\~\~Perkenalan Visual\~\~
...When Love Blossoms Again –...
...Ketika Cinta Bermekaran Lagi...
Nama Asli : Zhao Jin Mai
~ Emlyn Blossom : Berusia 28 tahun, wanita cantik yang rajin dan tekun bekerja. Pekerjaannya hanyalah seorang karyawan biasa di PT. BROWN Corp, ia sudah bekerja selama 2 tahun lebih di sana.
Nama Asli : Ahn Bo Hyun
~ Darrien Harrison : Berusia 30 tahun, Direktur Keuangan dan anak boss PT. BROWN Corp. Tertarik dengan Emlyn Blossom karena penasaran dengan kepribadiannya yang manis dan tampak lugu serta sangat sulit didekati.
Nama Asli : Jo In Sung
~ Kenneth Hamilton : Berusia 40 tahun, Manager Operasional PT. BROWN Corp., rekan kerja yang sudah seperti kakak bagi Darrien.
Nama Asli : Yang Zi
~ Bella : Berusia 38 tahun, supervisor / senior Emlyn, naksir dengan Kenneth Hamilton tapi tak berbalas.
Nama Asli : Bae Suzy
~ Darla Harrison : Berusia 27 tahun, adik Darrien, sedikit angkuh tapi sebenarnya baik hati.
Nama Asli: Choi Jin Hyuk
~ Lewis Bold : Berusia 40 tahun, teman Kenneth, pemilik restaurant di mana Darrien sering bertemu dengan client.
Nama Asli : Yoona
~ Callista Smith : Berusia 29 tahun, mantan pacar Darrien yang seorang model dan pemilik butik.
Nama Asli: Xiao Zhan
~ Kay Atlantis : Berusia 32 tahun, mantan pacar Emlyn yang berselingkuh.
Nama Asli: Yoo Seung Ho
~Jose Halton : Berusia 23 tahun, baru lulus dan masih magang di sebuah kantor arsitek, menyukai Emlyn.
Nama Asli : Gong Jun
~Junna Rodger : Berusia 30 tahun, manager keuangan di salah satu perusahaan tambang.
Emlyn Blossom,
Lahir dari keluarga biasa saja dan anak rantauan yang mengadu nasib ke ibukota di kota J. Anak bungsu dari tiga bersaudara, mempunyai dua orang kakak, kakak pertamanya Elsa Blossom dan kakak keduanya Edward Blossom.
Emlyn bekerja sebagai assisten supervisor salah satu divisi administrasi kontrak di perusahaan PT. BROWN Corp., yang bergerak di bidang investasi serta produksi beberapa perabotan rumah tangga. Emlyn sendiri mengurusi bagian kontrak yang berhubungan dengan klien-klien yang berinvestasi dengan perusahaan mereka.
Emlyn sendiri pernah menjalin hubungan dengan Kay Atlantis, selama 3 tahun lebih dan putus karena perselingkuhan. Sejak saat itu Emlyn memutuskan untuk tidak ingin menjalin hubungan dengan pria manapun.
Darrien Harrison,
Lahir di keluarga kaya yang tidak mengenal kata susah, menjadi direktur keuangan di usia 30 tahun dan otak dari perusahaan yang diwariskan ayahnya Kenrich Harrison – Sarah Sallen. Meski begitu, Darrien berhasil karena usahanya sendiri yang giat dan gigih dalam mencapai atau menginginkan suatu hal.
Darrien terkenal sebagai seorang playboy karena tampangnya yang tampan, tubuh atletis dan suka tebar pesona.
Darrien pernah berpacaran selama 8 tahun dengan Callista Smith sejak SMA, tapi kandas karena Callista memilih pergi ke Luar Negri dan memutuskan hubungan mereka saat Darrien serius ingin menikahi Callista.
...***...
“Kay...” Ucap Emlyn terkesiap kaget.
Bagaimana ia tidak kaget, ia ingin memberikan kejutan untuk kekasihnya yang berulang tahun, justru ia yang dikejutkan.
Emlyn terperangah kaget saat melihat apa yang ia saksikan. Ia baru saja diam-diam kembali dari kota B, kampung halamannya, tanpa sepengetahuan Kay.
Awalnya ia berencana memberi kejutan di hari ulang tahun kekasihnya dengan membawa kue memasuki kamar apartemen Kay.
Tapi sedari tadi memasuki apartement kekasihnya itu ia sudah curiga saat melihat ada sepasang heels wanita. Ia berusaha membuang pikiran negatif yang melintas di pikirannya, ternyata benar saja, baru berpisah selama 2 minggu, kekasihnya justru sedang santai berbaringan di ranjang tanpa busana dengan wanita lain.
“Emlyn…?!” Ucap Kay kaget dan langsung beranjak dari tidurannya, wanita yang tadinya berbaring di lengannya ikut terperanjat kaget, menarik selimut ke atas menutupi bagian atasnya yang terbuka.
Kay segera bangun dan menggunakan celananya, berjalan menghampiri Emlyn yang sudah terlihat pucat dan shock.
Bibir Emlyn bergetar, tubuhnya terasa lemas, air matanya mengalir dengan deras, hatinya terasa begitu sakit dan sama sekali tidak menyangka, kekasihnya 3 tahun ini yang selama ini selalu bersikap baik dan manis ternyata berakhir dengan perselingkuhan juga.
“Emlyn, aku… akuu…, aku bisa jelaskan…,” Ucap Kay terbata-bata karena panik.
“Cukup…, jangan katakan apapun. Kita…, jangan pernah bertemu lagi!” Ucap Emlyn tegas lalu melangkah pergi meski kakinya masih terasa lemas.
“Emlyn… Tunggu…”Kay berusaha menahan Emlyn dan menarik tangan kekasih yang sudah ia lukai itu.
Plaakkkk…, akhirnya Emlyn melampiaskan kemarahannya dengan menampar Kay.
“Kau… brengs*k Kay…,” Ucap Emlyn dengan marah dan pergi tanpa ragu.
“Argghhhh!!!” Teriak Kay yang menyesal telah menyakiti Emlyn.
Hubungan yang mereka perjuangkan dari awal selama 3 tahun lebih kandas karena kebodohannya sendiri yang tertarik dengan Nayra Ann, wanita malam yang ia temui beberapa kali saat berkunjung ke Club milik Jackson, teman baiknya.
Padahal Kay sudah memantapkan hatinya ingin menikahi Emlyn, karena ia sungguh mencintai dan menyayangi wanita yang sangat mengerti dirinya itu.
Tapi apa daya, sebaik apapun seorang pria pasti bisa kehilangan kendalinya. Kay terpincut dengan rayuan Nayra dan mereka berakhir di ranjang panas.
...***...
Dua bulan kemudian....
Emlyn mengusapkan rambutnya dengan pelan, membiarkan rambutnya yang baru seminggu lalu ia keriting permanen berjuntai dengan indah. Emlyn berkaca dan menepukkan sedikit bedak ke wajahnya, ia baru saja mandi setelah gym di sebuah tempat kebugaran yang tak jauh dari kantornya.
Kejadian patah hatinya sudah berlalu 2 bulan yang lalu, ia sudah mulai move on dan ingin lebih menghargai hidup dan dirinya sendiri. Meski terkadang ia masih teringat dan menangis saat terkenang dengan Kay, tapi Emlyn bukan wanita yang larut dengan kesedihan terus menerus.
Emlyn menenteng tas gymnya berjalan keluar dari kamar mandi wanita, tersentak kaget karena matanya tak sengaja bertemu pandang dengan pria yang ia kenal dan kebetulan berpas-pasan berjalan berbelok ke arahnya, akan menuju kamar mandi pria yang terletak bersebelahan dengan kamar mandi wanita.
Pria itu bertubuh atletis n berotot, terlihat jelas jika ia sangat menjaga kebugaran tubuhnya. Tatapan tajamnya sanggup meluluhlantakkan hati wanita mana saja yang menatapnya.
Dia adalah Darrien Harrison..., salah satu manajer di perusahaan ia bekerja.
Emlyn pernah beberapa kali melihat Darrien berlatih di sana, tapi ia tidak pernah berpaspasan seperti saat ini, membuatnya gugup dan menjadi kaku.
“Mr. Darrien,” Sapa Emlyn halus sambil menggangukkan kepalanya, lalu melangkah pergi setelah pria yang ia sapa membalas anggukkannya.
Pria yang ia panggil Darrien, menatap dengan bingung, seakan bertanya siapa dia? Tapi wajahnya tidak asing...
“Mungkin salah satu kenalan, sudahlah, dia juga sudah pergi.” Batin Darrien tidak peduli.
Emlyn menghela nafas lega saat sudah keluar dari tempat kebugaran itu. Bukan apa, ia merasa kikuk berpapasan dengan pria yang ia sapa Mr. Darrien itu.
Tapi sepertinya pria itu juga tidak mengenalnya, karena Emlyn bukanlah karyawan yang terkenal di kantornya. Penampilan dan cara pakainya yang sederhana, tidak menarik perhatian orang sama sekali.
...***...
POV Darrien
Awalnya Darrien hanya memulai rutinitas harinya seperti biasa, gym-kantor-club malam- apartemen.
Seorang wanita menyapanya Mr. Darrien saat mereka tak sengaja berpaspasan di depan ruang ganti Gym.
Darrien terpaku sesaat, seakan terpesona dengan kedua bola mata indah wanita di depannya.
Wajah wanita itu tidak asing, entah di mana ia melihatnya, apa mungkin di club, entahlah...
Pukul 10 pagi, Darrien sudah berada di ruang kantornya. Setiba di kantor, ia terbiasa segera menuju pantry untuk menyeduh segelas kopi hitam panas.
Dengan berhati-hati Darrien membawa segelas kopi panas menuju ruangannya melintasi ruangan lebar di mana para karyawan bekerja. Matanya sedikit teralihkan menoleh ke arah sisi kanan pojok ruangan, di mana letak mesin fotokopi di sana.
Seorang karyawan wanita dengan rambut kuncir kuda, sedang mengoperasikan mesin itu, membolak balikkan dokumen dan merapikan hasil fotokopinya.
Karyawan itu menggunakan kemeja biru cerah bergaris putih, dengan celana panjang dan flatshoes, sangat sopan.
"Tunggu..., dia kan wanita yang menyapanya tadi pagi di tempat gym." Ingat Darrien, pantas saja ia tidak asing, ternyata ia karyawan di sini.
Darrien sekilas melihat lagi, sebelum ia memasuki ruang kantornya.
Wajahnya manis dengan kulit putih mulus, entah kenapa Darrien senang memperhatikan wajahnya, seperti memberi aura positif yang menenangkan.
“Emlyn, bisa bantu aku?”
“Ya, apa?” Tanya Emily dengan cepat.
“Tolong tanya Ema, apa uang dari PT. Swiss sudah masuk, aku masih ada yang harus dikerjakan, maaf merepotkanmu…,” Pinta Bella, atasannya, dengan sopan.
“Baik, tunggu sebentar.” Emlyn segera beranjak dan menghampiri ruang kerja Ema yang berada satu lantai dengan divisinya.
“Ema, Bella meminta ku menanyaimu tentang transaksi PT. Swiss…”
“Ahh, aku lupa memberitahunya, pembayarannya sudah masuk kemarin malam.” Jawab Ema.
“Baiklah, terima kasih,” Jawab Emlyn tersenyum manis dan berbalik akan melangkah tapi terhenti karena ada yang akan masuk, Darrien Harrison.
“Ema, aku minta laporan yang kemarin,” Ucap Darrien terlihat sedikit terburu-buru.
“Baik, tunggu sebentar.” Jawab Ema.
Emlyn menundukkan kepala menghindari tatapan mata Darrien yang berpas-pasan dengannya dan segera melenggang pergi dengan cepat.
“Ahh, dia...,” Seru Darrien pelan dan tersenyum kecil.
“Dia siapa?” Tanya Darrien pada Ema yang adalah sekretarisnya.
“Mr. tidak mengenalnya? Dia Emlyn, assisten Bella.” Jawab Ema tanpa mengalihkan perhatiannya dari komputer.
“Ohh ternyata dia bawahan Kenneth…,” Batin Darrien tersenyum miring, entah kenapa ada suatu rasa senang mengetahui ternyata Emlyn adalah bawahan Kenneth, mungkin karena akhirnya ia tahu siapa gadis yang menyapanya di tempat gym itu.
“Hmm, Bagaimana kinerjanya?”
“Emlyn? Mengapa kau bertanya tentangnya?”
“Hanya bertanya, aku lihat sepertinya dia lumayan dekat dengan Bella.” Ucap Darrien sambil memperhatikan Emlyn yang sedang berbicara dan tersenyum dengan Bella.
“Lumayan, dia cepat tanggap dan jarang melakukan kesalahan.” Jawab Ema tanpa rasa curiga.
Darrien berniat menuju ke ruangan Kenneth, ia sengaja menoleh sekilas ke arah Emlyn yang entah sejak kapan menarik perhatiannya, di saat bersamaan Emlyn berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pantry.
Emlyn sedang akan bersiap mengisi botol minumnya yang kosong di pantry kantor. Ia menghentikan gerakannya karena dikagetkan kehadiran Darrien yang tiba-tiba ikut memasuki pantry, dengan santai mengambil gelas, pria itu bersiap ingin menyeduh kopi di sana, hanya alasannya saja supaya ia bisa berinteraksi dengan Emlyn.
“Silahkan Mr…,” Ucap Emlyn sopan dan mempersilahkan Darrien untuk menggunakan dispenser terlebih dahulu meskipun ia yang tiba duluan.
“Tidak, kau pakai saja…,” Jawab Darrien sekilas melihat raut ketegangan di wajah Emlyn, apakah ia semenakutkan itu?
“Tidak apa-apa, saya bisa nanti…,” Jawab Emlyn tersenyum kikuk, lalu melangkah pergi dari pantry, meninggalkan Darrien yang keheranan dan penuh dengan rasa tanya, kenapa ia merasa Emlyn seperti tidak nyaman berada di sekitarnya, apa ia melakukan kesalahan?
Sejak saat itu, Darrien terusik, ia ingin membuktikan apa ada yang salah dengan dirinya, atau justru Emlyn lah yang bermasalah.
Beberapa hari kemudian, Emlyn yang berniat keluar sebentar untuk mengambil pesanan makanannya di lobby bawah, tidak sengaja berpapasan dengan Darrien yang juga melangkah menuju lift. Emlyn yang menyadari kehadiran bossnya itu, menoleh untuk menyapa Darrien, menggangukkan kepalanya tanpa menatap mata Darrien.
"Hallo, mau turun juga?" Tanya Darrien menyapanya.
"Hmm...," Jawab Emlyn singkat dan segera memasuki lift yang terbuka. Darrien juga ikut menaiki lift itu, padahal ia bisa saja menaiki lift VIP.
Hanya ada mereka berdua di sana, Darrien memilih berdiri di belakang Emlyn, membuat wanita itu merasa seperti sedang diperhatikan, ia menegakkan tubuhnya, merasa canggung dengan suasana lift yang hening dan kikuk.
Pintu lift terbuka, Emlyn melangkah keluar dengan tergesa-gesa,
"Mau ke mana?" Tanya Darrien lagi. Emlyn menoleh sekilas, menjawab tapi matanya tidak benar-benar menatap Darrien, "Mengambil pesanan...," Jawab Emlyn segera berbalik dengan canggung menghindari Darrien.
Darrien mengerutkan keningnya, ada apa dengan wanita ini? Kenapa selalu menghindarinya?
Dengan sengaja, pada saat ada kesempatan beberapa kali Darrien melakukan eye contact dengan Emlyn, tapi wanita itu tetap sama, selalu mengalihkan matanya tiap kali mereka bertemu pandang, membuat Darrien semakin penasaran dan bertanya-tanya....
.
.
.
.
.
To Be Continue~
Hari Jumat yang di tunggu-tunggu karena akan menjelang weekend dan juga malam ini Kenneth, atasan Emlyn berulang tahun dan mentraktir semua karyawan untuk makan malam di sebuah restaurant.
“Emlyn, kemari, duduk di sini.” Pinta Bella yang berada di satu meja bundar dengan Kenneth dan Darrien.
Emlyn menggeleng kepalanya pelan pada Bella, memberi tanda silang pada tangannya. Ia merasa sungkan untuk duduk bersama dengan para atasan, Bella pun memakluminya.
Ternyata hal itu tak luput dari penglihatan Darrien, tiba-tiba ia merasa penasaran dengan Emlyn yang terlihat berusaha menjaga jarak dan beberapa kali seperti sengaja menghindari tatapan matanya tiap mereka bertemu.
“Mr. Kenneth, lanjut karaokeeee…,” Teriak beberapa karyawan yang lain berbarengan.
“Bolehhh…,” Teriak Kenneth menyambut dengan senang, ia adalah Boss yang tidak perhitungan dan sangat menyenangkan.
“Yeahhh!!!” Sorak mereka kesenangan.
Seusai makan malam, acara pun berlanjut ke karaoke. Semua bersuka ria, berteriak kegirangan melantunkan lagu-lagu kesukaan mereka.
"Aku ke toilet dulu...," Bisik Emlyn pada teman di sampingnya.
Darrien yang berapa hari ini terus memperhatikannya, seperti sudah terhipnotis. Ke manapun Emlyn melangkah, ia pasti akan mengikuti pergerakannya.
Darrien ikut keluar dari ruang karaoke VVIP yang muat untuk 30an orang itu.
Grapps...
"Akhh...," Emlyn berteriak histeris saat merasa tangannya ditarik seseorang.
"Maaf, apa aku mengagetkanmu?" Tanya Darrien halus.
Emlyn menepis tangan Darrien dan menunduk, tidak berani menatap mata tajam yang sedang memperhatikannya itu.
"Tidak, ada apa Mr. Darrien?" Jawab Emlyn, tentu saja ia kaget.
"Aku tunggu kau di sini, nanti kita baru ngobrol...," Darrien mencondongkan tubuhnya saat mengatakannya, sengaja berbicara mendekati telinga Emlyn, membuat gadis itu bergidik kikuk.
Wangian parfum bercampur aroma tubuh Emlyn tercium menenangkan di hidung Darrien.
Emlyn bergegas memutar badannya dan berjalan cepat ke dalam salah satu bilik toilet wanita. Emlyn memegang dadanya yang berdegup tak karuan.
"Sial*n, apa mau Playboy itu mencari masalah denganku...," Keluh Emlyn kesal.
Darrien Harrison, wajahnya memang tampan dan bertubuh atletis. Tapi seisi kantor tahu ia suka ke club dan berganti pasangan. Darrien pun tidak pernah secara langsung menyangkal gosip yang beredar itu.
Pria itu pun pernah beberapa kali masuk ke kantor dengan keadaan acak-acakan, seperti sehabis mabuk dan bangun kesiangan. Tapi jika masalah pekerjaan, dia sangat sempurna dan tegas.
Emlyn tak mau ambil pusing, ia yakin pria itu barusan mengusiknya hanya karena sedang mabuk.
Emlyn menyusuri lorong menuju ruang karaoke, ia baru saja keluar dari toilet dan tersentak kaget melihat Darrien sedang berdiri tak jauh dari sana, tapi tak sendiri, dia bersama dengan seorang wanita yang bersandar di dinding dengan tangan merangkulkan mesra di lehernya.
Tidak tampak jelas apa yang sedang mereka lakukan, karena lampu lorong yang remang dan gelap, terlihat seperti saling berbisik atau mungkin berciuman.
Ia menghela nafas kasar, merasa kesal karena belakangan ini ia sering sekali bertemu dan berurusan dengan Darrien yang membuatnya merasa canggung.
Apalagi tangan kekar pria itu sempat menggengam pergelangan tangannya.
Emlyn melewati Darrien yang membelakanginya, berpura-pura tidak melihatnya, tapi Darrien tentu saja menyadarinya, ia sangat teliti dalam hal apapun.
"Apa-apaan, tuh kan udah ku duga dia salah orang... Huffss," Batin Emlyn.
Emlyn kembali ke ruang karaoke dengan wajah merona merah, ia merasa malu melihat perilaku teman yang juga rekan kerja bossnya itu bermesraan di tempat umum.
"Apa dia tidak takut digosipkan?" Batin Emlyn lagi, dalam hatinya justru ia yang merasa malu dan tertiba teringat saat Darrien menarik tangannya, untungnya dia bisa memaklumi.
Tak lama, Darrienpun kembali ke ruang karaoke dan kembali duduk di samping Kenneth, meminum birnya dan tidak melepaskan perhatiannya dari Emlyn yang sudah memergokinya tadi.
"Kenapa dia tampak biasa saja, apa dia sama sekali tidak terusik saat melihatku bersama wanita lain? Wahh Wahh...," Batin Darrien meneguk habis segelas kecil alkoholnya. Ada suatu rasa tertantang di dalam diri Darrien, karena selama ini dia bisa mendapatkan wanita manapun yang ia incar.
"Broo, santai saja minumnya...," Tegur Kenneth menepuk pundak Darrien.
Darrien memperhatikan Emlyn yang kaku dan biasa saja, sesekali gadis itu tertawa menanggapi keseruan teman-temannya yang masih bernyanyi.
Emlyn merasa ada yang memperhatikannya sedari tadi, ia pun menoleh ke sekitarnya dan tatapan matanya kembali bertemu dengan Darrien.
Gadis manis itu spontan membuang muka dan menyesap es jeruk untuk menghilangkan kecanggungannya.
Darrien memicingkan matanya, menatap heran dan penasaran pada Emlyn. Apa dia sedang menghindarinya?
...***...
Tak terasa, acara karaoke 3 jam itu akhirnya selesai juga. Emlyn yang adalah tipe penyendiri hanya membuntuti teman-temannya dari belakang yang sedang berjalan keluar dari ruang karaoke mereka.
Tanpa Emlyn sadari, ternyata masih ada orang lain di belakangnya, tiba-tiba saja ada yg menarik tangannya.
“Ahh…,” Emlyn terkesiap kaget, pintu karaoke ditutup dengan rapi oleh orang yang menariknya, matanya terbelalak melihat siapa yang menarik dan menahannya di ruangan itu, lagi lagi, Darrien Harrison!!!
Emlyn memperhatikan seisi ruangan, bisa-bisanya hanya tersisa mereka berdua di sana.
“Mr. Darrien, ada apa?” Tanya Emlyn dengan gemetar, tidak bisa menutupi kepanikkannya.
Darrien terkekeh melihat Emlyn yang terlihat panik dan polos di matanya.
Darrien memperhatikan Emlyn dari atas ke bawah, gadis itu jelas bukan tipenya, pakaiannya biasa dan tertutup, terkesan culun malahan, dengan kemeja kancing dan celana kerja panjang, tidak menarik baginya, tapi entah kenapa ia ingin sekali mendekati Emlyn, seperti ada magnet yang menariknya.
Mata jeli Darrien menjelajahi wajah kaget dan panik Emlyn, matanya berwarna hitam kecoklatan indah, hidungnya mancung, dan bibirnya kecil manis berwarna pink.
"Apa aku memiliki kesalahan padamu?" Tanya Darrien pelan.
"Tidak...," Jawab Emlyn cepat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti anak kecil yang ketakutan.
"Lantas, kenapa kau menghindariku?" Tanya Darrien lagi.
"Tidak, aku tidak menghindarimu, mungkin anda salah paham Mr. Darrien..," Jawab Emlyn dengan cepat, sambil melirik kanan kiri mencari celah untuk kabur.
Darrien menatap tajam kedua mata Emlyn, mencari jawaban di sana. Kedua mata itu terasa tulus dan jujur.
Ditatap dengan begitu intens dan serius, membuat jantung Emlyn semakin berdegup kencang. Ia tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, membuat Darrien yang melihatnya menelan ludah, bibir itu..., tiba-tiba ingin ia mengecapnya sedikit saja.
Darrien mengikuti nalurinya, mendekatkan wajahnya, hingga jarak mereka sangat tipis, Emlyn bahkan bisa mencium bau alkohol dari tubuh Darrien.
Emlyn dengan cepat memalingkan wajahnya saat Darrien mendekatkan bibirnya, pria itu tersenyum mendapat penolakan itu, menertawakan dirinya sendiri.
Jika tidak memikirkan Darrien adalah salah satu atasan di kantornya, mungkin Emlyn sudah menampar Darrien.
“Mr. Darrien…, sepertinya anda mabuk. Saya akan panggilkan yang lain untuk membantu.” Ucap Emlyn menghindari Darrien dan mengambil langkah ingin membuka pintu.
Darrien kembali menarik Emlyn dengan cepat dan segera melum@t bibirnya, Emlyn terkesiap kaget, mendorong Darrien sebisanya, tapi percuma. Pria itu terlalu bersemangat, apalagi setelah merasakan bibir itu terasa manis, Darrien merasa menginginkan lebih.
Emlyn merontah dan mendorong Darrien dengan sekuat tenaganya, memanfaatkan kekuatan tangan dan kakinya yang sudah ia latih di tempat kebugaran.
"Ahhh!" Teriak Darrien pelan saat merasakan sakit di tulang keringnya yang ditendang oleh Emlyn.
"Sadarlah Mr. Darrien!" Pekik Emlyn kesal.
Tapi emosi Darrien malah terpancing, ia tak tinggal diam, Darrien dengan cepat menarik tangan Emlyn keluar dari ruang karaoke itu.
Terkejut dengan reaksi kasar tiba-tiba Darrien, Emlyn tidak bisa mengelak, ia hanya mengikuti ke mana Darrien menariknya, melintasi lorong di sisi kiri mereka, menghindari kerumunan teman mereka dengan keluar dari pintu lain.
"Tol....," Emlyn ingin berteriak memanggil temannya saat jarak mereka tak terlalu jauh dari gerombolan itu.
"Diam...! Awas kau berani berteriak!" Peringat Darrien dengan cepat dan tegas.
Emlyn yang sudah merasa panik dan takut terdiam kaget, tanpa sadar ia mengikuti langkah Darrien yang membawanya ke parkiran mobil dan mendorongnya masuk ke mobilnya.
Emlyn sempat memberontak dan berusaha kabur, tapi tatapan dan tindakan Darrien mendominasinya.
Emlyn memejamkan matanya, tangannya saling bertautan mengenggam karena Darrien mengendarai mobilnya dalam diam dengan kecepatan sedang apalagi jalanan yang sudah mulai lenggang, pikirannya sudah membayangkan yang bukan-bukan.
“Turun!” Perintah Darrien saat mobilnya sudah berhenti terparkir rapi di sebuah basement.
“Heii… kau mau bawa aku ke mana?” Pekik Emlyn protes tangannya yang ditarik paksa oleh Darrien. Pria itu terlihat tergesa-gesa dan tidak bisa diajak bicara.
Darrien menekan tombol lift ke lantai 15, menuntut Emlyn ke sebuah kamar apartemen miliknya.
Emlyn menatap takjub melihat ukuran apartemen yang cukup luas itu, walaupun hanya memiliki 1 ruang tidur, tapi apartemen itu memiliki ruang tamu dan dapur serta teras yang menampilkan langsung pemandangan kota malam.
Tunggu, ini bukan saatnya terkesima dengan keindahan apartemen itu!
Darrien berjalan menuju dapur dan mengambil sebotol minuman berwarna putih, yang Emlyn yakin itu adalah alkohol. Pria itu menuangkannya ke gelas dan meneguknya dengan kasar.
Darrien menatap Emlyn yang masih berdiri mematung di depan pintu, jelas terlihat wanita itu kebingungan dan ketakutan berada di sana.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa diam saja? Cepat buka!” Perintah Darrien yang mendapat tatapan heran dari Emlyn.
“Maaf Mr. Darrien, sepertinya anda salah orang. Saya sama sekali tidak ada hubungan dan masalah apapun dengan anda…,” Ucap Emlyn berusaha membela diri dan menenangkan Darrien.
Darrien melangkahkan kakinya mendekati Emlyn dengan tangan membawa segelas air yang tadi ia tuang dari botol. Darrien meminum air itu dan meletakkan gelasnya di lemari nakas secara asal di sampingnya.
Tangannya yang kosong segera menjangkau pinggang Emlyn, tangan satunya menahan tengkuk leher Emlyn yang berusaha menjauhkan wajah dan tubuhnya dari Darrien.
“Mr. Darrien, sadarlah!” Pekik Emlyn panik.
Darrien memegang kedua rahang Emlyn agar wanita itu membukakan mulutnya dan ia mel*matkan mulut itu seiring dengan menyalurkan air alkohol yang sedari tadi ia tahan di mulutnya.
“Eghhh… hukss..hukkss…,” Emlyn tersedak mendapatkan serangan dadakan itu, apalagi alkohol itu terasa sangat pahit.
“Kau gilaaa! Kau sedang mabuk dan kau salah sasaran Mr. Darrien! Lepaskan akuuu!” Berontak Emlyn yang kesal dan panik.
“Aku tidak salah sasaran, apalagi salah orang, aku sangat sadar…,” Bisik Darrien dengan dingin.
“Jika kau tidak salah orang, kenapa kau lakukan ini padaku?” Tanya Emlyn kesal.
“Aku ingin merasakanmu…,” Jawaban yang barusan didengar Emlyn membuatnya terdiam kaget, apa lagi ini???
.
.
.
.
.
To Be Continue~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!