dan tidak enak di dengar, tapi dia pria yang sangat tampan dengan bibir seksi dan jambang tipis yang menggoda.

"Memang apa yang akan Ayahku lakukan setelah bertemu denganmu?" Ayara menjawab pertanyaan Devano dengan pertanyaan kembali.

"Dia pasti akan menendangku dari kehidupanmu," ucap Devano dengan santai sambil menyandar pada pagar danau dan tangan satunya ia masukan ke dalam saku celanannya, yah saat ini mereka sedang bertemu di danau yang indah.

"Ayahku bukan orang semacam itu," ucap Ayara dengan ekspresi tak terima tapi dengan nada bercanda.

"Jangan datang ke rumahku dengan penampilanmu yang seperti ini yah Dev," ucap Ayara memperingati sambil memegang kemeja hitam sang kekasih yang tak di kancing sampai atas.

Devano selalu memakai kemeja berwarna hitam dengan kancing yang tidak selalu full ia pasang, penampilan seperti itulah yang membuatnya terlihat seksi apa lagi terlihat bulu dadanya yang begitu menggoda.

"Pakai pakaian yang bersih dan rapih juga cukur jenggotmu itu, jangan pakai sendal ini, kemudian tutup mulutmu dan dengarkan Ayahku, katakan padanya kalau kau ingin menikahiku," sambung Ayara panjang lebar sambil mengkoreksi penampilan sang kekasih satu persatu dari atas hingga bawah.

"Tunggu, kenapa, kenapa aku harus bersikap seperti itu, kalau kau setuju aku akan langsung membawamu pergi," ucap Devano sambil menarik lengan Ayara mesra.

"Dengar tuan arogan, aku tak akan pergi denganmu sebelum kau datang ke rumahku dan meminta restu pada orang tuaku bahwa kau ingin menikahiku," tolak Ayara menarik tangannya kembali, Devano hanya melihat tangannya yang di hempaskan pelan oleh sang kekasih.

"Dengar, aku harus pulang, datang lah jam lima sore nanti dan jangan terlambat atau Ayahku akan marah, ingat baik-baik itu tuan arogan jangan sampai terlambat," sambung Ayara mengingatkan.

"Baiklah kalau begitu aku pulang dulu, daaahh." Ayara berlalu setelah mencium pipi sang kekasih meninggalkan Devano seorang diri, Devano hanya bisa melihat sang kekasihnya itu pergi begitu saja.

"Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan hidupku padamu," gumam Devano berbicara sendiri.

"Kita lihat saja nanti apa yang akan di lakukan oleh musuhku ini," sambungnya lagi masih bergumam, Devano menganggap ayah dari sang kekasihnya adalah sebagai musuh yang harus ia kalahkan untuk mendapatkan putrinya.

Sore hari di kediaman Ayara, sang ayah turun dari tangga menghampiri Ayara dan sang istri di ruang tamu, di sana juga sudah ada Devano yang sedang menunggu musuhnya itu untuk bertemu.

Ayah Ayara memperhatikan Devano dan penampilannya sesaat, ia menunjukkan ekspresi tidak sukanya, ibu Ayara sedikit cemas dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh sang suami begitu pula dengan Ayara.

Pasalnya Devano yang diminta untuk datang dengan penampilan rapi oleh Ayara malah berpenampilan seperti biasa, menggunakan kemeja hitam dengan kancing sedikit terbuka dan menggunakan sendal butut, begitu pula dengan jambangnya yang belum ia cukur rapi.

"Ayah," panggil Ayara membuka pembicaraan agar suasana tak sedikit tegang.

"Hm," sedangkan ayah Ayara hanya ber hm ria.

"Ini Devano," ucap Ayara memperkenalkan Devano.

"Dev, ini Ayahku," sambung Ayara memperkenalkan sang ayah.

Devano mengulurkan tangannya tapi ayah Ayara tak menjabat tangan tersebut, ia malah berlalu duduk di sofa, Ayara dan sang ibu yang melihat adegan itu menjadi cemas dan tegang, Devano manarik tangannya kembali karena ayah Ayara tak ingin menjabatnya.

"Ah iya, kenapa berdiri, ayu duduk, silahkan duduk," ucap sang ibu memecah suasana tegang diantara mereka.

Ayara mengajak Devano untuk duduk di sofa sedangkan sang ibu sudah duduk terlebih dahulu bersama ayah Ayara, Devano duduk di sofa single dan mengangkat sebelah kakinya dan menopangnya pada kaki satu lagi.

Melihat sikap Devano yang seperti ini ayah dan ibu Ayara terkejut, begitu pula Ayara, ia merasa tak enak hati pada kedua orang tuanya.

"Ahm... ehm...." Ayara gugup ia bingung akan berbicara apa melihat orang tuanya yang tak suka dengan sikap Devano.

"Kau pasti memperhatikan sendalku bukan," ucap tiba-tuba Devano menunjuk kearah sendal butut yang ia pakai.

"Sendal ini terdapat lubang di bagian bawahnya, lihat ini," sambungnya lagi seraya mengambil sendal yang ia pakai dan menghadapkan bagian bawah yang berlubang pada ayah Ayara yang duduk persis di hadapannya.

"Dev," ucap Ayara menepuk tangan Devano pelan agar ia berbicara sedikit lebih sopan pada sang ayah.

"Aku sudah memakainya selama berbulan-bulan," sambung Devano menyeringai memakai kembali sendalnya tanpa memperdulikan Ayara.

"Dev," ucap Ayara kembali sambil matanya mendelik ke arah Devano.

"Tenang Ayara," bisik Devano pada Ayara.

Ibu Ayara yang melihat Devano seperti itu cemas dengan suaminya, tapi sang suami masih dengan santai melihat tingkah Devano, sebenarnya ayah Ayara sudah emosi dengan tingkah Devano tapi ia ingin melihat seperti apa pria yang di cintai putrinya ini.

"Sebenarnya Ayara menyuruhku untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi, menyuruhku untuk memakai sendal yang layak di gunakan untuk memasuki istana Anda ini, menyuruhku untuk mencukur jenggotku dan menutup mulutku, dia takut kalau aku meninggalkan kesan yang buruk pada Anda, tapi dipikir lagi mengapa aku harus melakukan hal tersebut, aku seperti ini, ini lah aku apa adanya tanpa ada yang ku tutupi," jelas Devano tentang apa yang telah kekasihnya itu minta.

"Jelaskan tentang dirimu." Ayah Ayara berucap masih dengan nada santai menahan emosinya demi sang putri.

"Oh ya tuhan," keluh Devano menyeringai.

"Aku bukanlah pria yang istimewa, aku hanya pria biasa yang sangat mencintai putri Anda, aku pria yang juga sangat di cintai oleh putri Anda, aku tidak memiliki apa pun, begitu pula kekayaan, yang ku punya hanya satu yaitu milikmu saat ini dan aku ingin memintanya darimu," jelas Devano dengan sangat arogan membuat Ayara menjadi tak enak hati pada sang ayah, ia juga mencemaskan Devano.

"Bagaimana kalau aku menolaknya? bagaimana?" tanya ayah Ayara tegas masih dengan nada santainya dan Devano hanya tertawa mendengar ucapan pria yang ia anggap sebagai musuh yang harus ia taklukan itu.

"Hahahaha, aku akan membawa kabur putri Anda," mendengar jawaban Devano ayah Ayara seketika itu pula langsung berdiri di ikuti oleh Ayara dan sang istri yang sudah sangat cemas dan takut.

Ayah Ayara berjalan menghampiri Devano yang masih duduk dengan santainya seperti tanpa beban dan dosa apa pun.

*****

Hayo mau ngapain ayahnya Ayara menghampiri Devano yah🤔

Dukung terus othor dengan like dan komennya yah juga jangan lupa hadiah dan votenya🙏😊🤗🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!