Shalimar berlari-lari kecil menyusuri koridor kampus dengan bekal selembar kertas namun ia bingung saat di simpang jalan dia buta arahnya.
Dia garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia sudah menghitungnya jumlah koridor yang harus dilewatinya.
Apa aku kecepatan sehingga melewati jumlah nya tadi ? Pikirnya dalam hati. Masih menatap tajam ke lembar kertas itu.
"Anak baru ya ?" Seorang pria berdiri di dekatnya menatapnya lekat. Pria yang sempurna tampan, putih dengan mata hazel berambut cokelat.
" Iya kak. Mau ke ruang HRD " Belum selesai dia berkata sudah dipotong.
" Ayo aku antar." Katanya sambil tersenyum. "Kamu bukan dari sini ya ?" Lanjutnya bertanya.
"Iya kak aku anak Melayu." Jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Pantas saja logatnya berbeda." Sahutnya. " Daniel Azriel Weizmann.
"Ibuku orang Sunda dan ayahku orang luar." Katanya menerangkan identitas diri nya.
"Aku Shalimar Al Rasyid, asli anak daerah pedalaman. Nenek moyang kita dulu jajahan bangsa Portugis jadi seperti ini lah kami." Terangnya.
Mereka berjalan beriringan menuju ke ruangan yang dituju sambil mengobrol ringan.
Shalimar masuk ke ruang HRD untuk keperluan sekolah dia dan semuanya sudah selesai.
Pada saat keluar dia melihat Azriel masih duduk di bangku taman dekatnya. Apa lelaki itu menunggu diriku ? Batinnya bermonolog.
"Aku melupakan sesuatu." Katanya sambil tersenyum berjalan mendekat.
"Iya kak ? Lupa apa ?" Tanya Shalimar cengo.
"Hatiku... Hatiku yang terbawa olehmu." Sahut nya. Shalimar bengong karena ini pertama kali dia mengenal pemuda.
Karena di kampung halaman dia hanya konsentrasi untuk belajar dan ikut mengajar di pondok pesantren milik keluarga. Dia mana mengerti jika hanya gombalin lelaki.
Shalimar garuk-garuk kepalanya bingung. "Berikan nomor teleponnya." Perintahnya dan diterimanya Shalimar.
Gadis itu mengetikkan nomor telepon nya. "Terimakasih "Azriel Berseru dan berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
Sejak saat itu mereka dekat dan meluangkan waktu bersama. Sering bertemu dan jalan bersama.
Shalimar sudah di peringatan bahwa Azriel bukanlah lelaki baik-baik.
Dia terkenal di kampus dengan sebutan Casanova. Namun demikian dia acuhkan saja. Dia berpikir itu hanya rumor saja.
Mereka sangat dekat hingga akhirnya tahun ke-dua Shalimar di kampus itu Azriel mengajak nya tinggal bersama di apartemen nya.
Agak jauh dari kampus namun ia menerima ajakan untuk tinggal bersama. Shalimar sudah melupakan janji pada saat meninggalkan kampung halaman dia.
Gadis itu berpikir Azriel akan serius pada hubungan mereka. Dia menerima perlakuannya yakni melakukan hubungan intim.
Mereka melakukannya dengan hati-hati dan Azriel selalu mengenakan pengaman jadi semua akan baik-baik saja.
Akhir tahun pelajaran biasanya Azriel mengajak nya berlibur. Shalimar sudah bersiap-siap untuk mendekatinya dan memeluknya.
Dia bermaksud untuk memberikan kejutan dengan pulang awal dari kerja part time.
"Iya sayang. Aku akan tiba pada usai wisuda nanti. Aku sudah pesan tiket pesawat juga."
"……..............…"
" Aku hanya bersenang-senang saja. Lagi pula kau juga melakukan hal itu juga."
"...................."
"Aku selalu mencintaimu dan tak akan berubah."
"...................."
"I love you to."
Klik. Azriel membalikkan badannya dan berdiri kaku melihatnya.
Shalimar yang sudah berdiri dengan muka pias mendengar kalimat sang kekasih berbicara mesra dengan orang lain.
"Shalimar. Maaf, sejujurnya aku ingin berterus terang kepada kamu. Tapi bukan begini caranya." Azriel menghirup udara dengan kasar.
"Aku meminta maaf kepada mu. Aku mencintaimu dan juga dia. Namun aku tak bisa meninggalkan dia. Maaf kau tidak ada dalam agenda hidupku." Lanjutnya lagi dengan nada dingin menatap Shalimar.
"Tak ada agenda di dalamnya ?" Ulangnya lirih sambil berdiri menatap tajam ke arah Azriel. Air matanya menetes tanpa disadarinya.
"Brengsek ! Lelaki biadab !" Umpatnya bersamaan dengan tangannya menampar pipinya dengan kekuatan penuh.
Emosinya membuncah.
" Kau pikir aku wanita apa ?" Teriaknya lantang.
"Tidak ada dalam agenda hidupku ? Lantas apa yang kita lakukan selama ini ?" Tanyanya lagi.
"Apa kau menganggap aku sebagai alat pemuas nafsu mu, hah ?" Tanyanya lagi dengan menatap tajam.
"Kau bisa memakai apartemen nya setahun terakhir ini. Bukannya tahun depan kau lulus ?" Katanya datar sambil berjalan mendekati dia.
Shalimar mundur dua langkah sambil mengangkat Kedua tangannya. Memberikan isyarat. Wanita itu sudah tidak ingin bersentuhan dengan Azriel lagi.
Hatinya hancur dan kandasnya hubungan antara mereka. Teramat sangat menyakiti perasaan nya.
Shalimar mundur perlahan dan berjalan menuju ke kamarnya. Dia mengepak semua pakaiannya dan perlengkapan dia.
Bahkan buku-buku juga dia kemas. Karena barangnya hanya pakaian dan bukunya saja.
Dia menelepon seseorang setelah selesai. Azriel hanya memandangi dari jauh saja, karena setiap ia mencoba untuk mendekatinya.
Shalimar sudah memberikan kode untuk menjauhi nya. Jadi ia memilih untuk berdiam diri saja.
Azriel tidak melihat jika di kamar Shalimar sudah mengemasi barang-barang miliknya. Lelaki itu hanya melihat Shalimar mondar mandir di antara pantry dan kamarnya saja tanpa memandangi wajahnya.
"Shalimar maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk menyakitimu. Kau datang di luar Kuasa aku. Aku sungguh mencintaimu." Bisiknya hingga akhirnya dia tertidur pulas di Sofanya.
Shalimar berjalan perlahan mengangkat barang miliknya menuju ke pintu apartemen. Wanita itu menatanya di depan pintu masuk dan pintu itu dalam keadaan terbuka lebar.
"Ada apa kenapa kamu mendadak pindah ?" Tanya Anwar penasaran sambil melongok ke dalam ruangan.
"Sudah. Ayolah cepat !" Perintah Shalimar bergegas mengangkat barang-barang tersebut.
Setelah selesai dia pun menutup pintunya dan berlalu pergi meninggalkan tempat itu. Azriel menggeliat meregangkan otot-otot tubuh yang kaku karena tidur di sofa.
Dia berjalan menuju kamar tidur dan bermaksud menyapa Shalimar. Namun kamarnya kosong.
Dia melihat ke sekeliling ada yang janggal. Dia melihat ke nakas. Tak ada boneka Teddy bear love. Barang favoritnya Shalimar.
Ia melangkah melewati keranjangnya di sana ia melihatnya. Boneka Teddy bear love itu robek, baju couple semuanya robek juga pernak-pernik pemberian dari nya ada di sana.
Dia berjalan ke walk in closed. Dan semua bajunya hilang. Koper ungu itu juga tak ada disudut ruangan. Buku-buku nya.
Ruangan itu kosong. Kapan dia pergi ? Bisiknya lirih. Tubuhnya merosot ke lantai hatinya perih sekali melihatnya pergi tanpa pesan.
Dia mencoba menelpon Shalimar. Namun tak diangkat. SMS juga tak direspon oleh nya. Dia berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di sana ia menemukan tulisan di cermin. "Semoga kau bahagia penjahat." Azriel terdiam menatap bayangan wajahnya beserta tulisan di sana.
Dia mencoba menelpon Shalimar lagi namun sudah di blog. Ia hanya dapat menarik nafasnya dan mencoba mencari tahu di kelasnya namun tak ada yang mengenalnya.
Dia tidak tahu jika Shalimar menjaga jarak di kampus. Dia hanya mengenal beberapa orang saja.
Dan parahnya lagi Azriel tak tahu siapakah temannya dan dimana dia kerja part time.
Lelaki itu sudah dua tahun bersama namun ia tak tahu apapun tentang gadisnya itu.
Lima tahun kemudian. Seorang pria menggendong anak kecil dalam pelukannya memasuki ruangan IGD RS.
"Tolong dia. Dia terjatuh saat bermain" Teriaknya sambil membaringkan tubuhnya di atas brankar.
Dokter datang bersama perawat memeriksa kesehatan dan mengobati lukanya.
"Ini akan dijahit mungkin akan sakit sedikit. Ditahan saja jagoan." Hibur sang dokter. Sang perawat setia di sampingnya membantunya.
"Iya. Jahit saja. Kenapa dokter ikutan parno seperti mama." Sungutnya.
"Kau tak takut boy ?" Tanya si lelaki yang menggendong nya tadi. Bocah itu hanya menggelengkan kepalanya terkekeh kecil.
"Dia bukan putra Anda ?" Tanya si perawat terperangah melihat ketampanan orang itu.
"Papa ku di surga. Bagaimana mungkin dia menjadi Papa aku ?" Jawab bocah itu dengan mencebikkan mulutnya.
Ke empatnya terkejut dengan perkataan anak kecil itu. "Berapa usiamu nak ?" Tanya sang dokter.
"Lima tahun." Jawabnya ketus. " Bulan apa ?" Lanjutnya dokter bertanya, sambil menjahit lukanya.
"Awal tahun. Dan tahun berikutnya ayah pergi meninggalkan kami." Sahut nya lirih.
" Sayang. Arsy ?" Suara nyaring terdengar dari pintu masuk IGD.
"Aku disini mama." Sahut bocah itu dengan memutar bola matanya jengah.
Lelaki yang menggendong nya tadi menahan tawanya melihat ekspresi wajah si kecil.
Lelaki itu baru saja kembali, dari loket administrasi setelah melakukan pembayarannya tindakan medisnya.
"Arsy. Mama takut sekali mendengar kata pak Maman kamu masuk ke IGD karena tertabrak sayang." Kata Shalimar sambil menggenggam tangan putranya.
Sementara sang anak duduk di brankar dengan menggenggam plastik obatnya. Kedua tangannya Shalimar menyapu seluruh muka putranya dan diciumnya puncaknya berulangkali.
"Bukan ditabrak mam. Tapi keserempet dan hanya luka jahit tiga. Ya kan dokter ?" Jawab Arsy santai. Bocah yang bertingkah laku seperti orang dewasa tidak seperti anak seusianya.
"Dia anak hebat ! Dia bahkan tidak menangis saat di obati." Sebuah suara yang dikenalnya, cukup familiar di telinga Shalimar.
Shalimar menolehkan kepalanya ke arah sang dokter. Deg. Azriel ? Pria brengsek itu menjadi dokter rupanya, batinnya. Amarah dan luka itu kembali menyeruak didadanya.
Shalimar menatap tajam dengan senyum sinis dari atas ke bawah. "Spesialis bagian apa anda Dokter ?" Tanyanya lagi dengan nada dingin.
"Bedah umum." Jawabnya gugup. Lelaki itu dapat melihat dan merasakan aura permusuhan yang dikibarkannya.
"Harusnya bagian obygen. Jadi Anda tidak menyia-nyiakan bakat dan kemampuan Anda yang terpendam itu !" Sakarse Shalimar tajam setajam silet.
"Shalimar dengarkan aku." Belum selesai dia berkata sudah dipotong lagi melihat kilatan sorot matanya yang membencinya.
"Jangan panggil aku dengan mulutmu yang bau ! " Jawabnya ketus biar pelan namun pedas.
"Mhm.. Apa kau tak mencium sesuatu Dok? Tanya Shalimar lagi sambil menatap sekelilingnya, lainnya juga mengikuti gerakannya.
Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya bingung. Sedangkan lelaki asing dan Arsy menatap Shalimar kebingungan.
"Bau asap kebohongan dan munafik !" Wanita itu hanya menatap ekspresi Azriel dengan wajah sinisnya.
"Ayo sayang kita ke kasir membayar biaya lukamu." Bergegas dia mengangkat putranya. Nada bicaranya kembali lembut dan ceria.
"Aku sudah membayarnya Nyonya." Lelaki itu mengulurkan tangannya dan kartu namanya. Bryant Cassano dibaca wanita itu sekilas. "Ah. Iya terima kasih." Jawabnya sambil tersenyum tipis.
"Dr. Weizmann. Mohon ke ruangan sebelah kanan." Panggil seorang perawat yang berjaga. Wanita itu memanggilnya berulangkali karena lelaki itu hanya mematung.
Ketiganya menoleh ke arah sumber suara. "Aku bahkan tidak pernah tahu nama panjangnya", Gumam Sharmila lirih pada dirinya.
Mereka berjalan beriringan menuju ke tempat parkir. "Dia anak hebat. Ayahnya pasti bangga memiliki anak seperti dia." Puji Bryant.
"Saya tahu dia mengatakan ayahnya di surga. Saya turut bersimpati. " Ucapnya cepat saat Shalimar hendak mengatakan sesuatu.
Wanita itu hanya mengangguk mengerti. Mereka berpisah di persimpangan parkir. Shalimar menggunakan motornya. Bocah itu berdiri di depan Shalimar yang duduk mengemudikan motornya.
Bryant melihatnya dan mengikutinya perlahan. Hingga akhirnya mereka pun tiba di sebuah perumahan rusun.
Tempat itu kumuh dan berkarat tidak pernah di cat. Jarak antara TKP dan perumahan rusun itu kurang lebih satu blok.
Kenapa anak sekecil itu ada di sana ? Sendiri dengan sepeda ? Batin Bryant bertanya-tanya sambil terus menatap ke arah mereka.
Tak lama kemudian ia kembali melanjutkan perjalanan ke tempat tujuannya.
Di tempat lain.
"Dia memiliki anak berusia sekitar lima tahun. Sama saat usianya dengan masa kami berpisah dahulu, namun dia memiliki ayah ? " Batin Daniel Azriel Weizmann.
"Apakah dia memiliki lelaki lain waktu itu ? Apakah dia selingkuh seperti Stella Maris ?" Batinnya bermonolog dalam hati.
Di hotel mewah. Seorang pria baru saja memasuki ruangan di depannya ada dua orang telah menunggunya.
"Tuan hasil pertemuan dengan para investornya berhasil dengan baik. Tuan More sudah mengatasinya ini laporan dan berkas-berkasnya yang harus Anda teliti, semuanya sesuai instruksi Tuan." Davis Shen memberikan setumpuk dokumen penting di meja kerjanya.
Lelaki itu yang barusan saja duduk adalah orang yang sama dengan yang menggendong anak kecil ke ruang IGD RS siang hari ini.
Lelaki bernama Bryant Cassano duduk tanpa memerhatikan pakaiannya yang masih ada noda darahnya.
Orang-orang di sekitarnya menatapnya heran. Biasanya dia langsung mengganti barang-barang yang di dekatnya jika kotor atau sejenisnya.
"Kenapa ?" Bryant mengangkat wajahnya dan menatap ke arahnya. Davis dan Rania menatap wajah sang Bos tertegun.
" Maaf pak,Kemejanya ? Apa tidak sebaiknya di ganti lebih dahulu ?" Kata Rania perlahan. Bryant Cassano melihatnya sekilas dan menekuni berkasnya. "Tak perlu susah-susah. Aku toh tak ada pertemuan kan hari ini ?" Jawabnya datar.
Mereka berdua berpandangan sekilas kemudian mereka kembali ke tempat semula.
Di apartemen. "Sayang. Lain kali hati-hati jika bersepeda. Dan janganlah jauh-jauh mengerti ?" Shalimar menasehatinya dan dijawab oleh Arsy dengan anggukan kepala.
Anak itu asyik membaca buku-buku bekas yang di dapatkan dari Pak Maman si penjual buku bekas dekat komplek perumahan rusun.
Anak itu di titipkan di sana oleh Sharmila karena permintaan lelaki itu, yang sendiri tinggal di ruko tempat lapak dan sekaligus tempat tinggalnya.
Lelaki itu senang akan kehadiran bocah lelaki itu. Karena dia hidupnya sebatang kara, maka dia memohon Sharmila agar menitipkan saja padanya tanpa membayar.
Dia juga sudah menganggap Sharmila seperti putrinya. Mereka sering bertemu karena Sharmila seringkali menitipkan peyek buatan dia di ruko sebelahnya.
Karena iba dan memahami posisi hidup sendirian maka mereka menjadi dekat. Dan lelaki itu sudah menganggap Sharmila seperti putrinya.
Sharmila menetap di rusun itu sudah hampir tiga tahun. Awalnya dia memiliki sepeda sekarang dia dapat membeli motor bekas metic.
Karena usaha dan ikhtiar dia tak pernah berhenti. Semuanya demi sang buah hatinya.
Sharmila menetap di rusun itu sudah hampir tiga tahun. Awalnya dia memiliki sepeda sekarang dia dapat membeli motor bekas metic.
Karena usaha dan ikhtiar dia tak pernah berhenti. Semuanya demi sang buah hatinya.
Bryant Cassano duduk tanpa bergeming otaknya terus berputar lagi ke anak kecil yang di temukan nya di pinggir jalan.
Dengan luka robek di dahi dan lecet-lecet di kaki serta tangannya. Anak sekecil itu dengan sepeda menindihnya, untuk ukuran sepedanya lebih besar daripada dia.
Dia hanya menitipkan sepeda itu pada ruko di dekatnya. Tanpa memperhatikan kanan kirinya ia bergegas membawanya ke rumah sakit.
Lebih hebatnya anak itu begitu tenang dan tidak menangis seperti anak seusianya. Dan satu hal lagi ibunya begitu cantik dan memukau.
Bertubuh mungil dan tinggi. Dada besar pantat .. Akh. Dasar otak selakangannya berulah lagi. Wanita itu janda, tanpa make-up pun sudah terlihat mempesona.
Akh. Benar-benar membuat aku hilang konsentrasi. Akh. Bryant Cassano mengumpat terus karena ingat ibu anak lelaki itu.
Tut. Ia bisa gila karena terangsang di pagi hari. Dia menekan tombol hijaunya. "Apa kau temukan dia ?" Tanyanya dengan nada dingin. Sambil melihat iPad nya yang sudah di kirimi data orang yang di carinya.
Lelaki itu hanya tersenyum tipis melihat laporan yang dibacanya. Daniel Azriel Weizmann putra dari Oscar Weitzman dan Anindya Fauzi. Bercerai tahun... Oscar Weitzman menikah lagi dengan Miszka Rahardjo.
Dalam pernikahan mereka tidak memiliki keturunan. "Jadi kau anak tunggal adikku," Bisiknya sambil tersenyum tipis. Dan kau bekerja sebagai dokter umum di RS umum, Mayapada hospital ? Bukannya itu tadi dia datangi ?
Kemudian ia beralih ke galeri foto yang dilampirkan dalam dokumen itu. "Oh, God. Dunia benar-benar sempit. Dia yang menolong anak tadi, dan ibunya benci sekali padamu ? Kita lihat ada apa lagi tentang kamu !" Bisiknya sambil tertawa kecil.
"Teruskan penyelidikan tentang Daniel Azriel Weizmann. Dan orang yang ada di sekitarnya." Lanjutnya di telpon. Kemudian di meletakkan iPad nya dan phonsel nya.
Dia melihat ke arah celana nya yang sudah sesak. Dia mengumpulkan berkasnya ke dalam tasnya. Dia benar-benar sudah tidak dapat konsentrasi lagi. Ia menelpon lagi.
"Siapkan dia untuk menemani aku. Sekarang ! Aku tunggu di apartemen." Titahnya langsung memutuskan hubungan sepihak.
Dia naik ke lantai atas tempat istirahat dia di hotel itu. Di lantai atas sedangkan kantor nya di lantai 15.
Dia benar-benar butuh pelampiasan sekarang. Begitu masuk ia melenggang ke kamar mandi meninggalkan tas di sofa single. Dia membersihkan diri dari keringat yang ditubuhnya.
Saat dia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk sepinggang ia mendengar suara bell pintu. Dia berjalan menuju ke arah pintu.
Klik. Begitu pintu terbuka nampak seorang wanita seksi menggoda nya. Langsung ia menarik tubuhnya dan ia menutup pintu tersebut.
Mereka langsung bercumbu di dinding pintu masuk. Akh... Lenguhan panjang terdengar dari mulut wanita cantik itu. Karena penyatuannya.
Mereka melakukan percintaan mereka di dinding pintu masuk apartemennya. Suara mereka bersahutan bersama hingga akhirnya mereka melepaskan bersamaan.
Kemudian dia melepaskan tautan penyatuannya. Bryant Cassano berjalan menuju ke kamarnya diikuti wanita itu yang pakaian acak-acakan. Lelaki itu melenggang pergi masih dengan memakai handuk sepinggang.
Begitu di dalam kamar wanita itu melepaskan semua pakaiannya. Di benaknya Bryant Cassano hanya ada bayangan Sharmila entah kenapa ia selalu mengingat wanita itu.
"Akh.. Tuan.. " Jeritnya wanita cantik itu di bawahnya Bryant Cassano sekarang mereka sudah berpindah di kamarnya. Wanita itu mendesah nikmat karena pergerakannya Bryant Cassano.
Seusai melakukan hubungannya Bryant masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari jejak-jejaknya. "Ini upahmu ! " Dia menyodorkan selembar kertas itu pada wanita yang masih terkulai di ranjangnya.
Dengan gemulainya di terima uang tersebut. Ia langsung mengenakan pakaiannya yang berserakan.
" Tuan jika kau membutuhkan kekasih aku bersedia tanpa kau bayar asal aku dapat merasakan kenikmatan berkali-kali dengan mu. " Ucapnya manja hanya dijawabnya dengan senyuman miringnya.
"Sayangnya aku hanya sekali pakai saja." Dia pun langsung duduk di sofa nya. "Aku boleh minta sekali lagi Tuan ? Anggab bonusnya. " Tawarnya lagi. Sambil duduk di pangkuannya. "Kau yang di atas." Titahnya disambut dengan tawa girangnya.
Dan wanita itu hanya menyingkirkan dress nya dan langsung mengangkang di pangkuannya menyatukan keduanya. Dia bergerak dengan lincah meliuk-liuk di pangkuannya Bryant Cassano.
Lelaki itu memang menyukai ONS dan tidak pernah mengulang kembali pasangan nya. Dia kembali ke negara asalnya ibunya hanya untuk mencari saudara kembarnya.
Demi wasiatnya agar dia lebih mengenalnya sebagai saudara. Orangtuanya bercerai saat dia masih bayi. Mereka kembar namun tidak identik. Ayahnya Oscar Weitzman dan ibunya Anindya Fauzi.
Oscar Weitzman menikah setelah bercerai dengan Miszka Rahardjo dan ibunya dengan Edward Cassano. Ayah tirinya seorang bisnisman terkaya di LN.
Mereka bertemu tanpa sengaja saat ibunya menolongnya dari jebakan kotor mitra bisnisnya. Ibunya adalah karyawan kontrak oleh perusahaan Dan akhirnya mereka pun menikah disaat ia berusia dua tahun.
Edward sendiri mempunyai anak dari istri pertama dua orang. Dan mereka selalu menyerang dia dan parahnya ayah mereka memberikan hak kuasa penuh perusahaan padanya.
Ayahnya meninggal karena kecelakaan, hingga sekarang ia masih mengusut kasus tersebut. Bagaimanapun banyak unsur yang mencurigakan dalam kecelakaan maut itu.
Bryant Cassano seorang casanova dan dia memiliki bisnis sendiri selain meneruskan milik ayahnya. Mereka sangat dekat bahkan hubungan antara mereka lebih mirip seperti anak kandung berbeda dengan ayahnya dengan anak kandungnya.
Aneh tapi nyatanya seperti itu. Dan itulah yang membuat mereka bersitegang tentang kasih sayang ayah mereka yang berbeda. Dan apalagi mantan istrinya itu julid sama ibunya.
Ibunya menderita kanker serviks stadium lanjut dan sudah tak terobati. Ibunya meninggal sebelum kecelakaannya ayahnya.
Dan dia kebetulan ada tawaran kerjasama dengan perusahaan di negara tanah kelahirannya maka ini merupakan kesempatan bagi nya untuk mencari saudara kandung nya.
Dan ia akan mengenal seperti apa ayahnya juga adiknya. Ia sudah mengantongi alamat dan data-datanya yang lain. Bryant Cassano bermaksud mendatanginya dan mencari tahu lebih banyak tentang saudaranya itu.
Dan ia juga ingin tahu penyebab utama mereka bercerai dan membuat ibunya pergi ke negeri asing sendirian dengan bayi yang masih berusia kurang dari sebulan.
Ia terkadang melihat ekspresi wajah sang ibu saat sendirian menangis diam-diam. Ia baru mengetahui jika sang ibu menyimpan sweater sama dengan miliknya.
Sweater rajutan tangan nya yang selalu dia simpan itu adalah kado terakhirnya saat ia berusia 19 th. Karena di tahun yang sama sang ibu meninggal dunia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!