"Juvel! Apa kau mendengarku?" tanya Jullian dari balik chip yang dia pakai. Lelaki berumur seperempat abad itu, memanggil adik kembar perempuannya yang saat ini tengah mencuri sebuah berlian langka yang disimpan di museum dengan tingkat keamanan tinggi.
Sementara Juvel sendiri tidak menjawab karena tengah berkonsentrasi membuka kunci kotak kaca, tempat di mana berlian itu berada. Setelah menyusup masuk dan melewati beberapa jebakan, akhirnya Juvel bisa menemukan kotak berlian yang diincar.
Peluh membanjiri pelipis Juvel, gadis itu sebenarnya tidak suka dengan apa yang dia lakukan sekarang.
Menjadi anak dari seorang mafia kelas kakap mengharuskannya menjalankan misi seperti ini. Juvel ingin mempunyai kehidupan yang normal tapi tidak berani berbicara pada kedua orang tuanya.
Sedari kecil Juvel sudah dididik keras dengan berbagai latihan karena dia calon pewaris klan mafia sang ayah yang namanya sudah besar di kalangan penjahat dunia. Beberapa wilayah kekuasaan, bisnis gelap, sudah dikuasai oleh organisasi mafia Black Mamba.
"Aku sudah berhasil membukanya." akhirnya Juvel menjawab setelah berhasil membuka kunci kotak kaca. Juvel segera mengambil bongkahan berlian yang ada di dalam kotak dan memasukkannya dalam tempat yang sebelumnya Juvel sediakan. Kemudian gadis itu memasukkan berlian ke dalam tas ransel yang dia pakai.
"Cepat keluar!" perintah Jullian yang menunggu di mobil van sambil melihat layar monitor dari cctv museum yang sudah diretas sebelumnya.
Jullian memang sengaja menyuruh Juvel untuk melakukan misi hari ini karena dia bisa tahu dan merasakan jika Juvel sudah kehilangan gairah hidupnya. Dia ingin membangkitkan gairah itu dengan mencuri.
"Aku menuju lokasi!" lapor Juvel yang bersiap keluar dari ruang penyimpanan berlian.
Tanpa mereka duga rupanya penjaga museum yang masih sadar melaporkan aksi pencurian Juvel pada polisi.
Sebelumnya, Juvel sudah menghajar dan membuat pingsan beberapa pengurus museum.
Saat mendengar suara sirene polisi, Juvel segera berlari keluar dari museum dengan naik ke lantai atas. Juvel naik ke rooftop museum karena kalau dia ke bawah pasti polisi mengepungnya.
Juvel mengeluarkan sebuah tembakan dari tas ranselnya. Tembakan yang bisa mengeluarkan tali yang akan Juvel gunakan untuk menyeberang ke bangunan gedung lainnya.
"Juvel!" panggil Jullian yang khawatir.
"Berisik!" Juvel mematikan chip yang dia pakai karena Jullian membuat konsentrasinya buyar.
Juvel sudah menembakkan tali kemudian dia mengambil sebuah kain untuk meluncur ke gedung di seberang museum.
Pendaratan sempurna dilakukan oleh Juvel, saat dia mendarat di seberang gedung museum bersamaan dengan polisi yang juga naik ke rooftop museum.
"Itu dia!" seru salah satu polisi yang melihat Juvel.
Tembakan demi tembakan dilayangkan yang membuat Juvel berlindung, Juvel mencari pintu supaya dia bisa masuk ke gedung di mana dia berada sekarang.
Atensi Juvel tertuju pada sebuah pintu besi, gadis itu segera berlari menuju pintu itu dan masuk. Ternyata gedung itu adalah gedung rumah sakit.
Juvel kembali berlari untuk bisa keluar dari gedung rumah sakit itu tapi saat sampai di lantai bawah, ada beberapa polisi yang mencarinya.
"Sial!" umpat Juvel yang akhirnya mencari jalan lain.
Saat Juvel mencoba mencari jalan keluar, dia berpapasan dengan seorang wanita yang menggunakan baju pasien.
Tanpa pikir panjang Juvel menarik wanita itu lalu memukul tengkuknya dengan kuat supaya pingsan. Juvel melepas baju pasien yang dipakai wanita itu untuk dia pakai, Juvel juga mengambil gelang nama yang dipakai wanita itu ditambah masker untuk menutupi wajahnya.
Setelah penyamaran dirasa cukup, Juvel keluar dari ruangan kosong di mana dia membuat wanita tidak berdosa pingsan.
"Nona Angel!" panggil seorang perawat saat berpapasan dengan Juvel. Perawat itu membaca gelang nama yang dipakai gadis itu. "Anda kemana saja, dokter sudah menunggu!"
Didetik itu juga ada polisi yang juga berada di koridor di mana Juvel berada, Juvel segera mengikuti perawat yang membawanya ke sebuah ruangan di mana seorang dokter obgyn sudah menunggunya. Atau lebih tepatnya menunggu Angel asli yang sudah dibuat pingsan oleh Juvel.
"Silahkan berbaring, Nona." Perawat meminta Juvel berbaring di sebuah bed pasien, kemudian perawat itu membuka kedua kaki Juvel seperti wanita yang akan melahirkan.
"Apa yang mereka mau lakukan?" gumam Juvel dalam hatinya. Juvel mulai berpikir. "Apa ini metode pap smear?"
Dokter obgyn yang bernama dokter Lala tersenyum ramah pada Juvel, kebetulan warna rambut Juvel sama dengan warna rambut Angel jadi dokter Lala mengira Juvel adalah Angel asli. Dokter Lala berpikir Angel memakai masker karena malu, saat beberapa kali bertemu dengan Angel, gadis itu tampak pemalu apalagi sekarang bagian sensitifnya terbuka.
"Tahan ya, tidak akan sakit!" Dokter Lala berusaha membujuk supaya Angel palsu rileks karena dokter Lala akan mulai melakukan proses inseminasi buatan.
Dan Juvel masih mengira jika dokter Lala akan melakukan proses pap smear.
*****
Catatan Author :
Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita.
Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks. Setelah itu, pemeriksaan di laboratorium akan dilakukan agar diketahui apakah di dalam sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker.
Inseminasi buatan merupakan teknik memasukkan spermaa secara langsung ke dalam leher rahim, tuba fallopi (saluran telur), ataupun rahim. Teknik ini dilakukan untuk memperpendek jalan spermaa ke sel telur, sehingga dapat melewati halangan yang mungkin terjadi dan meningkatkan kesempatan hamil.
Jadi, proses pap smear sama inseminasi buatan itu hampir mirip-mirip. Makanya Juvel gak berontak.😅
Seharusnya emang udah gak perawan pas pap smear ya cuma perawan di sini maksudnya karena hubungan badan gitu loh bestoy.
Juvel tentu saja sudah pernah melakukan pap smear tapi pap smear kali ini sangat berbeda, jauh lebih sakit daripada yang pernah dia lakukan sebelumnya.
Saat dokter Lala sudah selesai melakukan inseminasi buatan barulah Juvel berontak.
"Apa yang kalian lakukan padaku, hah!? Kenapa sakit!?"
Juvel mencoba turun dari bed pasien sambil merasakan kram diperutnya serta perih dibagian sensitifnya.
"Nona Angel, tenanglah!" dokter Lala berusaha menenangkan Juvel.
"Aku bukan Angel!" Juvel membuka masker yang dia pakai yang mana membuat dokter Lala dan para perawat merasa kaget.
"An--anda siapa?" tanya dokter Lala tergagap. Dia sangat gugup karena telah melakukan inseminasi buatan pada rahim yang salah.
Disisi lain, Jullian juga merasakan sakit seperti yang Juvel rasakan. Si kembar memang mempunyai ikatan batin yang kuat sedari kecil.
"Apa yang terjadi pada Juvel?" gumam Jullian dengan memegangi perutnya.
Jullian menyamar masuk ke dalam rumah sakit dan melacak keberadaan Juvel. Saat menemukan di mana adiknya berada, Jullian segera membuka pintu ruangan dan mendapati Juvel yang mengamuk di sana.
"Juvel, ayo kita pergi!" ajak Jullian dengan menarik tangan adik perempuannya.
Juvel justru sekarang melampiaskan amarahnya pada Jullian.
"Ini semua karena kau, Jullian! Aku sudah bilang tidak mau melakukan misi ini!" teriak Juvel sambil berlalu keluar dari ruangan. Juvel tentu saja marah karena menerima benih dalam rahimnya yang entah itu benih dari siapa.
Juvel kembali ke ruangan kosong di mana dia membuat Angel pingsan. Juvel mengambil tas ransel berisi berlian curian yang dia tinggal sebelumnya dan melemparkan tas itu pada Jullian yang mengikutinya dari belakang.
"Itu kan yang kau mau! Kau pikir semua ini menyenangkan bukan? Bagiku semuanya sangat menjijikkan, Jullian!" teriak Juvel yang selama ini tidak mau menjadi mafia.
*****
Seorang lelaki tampan dengan manik hazel menatap Angel dan dokter Lala dengan tajam. Lelaki itu baru mendapat laporan jika benihnya telah masuk dalam rahim yang salah dan parahnya wanita penerima benih itu hilang, entah ke mana.
Keiner Volstaire, seorang taipan kaya dan berkuasa. Keiner merupakan pewaris tunggal dari keluarga Volstaire, keluarga yang dikenal sebagai raja bisnis dunia. Karena Volstaire Group mempunyai beberapa perusahaan yang menguasai pasar dunia dari bisnis teknologi, produk makanan sampai pabrik mobil. Lelaki berusia 33 tahun itu tidak pernah ingin menikah dan menjalin hubungan dengan seorang wanita manapun.
Tapi karena tuntutan keluarga yang ingin Keiner mempunyai penerus membuat lelaki itu melakukan hal di luar dugaan.
Keiner menyewa rahim Angel yang seorang gadis polos yang bersih untuk mengandung anaknya melalui proses inseminasi buatan. Angel menerima tawaran Keiner karena butuh uang untuk membiayai adiknya yang sakit keras.
Angel beberapa kali melakukan pemeriksaan oleh dokter Lala tapi saat hari penanaman benih, dokter Lala begitu ceroboh sampai salah memasukkan benih Keiner ke rahim wanita asing.
BRAK!
Keiner menggebrak meja untuk meluapkan emosinya.
"Angel kau tetap mendapatkan uangmu tapi pergilah sejauh mungkin dan tutup mulutmu rapat-rapat!" tegas Keiner yang membuat Angel langsung mengangguk tanpa bantahan.
"Ba--baik, Tuan." Angel menjawab dengan gemetaran karena aura Keiner yang gelap.
"Dan kau..." Keiner beralih menatap dokter Lala. "Karena kecerobohanmu, kau harus dipecat dan gelar doktermu harus dicabut!"
Dokter Lala hanya diam karena memang semua terjadi akibat kesalahannya.
"Cepat pergi! Aku akan menyelesaikan masalah ini!" usir Keiner dengan mengibaskan tangannya.
Keiner memijit pelipisnya kemudian dia berteriak memanggil asisten pribadinya.
"Lucas!"
Lucas bergegas mendatangi sang majikan yang suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja.
"Cepat cari wanita penerima benihku sampai ketemu! Cari walaupun harus berkeliling dunia! Aku ingin bayiku!!" perintah Keiner tak terbantahkan.
Setelah puas memarahi Jullian, Juvel kembali ke apartemen pribadinya untuk beristirahat. Gadis itu masih merasakan keram di perutnya dan juga bagian sensitifnya yang perih.
Juvel segera meraih ponselnya dan mencari tahu lebih banyak mengenai inseminasi buatan.
"Jadi virginku diambil alat sialan itu!" umpat Juvel yang sadar kenapa bagian sensitifnya begitu perih dan sakit.
Kemudian Juvel kembali membaca dan menemukan fakta bahwa proses inseminasi buatan itu akan terlihat hasilnya dua minggu setelah proses penanaman benih.
"Oh God! Bukankah sekarang masa suburku? Bagaimana ini?" gumam Juvel jadi gelisah sendiri.
"Ini semua karena Jullian!"
Juvel terus menyalahkan saudara laki-lakinya. Kalau saja Juvel menolak dengan tegas dan tidak terprovokasi oleh Jullian, hal ini tidak akan terjadi.
Bayangkan saja, Juvel masih virgin dan belum menikah tapi harus hamil dan mempunyai anak.
"Bukankah ini gila!?" pekik Juvel frustasi.
Juvel berdiri di dinding kaca apartemennya sambil melihat pemandangan kota, dia mengingat tadi malam sempat membuat permohonan jika dia ingin keluar dari kehidupan mafia yang dia jalani selama ini.
"Apa ini artinya permintaanku terkabul? tapi gak begini juga!?" Juvel mengacak rambutnya.
Juvel sudah bosan dengan hidupnya, dari kecil dia harus berpindah-pindah tempat. Saat dia sekolah dan menemukan teman baru, tak lama Juvel akan pindah sekolah lagi.
Belum lagi, dia harus menjalani latihan keras dari sang daddy. Dan yang paling Juvel benci adalah ketika dia harus membunuh dalam keadaan terdesak.
Rasanya suara jeritan orang-orang yang pernah dibunuhnya, menghantuinya setiap malam.
"Semoga benihnya tidak tumbuh dan inseminasi buatan itu gagal!" gumam Juvel kemudian.
*****
Sebulan berlalu semenjak peristiwa salah penanaman bibit itu, Juvel tampak baik-baik saja. Gadis itu mengira jika proses inseminasi buatan telah gagal. Juvel menjalani rutinitasnya seperti biasa.
Juvel bertanggung jawab untuk mengelola bisnis kasino, untuk itu Juvel sering ke kasino daripada markas utama. Juvel paling menghindari misi apalagi jika dia harus satu misi dengan Jullian yang menyebalkan.
Saat Juvel tengah memeriksa laporan keuangan yang masuk, ponselnya terus berdering. Rupanya panggilan dari Zack yang berada di markas utama.
"Hallo, pria tua!" jawab Juvel yang suka menggoda orang kepercayaan daddy nya itu.
"Kenapa kau suka sekali memanggilku seperti itu!" ketus Zack yang terpancing.
"Hahaha... Kau akan tambah tua jika suka marah!"
"Sudahlah, Jullian sakit lebih baik kau kemari. Dia terus muntah-muntah beberapa hari ini!"
"Oh iya? Kok aneh, seharusnya jika Jullian yang sakit, aku yang merasakan sakitnya!"
Juvel jadi bingung sendiri sampai dia mengingat jika bulan ini terlambat datang bulan.
"Ah, aku akan membelikan Julian obat pelancar datang bulan!"
Juvel bergegas meninggalkan kasino menuju apotek untuk membeli obat pelancar datang bulan, itu sudah biasa dia lakukan jika Jullian sakit perut karena Juvel yang terlambat menstruasi.
Tapi saat sampai di apotek, Juvel melihat sebuah alat tes kehamilan dan juga membelinya. Juvel harus memastikan jika dia tidak hamil.
Sesampai di markas utama, Juvel segera menemui Jullian di kamarnya. Lelaki yang biasanya angkuh itu sekarang terkapar di atas ranjang.
"Aku sudah membeli obat pelancar datang bulan, minumlah!" Juvel menarik selimut Jullian yang membuat saudaranya itu melotot tajam.
"Sebaiknya kita harus menemukan cara supaya simpatik ini tidak terus-terusan terjadi, tidak mungkin selamanya aku begini!" kesal Jullian.
"Mungkin ini sebuah karma karena daddy sudah melakukan banyak kejahatan," ungkap Juvel secara gamblang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!